Anda di halaman 1dari 20

KELAS X | SMK NEGERI PAKU

KELAS X
ATPH
PEMBIAKAN SECARA VEGETATIF
Membiakan Tanaman Secara Vegetatif
A. Kegiatan Pembelajaran 5

1. Lembar Informasi
Prinsip pembiakan tanaman secara vegetatif

a. Prinsip pembiakan tanaman secara vegetatif


Cara pembiakan vegetatif meliputi: (1) Secara alami dengan penggunaan biji
apomiktik (terbentuk tanpa pembuahan dan merupakan bentuk vegetatif) dan
penggunaan organ-organ khusus tanaman (hasil modifikasi batang atau akar,
misalnya: bulb, tuber, rhizome, dll); (2) Secara buatan dengan stimulasi akar dan
tunas adventif ialah ”layerage”, ”cuttage”, atau setek, penyambungan tanaman dan
kultur jaringan.
Pada ”layerage” stimulasi saat organ vegetatif masih bersatu dengan tanaman,
misalnya, ”layerage” di atas tanah (cangkokan). Stimulasi pada setek saat organ
vegetatif sudah dipisahkan dari tanaman, misalnya setek akar, setek batang, setek
daun, dan setek tunas/mata tunas.
Pengertian penyambungan adalah menyambung suatu bagian tanaman (pupuk/mata
tunas) pada bagian tanaman lain sehingga menyatu dan tumbuh menjadi tanaman
baru. Penyambungan tanaman bisa dalam bentuk ”grafting” (batang atas berupa
pucuk), ”budding atau okulasi” (batang atas berupa mata tunas), susuan (saat
penyambungan batang bawah dan atas masih pada tanaman masing-masing.
Sebab – sebab lain dilakukan pembiakan vegetatif adalah:
1) Tanaman tidak menghasilkan atau sedikit menghasilkan biji, sebagai contoh:
macam-macam apel pisang, nanas, yang pada umumnya mrupakan tanaman
triploi.
2) Tanaman menghasilkan biji tetapi sukar berkecambah. Contoh: holly, mawar dan
jenis-jenis palm.
3) Beberapa tanaman lebih resistan terhadap hama dan penyakit bila mereka
timbul pada akar-akar yang berhubungan pada tanaman tersebut. Contoh
tanaman persik, anggur Eropa, sukun dan cemara.
4) Beberapa tanaman lebih tahan terhadap suhu dingin (hard) bila disambungkan
dengan batang lain jenis. Contoh: macam pada apel King, Baldwin, dan Grimes.
5) Tanaman akan lebih kuat bila disambungkan pada batang bawah tertentu yang
menghasilkan tanaman lebih besar serta hasil buah yang lebih banyak, demikian
pula untuk tanaman karet dan mawar.
6) Tanaman lebih ekonomis bila dibiakkan secara vegetatif. Contoh tanaman
strawberry, blueberry, kentang dan pisang.
Banyak cara – cara pembiakan vegetatif dilakukan, dan pemilihan dari macam
cara tersebut tergantung pada tanamannya dan tujuan pembiak.
Cara-cara pembikan vegetatif ini dapat diiktisarkan sebagai berikut:
a) Secara alami, dapat dibedakan:
 Pengunaan biji apomiktik
 Penggunaan bagian-bagian khusus tanaman.
b) Secara buatan, dapat dibedakan:
 Stimulasi akar dan tunas adventif
 Penyambungan tanaman

Penggunaan biji apomiktik.


Apomiksis ialah substitusi dari perbanyakan secara kawin oleh perbanyakan tak
kawin dimana dalam proses ini tak terjadi persatuan inti sel, atau dapat pula
diartikan sebagai perkembangan biji tanpa proses kawin yang sempurna,
sehingg hasil apomiksis ini akan merupakan suatu bentuk vegetatif.

Penggunaan bagian-bagian khusus tanaman.


Selain dengan penggunaan biji apomiktik, perbanyakan alamiah dari banyak
tanaman dicapai dengan pengguanaan bagian- bagian khusus tanaman, bagian-
bagian khusus tersebut berupa perubahan batang atau akar (“bulb”, “corm”,
“runner”, “rhizoma”, “tuber”, “offset”, dan “flashyroot”), yang serikali berwujud
sebagai alat penyimpan makanan dalam tanah,

Stimulasi akar dan tunas adventif.


Agar bagian vegetatif tanaman mampu berkembang menjadi suatu tanaman
yang sempurna stimulasi buatan dari akar dan tunas adventif perlu dilakukan.
Proses ini disebut layerage atau bumbun bila stimulasi akar/tunas baru tersebut
dilakukan pada saat bagian vegetatif masih bersatu dengan tanaman; dan
disebut “cuttage” atau stek bila distimulasi dilakukan setelah bagian vegetatif
dipisahkan dari tanaman asalnya.

