Anda di halaman 1dari 15

DASAR – DASAR AGRONOMI

PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF

Dosen Pengampu:

1. Ir. Nyimas Myrna Elsa Fathia, M. P


2. Ir. Helmi Salim, M. Si.

Disusun oleh:
1. Dinda Hayatunnufus (D1A018062)
2. Aprili Rahmah Pisti (D1A018063)
3. Dian Dwi Indrayani (D1A018064)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman atau tumbuhan mempunyai fungsi yang sangat penting, selain
sebagia sumber penghasil makanan juga berfungsi dalam melestarikan lingkungan
seperti menahan air dalam tanah sehingga dapat mencegah terjadinya banjir.
Manusia dalam memenuhi kebutuhannya banyak melakukan budidaya terhadap
tanaman. Budidaya tanaman ini bertujuan untuk mendapatkan hasil sesuai dengan
yang diinginkan dengan memberikan berbagai macam perlakuan terhadap
tanaman yang mendorong pertumbuhan dan perkembangannya seperti pemberian
pupuk dan pestisida.
Tanaman dapat berkembangbiak secara generatif dan vegetatif.
Perkembangan tanaman secara generatif yaitu perbanyakan tanaman melalui
proses perkawinan antara gamet jantan dan betina, sedangkan perbanyakan
tanaman secara vegetatif adalah dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman
seperti akar, batang dan daun.
Perbanyakan tanaman tidak saja dimaksudkan untuk memperbanyak
jumlah tanaman tersebut, akan tetapi juga untuk mempertahankan sifat-sifat baik
dari tanaman yang dikehendaki.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan perbanyakan vegetatif ?
b. Apa saja teknik perbanyakan vegetatif ?
c. Apa saja faktor yang mempengaruhi perbanyakan vegetatif ?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui apa itu perbanyakan vegetatif
b. Mengetahui dan memahami macam-macam perbanyakan vegetatif
c. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pertumbuhan vegetatif.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif


Perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah perbanyakan tanaman
dengan menggunakan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti akar, batang dan
daun. Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan perkembangbiakan
tanaman tanpa melalui proses perkawinan. Bahan tanaman yang berasal dari
bagian vegetatif disebut bibit. Baik perbanyakan generatif (benih) maupun
perbanyakan secara vegetatif (bibit), kedua-duanya digunakan petani karena dua-
duanya memiliki kelebihan.
selain itu setiap jenis tanaman mempunyai sifat spesifik dalam kaitannya
dengan bahan tanam ini. tanaman-tanaman seperti: padi, jagung, kedelai, kacang
tanah, gandum, dan kelapa sulit diperbanyak secara vegetatif kecuali dengan
menggunakan teknik kultur jaringan. Sedangkan tanaman rambutan, apel, kopi,
kakao, tebu, ubi kayu, ubi jalar, dan lainnya lebih baik diperbanyak secara
vegetatif.
Bahan yang dipilih untuk perbanyakan vegetatif diambil sebelum
mencapai fase dewasa sehingga tetap menunjukkan sifat juvenilnya. Bahan
tanaman yang sudah memasuki fase bunga dan buah tidak lagi menunjukkan sifat
juvenilnya ataupun transisinya dan tetap secara biologis dewasa. Dengan
demikian perlu diketahui fase vegetatif dan fase pembungaan. Fase vegetatif
adalah fase pertumbuhan tanaman dengan perpanjangan akar dan batang,
peningkatan volume tanaman, dan perluasan daun. Pada fase pembungaan
perpanjangan batang berakhir dan beberapa titik tumbuh berubah menjadi kuncup
dan akhirnya membentuk buah dan biji.
Keunggulan perbanyakan ini adalah menghasilkan tanaman yang memiliki
sifat yang sama dengan pohon induknya. Selain itu,tanaman yang berasal dari
perbanyakan vegetatif lebih cepat berbunga dan berbuah. Sementara itu,
kelemahannya adalah membutuhkan pohon induk dalam jumlah besar dan tidak
dapat menghasilkan bibit secara massal jika cara perbanyakan yang digunakan
adalah cangkok dan rundukan.
2.2 Perbanyakan Pengetatif Alami
Perkembangbiakan vegetatif alami adalah perkembangbiakan makhluk
hidup atau tumbuhan yang terjadi tanpa melalui bantuan manusia, tetapi dilakukan
oleh tumbuhan itu sendiri.perkembangbiakan secara vegetatif terdiri dari
pembentukan tunas, rizoma (akar tinggal/akar rimpang), umbi lapis, umbi batang,
geragih atau stolon, umbi akar, tunas adventif, spora dan membelah diri.
a. Pembentukan Tunas Adventif
Tunas adventif ialah tunas yang dapat tumbuh di luar bagian batang dan
ketiak daun yang jika dipisahkan dari
induknya dapat tumbuh dan membentuk
individu baru , tunas ini bisa tumbuh di
area tepi daun dan akar. Tumbuhan yang
berkembangbiak dengan tunas adventif
antara lain sukun, kesemek, dan cocor
bebek. Sukun dan kesemek memiliki tunas
adventif di akar, sedangkan cocor bebek
memiliki tunas adventif di bagian daun.

