Anda di halaman 1dari 27

i

LAPORAN PRAKTIKUM
BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN

Oleh:
Bija Hadi Kusuma
C1M018026/A
Astami Muzakir
C1M018016/A
Aris Munandar
C1m018014/A

UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS PERTANIAN
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Budidaya Tanaman Tahunan yang Pengaruh ZPT
Alami Terhadap Pertumbuhan Akar dan Tunas Stek Batang dan Stek Pucuk.

Terima kasih saya ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu kami baik secara moral
maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah
mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa laporan Budidaya Tanaman Tahunan yang kami buat ini masih jauh dari
kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar
penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga laporan Budidaya Tanaman Tahunan ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Sumbawa Besar, 1 Desember 2020

Penulis
ACARA III. PENGARUH ZPT ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN AKAR DAN TUNAS STEK
BATANG DAN STEK PUCUK

A. Landasan Teori
Stek batang adalah cara yang umum digunakan. Tanaman yang biasa dilakukan stek
batang ialah potongan batang tumbuhannya memiliki ruas-ruas atau mata yang kemudian
dapat tumbuh tunas baru. Tujuan Penyetekan adalah untuk mengoptimalkan pembentukan
sistem perakaran baru. Sementara stek yang dilakukan pada bagian bawah tanaman seperti
stek akar bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan sistem bagian atas tanaman.
Sementara stek daun bertujuan untuk pembentukan sistem perakaran dan batang tanaman.

Penelitian penggunaan cara stek untuk perbanyakan tanaman pepaya telah dilakukan
untuk mencari media yang cocok, bahan stek yang baik dan perlakuan Zat Pengatur Tumbuh
yang sesuai. Bahan stek diperoleh dari tanaman yang berumur lebih dari 2 tahun dengan cara
memotong batang tanaman setinggi 1 m dari permukaan tanah dan membiarkan tunas tumbuh
setinggi sekitar 20-30 cm untuk bahan stek. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa
media yang paling baik untuk penyetekan adalah pasir mumi tanpa campuran apapun. Media
ini lebih baik daripada media campuran tanah dan pupuk kandang. Penggunaan stek yang
masih memiliki bonggol (bagian berkayu yang menempel pada batang utama) memiliki daya
hidup yang lebih tinggi daripada bahan stek yang tidak berbonggol. Perbedaan panjang bahan
stek tidak memberikan pengaruh nyata terhadap daya hidup stek. Perlakuan ZPT Rootone F
secara pasta tidak berbeda dengan stek yang tidak diberi ZPT, namun pemberian ZPT dengan
cara direndam mengakibatkan stek mati.

Berdasarkan bagian tanaman yang digunakan maka stek dapat digolongkan menjadi : Stek
akar, contoh : cemara, albizia; Stek batang, contoh : kopi, anggur, mawar, bougenvil; dan
Stek daun, contoh : begonia. Akan tetapi yang paling umum digunakan yaitu stek batang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan perbanyakan tanaman menggunakan


stek/penyetekan yaitu :

1. Faktor Tanaman
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan yaitu macam bahan stek, umur bahan stek, adanya
tunas dan daun pada stek dan kandungan bahan makanan dan auksin pada stek. Macam
bahan stek meliputi stek cabang, stek ranting dan stek ujung. Stek yang msih muda lebih
mudah utnuk berakar dibandingkan dengan yang tua, tetepi yang terlalu muda sulit untuk
membentuk akar karena proses transpirasi sanga tcepat, sedangkan kemampuan menyerap
air rendah. Stek yang dihilangkan tunas dan daunnya akan terhambat dalam pembentukan
akar, hal ini karena tunas-tunas tersebut merupakan penghasil auxin yang dapat
merangsang pembentukan akar. Kandungan karbohidrat dan nitrogen yang cukup pada
stek akan merangsang pembentukan akar.

2. Faktor Lingkungan
Meliputi media pertumbuhan stek, suhu, cahaya dan kelembaban. Media pertumbuhan
stek diusahakan mempunyai struktur remah, cukup unsur hara, pH berkisar 6,0 – 7,0.
Suhu udara berkisar 290 C. Cahaya kurang begitu penting terhadap pertumbuhan stek,
namun pada stek yantg kekurangan karbohidrat dan auxin cahaya sangat dieprlukan.

3. Faktor Pelaksanaan, meliputi :


a. Waktu pengambilan stek. Stek sebaiknya diambil pada sore hari atau pada musim
hujan.
b. Pemotongan stek. Panjang stek diusahakan satu mata untuk membentuk batang, satu
mata membentuk akar dan satu mata sebagai cadangan, sehingga diperkirakan 15-25
cm. Pemotongan stek sebaiknya dipotong miring agar bagian dasar permukaan stek
menjadi luas.
c. Perlakuan zat pengatur tumbuh.
Banyak jenis tanaman yang steknya sulit untuk membentuk akar misalnya stek kopi.
Salah satu langkah yang dapat ditempuh yaitu dengan menggunakan senyawa kimia
yang bersifat sebagai perangsang tumbuh yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman, yaitu fitohormon. Fitohormon dapat meningkatkan kualitas akar dan
kuantitas akar pada stek.