Penyambungan tanaman.
Penyambungan tanaman merupakan suatu tindakan memasukkan,
menempatkan atau menyambung bagian dari satu tanaman, ke bagian tanaman
lain dengan sedemikian rupa sehingga akan tercapai persenyawaan, dan
kombinasi ini terus tumbuh membentuk tanama baru.

b. Keuntungan dan kelemahan pembiakan tanaman secara vegetatif


Pembiakan tanaman secara vegetatif merupakan salah satu kegiatan dalam
menunjang berlangsungngya proses regenerasi tanaman, agar tanaman tersebut
mampu tumbuh dan berproduksi secara optimal tanpa memerlukan waktu yang
panjang. Pembiakan tanaman secara vegetatif biasanya diterapkan bagi tanaman
buah tahunan.
Bibit yang dihasilkan dengan cara vegetatif biasanya diperoleh dari pembiakan
secara tak kawin (asexsual). Pembiakan ini banyak dilakukan orang untuk
mendapatkan bibit, karena dengan cara ini bibit tersebut akan tetap sama memiliki
sifat-sifat yang serupa dengan induknya. Pada perbanyakan vegetatif akan
mendapatkan penggabungan sifat yang baik dari induk tersebut. Sebagai contoh
dalam perbanyakan vegetatif melalui okulasi atau sambung akan mendapatkan
batang bawah yang memiliki sifat seperti induknya contoh mempunyai perakaran
yang baik, dan untuk batang atasnya akan memiliki sifat dari induknya.
Keuntungan lain dari pembiakan vegetatif adalah:
1) Dapat melestarikan bahan heterosigus tanpa perubahan;
2) Pembiakan vegetatif bisa lebih mudah dan lebih cepat daripada perbanyakan
dengan biji, karena masalah dormansi biji yang harus diatasi dulu.
3) Masa juvenil dapat lebih diperpendek.
4) Dapat digunakan untuk memperbanyak tanaman yang tidak ada bijinya, atau
bijinya tidak variabel ( pisang, orange dan anggur thompson tanpa biji)
Contoh perbanyakan vegetatif dapat diringkas sebagai berikut:
a) Pengunaan biji apomiktik contoh pada tanaman jeruk
b) Penggunaan struktur vegetatif khusus, sulur atau runner, contohnya pada
tanaman strawbery, umbi lapis pada tanaman tulip, lily, dan bawang, pada
umbi sisik atau corm pada tanaman gladiol, akar rimpang atau rhizoma pada
tanaman iris, umbi batang pada tanaman kentang, umbi akar pada tanaman
ubi jalar, dahlia, dan untuk carang atau offshoots pada tanaman dailili.
c) Induksi untuk akar adventif atau tunas adventif. Bumbun (regenerasi dari
bagian vegetatif sewaktu masih melekat dengan tanamannya)
d) Sambungan atau graftage (penggabungan bagian tanaman dengan cara
regenerasi jaringan)

Pembiakan tanaman secara vegetatif yang biasa dilakukan pada tanaman buah-buahan
diantaranyan adalah :
 Okulasi (budding)
 Sambung Pucuk (scion grafting)
 Cangkok
 Stek
 Susuan (grafting by aproach atau marching)
Pembiakan yang dilakukan pada tanaman buah-buahan dengan menggunakan metode-
metode, hal ini ,erupakan salah satu cara untuk membantu para petani buah-buahan
dalam menentukan bibit yang benar-benar berkualitas, sehingga para petani pada
akhirnya bisa menikmati dari kualitas tanaman yang dibudidayakannya.
Pembiakan yang dilakukan pada tanaman buah-buahan ini terbilang sangat sederhana,
dan bisa dikerjakan oleh semua orang, karena pembiakan tanaman secara vegetatif
tidak banyak memakan waktu dan tidak membutuhkan biaya yang banyak. Salah satu
contoh adalah pembiakan tanaman secara vegetatif dengan metoda okulasi, pada
perbanyakan vegetatif yang menggunakan ini ditekankan pada keterampilan dalam
menyayat batang atas dan batang bawah, sehingga penempelan pada batang bawah
dan batang atas atau tunas akan memadukan atau menempel dengan bantuan
kambium yang melekat pada batang amsing-masing, disinilah ketelitian dalam
menempelkannya, tetapi kita harus memperhitungkan kecepatan dan ketepatan dalam
melakukan penempelan, baik dalam penyayatannya maupun dalan pengikatan sayatan
tadi.
Pembiakan tanaman secara vegetatif tidak bisa dilakukan pada semua tanaman buah-
buahan dengan menggunakan metoda okulasi atau menggunakan metoda yang lainnya,
melainkan harus diketahui terlebih dahulu tentang tanaman yang bisa dilakukan oleh
metoda apa yang cocok untuk dikembangkan dengan cara pembiakan vegetatif
tersebut. Contohnya, tanaman sawo tidak bisa dilakukan pembiakan vegetatif dengan
metoda okulasi, melainkan tanaman sawo hanya bisa dilakukan dengan metoda
cangkok, dengan alasan, bahwa pada tanaman sawo mempunyai getah yang sangat
tinggi, dan sedikit kambium. Berikut daftar tabel1. pembiakan tanaman buah-buahan
yang bisa dilakukan dengan metoda cankok, okulasi, sambung pucuk, stek, susuan dan
anakan.