b. Rhizoma (Akar Tinggal/Akar Rimpang)


Rhizoma adalah modifikasi batang
yang tumbuh dan menjalar ke dalam tanah.
Salah satu ciri rhizoma adalah terlihat
beruas-ruas, dan pada tiap-tiap ruas dapat
tumbuh tunas yang akan membentuk
individu baru. Contoh tanaman yang
berkembangbiak dengan rhizoma adalah
kunyit, jahe, temulawak, alang-alang, dan
lengkuas.
c. Umbi Lapis
Umbi lapis ialah umbi yang berlapis-
lapis serta tumbuh tunas dibagian tengahnya.
Contoh tumbuhan dengan umbi lapis yaitu
bawang merah, bawang putih, bawang daun,
bunga bakung, dan bunga tulip.

d. Umbi Akar
Umbi akar adalah bagian akar yang membesar dan berubah fungsi sebagai
tempat penyimpanan cadangan makanan. Contoh tumbuhan dengan umbi akar
adalah wortel.

e. Umbi Batang
Umbi batang adalah batang yang tumbuh kedalam tanah dan ujung batang
terebut menggembung membentuk umbi untuk menyimpan cadangan makanan.
Contoh tanaman dengan umbi batang adalah kentang dan umbi jalar.

f. Spora
Spora adalah sel yang berubah fungsi menjadi alat perkembangbiakan.
Ukuran spora sangat kecil dan bentuknya
menyerupai biji. Tumbuhan yang
berkembangbiak dengan menggunakan
spora adalah jamur, lumut,dan paku-pakuan.
g. Membelah diri
Membelah diri adalah
perkembangbiakan melalui cara membelah sel
induk sehingga menjadi dua maupun lebih sel
anak. Dalam setiap sel anak yang dihasilkan
akan berubah menjadi individu baru yang
memiliki sifat serupa dengan induknya.
Tumbuhan yang berkembangbiak dengan
membelah diri adalah tumbuhan bersel satu atau
tumbuhan tingkat rendah, minsalnya ganggang.