Fitohormon yaitu zat organik yang dihasilkan oleh tanaman yang dalam jumlah
sedikit dapat mempengaruhi proses fisiologi tanaman. Fitohormon meliputi
fitohormon alami dan sintetik. Fitohormon sintetik telah banyak diperdagangkan.
Fitohormon dapat dibagi dalam lima kelompok besar yaitu golongan auxin,
gibberelin, cytokinin, etilene dan inhibitor dengan ciri khas dan pengaruh yang
berlainan terhadap proses fisiologis tanaman.

Efektifitas fitohormon ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Jenis fitohormon
2. Cara perlakuan
3. Dosis dan konsentrasi
4. Varietas tanaman
5. Faktor lingkungan

B. Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan praktikum ini adalah, mahasiswa memahami
dan mengetahui pengaruh beberapa jenis fitohormon terhadap pertumbuhan akar stek batang.
Selain itu mahasiswa yang telah mengikuti kegiatan praktikum ini diharapkan :

1. Dapat mengetahui dan memahami proses pertumbuhan stek batang beberapa jenis
tanaman.
2. Memahami dan mengetahui cara mengukur pertumbuhan tunas dan akar pada stek
beberapa jenis tanaman.
3. Memahami dan mengetahui cara menentukan uji perbandingan atau beda nyata antara
beberapa perlakuan percobaan fitohormon.

C. Bahan dan Alat Praktikum


Bahan-bahan praktikum :

a. Stek batang bunga kertas


b. Tanah, pasir dan pupuk organik
c. Daun lidah buaya dan buah pisang mateng
d. Urine Manusia
e. Aquades

2. Alat-alat praktikum :

a. Pisau
b. Bak kecambah/botol bekas air mineral
c. Gunting

D. Prosedur Praktikum
 Siapkan stek bunga kertas yang telah dikerat jaringan phloem dan kambiumnya
sepanjang 4 atau 5 cm.
 Siapkan medium yang terdiri atas campuran tanah, pupuk organik/kompos dan pasir
(perbadingan 1:1:1)
 Untuk perlakuan dengan Urine, dibuat larutan dengan konsentrasi 10 ml/liter air
mineral, yaitu 10 ml urine dicampur dengan 990 ml air mineral yang diaduk merata.
Stek yang telah dipersiapkan kemudian direndam dalam larutan, selama 2 jam.
 Media tanam tersebut dimasukkan ke dalam gelas plastik
 Tancapkan pangkal stek tersebut pada buah pisang dan daun lidah buaya
 Selanjutnya stek yang pangkalnya berisi pisang dan atau daun lidah buaya ditanam
pada media yang telah disiapkan (daun lidah buaya dan buah pisang terendam di
dalam media tanam)
 Simpan pot pada tempat yang sangat teduh, dan lakukan pengamatan setelah 5-7 hari,
bila stek masih segar berarti ada harapan hidup/tumbuh. Bila berwarna cokelat atau
kering dan layu segera buat ulang lagi.
 Selah umur 14 hari umumnya stek mulai tumbuh tunas, pembungkus plastik bunga
kertas telah dapat dibuka. Setelah ditunggu sampai umur 56-60 hari stek dipindahkan
pada pot yang lebih besar dengan media tumbuh yang sama.
 Tumbuhkan stek pada media tanpa perlakuan
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Stek Batang Tanaman Mangga

Gambar 1. Pertumbuhan stek batang tanaman mangga umur 14 hari (Gbr. dari kiri larutan
urine; tanpa perlakuan, tengah perlakuan buah pisang dan paling kanan perlakuan
daun lidah buaya).

Gambar 2. Pertumbuhan stek batang tanaman mangga umur 56 hari (Gbr. dari kiri larutan
urine; tanpa perlakuan, tengah perlakuan buah pisang dan paling kanan perlakuan
daun lidah buaya)
Gambar 3. Pertumbuhan stek batang tanaman mangga 60-75 hari (Gbr. dari kirilarutan urine;
tanpa perlakuan, tengah perlakuan buah pisang dan paling kanan perlakuan daun
lidah buaya)

Benih padi, jagung dan kacang tanah

B. Stek Batang Tanaman Bunga Kertas

Gambar 1. Pertumbuhan stek batang tanaman bunga kertas 14 hari (Gbr. dari kiri larutan urine;
tanpa perlakuan, tengah perlakuan buah pisang dan paling kanan perlakuan daun
lidah buaya).

Gambar 2. Pertumbuhan stek batang tanaman bunga kertas 56 hari (Gbr. dari kiri larutan urine;
tanpa perlakuan, tengah perlakuan buah pisang dan paling kanan perlakuan daun
lidah buaya)
Gambar 3. Pertumbuhan stek batang bunga kertas 60-75 hari (Gbr. dari kirilarutan urine; tanpa
perlakuan, tengah perlakuan buah pisang dan paling kanan perlakuan daun lidah
buaya)

C. Stek Batang Tanaman Bunga Mawar

Gambar 1. Pertumbuhan stek batang tanaman bunga mawar 14 hari (Gbr. dari kiri larutan urine;
tanpa perlakuan, tengah perlakuan buah pisang dan paling kanan perlakuan daun
lidah buaya)
Gambar 2. Pertumbuhan stek batang tanaman bunga mawar 56 hari (Gbr. dari kiri larutan urine;
tanpa perlakuan, tengah perlakuan buah pisang dan paling kanan perlakuan daun
lidah buaya)