Daftar tabel1.
Metoda Pembiakan
Nama
No Sambung
Tanaman Okulasi Cangkok Stek Susuan
pucuk
1. Rambutan    X 
2. Durian  X  X 
3. Mangga    X 
4. Kelengkeng    X 
5. Sawo X  X X 
6. Belimbing    X 
7. Jambu Air    X 
8. Jambu Batu    X 
9. Kedondong     
10. Jeruk     
11. Srikaya     
12. Duku  X  X 
13. Manggis  X  X 
14. Alpukat    X 
15. Mariksa X X   
Keterangan :
 Bisa dilakukan
X Tidak Bisa dilakukan
Untuk melakukan pembiakan tanaman secara vegetatif biasanya harus mempersiapkan
terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan dan metoda apa yang akan
dilakukan serta tanaman apa yang akan dikerjakan. Sebagai contoh, apabila kita akan
melakukan perbanyakan tanaman durian, maka sebaiknya menggunakan metoda
Okulasi, dan bahan yang akan dipersiapakan meliputi; perisapan batang bawah dan
persiapan batang atas.
Persiapan inilah yang harus betul – betul matang dalam perencanaan, karena pada
persiapan batang bawah akan mempengaruhi pada persiapan batang atas, contohnya,
apabila kita akan melakukan okulasi dan persiapan batang bawah dilakukan pada bulan
Januari, maka kita merencanakan untuk melakukan okulasinya pada bulan Juli,
sedangkan pada bulan juli tersebut, kondisi alam sedang mengalami panas dan kurang
air (tidak banyak hujan), maka kondisi seperti ini akan menghawatirkan pertumbuhan
tanaman yang baru dilakukan okulasi. Oleh karena itu persiapan batang bawah
sebaiknya dilakukan pada akhir September atau Oktober, karena batang bawah yang
diperkirakan bisa dilakukan untuk diokulasi 5-6 bulan setelah tanam.
Persiapan batang bawah diantaranya adalah, pembuatan pesemaian untuk penanaman
biji, pengisian polibag, pemilihan biji, penanaman biji, pemeliharaan pesemaian. Perlu
diketahui, bahwa persiapan batang bawah bukan hanya menyediakan untuk okulasi
saja, melainkan batang bawah bisa digunakan untuk metoda sambung pucuk dan
susuan.
Pembuatan pesemain bisa dikerjakan dimana saja, asalkan sinar matahari yang
dibutuhkan sangat mencukupi, sumber air dekat, transportasi terjangkau dan jauh dari
gangguan, baik dari binatang maupun manusia. Pesemaian yang digunakan untuk
persiapan batang bawah biasanya hanya merapihkan tanah agar tanah tersebut rata
dan rapih, kemudian pinggirnya diberi penghalang dari bambu, untuk lebih jelasnya lihat
gambar saung pesemaian dibawah ini:

Gambar 1. saung pesemain untuk persiapan batang bawah

Keterangan :
1. Tiang untuk penyangga bagian belakang terbuat dari bambu dengan ukuran
80 -100 cm
1. Tiang untuk penyangga bagian depan terbuat dari bambu dengan ukuran 120-
140 cm
2. Atap saung dengan ukuran 200 cm terbuat dari anyaman daun kelapa, bisa
juga menggunakan paranet, alang-alang dan plastik.
3. Pembatas bedengan yang terbuat dari bambu yang dibelah, dengan ukuran
disesuaikan ukurna bedengan.
4. Permukaan bedengan
5. Saluran air pembuangan bagian depan
6. Saluran air pembuangan bagian belakang
7. Tempat untuk melakukan aktivitas penanaman maupun pemeliharaan

Pengisian polibag untuk persiapan tanam biji biasanya dilakukan bersamaan dengan
pembuatan naungan agar mudah penataannya. Media yang digunakan untuk pengisian
polibag diantaranya menggunakan Tanah, Pupuk Kandang dan Sekam, apabila sekam
tidak ada maka, Tanah dan Pupuk kandang sudah cukup, perbandingan untuk media
tersebut adalah 1 : 1 : 1, atau bisa juga 1 : 2 : 1.
Untuk penanaman, biji sebaiknya diseleksi dulu, agar biji tersebut benar-benar bersih
dan sehat tidak terkena hama dan penyakit, sehingga tidak akan mengganggu
pertumbuhannya. Kriteria biji yang baik untuk ditanam diantaranya adalah:
 Mempunyai keseragaman dalam bentuk
 Bernas
 Sehat
Penanaman biji sebaiknya dilakukan pada sore hari, karena setelah biji ditanam lalu
diberikan penyiraman, hal ini apabila dilakukan sore hari, maka kelembaban akan tetap
terjaga sampai pagi.
2. Lembar Kerja
Persiapan Batang Bawah
1. Alat

Pisau Golok Gergaji Cangkul Linggis

2. Bahan
 Bambu
 Polybag 10 x 20 cm
 Kawat untuk pengikat
 Paku
 Plastik/Para Net/Pelepah Kelapa
 Tanah
 Pupuk Kandang
 Sekam
 Biji Buah Durian/Rambutan

3. Langkah Kerja

 Buat Tiang untuk penyangga bagian belakang terbuat dari bambu dengan
ukuran 80 -100 cm
 Buat Tiang untuk penyangga bagian depan terbuat dari bambu dengan
ukuran 120-140 cm
 Buat Atap saung dengan ukuran 200 cm terbuat dari anyaman daun kelapa,
bisa juga menggunakan paranet, alang-alang dan plastik.
 Buat Pembatas bedengan yang terbuat dari bambu yang dibelah, dengan
ukuran disesuaikan ukurna bedengan.
 Permukaan bedengan diratakan
 Buat Saluran air pembuangan bagian depan
 Buat Saluran air pembuangan bagian belakang
 Siapakan tanah, pupuk kandang, dan sekam dengan perbandingan 1:1:1,
lalu diaduk sampai rata dan diberi nematisida secukupnya,
 Media yang sudah tercampur dimasukan kedalam polybag samapi ¾ bagian
dari poly bag tersebut.
 Simpan polybag tersebut dbawah naungan dan atur dengan rapi sehingga
memudahkan dalam penghitungan.
 Tanam biji yang sudah terseleksi dan siram polybag yang sudah di tanami
tersebut.
3. Lembar Evaluasi
Beri tanda X bila pertanyaan yang dianggap benar
1. Pembiakan Vegetatif biasanya dilakukan dengan cara
a. Asexsual
b. Sexsual
c. Persilangan jantan dan betina
d. Menyilang sendiri
e. Tanaman berasal dari biji
2. Bibit yang ditanam dari hasil pembiakan secara vegetatif akan
mendapatkan...
a. Produksi rendah
b. Dapat mewarisi dari induknya
c. Kualitas buah dan rasa sangat berbeda
d. Produksi awal sama dengan tanaman yang berasal dari biji
e. Tingkat pertumbuhan sangat rendah
3. Pembiakan tanaman secara vegetatif diantaranya adalah...!
a. Penyerbukan
b. Melakukan persilangan dengan bantuan angin
c. Okulasi
d. Dari biji
e. Sexsual
4. Persiapan batang bawah diantaranya mempersiapakan...!
a. Pemeliharan tanaman
b. Pengolahan
c. Persiapan lahan
d. pembuatan pesemaian untuk penanaman biji, pengisian polibag,
pemilihan biji, penanaman biji, dan pemeliharaan pesemaian
e. pembuatan pembibitan
5. Media yang digunakan untuk pengisian polybag adalah:
a. Tanah dan sekam
b. Sekam
c. Tanah
d. Pupuk kandang
e. Tanah, Pupuk Kandang dan sekam
MODUL -2
1. Lembar Informasi 2
Pembiakan Tanaman Secara vegetatif
a. Okulasi(budding)
Batang bawah yang sudah berumur antara 4-6 bulan untuk tanaman durian
sedangkan untuk tanaman rambutan 8-12 bln sudah dapat dilakukan okulasi,
atau umur bibit tersebut belum mencapai umur tetapi diameter batang bibit sudah
sampai ukuran sebesar pensil, maka bibit tersebut sudah dapat dilakukan
okulasi.
Waktu untuk melakukan okulasi yang paling baik adalah pada saat kulit pohon
mudah dikelupas dari kayunnya. Pada saat ini pembelahan sel dalam cambium
berlangsung secara aktif. Setiap pohon mempunyai waktu pembelahan yang
berbeda, ada yang aktif di musim kemarau dan ada yang aktif dimusim
penghujan, selain itu pengelupasan kulit dari kayu bisa ditentukan oleh keadaan
curah hujan atau pengairan. Pada saat curah hujan tinggi atau pengairan yang
cukup pada umumnya tanaman mudah dilepas kulit kayunya. Lebar irisan 0,5 – 1
cm atau sekitar 1/3 kali lingkar batang dan panjang 2-3 cm.
Secara umum pekerjaan okulasi ini terdiri atas pengirisan/penyayatan batang
bawah, pengambilan mata tunas (entres), penyisipan mata tunas, pengikatan
tempelam, pelepasan ikatan pada tempelan, serta pemotongan batang bawah.
 Pengirisan/penyayatan batang bawah,
6 bulan untuk tanaman durian sedangkan untuk tanaman rambutan 8-12
bln sudah dapat dilakukan okulasi, atau umur bibit tersebut belum
mencapai umur tetapi diameter batang bibit sudah sampai ukuran
sebesar pensil, maka bibit tersebut sudah dapat dilakukan okulasi. Lebar
irisan 0,5 – 1 cm atau sekitar 1/3 kali lingkar batang dan panjang 2-3 cm.

 Pengambilan mata tunas


Pengirisan batang bawah dapat dilakukan dengan bentuk jendela atau
bentuk huruf “U” terbalik. Pengirisan dilakukan pada batang tersebut
dengan ketinggian ± 20 cm dari atas permukaan tanah. Kedalaman
untuk irisan kira-kira setebal dari kulit batang tersebut, jika pengirisannya
terlalu dalam maka akan mengakibatkan luka pada bagian kayunya
sehingga akan mengakibatkan kegagalan dalam melakukan okulasi.
Pengambilan mata tunas dapat dilakukan dengan dua cara. Kedua cara
tersebut yaitu cara pengambilan segi empat dan cara sayatan.
Pengambilan mata tunas dengan cara segi empat dilakukan dengan
menyayat mata tunas tersebut berbentuk segi empat secara horizontal,
dengan jarak 1,5 cm dari mata tunas, tetapi apabila pengambilan mata
tunas dengan cara segi empat sulit, dapat juga dilakukan pengambilan
tunas tersebut dengan cara sayatan, sayatan dilakukan 3 cm dari mata
tunas, penyayatan ini dapat dilakukan dengan kayu yang terdapat pada
mata tunas, tetapi kayu yang ikut tersebut harus dilepaskan dari mata
tunas.

 Penyisipan mata tunas, Pengikatan tempelan, pelepasan tempelan


Penyisispan mata tunas dilakukan setelah tunas tersebut terkelupas,
penyisipan ini harus dilakukan dengan hati-hati agar mata tunas tersebut
tidak rusak. Mata tunas dimasukan terhadap sayatan yang telah kita buat
pada batang bawah,usahakan mata tunas dan sayatan yang ada pada
batang bawah harus sama, sehingga mata tunas dan sayatan dapat
menyatu antara kambium yang ada pada mata tunas dan batang bawah
tersebut, sehingga proses penyatuan kambium tidak terganggu.
Pelepasan atau membuka ikatan pada tempelan dilakukan pada umur
tunas yang ditempel kurang lebih dua minggu, ikatan tersebut dibuka
untuk mengetahui tunas yang ditempel tersebut tumbuh atau mati.
Warna pada mata tunas akan tetap berwarna hijau segar maka tunas
yang kita tempel berhasil, sedangkan warnanya coklat dan kering maka
tunas tersebut gagal.

b. Sambung Pucuk (scion grafting)


Sambung pucuk merupakan salah satu bagian dari perbanyakan tanaman yang
menggunakan secara sambung (grafting) atau dengan kata lain enten. Sambung
ini salah satu penyambung dengan menggabungkan antara batang bawah
dengan batang atas dari tanaman yang berbeda, dengan demikian terbentuk
tanaman baru.
Penyambungan dilakukan agar dapat memperoleh tanaman yang lebih banyak
dan yang sering digunakan untuk memperbanyak tersebut dengan cara
menggunakan sambung pucuk (enten). Pengertian dari sambung pucuk adalah
penyatuan pucuk (sebagai calon batang atas) dengan batang bawah, yang
diharapkan akan memperoleh tanaman baru dengan meiliki sifat dari induknya.

c. Cangkok
Media untuk mencangkok bisa menggunakan cocopit atau serbuk sabut
kelapa ataupun cacahan sabut kelapa. Dapat pula digunakan campuran
kompos/pupuk kandang dengan tanah (l:l). Kalau disekitar kebun ada tanaman
bambu. maka tanah di bawah bambu yang telah bercampur seresah daun bambu
dan sudah membusuk bisa juga digunakan untuk media cangkok. Waktu
pelaksanaan sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan, sehingga cangkokan
tidak akan kekeringan. Selain itu dengan mencangkok di awal musim hujan akan
tersedia waktu untuk menanam hasil cangkokan pada musim itu juga.
Teknik mencangkok secara konvensional (biasa dilakukan)
 Pertama-tama kita pilih cabang yang sudah sehat dan kuat arau
sudah berkayu.
 Ukuran diameternya sekitar 0,5-2 cm, tidak lebih kecil dari ukuran
pensil.
 Sebaiknya warna kulit cabang coklat muda atau hijau kecoklatan
tergantung jenis tanaman buah-buahannya.
 Cabang kemudian disayat dengan pisau secara melingkar dan
dibuat memanjang ke bawah sepanjang 3-5 cm atau dua kali diameter
cabang.
 Kemudian kulitnya dikelupas sehingga bagian kambium yang
sepeti lendir tampak jelas. Kambium ini dihilangkan dengan cara dikerik
dengan mata pisau sehingga bersih atau kering.
 Setelah dikerik pada keratan bagian atas diolesi ataupun tanpa
diolesi dengan hormon tumbuh. Sebagai hormon pertumbuhan atau
vitamin, contoh Liquinox Start Vitamin B-l, yang banyak dijual di toko
pertanian dengan dosis 2 cc untuk 1 liter air. Kalau kesulitan mencari
hormon tumbuh dapat menggunakan pupuk Urea yang dicairkan dengan
kadar 1 % atau 1 gr/l lt air atau hormon tersebut ditambahkan pada media
cangkok.
 Siapkan dan atur lembaran plastik (kantong plastik yang sudah
dibuka/dibelah) atau sabut kelapa melingkar menyelubungi batang di
bagian bawah keratan ( | -2 cm). Posisi lembaran plastik menghadap ke
arah bawah, kemudian diikat dengan tali plastik atau rafia. Balik posisi
kantong plastik ke arah berlawanan/keatas, sehingga akan diperoleh
ikatan tali plastik di dalam kantong plastik (ikatan bagian bawah tidak
kelihatan dari luar/lebih rapi).

d. Stek
Setek ini diambil dari batang atau cabang pohon induk yang akan kita perbanyak
dan pemotongan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari.
Gunting setek yang digunakan harus tajam agar bekas potongan rapi. Bila
kurang tajam batang bisa rusak atau memar. Hal ini mengundang bibit penyakit
masuk ke bagian yang memari sehingga bisa membusukkan pangkal setek.
Pada saat mengambil setek batang, pohon induk harus dalam keadaan sehat
dan tidak sedang bertunas. Yang dijadikan setek biasanya adalah bagian
pangkal dari cabang. Pemotongan cabang diatur kira-kira 0.5 cm di bawah mata
tunas yang paling bawah dan untuk ujung bagian atas sejauh I cm dari mata
tunas yang paling atas.
Kondisi daun pada cabang yang hendak diambil sebaiknya berwarna hiiau tua.
Dengan demikian seluruh daun dapat melakukan fotosintesis yang akan
menghasilkan zat makanan dan karbohidrat. Nantinya zat ini akan disimpan
dalam organ penyimpanan, antara lain di batang. Karbohidrat pada batang ini
penting sebagai sumber energi yang dibutuhkan pada waktu pembentukan akar
baru.
Ukuran besar cabang yang diambil cukup sebesar kelingking. Diameter sekitar I
cm dengan panjang antara l0- l5 cm. Cabang tersebut memiliki 3-4 mata tunas.
Kondisi batang pada saat pengambilan berada dalam keadaan setengah tua
dengan warna kulit batang biasanya coklat muda. Pada saat ini kandungan
karbohidrat dan auxin (hormon) pada batang cukup memadai untuk menuniang
terjadinya perakaran setek.

e. Susuan (grafting by aproach atau marching)


Susuhan adalah cara menyambung tanaman dimana batang bawah dan batang
atas masih berhubungan dengan akarnya masing-masing.
Tingkat keberhasilan penyusuhan tergolong lebih tinggi bila dibandingkan
dengan cara sambung pucuk, karena selam proses penyatuan kambium antara
batang bawah dan batang atas, karena kedunya masih berhubungan dengan
perakarannya masing-masing.
Tanda susuhan yang telah jadi adalah, kulit kedua cabang yang terbalut
mengembang, sehingga memperlihatkan lipatan-lipatan. Tanda semacam ini
akan terlihat jelas biula balutannya ahak tipis.
Cara melakukan susuan sebagai berikut:
Menyayat batang bawah dengan kayunya sepanjang 2-3 cm, kira-kira l/3
diameter batang.
Hal yang sama dilakukan untuk cabang batang atasnya yang belum dipotong dari
induk. Keduanya kemudian dilekatkan tepat pada bagian yang disayat. Pada
waktu melekatkan harus diperhatikan agar kambium entres dan batang
bawahnya berhimpit. Posisi sususan bisa duduk atau menggantung.
 Pemotongan entres dilakukan setelah pertautan berhasil. Biasanya setelah
3-4 bulan. Tandanyada pembengkakan disekitar batang yang diikat.
 Agar cabang entres tidak kaget atau stres sebaiknya pemotongan dari induk
dilakukan secara bertahap sebanyak tiga kali.
 Selang waktu pengeratan pertama ke berikutnya adalah seminggu. Pada
pengeratan Pertama setelah terjadi pembengkakan cabang entres dikerat l/3
diameter cabang. Minggu kedua 2/3 diameter cabang. Minggu ketiga susuan
dipotong lepas.

2. Lembar Kerja
Pembiakan Tanaman secara vegetatif
a. Okulasi
1. Alat
 Pisau (Pisau okulasi, silet, cutter)
 Gunting stek
 Spidol
2. Bahan
 Plastik elastis untuk
 Batang Bawah yang siap diokulasi
 Batang Atas (entres)
 Label
3. Langkah Kerja
 Siapkan pisau, batang bawah, batang atas(entres), plastik untuk
pengikat kira-kira 20 cm dan label.
 Batang bawah diukur dari permukaan akar ± 20 cm, lakukan sayatan
dengan ukuran lebar 0,5 – 1 cm, dan panjang 2-3 cm, sayatan
dilakukan dari atas ke bawah, jangan sampai terkena tulang kayu
dengan cara
 Pengirisan batang atas dilakukan dengan bentuk jendela atau bentuk
huruf “U” terbalik.
 Penyisipan batang atas
 Pengikatan batang atas (entres)

Tahapan melakukan okulasi

b. Sambung Pucuk
1. Alat
 Pisau (Pisau okulasi, silet, cutter)
 Gunting stek
 Spidol

2. Bahan
 Batang Bawah yang siap disambung
 Batang Atas (Tunas)
 Label
 Plastik untuk sungkup sambungan ukuran 5 x 10 cm, transparan.

3. Langkah Kerja
 Sipakan batang bawah yang sudah siap disambung
 Siapkan tunas yang akan disambung
 Potong batang bawah kira-kira 5-10 cm dari tunas atas ke bawah
 Belah batang bawah 5-6 cm.
 Lancipkan batang atas/tunas dengan menyesuaikan bentuk poyongan
pada batang bawah.
 Masukan/sisipkan tunas yang sudah dilancipkan ke batang bawah.
 Ikat tunas yang sudah dimasukkan ke batang bawah tadi
 Tutup dengan menggunakan plastik transparan.

c. Cangkok
1. Alat
Pisau -Gunting stek -Gergaji -Ember

2. Bahan
 Tanah
 Kompos/pupuk kandang
 Plastik/sabut kelapa
 Perangsang akar
 Air

3. Langkah Kerja
 Sabut kelapa/plastik dipersiapkan
 Media untuk cangkok dipersiapkan
 Persiapan untuk mengikat (tali)
 Pemilihan batang untuk dicangkok
 Pengerikan batang cangkok
 Pemberian hormon perangsang akar
 Pengikatan plastik penahan media
 Pemberian media
 Pengikatan

d. Stek
1. Alat
 Pisau -Gunting stek

2. Bahan
 Tanah
 Kompos/pupuk kandang
 Plastik/sabut kelapa
 Perangsang akar
 Air

3. Langkah Kerja
 Stek ini diambil dari batang atau cabang pohon induk yang akan kita
perbanyak
 Gunting setek yang digunakan harus tajam agar bekas potongan rapi
 Pada saat mengambil setek batang, pohon induk harus dalam keadaan
sehat dan tidak sedang bertunas.
 Kondisi daun pada cabang yang hendak diambil sebaiknya berwarna
hijau tua
 Ukuran besar cabang yang diambil cukup sebesar kelingking. Diameter
sekitar I cm dengan panjang antara l0- l5 cm.
 Cabang tersebut memiliki 3-4 mata tunas.
 Kondisi batang pada saat pengambilan berada dalam keadaan setengah
tua dengan warna kulit batang biasanya coklat muda
e. Susuan
a. Alat
b. Bahan
c. Langkah Kerja
 Menyayat batang bawah dengan kayunya sepanjang 2-3 cm, atau kira-
kira l/3 diameter batang.
 Lakukan penyayatan pada batang batang atas sayatan disesuaikan
dengan sayatan pada batang bawah
 Gabungkan batang bawah dengan batang atas lalu diikat

Cara melakukan Susuan

3. Lembar Evaluasi
Jawablah pertanyaan di bawah ini secara singkat dan jelas.
1. Jelaskan tentang maksud dari pembiakan tanaman secara vegetatif!
2. Apa keuntunganya dari pada pembiakan tanaman secara vegetatif?
3. Jelaskan cara pembiakan vegetatif dengan menggunakan metoda okulasi!
4. Apa keuntungan yang dihasilkan dari pembiakan tanaman vegetatif dengan
menggunakan metoda okulasi. Jelaskan!
5. Jelaskan cara pembiakan vegetatif dengan menggunakan metoda susuan!

MODUL -3
1. Lembar Informasi
Memelihara bibit hasil pembiakan vegetatif

a. Penyiraman
Kesalahan penyiraman akan menyebabkan membusuknya akar hendaknya
menyiram jangan berdasarkan kegiatan rutin saja, tetapi harus memperhatikan
kelembaban udara dari media, bila udara terasa lembab, maka tanaman dapat
menyerap air dari kelembaban udara dan tidak perlu menyiram.
Adapun jenis air yang dapat digunakan untuk menyiram tanaman yaitu air sumur,
air ledeng, air hujan dan air sungai. Hal yang perlu diperhatikan dalam
penyiraman yaitu media yang dipakai, macam pot dan suhu udara. Penyiraman
yang tepat adalah penyiraman sesuai dengan kondisi kapasitas lapang.

b. Pemupukan tanaman
Kebutuhan tanaman akan unsur-unsur mineral
Untuk mengetahui peranan pupuk yang beraneka ragam bagi kehidupan
tanaman, digunakan berbagai macam unsur dengan jumlah yang berbeda-beda
menurut kebutuhan tanaman.
Sebaliknya kebutuhan tanaman akan makanan dapat diperhatikan sepanjang
kehidupannya.
a) Kebutuhan rata-rata: biasanya dinyatakan dengan angka-angka,
mengenai kebutuhan pupuk berdasarkan apa yang dihisap oleh tanaman
dari tanah. Namun pemakaian yang konkret masih tergantung dari
berbagai macam faktor yang lain, seperti:
 Jenis/varietas tanaman yang ditanam
 Kesuburan tanah; pada tanah yang subur, persediaan unsur di dalam
tanah akan lebih mencukupi, walaupun tingkat kekayaannya tidak
sama, dan kemungkinan ada salah satu unsur yang diberi lebih banyak
dan sebaliknya.
 Keadaan cuaca; dalam hal ini harus memperhatikan situasi, tetapi
angka-angka penghisapan berguna pula.

b) Lingkaran penghisapan unsur


Tanaman harus mampu menghisap zat makanan yang pada waktu itu
sangat dibutuhkan. Karena dalam hal ini, pada suatu ketika, pasti akan
terjadi masa-masa kritis. Sudah barang tentu pada masa pertumbuhan
vegetatif tanaman sangat membutuhkan N. Sedang P dibutuhkan pada
pembungan dan pada masa pembuahan dan lain sebagainya.
Maka pada waktu masa kritis ini, perlu diadakan pemupukan sesuai
dengan kebutuhannya, jika tidak mendapat pemupukan yang cukup,
tanaman akan menderita dan kemungkinan besar banyak yang mati

c) Pemupukan jangan over dosis


Pemupukan yang terlalu banyak atau berlebihan tidak akan
menguntungkan. Hal ini tidak hanya berlaku bagi tanaman saja, manusia
atau ternakpun, bila terlalu banyak makan, akan mendatangkan penyakit
yang akibatnya kurang menguntungkan.

c. Pengendalian Gulma, Hama dan Penyakit


Berbagai cara untuk melakukan pengendalian hama dan penyakit pada bibit yang
sudah tumbuh, diantaranya adalah sebagai berikut:
Cara pengendalian pada Hama
1) Mengendalikan Hama Secara Manual
Menangkap atau membunuh langsung hama, pengumpulan telur-telur
serangga hama lalu dimusnahkan.
2) Mengendalikan Hama dengan Perangkap
Penggunaan warna kuning dari lembaran plastik untuk menarik serangga di
lahan tanaman.
Membuat lampu perangkap/light trap untuk menangkap serangga, atau
penggunaan botol perangkap untuk menangkap lalat buah
3) Mengendalikan Hama secara biologi
Menggunakan berbagai jenis predator sebagai pemangsa berbagai jenis
hama
4) Mengendalikan Hama dengan Insektisida
Menyemprotkan insektisida kearah tanaman yang terserang hama
Cara pengendalian pada Penyakit
1) Teknik Mengendalikan Penyebab Penyakit Secara Manual
Memotong bagian tanaman yang terkena penyakit, lalu mengoles bagian
terpotong dengan fungisida atau bakterisida
2) Teknik Mengendalikan Penyebab Penyakit dengan Fungisida Atau
Bakterisida
Menyemprotkan fungisida atau bakterisida kearah tanaman yang terserang
penyebab penyakit

Cara pengemdalian gulma


Gulma yang ada pada sekitar pembibitan atau tempat bibit hasil pembiakan
hendaknya dibuang atau dibersihkan, karena pertumbuhan gulma ini akan
mengganggu pertumbuhan tanaman tersebut.
Gulma akan bersaing dalam beberapa kegiatan diantaranya adalah, persaingan
dalam mendapatkan unsur hara, bersaing dalam menerima sinar matahari,
tempat bersarangnya hama.
Dengan demikian keberadaan gulma harus kita bersihkan, agar tidak
menghambat pertumbuhan bibit yang kita pelihara.
Pembersiahan gulma biasanya dilakukan dengan cara menyiang disetiap tempat
yang ditumbuhi gulma, atau gulma tersebut dicabut.

2. Lembar Kerja
Pemeliharaan Tanaman

Alat dan Bahan


1. Pembibitan tanaman Vegetatif
2. Air

Langkah kerja
1. Cabut bibit yang layu atau mati disebabkan oleh patogen dan buang dari lokasi
tanaman pembibitan vegetatif
2. Buang media pada lubang tanam bekas bibit yang sakit dan ganti dengan media
yang baru,.
3. Lakukan pemangkasan pada tunas-tunas di ketiak daun tanaman
4. Lakukan penyiraman pada tanaman sesuai kebutuhan

3. Lembar Evaluasi
Jawablah Pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas

a. Pemeliharaan bibit perlu sekali dilakukan untuk menjaga pertumbuhan secara


teratur dan optimal. Jelaskan apa saja yang harus diperhatikan dalam melakukan
pemeliharaan bibit hasil pembiakan vegetatif!
b. Jelaskan cara mengendalikan hama pada bibit hasil pembiakan secara vegetatif!
c. Jelaskan cara pengendalian penyakit pada bibit hasil pembiakan secara vegetatif!
d. Cara yang paling baik untuk mengnedalikan bibit dari hama dan penyakit dengan
cara menggunakan metoda apa, jelaskan!
e. Apa akibatnya apabila pada sekitar tempa bibit ditumbuhi dengan gulma. Jelaskan!
Daftar Pustaka

Darmono, Ayah Widiastuty, 2003. Agar Anggrek Rajin berbunga, Jakarta. Penebar Swadaya

Gembong Tjitrosoetomo, 1988. Morfologi Tumbuhan, Gajah Mada University, Yogyakarta.

Harjadi. 1973. Dasar–dasar hortikultura.Penebar Swadaya, Jakarta 100-130.

Hudson. T. Hartmann. 1990. Plant propagation, Prentice- hall International, Inc 305-386.

Hasan Basri, 1989. Ekologi Tanaman, Rajawali Pers, Jakarta.

Kartasapoetra, 1988. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan (Tentang Sel dan Jaringan), Bina
Aksara, Jakarta.

Iswanto Hadi, Ir, , 2002. Petunjuk perawatan Anggrek, Jakarta; Agromedia Pustaka.

Shandra Edi, 2001. Membuat Anggrek Rajin berbunga,Jakarta : Agromedia Pustaka.

Suryowinoto,SM, 1977. Merawat Anggrek, Jakarta Penebar Swadaya,

Rini Wudianto. 1988, Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi, penebar Swadaya, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai