Anda di halaman 1dari 5

2.

4 Jenis-jenis Bibit
2.4.1 Bibit Asal Biji Hasil Perbanyakan Generatif
Bibit asal biji hasil perbanyakan generatif biasanya digunakan pada tanaman buah
semusim seperti semangka, melon, dan timun, serta beberapa jenis sayuran dan bunga.
Tanaman pepaya juga diperbanyak menggunakan biji, walaupun kadang-kadang diperbanyak
menggunakan stek tunas/mata tunas. Untuk tanaman buah-buahan yang berbentuk pohon atau
perdu, semai asal biji digunakan sebagai batang bawah, sedangkan batang atasnya digunakan
mata tunas dari pohon induk terdaftar. Pada zaman dahulu, semai asal biji sering digunakan
untuk perbanyakan, sehingga di Indonesia dijumpai begitu beragamnya pohon buah-buahan
yang ditanam, walaupun varietasnya sama.
Kelebihan menggunakan bibit asal biji hasil perbanyakan generatif pada tanaman
pohon adalah (1) perbanyakan masal relatif mudah dilakukan, (2) perakaran pohon kuat, dan
(3) pertumbuhan tajuk vigor dan relatif cepat. Kelemahannya adalah (1) masa TBM (tanaman
belum menghasilkan) lama, (2) tanaman tidak seragam, serta (3) produksi dan kualitas buah
tidak sama dengan induknya. Lamanya TBM ini terjadi karena pertumbuhan bibit harus
melalui fase embrio, juvenil, transisi, dan dewasa.

2.4.2 Bibit Asal Biji Apomiksis


Perbanyakan ini spesial untuk pohon manggis. Biji apomiksis adalah biji yang
terbentuk tanpa perkawinan antara gamet jantan dan gamet betina. Pada bunga manggis,
organ jantannya (benang sari dan tepung sari) tidak tumbuh sempurna. Karena itu, bunga
manggis tumbuh menjadi buah tanpa ada proses pembuahan. Selain itu, pada biji manggis
tidak terdapat embrio. Tunas dan akar yang tumbuh dari biji manggis berasal dari sel nucelar
yang secara genetik identik dengan sel-sel lain pada tubuh ibunya. Ini berarti semai bibit
manggis asal biji termasuk perbanyakan vegetatif dan bibit tersebut secara genetik akan sama
dengan ibunya. Apabila bibit tersebut ditanam pada lingkungan yang sama dengan ibunya,
bibit akan tumbuh persis ibunya.

Gambar 1. Hasil pembibitan dari setiap belahan biji manggis dapat tumbuh tunas dan akar

Hal yang menarik dari biji apomiksis adalah biji tersebut dapat dibelah beberapa
bagian dan setiap bagian dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Kelebihan menggunakan bibit
asal biji apomiksis adalah (1) bibit secara genetik sama dengan induknya, (2) tanaman yang
diperbanyak dengan cara ini seragam, (3) dapat diperbanyak secara massal dengan relatif
mudah, (4) perakaran kokoh, serta (4) pertumbuhan tajuk relatif baik dan vigor.
Kelemahannya adalah lamanya pohon untuk mulai berbuah.

2.4.3 Bibit Asal Biji Poliembrioni


Bibit asal biji poliembrioni (embrio ganda) terjadi pada jeruk. Beberapa benih jeruk
akan berkecambah lebih dari satu saat disemai. Satu dari kecambah tersebut adalah kecambah
generatif, yang berasal dari hasil perkawinan, dan bibit yang lain adalah kecambah vegetatif
yang berasal dari sel nucelus. Pada jeruk, bibit ini akan digunakan sebagai batang bawah.
Untuk itu perlu dipilih kecambah vegetatif dan mematikan kecambah generatif. Kecambah
vegetatif dipilih karena genetiknya identik dengan induknya. Cara termudah untuk memilih
kecambah vegetatif adalah dengan mengamati pertumbuhannya. Kecambah yang
pertumbuhannya lebih vigor adalah kecambah vegetatif.