Gambar 3. Pertumbuhan stek batang bunga mawar 60-75 hari (Gbr. dari kirilarutan urine; tanpa
perlakuan, tengah perlakuan buah pisang dan paling kanan perlakuan daun lidah
buaya)
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari pengamatan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa stek batang tanaman
mangga dari 4 perlakuan (larutan urine, tanpa perlakuan, pisang, dan lidah buaya) tidak
ada yang berhasil hal ini disebabkan oleh jaringan yang ada pada batang mangga
membutuhkan perlakuan yang tinggi, sehingga ketika nutrisi yang didapat rendah dan
pengaruh lingkungan yang didapat kurang membaik, hal inilah yang menyebabkan stek
batang mangga tidak tumbuh. Stek batang pada tanaman bunga kertas menunjukkan hasil
bahwa yang tumbuh yaitu tanpa perlakuan, perlakuan ZPT lidah buaya dan perlakuan
larutan urine, hal ini menunjukkan ZPT alami buah pisang tidak mampu dengan baik
memberi pasokan pertumbuhan stek batang bunga kertas. Pada stek batang tanaman
bunga mawar menunjukkan hasil yaitu tanpa perlakuan dan ZPT lidah buaya saja yang
mampu tumbuh, hal ini disebabkan oleh keadaan batang yang distek tidak mampu
dibantu dengan baik oleh ZPT buah pisang pertumbuhannya dan yang tanpa perlakuan
keadaan batang mengalami kekurangan nutrisi. Hal itu semua terjadi juga disebabkan
faktor lingkungan sekitar.
B. Saran
Sebaiknya pada praktikum ini dilakukan dengan ketelitian yang sangat tinggi dari
pemilihan batang yang akan distek, tanah, proses pemberian ZPT, hingga perlakuan
lainnya. Hal ini dilakukan agar tingkat keberhasilan dalam praktikum tinggi atau berhasil
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Andiani,N. 2012. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi Ga3 Terhadap Inisiasi
dan Pertumbuhan Tunas Sansevieria Trifaciata Prain ‘Laurentii’ Departemen
Agronomi Dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Daniawati,H. 2007. Pengaruh Panjang Dan Bentuk Potongan Pangkal stek Terhadap
Pertumbuhan Semai Gamal (Gliricidia Sepium Jacq Steud.). Fakultas Kehutanan.
Universitas Muhammadyah Malang.

Febriana,S. 2009. Pengaruh Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Dan Panjang Stek Terhadap
Pembentukan Akar Dan Tunas Pada Stek Apokad (Persea Americana Mill.) Program
Studi Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
IV. PEMBUATAN TABULAMPOT
Landasan Teori

Tabulampot adalah istilah yang baru sekitar sepuluh tahun terakhir muncul di
masyarakat. Sebenarnya tabulampot merupakan akronim dari tanaman buah dalam pot.
Tanaman buah yang lazim ditanam dalam pot adalah jeruk (keprok, siam dan manis),
mangga, belimbing, rambutan sampai ke nangka. Mula-mula, tanaman buah ini ditanam
dalam pot dalam rangka pembenihan (penangkaran). Secara tradisional, para penangkar
benih tanaman buah, menyemai biji di lahan sawah, kemudian menyambungnya dengan
mata tempel maupun sambung pucuk.
Sebelum polybag (kantong plastik hitam) diketemukan, para penangkar
memindahkan benih tanaman buah ini ke dalam keranjang bambu agar tidak mengalami
kerusakan ketika diangkut jarak jauh. Agar benih bisa lebih tahan lama sebelum dipasarkan,
maka tanaman tersebut juga ditaruh dalam pot gerabah maupun drum bekas. Sampai
sekarang pun, para penangkar di Lampung dan beberapa tempat lainnya masih tetap
menggunakan keranjang bambu untuk menampung benih yang baru saja dicabut dari lahan
sawah.
            Pemangkasan adalah penghilangan beberapa bagian tanaman. Dalam suatu kebun hal ini biasanya
berkaitan dengan pemotongan bagian-bagian tanaman yang berpenyakit, tidak produktif, atau yang tidak
diinginkan. Secara alami, kondisi-kondisi alam seperti angin, salju, atau kabut dari air laut dapat
mengakibatkan pemangkasan alami. Tujuan dari pemangkasan adalah untuk membentuk tanaman dengan
cara mengontrol atau mengarahkan pertumbuhan tanaman, untuk menjaga kesehatan tanaman, atau untuk
meningkatkan hasil atau kualitas bua atau bunga yang dihasilkan.
            Secara umum, semakin kecil luka yang diakibatkan (semakin kecil ranting yang dipotong), semakin
kecil pula luka yang dialami oleh pohon. Maka dari itu biasanya lebih baik sebuah pohon dipangkas ketika
masih remaja, daripada memangkas dahan pohon yang sudah dewasa. Jika sebuah pohon yang kecil
dipangkas dengan salah dan rantingnya patah, hal tersebut tidak akan mengakibatkan kerugian yang
banyak. Namun jika sebuah pohon besar di samping rumah dipangkas dengan (cara yang) salah, dan
sebuah dahan jatuh dari ketinggian 15 meter.
 Budidaya tabulampot, tidak hanya sekedar berbudidaya tanaman seperti pada umumnya. Namun, perlu
pengembangan teknologi maju. Untuk itu, para pakar dan praktisi lapangan dituntut untuk mampu
merekayasa teknik tabulampot yang efisien dan tepat guna. Soalnya banyak komponen teknologi yang
harus diperhatikan dan diaplikasikan. Tujuannya, agar tabulampot berbentuk bagus, pendek, serasi, sehat,
mampu berbunga dan berbuah sesuai dengan keinginan. Melakukan budidaya tabulampot perlu diimbangi
dengan pemilihan atau penggunaan bibit varietas unggul sebagai bahan pertanaman. Mutu bibitnya
ditentukan oleh faktor genetik (pohon induk unggul) dan lingkungan (ketinggian tempat, curah hujan,
kesuburan tanah) (BPTP Sumatera Barat, 2007).
            Budidaya tanaman buah dalam pot (tabulampot) merupakan salah satu solusi bagi para pecinta
tanaman di perkotaan yang notabene memiliki lahan yang sempit untuk dapat digunakan sebagai lahan
pertanaman. Dari segi perawatan, tabulampot tidak tergolong sulit. Sama halnya dengan tanaman tanpa
media pot, harus dipupuk dan diberi air. Menumbuhkan tanaman buah dalam pot yang dapat tumbuh secara
baik batang dan daun sangat mudah dan hampir semua orang bisa melakukannya (BPTP Sumatera Barat,
2007). Tetapi, permasalahan yang timbul adalah bila tabulampot harus tumbuh batang, daun, serta keluar
bunga dan buah maka tidak semua orang bisa. Hanya dengan pemeliharaan tanaman dan perawatan
tanaman yang tekun yang bisa membuat tanaman berbunga dan berbuah. Perawatan dan pemeliharaan
tabulampot tidak dapat dapat dilakukan sembarangan, ada trik-trik khusus yang dapat dilakukan agar
tabulampot mampu berbunga dan banyak berbuah.
            Ada beberapa latar belakang yang mendasari mengapa tanaman harus dipangkas, pertama tanaman
cenderung akan tumbuh terus, baik tumbuh ke atas maupun tumbuh ke samping. Pertumbuhan yang tidak
diarahkan pada beberapa jenis tanaman buah, akan menghasilkan tajuk tanaman yang umumnya tumbuh
memanjang ke arah atas (Jawa : nglancir), dengan batang atau cabang tunggal. Kuatnya dominasi apikal
(tunas ujung) di bagian ujung tanaman, memacu tanaman untuk terus tumbuh meninggi ke arah atas, dan
salah satu cara untuk mematahkan dominasi apikal tersebut adalah dengan cara pemangkasan, yang akan
merangsang keluarnya pertumbuhan tunas-tunas samping atau tunas lateral (BPTP Sumatera Barat, 2007).
            Bentuk tanaman sebagai manifestasi pertumbuhan tanaman menjadi lebih ideal dan seimbang, baik
pertumbuhan ke arah atas maupun ke arah samping. Kesehatan tanaman secara keseluruhan juga sangat
dipengaruhi oleh bentuk tanamannya. Banyak dahan dan ranting yang tumbuh tidak teratur dan bersilangan
di bagian tengah tanaman dengan daun-daun yang umumnya tidak terkena sinar matahari secara langsung
(Dahlia. 2001). Daun-daun yang tidak terkena sinar matahari secara langsung, lebih bersifat parasit bagi
tanaman secara keseluruhan karena tidak melakukan proses fotosintesis namun tetap mendapatkan
fotosintat (hasil fotosintesis) dari daun-daun di bagian terluar yang terkena sinar matahari langsung. Itu
sebabnya, banyak tanaman yang secara keseluruhan tumbuh dengan lebat, daunnya rimbun dengan warna
daun yang hijau pekat, namun teramat sangat jarang memunculkan bunga/buah (BPTP Sumatera Barat,
2007).
            Bunga dan buah yang muncul jumlahnya terbatas atau sedikit sekali. Fotosintat yang terbentuk
hanya dialokasikan untuk pertumbuhan tanaman, khususnya ke bagian tanaman yang bersifat parasit
tersebut, dan pada akhirnya hanya sangat sedikit jumlah fotosintat yang akhirnya dialokasikan oleh
tanaman untuk memunculkan bunga dan buah. Tanaman yang dipangkas teratur akan memberikan
lingkungan mikro yang baik bagi pertumbuhan tanaman itu sendiri, di mana sinar matahari sebagai sumber
energy utama dapat menembus semua bagian tanaman, memberikan iklim mikro yang baik, mengurangi
kelembaban yang berlebihan, juga dapat meminimalkan perkembangan jamur dan organism pengganggu
tanaman (OPT) lainnya. Dengan demikian pertumbuhan tanaman menjadi lebih optimal untuk memberikan
hasil yang optimal pula (Dahlia. 2001).
Kelengkeng merupakan tanaman yang hidup lebih dari 50 tahun, memiliki batang tanaman
berkayu keras dan tinggi pohon mencapai lebih dari 15 meter. Tanaman kelengkeng memiliki banyak
percabangan dan membentuk tajuk yang rimbun (Kuntarsih dkk., 2005). Klasifikasi kelengkeng
(Dimocarpus longan Lour.) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Sapindales
Suku : Sapindaceae
Marga : Dimocarpus
Jenis : Dimocarpus longan Lour.
Kelengkeng (Dimocarpus longan Lour.) merupakan tanaman subtropis yang sudah
dikenal 2000 tahun yang lalu, berasal dari daerah Cina Selatan. Manfaatannya lebih kepada
khasiatnya sebagai obat baik kandungan dalam buah maupun dari biji yang sudah dilakukan
ekstraksi, bukan sebagai buah untuk dikonsumsi saja (Triwinata, 2006).
Tanaman lengkeng berasal dari dataran Cina, namun sebagian ahli botani yakin
bahwa tanaman ini berasal dari India kemudian lengkeng dibudidayakan secara luas di
Thailand, Vietnam, Cina, Malaysia, dan Indonesia. Di Indonesia terdapat beberapa jenis
kelengkeng lokal yang saat ini dibudidayakan yaitu kelengkeng lokal varietas batu,
kelengkeng lokal varietas selarong dan kelengkeng lokal varietas mutiara (Prawitasari,
2001).
Di Indonesia, buah klengkeng termasuk buah yang cukup digemari masyarakat. Permintaan buah
ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun di kalangan masyarakat. Impor buah lengkeng diperkirakan
mencapai 200.000 ton per tahun yang berasal dari Thailand dan China (Anonim, 2009).
Tanaman lengkeng yang menjadi tumpuan harapan penghasilan utama bagi petani kadang-kadang
tidak berbunga dan tidak berbuah. Ketidakpastian hasil kelengkeng karena pembungaan dan pembentukan
buah yang tidak lebat. Agar kelengkeng dapat berbunga lebat, tanaman tersebut perlu dirangsang
pembungaannya. Firstantinovi (2004) dalam Yulianto (2008) menyatakan bahwa Pembungaan lengkeng
dapat dipacu dengan cara perlakuan fisik melalui pemangkasan, perundukan, penggelangan, dan stres air,
atau perlakuan non fisik melalui pemupukan hara mikro dan pemberian hormon. Pada beberapa jenis
tanaman buah-buahan, perangsangan pembungaan dapat dilakukan melalui aplikasi paklobutrazol,
pemangkasan, dan perundukan dahan.
Pemangkasan atau pruning adalah langkah pembuangan beberapa bagian pada tanaman seperti
cabang dan ranting untuk mendapatkan bentuk tertentu, sehingga dapat mencapai tingkat efisiensi yang
tinggi agar cahaya matahari mampu menyinari, mempermudah mendeteksi hama penyakit, serta
mempermudah proses panen tanaman tersebut. Pemangkasan berguna untuk mengurangi beban tanaman,
keberadaan daun, ranting, dan buah yang terlampau lebat dapat dikurangi, sehingga tanaman dapat
menghasilkan buah dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. (Susanto, 2005).

7.5.2. Tujuan Praktikum


Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan praktikum ini adalah, mahasiswa memahami dan
mengetahui cara membuat tabulampot, beberapa jenis buah-buahan
dengan komposisi media tumbuh yang sesuai.

Bahan dan Alat Praktikum


1. Bahan-bahan praktikum :
a. Kompos / Bokashi (pupuk kandang terfermentasi)
b. Arang sekam atau arang dari bahan lain (kayu, serbuk gergaji, dll)
c. Cocopeat atau sabut kelapa yang dihaluskan
d. Sekam yang telah disimpan lama
e. Tanah (sebaiknya hidari tanah berlempung)
f. Pasir
g. Dolomit/kapur pertanian secukupnya
h. Bibit tanaman buah-buahan yang diperbanyak secara vegetatih

2. Alat-alat praktikum :
a. Pot dari plastik, drum, atau dari kayu
b. Cepang
c. Sekop
d. Cangkul
e. Gembor
f. Gunting pangkas
g. Hand sprayer
h. Ember

Prosedur Kerja

1. Siapkan media tanah dan lakukan pengayakan jika terdapat kerikil atau tidak halus.
2. Siapkan pot sebagai wadah media tanah yang disesuaikan dengan ukuran tumbuhan, tapi sebaiknya
pilih pot yang berukuran lebah kecil terlebih dahulu jika sudah besar baru di pindah ke pot yang lebih
besar anggap saja sebagai penanda peremajaan pot.
3. Letakkan sabut kelapa atau genteng di dasar pot.
4. Masukkan media tanah ke dalam pot setengah saja.
5. Letakkan bibit pada pot pada tengah–tengah pot dan pangkas sebagian daun untuk mengurangi
penguapan. Kemudian timbun dengan tanah hingga pangkal batang.
6. Tanamkan lima jenis buah-buahan yang mudah tumbuh dan berbuah untuk ditnam, yaitu : Jambu biji,
jeruk siem lumut, sawo, mangga, kelengkeng dan kedondong.
7. Padatkan tanah dan pastikan tertopang dengan kuat dan lakukan penyiraman untuk menjaga
kelembabannya
8. Letakkan tabulampot pada tempat yang teduh dan lakukan penyiraman setiap pagi atau sore hari. Baru
setelah 1 Minggu letakkan di tempat terbuka.

Hasil dan Pembahasan

1. Proses Pembuatan Media Tabulampot Keterangan


Proses Pembuatannya :
Alat dan bahan yang digunakan yaitu pertama
alat,sarung tangan,pisau,cangkul,sekop dan
timbangan. Sedangkan bahan yang digunakan,yaitu
tanaman kelengkeng dari pembiakan vegetative
(grafting),tanah sawah,pukam atau pupuk
kandang,arang sekam dengan komposisi (1:1:1 kg)
dan serabut kelapa.
Langkah – langkah pembuatan media
tabulampot,yaitu :
1. Dilubangi bagian bawah bak dengan pisau
seperluya.
2. Diayak dan sortir tanah sawah dari material selain
tanah begitu juga seterunya pada bahan pupuk
kandang dan arang sekam.
3. Disesuaikan komposisi dari tanah sawah,pupuk
kandang dan arang sekam dengan komposisi (1:1:1
kg) yang telah ditimbang sebelumnya.
4. Dicampur ketiga bahan dengan tangan sampai
ketiga bahan tercampur dengan merata.
5. Disediakan bak bekas dan serabut kelapa
6. Dan bahan siap digunakan untuk media
tabulampot.

Budidaya Klengkeng (Dimocarpus longan


2. Lour.) Dalam Pot (Tabulampot Keterangan
Kelengkeng).
Botani dan Morfologi Tanaman Klengkeng :
Klasifikasi kelengkeng (Dimocarpus longan Lour.) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Sapindales
Suku : Sapindaceae
Marga : Dimocarpus
Jenis : Dimocarpus longan Lour.
Morfologi kelengkeng (Dimocarpus longan Lour.) :
1. Morfologi Akar

Pohon yang dimiliki oleh tanaman kelengkeng ini


memiliki ukuran tinggi kira-kira mencapai 40 meter
serta batang yang berdiameter 1 meter. Selain itu, akar
dari pohon tanaman kelengkeng merupakan salah satu
akar yang berjenis tunggang. Bahkan pohon
kelengkeng ini menyediakan berbagai akar samping,
kuat dan panjang.

2. Morfologi Batang

Batang dari tanaman kelengkeng memiliki batang


yang berkayu keras dengan bentuk yang bulat serta
sistem percabangan yang simpodial. Maksudnya,
dimana batang-batang yang memiliki cabang-cabang
yang banyak dengan serta arah cabangnya merapat
dan mendatar. Pada umumnya permukaan dari batang
kelengkeng ini berwarna coklat dan kasar.

3. Morfologi Daun

Berbeda dengan tanaman yang lainnya dimana


tanaman kelengkeng ini memiliki daun yang banyak
serta ukurannya panjang dan pada bagian ujungnya
terlihat meruncing. Sama seperti tanaman yang
lainnya dimana tanaman dari kelengkeng memiliki
warna daun hijau yang gelap. Daun kelengkeng
merupakan salah satu daun yang majemuk dengan
berhadap-hadapan pada satu tangkai. Biasanya satu
tangkai terdiri dari kurang lebih 3 sampai 6 pasang
daun. Dibagian permukaan daun memiliki warna yang
hijau tua serta mengkilap. Selain itu struktur daun dari
tanaman kelengkeng ini, yaitu menyirip.

4. Morfologi Bunga

Morfologi dari bunga tanaman ini memiliki dua


macam yaitu, monoesis dan diesis. Tanaman yang
jantan hanya menyediakan staminate (benang sari)
saja tanpa adanya harus memperlihatkan pistil (putik).
Bunga kelengkeng merupakan sebuah bunga yang
majemuk dengan ukuran yang minimalis dan memiliki
warna coklat kekuningan. Perbungaan terdapat flos
terminalis atau bagian ujung dan berbentuk seperti
payung menggarpu serta bunga mahkota 5 helai.
Bunga kelengkeng merupakan sebuah bunga yang
majemuk dengan ukuran yang minimalis dan memiliki
warna coklat kekuningan.

5. Morfologi Buah

Buah dari kelengkeng ini memiliki ukuran


yang relatif kecil dan berbentuk bulat serta
didukung dengan dua warna yang berbeda.Warna
yang pertama yaitu warna hijau, dimana buah
kelengkeng yang berwarna hijau akan bertanda
kalau buah kelengkeng itu masih mudah dan tidak
layak untuk dikonsumsi. Untuk warna yang kedua
yaitu warna coklat yang kekuningan ini bertanda
kalau buah kelengkeng dalam keadaan yang
sudah tua atau layak untuk dikonsumsi. Daging
dari buah ini agak sedikit tebal serta rasanya
manis jika dikonsumsi. Bagian permukaannya
seperti berbintil yang kasar, namun ini hanya
bergantung pada varietasnya.

6. Morfologi Biji

Biji dari kelengkeng ini berbentuk bulat


dengan dua keping yang telah dilapisi dengan biji
yang berwarna hitam.Biji dari tanaman
kelengkeng ini memiliki warna yang hitam
dengan daging yang berwarna putih.

Proses Pembuatannya :

Adapun proses pembuatan tabulampot


kelengkeng dengan langkah-langkah yang
diantaranya :

1. Dipersiapkan bahan media pot seperti di atas.

2. Dimasukkan serabut kelapa pada dasar bak


bekas.

3. Diisi bak dengan campuran tanah dari tanah


sawah,pukan dan arang sekam sampai setengah
bak terisi.

4. Dimasukkan bibit kelengkang dari perbiakan


vegetative (grafting) ke dalam bak.

5. Lalu dimasukkan lagi adonan tanah sampai


semua bagian akar tanaman kelengkeng
tertutupi.

6. Disiram dengan air sampai lembab dan jangan


tergenang.

Pembahasan
Tabulampot adalah kepanjangan dari tanaman tumbuh dalam pot yang memiliki arti yaitu
tumbuhan yang dibudidayakan didalam pot yang tujuannya yaitu untuk hiasan ataupun untuk di produksi
buahnya.
Kelengkeng (Dimocarpus longan Lour.) merupakan tanaman subtropis yang sudah dikenal 2000
tahun yang lalu, berasal dari daerah Cina Selatan. Manfaatannya lebih kepada khasiatnya sebagai obat baik
kandungan dalam buah maupun dari biji yang sudah dilakukan ekstraksi, bukan sebagai buah untuk
dikonsumsi saja.
Berdasarkan praktikum pembuatan tabulampot yang telah dilakukan dengan menggunakan bibit
tanaman Kelengkeng (Dimocarpus longan Lour.). Bahan pembuatan media dari campuran tanah
sawah,pukan atau pupuk kandang dan arang sekam dengan komposisi (1:1:1 kg) serta pot dari bak bekas.
Proses pembuatan media tabulampot meliputi : Lubangi bagian bawah bak dengan pisau seperluya.
Ayak dan sortir tanah sawah dari material selain tanah begitu juga seterunya pada bahan pupuk kandang
dan arang sekam.Sesuaikan komposisi dari tanah sawah,pupuk kandang dan arang sekam dengan
komposisi (1:1:1 kg) yang telah ditimbang sebelumnya. Campur ketiga bahan dengan tangan sampai ketiga
bahan tercampur dengan merata.sediakan bak bekas dan serabut kelapa.Dan bahan siap digunakan untuk
media tabulampot.
Adapun proses pembuatan tabulampot kelengkeng dengan langkah-langkah yang
diantaranya :Persiapkan bahan media pot seperti di atas.Masukkan serabut kelapa pada dasar bak
bekas.Isi bak dengan campuran tanah dari tanah sawah,pukan dan arang sekam sampai setengah
bak terisi.Masukkan bibit kelengkang dari perbiakan vegetative (grafting) ke dalam bak.Lalu
masukkan lagi adonan tanah sampai semua bagian akar tanaman kelengkeng tertutupi. Dan siram
dengan air sampai lembab dan jangan tergenang.
Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembuatan tabulampot
menggunakan tanaman kelengkeng dengan media tabulampot dari tanah sawah,pukan dan arang sekam
dengan komposisi (1:1:1 kg) serta pot dari bak bekas.

Saran
Seharusnya dalam pembuatan tabulampot tanaman tahunan dalam pemindahan bibit tanaman ke
media lain tidak boleh melepas tanah pada akar bibit agar tanaman bisa cepat beradaptasi dengan media
yang baru.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Panen Lengkeng Tiap Bulan. Majalah Trubus edisi 471 Februari 2009. hlm. 12 -29.

BPTP Sumatera Barat, 2007, Pengaruh Waktu Pemotongan Bagian Tanaman Di atas Tongkol  (Topping)
pada Tanaman. Sumatera Barat.
Dahlia. 2001. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. UM Press: Malang.
Dunia Pertanian.2014. LAPORAN TABULAMPOT (Tanaman Buah Dalam Pot) / REPORT
tabulampot (Fruit Plants In Pot).
http://perenialclub.blogspot.com/2014/04/laporan-tabulampot-tanaman-buah-
dalam.html. Di akses tgl 12 Desember 2020.
Firstantinova,E.S. 2004. Membuahkan Lengkeng dalam Pot. Panebar Swadaya, Jakarta.
Prawitasari, T. 2001. Fisiologi Pembunggaan Tanaman Lengkeng Pada Beberapa Ketinggian Tempat.
Disertasi. Bogor: Intitut Pertanian Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Susanto, D.A dan Supriyanto,A.2005. Teknik Pemangkasan Pemeliharaan Tanaman Jeruk. Loka Penelitian
Tanaman Jeruk dan Hortikultura Subtropik-Tlekung, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, vol. 1.
Yulianto., Susilo, J., dan Juanda, D.2008. Keefektifan Teknik Perangsangan Pembungaan pada
Kelengkeng. J. Hort. 18(2):148-154.
Yulianto., Susilo, J., dan Juanda, D.2008. Keefektifan Teknik Perangsangan Pembungaan pada
Kelengkeng. J. Hort. 18(2):148-154.
ACARA I. PEMBIBITAN TANAMAN KELAPA

HASIL PENGAMATAN

Gambar 5. Pertumbuhan bibit kelapa umur 30 hari (Gbr. kiri tanpa perlakuan (C);
Gbr. tengah perlakuan buah kelapa disayat (A) dan Gbr. Kanan perlakuan
buah kelapa direndam selama 24 jam (B)

Gambar 6. Pertumbuhan bibit kelapa umur 60


hari (Gbr. kiri tanpa perlakuan (C);
Gbr. tengah perlakuan buah kelapa disayat (A) dan Gbr. Kanan perlakuan
buah kelapa direndam selama 24 jam (B)
PEMBAHASAN

Tujuan dari penyayatan adalah untuk memudahkan masuknya air kedalam sabut, memudahkan
pemeriksaan kejenuhan air yang diserap sabut pada waktu penyiraman, memudahkan dan
menyeragamkan pertumbuhan tunas.
Pada awal pembibitan dilakukan penyelupan benih dalam pestisida untuk mencegah serangan
patogen.
Benih unggul dan bermutu berperan dalam peningkatan produksi. Benih yang kurang baik akan
menghasilkan kuantitas dan kualitas produksi yang kurang baik pula. Benih yang baik diperoleh dari
pohon induk yang berproduksi tinggi, pemetikannya sekali sebulan agar biaya pemetikan dapat
ditekan (biasanya pemetikan dilakukan dua kali sebulan). Setelah dipanen, buah untuk bibit perlu
diseleksi.
Penyeleksian buah harus memperhatikan beberapa hal berikut:1) Bentuk buah bulat atau lonjong.
Untuk kelapa dalam, minimal panjang 22 cm dan lebar 17 cm, sedangkan untuk kelapa hibrida
minimal panjang 15 cm dan lebar 14 cm. 2) Buah harus sudah berumur 12-14 bulan, 3) Bobot buah
harus berat, minimal untuk kelapa dalam 1,5 kg dan untuk kelapa hibrida 1,3 kg, 4) Keadaan kulit
buahnya baik dan tidak ada tanda-tanda serangan hama penyakit.
Offtype adalah tipe simpang dari suatu tanaman. Artinya, dalam tanaman tersebut terdapat karakter
atau ciri yang menyimpang dari deskripsi tanaman yang ada. Misalnya warna daun, warna batang
yang ada di lapang berbeda dari deskripsi yang sudah ada. Benih yang masuk dalam tipe simpang ini
sebaiknya dibuang atau dihilangkan karena dapat mengganggu tanaman lain yang sehat.
 1) Pembibitan Awal (Pre-Nursery) Pre nursery atau pembibitan awal dapat dilakukan pada
bedengan- bedengan yang tanahnya ditinggikan sampai mencapai 35 cm atau bibit di tanam dalam
polibag kecil berupa tanah bagian atas (top soil) yang sudah dibersihkan Ciri utama pembibitan tahap
awal; 1. Penggunaan kantong plastik berukuran kecil sehingga jumlah bibit per ha areal pembibitan
menjadi banyak 2. Areal pembibitan dipilih lahan yang rata dan datar (tidak miring) 3. Berdrainase
lancar 4. Dekat dengan sumber air, tetapi tidak rawan banjir). Pada pre nursery bibit ditanam dan
disusun rapat sampai berumur 3-4 bulan. Dalam waktu 3 - 4 bulan pertama dari pertumbuhan bibit
diperlukan naungan agar intensitas cahaya yang diterima bibit sekitar 40%. Bibit ditanam pada
kantong plastik kecil berukuran 14 x 22 cm rata dengan tebal 0.07 mm. Tanah yang diisikan adalah
tanah atas (top soil) yang disaring. Kecambah yang ditanam dengan plumula menghadap keatas dan
radikula ke bawah sedalam 2 - 3 cm. Pembibitan awal merupakan tahap yang menentukan
keberhasilan dalam pengelolaan bahan tanaman selanjutnya. Pemeliharaan bibit di pembibitan awal
dilakukan dengan pengisian dan penyusunan polibag, alih tanam, penyiraman, pengendalian gulma,
pemupukan, pengendalian hama dan penyakit dan seleksi bibit .Setelah pembibitan awal bibit
dipindahkan ke pembibitan utama (main nursery). Selama pembibitan keadaan tanah di polybag harus
selalu dijaga agar tetap lembab tapi tidak becek. Pemberian air pada lapisan atas tanah polybag dapt
menjaga kelembaban yang dibutuhkan oleh bibit. Penyiraman dengan sistem springkel irrigation
sangat membantu dalam usaha memperoleh kelembaban yang diinginkan dan dapat melindungi bibit
terhadap kerusakan karena siraman. Adapun pemeliharaan yang dilakukan menurut Pusat Penelitian
Kelapa Sawit Medan di pre-nursery diantaranya sebagai berikut: 1. Penyiraman, dilakukan 2 kali
sehari dengan setiap penyiraman bibit memerlukan 0.1-0.25 litr air 2. Penyiangan gulma, dengan
dilakukan secara manual yang dilakukan selama 2 minggu sekali. Dan pada penyiangan ini tidak
dianjurkan dengan menggunakan herbisida 3. Pemupukan dengan menggunakan pupuk urea 2
gram/liter untuk 100 bibit dengan frekuensi seminggu sekali. Selain itu dengan pupuk majemuk 2.5
gram/polybag dan tidak dianjurkan mengaplikasikan pupuk daun pada saat kondisi udara panas atau
kering dan pada bibit yang mengalami stress air.

KESIMPULAN
Pembibitan tanaman kelapa harus diperhatikan tahapan – tahapan yang dilakukan, karena
sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitasnya. Pemilihan bibit, penyiapan lubang tanam
dan penanaman, serta pemeliharaan selama masa Tanaman Belum Menghasilkan (TBM).

SARAN
Sebaiknya praktikum dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, dan praktikan juga harus menyadari
betapa pentingnya praktikum dan pengetahuan tentang kelapa ini.
DAFTAR PUSTAKA

Adiwi, Adiwiganda, R. dan M. M. Siahaan. 1994. Tanah dan Pemupukan Tanaman KelapaSawit.
Lembaga Pendidikan Perkebunan. Kampus Meda. Medan. 68 hal.
AmariAmarilis,S. 2009. Aspek Pengendalian Gulma di Perkebunan Sagu (Metroxylon spp.) PT.
National Timber And Forest Product Unit HTI Murni Sagu Selat Panjang, Riau. Skripsi.
Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB.

Anda mungkin juga menyukai