Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

MK. ILMU TANAMAN PERKEBUNAN


OKULASI KARET

Disusun Oleh :
Kelompok 12
Shelvy Lamawati A24140131
Muhammad Irham A24140176
Rofikah Fitriana H34140026
Rizqi Nurlaeli H34140065
Tiara Evrinita H44150104
Norma Novita Sari I34140091

Asisten Praktikum :
Rozy Nur Badriyah
Haris Adelani Siregar
Musfiar
Moh. Rofiuddin Wijaya

Dosen :
Dr. Ir Suwarto, M.Si
Dr. Ir. Supijatno, M.Si
Dr. Ir. Hariyadi, MS
Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perbanyakan tanaman karet (Hevea brasiliensis) dapat dilakukan secara
generatif melalui benih dan secara vegetatif melalui teknik okulasi. Perbanyakan
dengan benih saat ini sudah jarang dilakukan kecuali oleh sebagian petani
tradisional atau oleh kalangan peneliti guna perbaikan sifat genetif selanjutnya.
Perbanyakan tanaman dengan cara okulasi paling banyak dilakukan dalam
perkebunan terutama pada perkebunan karet dan kakao. Beberapa kelebihan dari
perbanyakan tanaman dengan cara okulasi antara lain penggunaan okulasi dapat
menghasilkan tanaman yang dengan produktifitas yang tinggi, pertumbuhan
tanaman yang seragam, penyiapan benih relatif singkat, dan memudahkan
pengendalian penyakit Oidium hevea.
Kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi
antara lain; tanaman hasil okulasi terkadang kurang normal terjadi karena tidak
adanya keserasian antara batang bawah dengan batang atas (entres), memerlukan
menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini, dan jika salah satu syarat
dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemungkinan gagal atau mata
entres tidak tumbuh sangat besar. Bibit okulasi terdiri dari batang atas dan batang
bawah yang biasanya berasal dari dua klon yang berbeda sifatnya. Okulasi
bertujuan untuk menghasilkan dua klon dalam satu individu sehingga diperoleh
produksi tinggi dengan umur ekonomis panjang.oleh karena itu perlu diperhatikan
sifat-sifat unggul dari calon batang atas dan batang bawah serta kompatibilitas
kedua calon batang tersebut.
Pemilihan batang bawah yang sesuai dengan batang atas penting
diperhatikan untuk menghindari ketidakcocokan antara kombinasi batang bawah
dan batang atas. Bila ini terjadi, kombinasi tersebut tidak mampu menampilkan
potensi produksi dan karakter unggul lainnya secara maksimal. Potensi klon
batang atas yang maksimum akan tercapai bila batang bawah sesuai dengan
batang atas. Secara empiris, pemanfaatan bibit unggul memberikan kontribusi
yang besar dalam meningkatkan produktivitas kebun. Dengan menanam bibit
unggul dari klon unggul, produktivitas rata-rata kebun berkisar antara 1.400-2.000
kg/ha/ tahun, bahkan untuk klon generasi IV potensi klon bisa mencapai 3.500
kg/ha/tahun. Tanaman asal biji (semaian), produktivitasnya hanya 400-500
kg/ha/tahun. Oleh karena itu, ketersediaan bibit unggul merupakan salah satu
faktor penentu keberhasilan untuk meningkatkan produktivitas perkebunan karet
rakyat.

Tujuan

Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat menemukan kriteria batang