2.4.4 Bibit Anakan dan Asal Umbi/Bonggol


Beberapa tanaman buah seperti tanaman pisang, nanas, dan stroberi diperbanyak
dengan anakan. Pisang juga diperbanyak dengan semai dari bonggol, sisa tanaman pisang
yang sudah dipanen. Untuk perbanyakan massal, pisang diperbanyak dengan kultur jaringan.
Nanas juga diperbanyak dengan anakan, mahkota buah, stek batang dan stek daun, serta
kultur jaringan.

2.4.5 Bibit Stek


Stek adalah perbanyakan tanaman dengan cara memisahkan bagian tanaman dan
menumbuhkan menjadi tanaman baru. Stek dapat dilakukan menggunakan batang, akar, atau
daun. Ada tanaman yang dapat diperbanyak dengan stek batang seperti jambu biji, markisa,
anggur, dan kiwi. Tanaman sukun biasa diperbanyak menggunakan stek akar. Stek daun
dapat dilakukan pada nanas (Gambar 8.3). Pada stek batang, batang yang mengandung mata
tunas dipotong dan ditanam pada media tumbuh agar tumbuh tunas dan akar. Apabila akar
dan trubus sudah tumbuh cukup, stek tersebut dapat dijadikan bibit tanaman.
Agar stek batang mudah tumbuh dan menjadi bibit yang baik, ada beberpa hal yang
perlu diperhatikan. Media semai harus dapat menahan kelembapan, tetapi aerasinya cukup.
Media tersebut harus mudah ditembus oleh akar baru yang masih ringkih. Teknik memotong
juga menentukan keberhasilan stek, dengan teknik yang tepat kalus akan segera tumbuh dari
bekas luka potong dan kemudian berdeferensiasi menjadi akar. Agar akar lebih cepat tumbuh,
sebelum ditanam, batang pada bagian yang diharapkan muncul akar dicelupkan pada zat
pengatur tumbuh seperti indolebutericacid (IBA), naphtaleneaceticacid (NAA), atau rootone.
Kadang perlu digunakan fungisida agar stek tidak ditumbuhi jamur. Lingkungan tempat stek
diletakkan juga perlu diperhatikan, terutama masalah suhu (perlu diusahakan kurang dari
27°C), udara cukup lembap agar transpirasi daun rendah, dan cukup cahaya tetapi tidak
berlebih. Perbanyakan dengan stek banyak dilakukan pada pertanaman jambu biji karena
perbanyakan ini dapat dilakukan secara masal, cepat, dan murah. Tanaman berasal dari stek
juga mempunyai genetik identik dengan induknya. Namun tanaman asal stek perakarannya
kurang baik karena tidak mempunyai akar tunggang. Dengan demikian untuk tanaman pohon
yang ukuran akhirnya besar, perbanyakan dengan stek tidak dianjurkan karena tanaman akan
mudah roboh. Untuk tanaman buah berbentuk perdu seperti jambu biji, hal tersebut tidak
bermasalah (perakaran tanaman asal stek cukup mampu menunjang batangnya).

Gambar 2. Stek batang nanas (kiri), dari setiap mata dapat tumbuh satu tunas dan stek daun
nanas (kanan), dari setiap basal daun dapat ditumbuhkan satu tunas

2.4.6 Bibit Cangkok


Perbanyakan tanaman dengan cara cangkok adalah cara yang cukup populer untuk
memperbanyak pohon tanaman buah. Sebagian besar pohon buah adalah dikotil sehingga
dapat dicangkok, hanya sedikit pohon buah yang tidak dapat dicangkok, seperti manggis.
Cangkok dilakukan dengan membuang sebagian kulit dari cabang di pohon dan menutup
bekas luka tersebut dengan media tumbuh agar akar tumbuh di sana. Setelah perakaran cukup
banyak, cabang tersebut dipotong dan menjadi bibit tanaman. Sebelum ditanam, sebaiknya
bibit dipangkas untuk mengurangi permukaan transpirasi.
Kelebihan menggunakan bibit asal cangkok adalah cepatnya tanaman tersebut untuk
berbuah. Tanaman cangkokan bisa berbuah setahun setelah ditanam, asal bibit tersebut
dicangkok dari bagian tanaman yang sudah dewasa. Kelebihan lain dari tanaman cangkokan
adalah buah yang diproduksinya akan sama dengan buah yang dihasilkan pohon induknya.
Kelemahan tanaman cangkokan adalah lemahnya perakaran karena tidak mempunyai akar
tunggang dan perbanyakanan dengan cara cangkok tidak dapat dilakukan secara massal.
Apabila tanaman induk banyak dicangkok, tanaman tersebut akan banyak kehilangan cabang
dan menjadi merana. Karena itu, biasanya bibit cangkokan tanaman buah digunakan bila
ditanam dalam jumlah yang tidak banyak seperti di pekarangan. Pada pertanaman pohon
buah di kebun yang luas. Biasanya tidak digunakan bibit cangkokan, tetapi bibit grafting atau
okulasi. Tanaman pohon buah yang sering dicangkok antara lain mangga, rambutan, jambu
biji, jambu air, sirsak, srikaya, jeruk pumelo, dan lengkeng.

2.4.7 Bibit Okulasi dan Grafting


Saat ini sebagian besar pohon buah-buahan diperbanyak dengan cara grafting
(sambungan) atau okulasi (tempelan). Bibit pohon buah-buahan, yang diperdagangkan pada
umumnya bibit tersebut adalah bibit hasil sambungan atau tempelan. Perlu berhati-hati saat
membeli bibit karena ada pembibit yang nakal dengan menjual bibit sambungan/tempelan
palsu. Terdapat 2 jenis bibit sambungan/tempelan palsu. Bibit pertama adalah bibit asal biji
yang dikerat pada batangnya, sehingga nampak seolah-olah keratan tersebut adalah bekas
sambungan. Apabila dilihat dengan teliti sebenarnya dapat dengan mudah diketahui bibit
tersebut adalah bibit sambungan palsu. Tanda utamanya adalah bahwa pertumbuhan bagian
atas, tepat di atas keratan nampak lurus. Sementara bibit sambungan yang sebenarnya bagian
tersebut membesar (untuk bibit grafting) atau bengkok ke samping sedikit, baru mengarah ke
atas. Bibit palsu kedua adalah bibit yang sebenarnya memang disambung, tetapi di
pembibitan tidak dilakukan pewiwilan (pembuangan tunas) dari batang bawah. Bila keadaan
seperti ini, batang atas dapat tertekan pertumbuhannya dan mati, sedangkan yang tumbuh
adalah tunas dari batang bawah. Bibit palsu seperti ini akan mudah diketahui karena tidak
nampak ada tanda sambungan, kecuali pertumbuhan tunasnya yang bengkok ke samping baru
mengarah ke atas. Apabila pembibit membuat keratan pada bagian basal dari tunas tersebut,
akan lebih sulit mengetahui kepalsuan bibit tersebut. Namun pembeli yang hati-hati akan
dapat mengetahuinya.
Perbanyakan dengan sambungan dan tempelan lebih populer karena cara
perbanyakannya relatif mudah, dapat dilakukan secara massal, menghemat batang dari
tanaman induk (tidak seperti cangkok), tanaman cepat berbuah, buahnya sama dengan pohon
induk (karena genetik batang atas identik dengan pohon induk), dan perakaran tanaman kuat
(karena batang bawah berasal dari semai biji). Bila menggunakan bibit sambungan perlu
diperhatikan batang bawah yang digunakan karena batang bawah memengaruhi pertumbuhan
tanaman, ukuran akhir pohon, ketahanan terhadap hama dan penyakit, ketahanan terhadap
kondisi tanah (kekeringan, keasaman, salinitas, genangan), serta produktivitas dan kualitas
buah yang dihasilkan.
Tanaman diperbanyak dengan grafting dan okulasi dengan alasan berikut.
a. Mendapat keuntungan dari batang bawah seperti (a) toleran pada kondisi yang kurang
sesuai seperti tanah yang berat, tergenang, kering, asam, adanya hama dan penyakit tular
tanah; (b) mengontrol pertumbuhan tanaman agar lebih vigor atau menjadi kate; serta (c)
perbaikan ukuran dan kualitas buah.
b. Mempercepat kedewasaan tanaman. Tanaman sambungan menggunakan batang bawah
asal biji dengan batang atas dari tanaman dewasa yang buahnya berkualitas baik. Karena
itu tanaman sambungan akan cepat berbuah. Pada umumnya tanaman tersebut dapat
berbuah pada umur tiga tahun, walaupun ada tanaman yang segera berbuah setelah
ditanam.
c. Memperoleh bentuk tertentu dari tanaman. Tanaman asal biji pada umumnya berukuran
besar, dengan tajuk yang luas. Penyambungan tanaman dikombinasikan dengan teknik
pemangkasan dapat mengatasi persoalan ukuran tanaman. Tanaman yang berasal dari
sambungan pertumbuhannya akan terhambat, lebih-lebih apabila digunakan batang bawah
yang menginduksi pertumbuhan cebol atau kate. Efek pencebolan ini memudahkan kita
mengelola tanaman (memangkas, mengendalikan hama dan penyakit, pupuk atau zat
pengatur tumbuh, serta memanen).
d. Memperbaiki kerusakan bagian tanaman. Teknik penyambungan sering kali digunakan
untuk mengganti bagian tanaman yang rusak. Batang yang disambungkan menjadi
jembatan antara bagian bawah dan bagian atas batang dengan melewati (bypass) bagian
batang yang rusak.
e. Mengubah kultivar dari tanaman di kebun (dengan cara top working). Hal itu dilakukan
apabila tanaman yang sudah dewasa sudah tidak dikehendaki karena (a) pohon sudah
tidak produktif, (b) kultivar lama sudah tidak disukai, (c) pertumbuhan terhambat, dan (d)
rentan terhadap hama dan penyakit, maka tanaman tersebut sebaiknya diganti. Namun
apabila kita mengganti tanaman tersebut dengan cara menebang dan kemudian menanam
kembali bibit baru dari varietas yang lebih baik, diperlukan waktu yang lama agar pohon
menjadi besar dan berbuah seperti pohon yang sudah ditebang. Ada teknik lain untuk
mengatasi hal tersebut, pohon lama tidak perlu ditebang. Kita dapat mengganti varietas
tanaman tersebut dengan menyambung cabang-cabangnya menggunakan batang atas dari
varietas baru yang kita sukai. Dengan teknik ini pohon lama tetap ada, ukurannya hanya
berkurang sedikit, tetapi varietasnya sudah berganti dengan varietas baru yang kita sukai.

2.4.8 Bibit Asal Kultur Jaringan


Kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman dengan cara menumbuhkan bagian kecil
dari jaringan tanaman secara aseptik dalam tabung agar tumbuh menjadi tanaman baru secara
massal (Gambar 8.5). Dengan cara kultur jaringan, satu potong kecil jaringan tanaman bisa
tumbuh menjadi ribuan tanaman. Teknik ini juga digunakan untuk penyimpanan plasma
nutfah dan produksi metabolit sekunder.

Gambar 3. Bibit kultur jaringan masih dalam botol

Tujuan perbanyakan secara kultur jaringan adalah (1) agar tanaman dapat diperbanyak
secara cepat, massal, seragam, truetotype; (2) mengatasi beberapa penyakit (terutama virus);
serta (3) memudahkan distribusi bibit jarak jauh karena ringan dan kecil. Tanaman buah yang
biasa diperbanyak dengan teknik kultur jaringan adalah pisang, nanas, stroberi, dan jeruk
(pada jeruk khusus untuk membebaskan bibit dari penyakit virus dan mikoplasma).

Poerwanto. Roedhy dan Anas D. Susila. (2021). Teknologi Hortikultura. Bogor : IPB Press.

Anda mungkin juga menyukai