h. Geragih/Stolon
Geragih merupakan batang yang menjalar diatas maupun di bawah
permukaan tanah. Geragih ini membentuk ruas-ruas, dan pada setiap ruas terdapat
akar yang akan tumbuh menjadi tunas-tunas baru. Tunas-tunas baru yang
terbentuk akan tumbuh menjadi individu baru yang tidak bergantung pada
induknya.
Geragih yang tumbuh di atas permukaan tanah terdapat pada tumbuhan
semanggi, stroberi, dan pegagan. Sedangkan seragih yang menjalar dibawah
permukaan tanah adalah rumput teki.
2.3 Teknik Perbanyakan Vegetatif Buatan
a. Teknik Stek (Catting)
Stek merupakan teknik perbanyakan dengan memotong bagian tanaman
dan menanamnya ditanah. Teknik Stek
banyak dipilih karena prosedur
pelaksanaannya yang sangat mudah dan
tidak memerlukan teknik yang rumit
sehingga dapat dilakukan oleh siapa
saja. Tanaman yang dihasilkan dalam
Stek biasanya memiliki persamaan
dalam umur, tinggi, dan ketahan terhadap penyakit. Selain itu kita juga bisa
memperoleh tanaman yang sempurna dalam waktu yang relatif singkat.
Dibandingkan dengan perbanyakan vegetatif lainnya, Stek memiliki
beberapa keunggulan sebagai berikut:
a. Sifat tanaman baru sama dengan induknya.
b. Bagian tanaman induk yang diperlukan sebagai bahan Stek relatif sedikit,
sehingga tidak merugikan tanaman induk.
c. Mudah dilakukan dan tidak memerlukan teknologi yang rumit.
d. Biaya yang dikeluarkan sedikit dan waktu yang diperlukan relatif singkat.
e. Jumlah tanaman yang dihasilkan lebih banyak daripada cangkok dan okulasi.
f. Tanaman baru hasil Stek memiliki keseragaman umur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi regenerasi tanaman dari stek adalah:
a. Seleksi bahan stek, dimana tanaman yang dipilih sebagai bahan stek
tergantung pada spesies, pucuk lateral atau terminal, fase berbunga atau
vegetatif, dan juga penyakit.
b. Waktu pengambilan, umumnya stek dilakukan pada musim hujan guna untuk
mencegah pengeringan pada stek.
c. Perlakuan pada stek, bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai perlakuan
pada stek adalah: zat pengatur tumbuh, vitamin, unsur hara dan mineral, serta
kondisi lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan stek termasuk air,
suhu, dan cahaya.
Teknik stek terbagi menjadi beberapa macam, yaitu:
a. Stek batang, merupakan stek yang paling penting. Bagian batang yang
memiliki kuncup lateral terminal dipotong lalu ditanam dengan harapan akan
tumbuh menjadi tanaman sempurna, contoh: ubu kayu, tebu, dan jeruk.
b. Stek daun, adalah helai daun dan petiole yang digunakan sebagai stek. Cara
ini biasanya dilakukan untuk tanaman hias yang tidak berkayu seperti cocor
bebek dan begonia.
c. Stek daun pucuk, terdiri dari helai daun petiole dan potongan pendek dari
batang. Karena bahan yang dibutuhkan sedikit, dari bahan yang sama metode
ini bisa menghasilkan tanaman yang lebih bnayak misalnya lada bisa
diperkembangkan dengan stek berdaun tunggal.
d. Stek akar,akar yang digunakan sebagai stek harus diambil pada saat tanaman
tidak sedang aktif membuat pucuk-pucuk baru. Dalam kondisi demikian
bahan makanan dalam akar relatif lebih banyak sehingga keberhasilan stek
untuk tumbuh akan lebih baik. Contoh: sukun, cemara, dan jambu biji.
b. Teknik Okulasi (Budding)
Teknik Okulasi adalah teknik perbanyakan dengan cara menggabungkan
dua tanaman atau lebih. Penggabungan dilakukan dengan cara mengambil mata
tunas dari cabang pohon induk, lalu dimasukkan atau ditempelkan dibagian
batang batang bawah yang sebagian kulitnya telah terkelupas. Teknik okulasi
dibedakan menjadi T-budding dan Patch-budding dengan beberapa modifikasi.
Teknik ini mempunyai beberapa keuntungan:
a. Memperbanyak klon yang tidak bisa diperbanyak dengan cara lain.
b. Mengambil kebaikan sifat batang bawah dan atas.
c. Mempercepat pertumbuhan dari seleksi bibit.
d. Memperoleh bentuk khusus pertumbuhan.
e. Memperbaiki bagian pohon yang luka atau rusak.
Okulasi T

Patch Budding

c. Teknik Penyambungan (Grafting)


Teknik Penyambungan dilakukan dengan menyambungkan atau
menyisipkan batang atas ke batang bawah. Batang bawah yang digunakan bisa
berasal dari biji, stek, bahkan tanaman yang sudah tua untuk diremajakan atau
diganti dengan varietas baru. Keuntungan perbanyakan tanaman dengan cara
sambung adalah bibit yang dihasilkan memiliki sifat yang sama dengan tanaman
induk yang diambil untuk batang atasnya.
Sambung Takik

Sambung Cemeti (Splice Grafi)


Sambung Lidah

d. Teknik Pencangkokan (Marcottage atau Layerage)


Teknik cangkok banyak
dilakukan untuk memperbanyak
tanaman hias atau tanaman buah yang
sulit diperbanyak dengan cara lain
seperti melalui biji, stek atau sambung.
Tanaman yang biasa dicangkok
umumnya memiliki kambium dan zat
hijau daun. Pencangkokan adalah
metode menumbuhkan akar adventif
pada batang sementara batang tetap
melekat pada tanaman induk.
Perbanyakan tanaman dengan cara mencangkok memiliki kelebihan diantaranya
tanaman memiliki sifat unggul seperti tanaman induknya dan tanaman lebih cepat
berproduksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi regenerasi pada pencangkokan adalah:
a. Perlakuan yang menghambat translokasi bahan-bahan organik dari pucuk ke
bawah.
b. Hindari bagian yang diakarkan dari cahaya.
c. Adanya zat pengatur tumbuh.
Macam-macam pencangkokan adalah sebagai berikut:
a. Pencangkokan ujung.
b. Pencangkokan sederhana.
c. Pencangkokan udara.
d. Pencangkokan bumbun.
e. Pencangkokan dengan penimbunan.

e. Teknik Kultur Jaringan


Teori dasar kultur in vitro berasal dari teori yang dirumuskan oleh Schwan
dan Schleiden tahun 1883 yaitu
tentang totipontensi (total genetic
potential). Teori tersebut
menyatakan bahwa sel atau jaringan
mempunyai kemampuan untuk
membentuk semua tipe sel atau
membentuk tanaman lengkap.
Berdasarkan teori tersebut
kemudian dikembangkan kultur
jaringan tanaman yang didefinisikan sebagai suatu metode untuk mengisolasi
bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, kelompok sel jaringan dan organ,
serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik (bebas jasad mikro), sehingga
bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman
lengkap kembali.
Teknik kultur jaringan tanaman dapat ditetapkan untuk beberapa tujuan
seperti perbanyakan secara vegetatif, pemuliaan tanaman, penyimpanan plasma
nutfah, produksi metabolit sekunder,dan eliminasi patogen.
Media yang digunakan untuk kultur jaringan tanaman sangat bervariasi
tergantung kepada spesies tanaman dan tujuan yang akan dicapai, misal untuk
menumbuhkan akar, media dengan garam garam makro berkonsenrasi rendah
lebih baik daripada media yang konsentrasi garam-garam makro tinggi. Untuk
tanaman tertentu telah ditemukan berbagai media yang spesifik. Contoh media B5
untuk kultur suspensi kedelai, media SH (Schenkdan Hildebrant) untuk kultur
kaltus tanaman, media Vacin dan Went untuk kultur anggrek, media N6 untuk
serealia dan lain-lain.
Secara umum media kultur jaringan tersusun dari beberapa atau seluruh
dari komponen-komponen hara makro, vitamin, gula, asam amino, N organik,
senyawa kompleks alamiah seperti air kelapa, juice tomat dan lain-lain, buffer,
arang aktif, zat pengatur tumbuh (terutama auksin dan sitokinin), dan bahan
pemadat.
Dalam pembuatan media pH merupakan faktor penting yang harus diatur
agar proses fisiologi sel tidak terganggu. Pengaturan pH dilakukan dengan
memberikan NaOH atau HCl setelah komponen media dicampur merata.
Pengaruh pH untuk sel-sel tanaman berkisar antara 5,5 – 5,8. Pengaturan pH dapat
dilakukan sebelum sterilisasi media atau setelah media dipanaskan beberapa menit
dalam autoclave atau setelah sterilisasi media denagn menggunakan NaOH/HCl
steril.
Secara umum faktor-faktor fisik yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan kultur adalah: cahaya, suhu, kelembaban, ketersediaan air,
oksigen, dan karbondioksida. Sebagaimana panjang hari, penyinaran dan
komposisi spektur adalah sulit di atur. Walaupun ada yang memberikan cahaya
terus-menerus, panjang penyinaran yang bisa digunakan adalah 14 – 16 jam.
Dalam kasus yang sangat khusus, pertumbuhan dapat terjadi dalam kegelapan
yang berkesinambungan.
Suhu selalu dijaga tetap pada 24 -28 oC. Kadang-kadang tergantung pada
spesies, dipilih temperatur yang lebih rendah atau lebih tinggi dari kisaran
temperatur tersebut. Karena kelembaban di botol kultur relatif tinggi, kelembaban
di kamar tumbuhan (grwoth Chamber) kemungkinan hanya mempengaruhi
kehilangan air dalam botol kultur. Akan tetapi kelembaban yang tinggi dalam
kamar tumbuh akan mengakibatkan infeksi yang lebih tinggi.
Ketersediaan air mempengaruhi peluang pembungaan, pembentukan bakal
bunga terlihat baik pada media cair kemungkinan pembungaan tetap ada dengan
menurunkan kelembaban udara.
Aerasi yang baik merupakan suatu faktor yang penting untuk tumbubnya
sel, jaringan, dan terutama untuk pembentukan akar. Apabila media yang
digunakan media cair, maka botol kultur harus selalu digoyang (shaker) untuk
menjamin tersedianya oksigen.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah perbanyakan tanaman
dengan menggunakan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti akar, batang dan
daun. Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan perkembangbiakan
tanaman tanpa melalui proses perkawinan.
Perbanyakan vegetatif terdiri atas, perbanyakan vegetatif alami dan
perbanyakan vegetatif buatan. Perbanyakan vegetatif alami adalah perbanyakan
vegetatif tanpa adanya bantuan dari manusia melainkan dilakukan oleh tanaman
itu sendiri, seperti: pembentukan tunas adventif, rhizoma, umbi akar, umbi batang,
umbi lapis, spora, membelah diri, dan geragih. Perbanyakan vegetatif buatan
adalah perbanyakan vegetatif dengan adanya campur tangan manusia, seperti:
stek, okulasi, penyambungan, cangkok, dan kultur jaringan.
DAFTAR PUSTAKA

Wiraatmaja, I, Wayan. 2017. Pembiakan Vegetatif Secara Alamiah Dan Buatan .


Universitas Udayana : Bali
Sunandar. 2018. Pembiakan vegetatif alami . Universitas Muhammadiyah Malang :
Malang

Anda mungkin juga menyukai