bawah yang siap diokulasi, melaksanakan pekerjaan okulasi, menilai keberhasilan
okulsi, menghitung kebutuhan bibit okulasi, sera menentukan waktu dan HOK
untuk pekerjaan okulasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman karet merupakan pohon dengan ke tinggiannya dapat mencapai
30-40 m. sistem perakarannya padat/kompak akar tunggangnya dapat menghujam
tanah hingga kedalaman 1-2 m, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh
10 m. Batangya bulat/silindris, kulit kayunya halus, rata, berwarna pucat hingga
kecoklatan, sedikit bergabus (Syamsulbahri 1996). Tanaman karet adalah tanaman
daerah tropis. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman karet tidak
kurang dari 2500 mm/tahun, optimal antara 2500-4000 mm/ tahun, yang terbagi
dalam 100-150 hari hujan. Kegiatan tempat untuk pertumbuhan tanaman karet
adaah 0-600 m dpl, dan optimal pada ketinggian 200 m dpl. Suhu yang baik untuk
pertumbuhan tanaman karet adalah 20-30 C dengan kelembapan 75-95 % dan
kecepatan angin tidak terlalu kencang karena dapat mengakibatkan batang atau
pohon tumbang. Tanaman karet tumbuh pada jenis tanah misalnya tanah vulkanis
umumnya memiliki sifat yang cukup baik, terlihat dari struktur, tekstur, solump,
kedalam air tanah tanah, aerasi dan drainase tetapi sifat kimianya kurang baik
karena kandungan rendah. Reaksi tanah yang umumnya pH 3-8 (Setyamidjaja
1982). Menurut Strasburgers (1964) taksonomi karet, yaitu:

Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Sub class : Tricoccae
Familli : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasilliensis Muell Arg.

Tanaman karet yang ditumbuhkan seragam di lapangan, sangat bergantung


pada penggunaan bibit hasil okulasi yang entresnya diambil dari kebun entres
yang memiliki klon yang murni. Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia sendiri
telah menghasilkan klon-klon karet unggul sebagai penghasil lateks dan penghasil
kayu. Klonklon unggul baru generasi4 pada periode periode tahun 2006 2010,
yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 104, dan IRR 118. Klonklon tersebut
menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi
memiliki variasi karakter agronomi dan sifatsifat sekunder lainnya. (Anwar
2001).
Menurut Anwar (2001) untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi
yang baik diperlukan entres yang baik, Pada dasarnya mata okulasi dapat diambil
dari dua sumber, yaitu berupa entres cabang dari kebun produksi atau entres dari
kebun entres. Dari dua macam sumber mata okulasi ini sebaiknya dipilih entres
dari kebun entres murni, karena entres cabang akan menghasilkan tanaman yang
pertumbuhannya tidak seragam dan keberhasilan okulasinya rendah.
Setelah persiapan bahan tanam, kemudian dilakukan okulasi. Keunggulan
yang diharapkan dari batang bawah secara umum adalah sifat perakarannya yang
baik, sedang dari batang atas adalah produksi latex yang baik. Bila bibit yang di
okulasi ini ditumbuhkan di lapangan disebut sebagai tanaman okulasi, sedangkan
tanaman asal biji yang di tumbuhkan dilapangan disebut tanaman semai
(Simanjuntak 2010).
METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum pembibitan kelapa dilaksanakan pada Jumat, 19 Mei 2017 yang
bertempat di Kebun Percobaan Cikabayan Atas.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah tanaman batang bawah, mata entres dan tali
rafia atau bisa diganti dengan plastik. Alat yang digunakan adalah pisau okulasi
sejumlah 2 buah per kelompok.
Prosedur Praktikum
Bersihkan batang bawah dari kotoran dengan mengerok secara halus.
Batang diiris dengan bentuk irisan semacam jendela berukuran 5 cm x 2 cm,
ketinggian irisan sekitar 10 cm dari permukaan tanah. Sambil menunggu getah
kering, buat jendela sekaligus beberapa buah (misal 20 buah). Siapkan mata
entres, mata yang digunakan adalah mata tunas, bukan branch bud atau tunas
bakal bunga. Pada waktu pengambilan entres, sebagian kayu harus ikut disayat
dengan pisau okulasi yang tajam. Setelah getah pada irisan jendela berhenti
menetes, maka jendela boleh dibuka secara perlahan. Kayu yang menempel pada
mata entres dilepas secara hati-hati (pastikan bahwa mata entres tidak hilang).
Terakhir, mata entres dimasukkan ke dalam jendela, segera ditutup dan diikat
dengan tali rafia hingga terbungkus rapat. Cara mengikatnya menggunakan
simpul kuat. Pengikatan dimulai dari bagian atas ke arah bawah. Kemudian
hitung rata-rata jam kerja anda dalam menyelesaikan satu kesatuan kerja mulai
persiapan entres, menunggu kering, menempel dan mengikat. Setelah dua minggu
kemudian, ikatan dibuka. Okulasi dikatakan berhasil jika warna mata entres tetap
hijau. Setelah pemeriksaan pertama, batang tidak perlu diikat lagi. Mata entres
akan tetap dorman selama bagian atas tanaman yang dijadikan induk belum
dipotong.
HASIL DAN PEMBAHASAN

1) keuntungan tanaman karet yang diperbanyak secara okulasi


dibandingkan dengan biji
Dengan perbanyakan tanaman dengan cara okulasi paling banyak
dilakukan dalam perkebunan terutama pada perkebunan karet dan kakao.
Kegiatan okulasi bertujuan untuk perbanyakan tanaman karet secara
vegetatif. Dibandingkan dengan biji, bibit yang dihasilkan dari okulasi
mempunyai beberapa keuntungan yaitu:
1) Pertumbuhannya seragam,
2) Variasi antar individu sangat kecil,
3) produktivitas tinggi,
4) perbanyakannya mudah dan
5) bibitnya bagus karena berasal dari hasil seleksi.
Sedangkan kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan
cara okulasi yaitu : 1) Terkadang suatu tanaman hasil okulasi ada yang
kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang
bawah dengan batang atas (entres), 2) perlu menggunakan tenaga ahli
untuk pengokulasian ini, 3) Bila salah satu syarat dalam kegiatan
pengokulasian tidak terpenuhi kemngkinan gagal atau mata entres tidak
tumbuh sangat besar. Tanaman karet hasil okulasi terdiri atas dua bagian,
yaitu batang atas dan batang bawah. Klon yang akan digunakan sebagai
batang atas diperoleh melalui proses seleksi, kemudian diuji
produktivitas dan stabilitas hasilnya, dan selanjutnya diperbanyak secara
klonal melalui teknik okulasi. Sedangkan yang digunakan sebagai batang
bawah merupakan tanaman dari biji legitim atau prolegitim dari klon
tertentu yang dianjurkan sebagai batang bawah.enggunaan biji sapuan
untuk batang bawah tidak dianjurkan karena keragamannya sangat besar,
sehingga pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi sangat
bervariasi (Amypalupy, 1984).
Tanaman hasil okulasi terkadang kurang normal terjadi karena
tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan batang atas (entres),
memerlukan menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini, dan jika
salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi
kemungkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat besar.
2) Yang dimaksud dengan kompatabilitas batang atas dan batang bawah
Kompatibilitas antara jaringan batang bawah dan batang atas
memegang perananan penting. Agar pengaliran lateks dapat berjalan
lancar, maka pembuluh lateks batang bawah dan batang atas harus
bertautan dengan baik dan merupakan kesatuan yang harmonis.
kompatibilitas ini ditunjukan mulai dari keberhasilan okulasi sampai
karakter agronomi, fisiologi, dan ada juga sifat morfologi (Lizawati,
2002). Menurut Sagay dan Omakhafe (1997) dalam Lizawati (2002),
keberhasilan okulasi akibat kesesuaian batang atas dan batang bawah
bervariasi antara 55 sampai 90 persen.
Pengujian kesesuaian ini umumnya memerlukan waktu yang lama,
tapi sebagai tahap awal dapat didekati dengan melakukan analisis fisiologi
dan agronomi. Seperti halnya lilit batang, tebal kulit batang juga
merupakan salah satu tolak ukur untuk memilih klon yang baik karena
menunjukkan korelasi yang tinggi dengan produksi (Boerhendy, 1990).
Kombinasi kelompok batang atas berpengaruh sangat nyata
terhadap tinggi tanaman, lilit batang, dan klorofil daun. Tinggi tanaman
menunjukan pengaruh sangat nyata. Tinggi tanaman adalah salah satu
syarat pemilihan bahan okulasi, kesalahan dalam penggunaan batang
bawah dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi karet
(Departemen Pertanian, 2010). Menurut Sakhibun dan Husin (1990) selain
itu keseragaman dalam penggunaan batang bawah juga mempengaruhi
keseragaman waktu produksi. Penggunaan biji karet yang bermutu baik
yang berasal dari klon anjuran dapat meningkatkan produksi batang atas
sampai 20%.
Pemilihan batang bawah juga harus yang memiliki daun yang
cukup tua, agar kulit batang mudah dikelupas. Selain itu, klorofil daun dan
luas daun tanaman berpengaruh pada proses fotosintesis tanaman,
kandungan klorofil yang tinggi didukung kondisi lingkungan yang
menguntungkan menyebabkan proses fotosintesis berjalan baik. Menurut
Lakitan (1993), tingginya nilai ILD sering dijumpai pada tanaman dewasa,
tergantung dari spesies dan kerapatan penanamannya serta susunan daun.
Indeks luas daun memungkinkan fotosintesis pada tumbuhan terjadi secara
optimum. Jika indeks luas daun terlalu rendah, maka cahaya yang diserap
tidak diperoleh secara optimum (Salisbury and Ross, 1995).
Batang karet yang inkompatibel menunjukan adanya rongga pada
daerah pertautan sehingga kalus yang ada tidak menyatu dengan utuh.
Kegagalan membentuk pertautan yang sempurna dapat terjadi di semua
tahapan. Inkompatibilitas pada berbagai kombinasi klon dikarenakan
penempelan yang tidak berhasil yang diperoleh dari monokotil meskipun
tidak ditemukan aktivitas kambium. Salah satu faktor yang menyebabkan
kegagalan adalah ketidak-cocokan genetis yang mengakibatkan interaksi
antagonistic.

3) Kemampuan melakukan okulasi per HOK (7 jam)


PK = 3
7
jumlah okulasi =
0,05
= 140
PENUTUP

Kesimpulan
Dengan perbanyakan tanaman dengan cara okulasi paling banyak
dilakukan dalam perkebunan terutama pada perkebunan karet dan kakao. Kegiatan
okulasi bertujuan untuk perbanyakan tanaman karet secara vegetatif.
Dibandingkan dengan biji, bibit yang dihasilkan dari okulasi mempunyai beberapa
keuntungan yaitu: pertumbuhannya seragam, variasi antar individu sangat kecil,
produktivitas tinggi, perbanyakannya mudah dan bibitnya bagus karena berasal
dari hasil seleksi. Okulasi dimulai dengan membersihkan batang bawah dari
kotoran dengan mengerok secara halus. Batang diiris dengan bentuk irisan
semacam jendela berukuran 5 cm x 2 cm, ketinggian irisan sekitar 10 cm dari
permukaan tanah. Nantinya mata entres dimasukkan ke dalam jendela, segera
ditutup dan diikat dengan tali rafia hingga terbungkus rapat. Kompatibilitas antara
jaringan batang bawah dan batang atas memegang perananan penting. Agar
pengaliran lateks dapat berjalan lancar, maka pembuluh lateks batang bawah dan
batang atas harus bertautan dengan baik dan merupakan kesatuan yang harmonis.
DAFTAR PUSTAKA

[Deptan] Departemen Pertanian. 2009. Basis Data Statistik Pertanian.


http://www.database.deptan.go.id.
Anwar, C. 2001.Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian
Karet, Medan.
Boerhendy L. 1990. Hubungan sifat anatomi, fisiologi dan morfologi tanaman
karet okulasi tajuk dengan produksi. Bul. Perkebunan Rakyat 6 : 70-72.
Lakitan B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Lizawati. 2002. Analisis agronomi dan fisiologi pada berbagai kombinasi okulasi
tanaman karet. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sakhibun dan M. Husin, 1990. Hevea Seed: Its Characteristics, Collection and
Germination. Planterse Bulletin. 38 : 202.
Salisbury FB and CW Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Diah R.L dan Ira S,
penerjemah. ITB Press, Bandung. Terjemahan dari: Plant Physiology.
Setyamidjaja, D., 1993. Karet, Budidaya dan Pengolahannya. Kanisius,
Yogyakarta.
Simanjuntak, F. 2010. Teknik Okulasi Karet. http://ditjenbun.deptan.go.id/. [14
Mei 2011]
Syamsulbahri, 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. UGM
Press, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai