Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perbanyakan tanaman merupakan usaha atau cara untuk menghasilkan bibit tanaman.
Perbanyakan tanaman dapat digolongkan menjadi dua, yaitu perbanyakan tanaman secara
vegetatif dan perbanyakan tanaman secara generatif. Perbanyakan tanaman secara generatif
adalah dengan menanam biji, sedangkan perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan
dengan cara stek, okulasi, cangkok, penyambungan, merunduk, dan yang paling mutakhir adalah
dengan menggunakan kultur jaringan. Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan
alternatif untuk mendapatkan tanaman baru yang memiliki sifat sama dengan tanaman induknya
dalam jumlah yang besar. Perbanyakan secara vegetatif dengan sistem konvensional, umumnya
masih memerlukan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, saat ini di beberapa negara maju
telah banyak dikembangkan suatu sistem perbanyakan tanaman secara vegetatif yang lebih cepat
dengan hasil yang lebih banyak lagi, yaitu dengan sistem kultur jaringan atau budidaya jaringan.
Kultur jaringan sering disebut juga perbanyakan tanaman secara in vitro, yaitu budidaya
tanaman yang dilakukan di dalam container, botol-botol dengan media khusus dan alat-alat yang
serba steril. Sistem perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan ini dapat menghasilkan
tanaman baru dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang singkat. Tanaman baru yang
dihasilkan memiliki sifat-sifat keturunan atau sifat-sifat biologis yang sama dengan sifat
induknya. Sistem budidaya jaringan juga memiliki keuntungan lain yaitu penghematan tenaga,
waktu, tempat dan biaya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perbanyakan tanaman ?
2. Bagaimana cara perbanyakan tanaman secara vegetatif ?
3. Bagaimana cara perbanyakan tanaman secara generatif ?
4. Bagaimana cara perbanyakan tanaman secara kultur jaringan?
2

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui perbanyakan tanaman.
2. Untuk mengetahui cara perbanyakan tanaman secara vegetatif.
3. Untuk mengetahui cara perbanyakan tanaman secara generatif.
4. Untuk mengetahui cara perbanyakan tanaman secara kultur jaringan,

BAB II
3

PEMBAHASAN

A. Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif

Perbanyakan secara vegetatif adalah perbanyakan tanaman menggunakan bagian – bagian


vegetatif tanaman seperti akar, batang dan daun. Bahan tanaman yang berasal dari bagian
vegetatif disebut bibit. Baik perbanyakan secara vegetatif (benih) maupun perbanyakan secara
vegetatif ( bibit ), kedua – duanya digunakan petani karena masing – masing mempunyai
kelebihan.

Selain itu setiap jenis tanaman mempunyai sifat spesifik dalam kaitanyan dengan bahan
tanaman ini. Tanaman – tanaman seperti : padi, jagung, kedelai, kacang tanah, gamdum, kelapa
sulit diperbanyak secara vegetatif kecuali dengan menggunakan teknik kultur jaringan.
Sedangkan tanaman rambutan, apel, kopi, kakao,tebu, ubikayu, ubijalar, dan lainya lebih baik
diperbanyak secara vegetatif.

1. Siklus Hidup Aseksual Atau Vegetatif

Pada perbanyakan secara aseksual atau vegetatif genotip dari tanaman induk diwarisi
secara sempurna. Bagian – bagian tanaman pada fase siklus seksual maupun dapat digunakan
sebagai bahan tanaman awal. Bahan yang dipilih untuk perbanyakan karena sifat vegetatifnya
dan diambil sebelum mencapai fase dewasa akan tetapi menunjukan sifat juvenilnya. Bahan
tanaman yang dipilih karena sifat bunga dan buahnya tidak lagi menunjukan sifat juvenilnya
ataupun transisinya dan tetap secara biologis dewasa.
Dengan demikian perlu dikatahui fase vegetatif dan fase pembungaan. Fase vegetatif
adalah fase pertumbuhan tanaman dengan perpanjangan akar dan batang, peningkatan volume
tanaman dan perluasan daun. Pada fase pembungaan perpanjangan batang berakhir dan beberapa
titik tumbuh berubah menjadi kuncup dan akhirnya membentuk buah dan biji.
Perbanyakan secara vegetatif mencakup beberapa cara antaralain : stek ( batang, akar dan
daun ) okulasi dan penyambungan tidak seperti perbanyakan secara generatif yang dapat di
4

tanam langsung dilapangan, kecuali untuk benih yang berukuran kecil, untuk perbanyakan secara
vegetatif biasanya perlu disemaikan dulu sebelum ditanam dilapangan.

Persemaian, diperlukan dengan maksud untuk :


1. Memudahkan pemeliharaan tanaman, misalnya penyiraman yang harus dilakukan pagi
dan sore
2. Menyediakan media tanam yang sangat bagus, misalnya permukaan tanah halus dan bila
perlu dicampur pasir
3. Mengurangi biaya dan tenaga kerja, misalnya bila harus menggunakan naungan daripada
membuat naungan tersebar diseluruh lahan lebih murah membuat naungan dibedengan
persemaian
4. Memeberi kesempatan menyeleksi tanaman yang baik untuk dipindah dilapangan
sehingga akan mengurangi persentase sulaman, dan
5. Pada jenis – jenis tanaman tertentu dengan transplanting ( pindah tanam ) memungkinkan
diperoleh pertumbuhan tanaman dan diperoleh pertumbuhan tanaman dan hasil panen
yang lebih tinggi.

2. Perbanyakan Vegetatif Ada Dua Jenis


Perbanyakan vegetatif alami dan perkembangbiakan vegetatif buatan. Perkembangbiakan
vegetatif yang terjadi dengan sendirinya tanpa bantuan manusia dinamakan vegetatif alami.
Sebaliknya, perkembangbiakan vegetatif yang melibatkan bantuan manusia disebut vegetatif
buatan.

1. Perbanyakan Vegetatif Alami


Perkembangbiakan vegetatif alami dimulai dari tumbuhnya tunas pada bagian tumbuhan.
Tunas selanjutnya akan menjadi tanaman baru. Pada umumnya, tunas tumbuh pada ruas
batang, ketiak daun, ujung akar, dan tepi daun. Tunas yang tumbuh pada ujung akar atau tepi
daun disebut tunas adventif Jika tunas tumbuh dekat induknya dinamakan rumpun, seperti
rumpun bambu dan rumpun pisang. Berikut ini jenis-jenis perkembangbiakan secara
vegetatif alami :
a. Akar tinggal
5

Akar tinggal (rizoma) adalah batang yang tumbuh menjalar dalam tanah atau disebut juga
akar tinggal, akar rimpang, atau akar tongkat. Tanaman yang berkembang biak dengan akar
tinggal adalah lengkuas, jahe, alang-alang, kunyit, dan temulawak dan lain-lain.
Ciri-ciri akar tinggal:
a. Mirip akar tetapi berbuku-buku dan pada ujungnya terdapat kuncup;
b. pada setiap buku terdapat daun yang berubah menjadi sisik;
c. pada setiap ketiak sisik terdapat tunas.

b. Umbi lapis
Bagian tanaman yang membengkak dalam tanah karena menyimpan cadangan makanan
disebut umbi. Umbi lapis merupakan umbi yang berlapis-lapis dan tumbuh tunas
ditengahnya. Umbi lapis baru yang berasal dari ketiak terluar akan tumbuh
membentuk tunas. Pada umbi lapis, tunas tumbuh di antara daun dan cakram. Contoh
tanaman yang berkembang biak dengan umbi lapis di antaranya adalah bawang, bunga
bakung, bungan tulip, dan lain-lain.

c. Umbi akar
Umbi akar merupakan bagian akar yang membesar karena berfungsi sebagai tempat
cadangan makanan. Umbi akar dapat tidak mempunyai tunas dan tidak berbuku-buku.
Tanaman yang berkembang biak dengan umbi akar, misalnya wortel dan dahlia.

d. Umbi batang
Umbi batang adalah batang yang tumbuh membengkak dalam tanah. Bagian ini
sesungguhnya merupakan cadangan makanan yang disimpan pada bagian batang. Jika umbi
ini ditanam, tunas dapat tumbuh dan menjadi tanaman baru. Contohnya adalah kentang dan
ubi jalar.

e. Geragih (stolon)
Geragih adalah batang yang tumbuh dan menjalar di permukaan tanah. Geragih
tersusun atas ruas-ruas. Setiap ruas yang menempel pada tanah akan membentuk akar dan
tumbuh tunas baru. Tanaman baru akan tumbuh pada ruas-ruasnya dan tidak bergantung pada
6

induknya. Jenis tanaman yang berkembang biak dengan geragih di antaranya adalah stroberi,
pegagan atau antanan, dan rumput teki.

f. Tunas adventif
Tunas adventif adalah tunas yang tumbuh di luar bagian batang. Tunas ini tumbuh pada
tepi daun, seperti cocor bebek. Selain pada tepi daun, tunas ini dapat tumbuh pada akar,
seperti suskun dan kesemek.

g. Spora
Spora terdapat pada tumbuhan paku, lumut, dan jamur. Spora terdapat di dalam kotak
spora yang terletak di tepi daun tumbuhan paku. Contoh tumbuhan paku yang sering kita lihat
untuk tanaman hias adalah suplir. Pada tepi daun suplir terdapat butiran yang merupakan kotak
spora. Spora ini merupakan alat perkembangbiakan tanaman suplir.

2. Perkembangbiakan Vegetatif Buatan


Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, cepat berbuah, dan menyerupai induknya,
pembiakan ini sengaja dibantu manusia. Tujuannya adalah untuk memperoleh tumbuhan baru
dengan cepat dan tidak bergantung pada musim. Pembiakan secara vegetatif buatan di antaranya
adalah cangkok, stek, okulasi, enten, dan runduk. Berikut ini beberapa cara pembiakan secara
vegetatif buatan :

a. Cangkok
Mencangkok adalah mengembangbiakkan tanaman agar cepat berbuah dan mempunyai
sifat-sifat yang sama dengan induknya. Jika tanaman induknya berbuah manis, maka
cangkokannya menghasilkan buah yang manis pula. Selain itu, mencangkok lebih cepat
memberikan hasil jika dibandingkan dengan menanam bijinya. Tanaman yang dapat
dicangkok adalah tanaman yang mempunyai batang kayu dan berkambium, seperti jambu,
rambutan, dan mangga. Namun tanaman hasil cangkokan memiliki beberapa
kelemahan. Tanaman hasil cangkokan hanya memiliki akar serabut, sehingga mudah
tumbang/roboh dan umur tanaman lebih pendek dibandingkan tumbuhan yang di tanam dari
biji.
7

Berikut adalah cara mencangkok tanaman. Sediakan Alat dan bahan yang digunakan
dalam mencangkok, antara lain : tali pengikat/rafia, pisau yang tajam, serabut kelapa atau
plastik, gunting, tanah yang subur , dan cabang/ranting yang akan kita cangkok.
Langkah - langkah mencangkok adalah sebagai berikut berikut :
1. Pilih cabang atau ranting yang tidak terlalu tua ataupun terlalu muda.
2. Kuliti hingga bersih cabang atau ranting tersebut sepanjang 5-10 cm.
3. Kerat kambiumnya hingga bersih, dan angin-anginkan.
4. Tutup dengan tanah, kemudian dibungkus dengan plastik atau sabut kelapa.
5. Ikat pada kedua ujungnya seperti membungkus permen. Bila menggunakan
plastik,lubangi plastiknya terlebih dahulu agar air siraman bisa keluar dan tanah tidak
terlalu basah.
6. Jaga kelembaban tanah dengan cara menyiramnya setiap hari (jika musim kemarau).
7. Setelah banyak akar yang tumbuh, potong cabang atau ranting tersebut, kemudian tanam
di pot. Setelah tumbuh dengan baik baru ditanam di tanah.

b. Stek
Stek adalah cara mengembangbiakkan tanaman dengan menggunakan bagian dari batang
tumbuhan tersebut. Bagian tanaman yang dapat ditanam dapat berupa batang, tangkai,
atau daun. Tidak semua tumbuhan dapat disetek. Stek daun dapat dilakukan pada tanaman
cocor bebek dan begonia. Stek akar dapat dilakukan pada tanaman sukun dan stek batang
dapat dilakukan pada tanaman singkong. Stek tangkai dapat dilakukan pada tanaman
mawar. Contoh tanaman yang dikembangbiakan dengan stek adalah ubi kayu, tebu,
kangkung, dan mawar.

c. Sambung/Enten
Menyambung atau mengenten bertujuan menggabungkan dua sifat unggul dari individu
yang berbeda. Misalnya, untuk menyokong tumbuhan dibutuhkan jenis tumbuhan yang
memiliki akar kuat. Sementara untuk menghasilkan buah atau daun atau bunga yang
banyak dibutuhkan tumbuhan yang memiliki produktivitas tinggi. Tumbuhan yang dihasilkan
memiliki akar kuat dan produktivitas yang tinggi. Contoh tumbuhan yang bisa disambung
adalah tumbuhan yang sekeluarga. Contohnya, tomat dengan terung.
8

Berikut ini adalah cara mengenten tanaman :


Alat dan bahan : pisau/cutter yang steril, tali rafia, dua jenis tumbuhan (terung dan tomat)
Cara menyambung tanaman :
1. Pilih tanaman untuk batang bawah dan batang atas yang sehat. Batang bawah berdiameter
lebih besar daripada batang atas.
2. Gunakan pisau steril dan tajam, untuk memotong batang bawah dengan bentuk huruf V,
dan potong batang atas dengan bentuk V terbaik. Panjang batang atas idealnya 3-8 cm.
3. Masukkan batang atas tersebut ke dalam celah batang bawah, lalu ikat sambungan itu
dengan sealtape, atau potongan plastik bening (dari kantong plastik gula pasir). Usahakan
sambungan tidak terkena air.
4. Untuk mengurangi penguapan dan mempercepat tumbuhnya tunas, sisakan 2-4 helai daun
pada batas atas; dan potong daun tersebut menjadi setengahnya atau pangkas semua daun.
5. Bungkus batang yang disambung tadi dengan kantong plastik, dan letakkan di tempat
teduh selama sekitar 7-10 hari.
6. Dalam kurun waktu itu akan terlihat munculnya tunas daun. Buka kantong plastiknya;
dan taruh di bawah matahari.

d. Tempel (Okulasi)
Menempel atau okulasi adalah menempelkan tunas pada batang tanaman sejenis yang
akan dijadikan induk. Tumbuhan yang akan ditempeli harus yang kuat. Tempel (okulasi)
bertujuan menggabungkan dua tumbuhan berbeda sifatnya. Nantinya, akan dihasilkan
tumbuhan yang memiliki dua jenis buah atau bunga yang berbeda sifat. Contohnya, okulasi
pada bunga mawar akan menghasilkan dua warna atau lebih yang berbeda. Tumbuhan
tersebut akan terlihat lebih indah karena bunganya berwarna-warni. Pada buah mangga,
batang bawah memiliki perakaran kuat dan dalam serta tahan terhadap penyakit akar. Batang
atas berbuah banyak dan besar serta rasa manis. Dengan okulasi batang atas ke batang
bawah, maka akan didapatkan pohon mangga yang perakarannya kuat dan tahan terhadap
penyakit sekaligus berbuah lebat dan manis. Selain itu okulasi juga mempercepat tanaman
berbuah karena batang atas sudah melewati masa muda.
Berikut ini adalah cara mengokulasi tanaman : Alat dan bahan : tali rafia, pisau/cutter, duua jenis
tumbuhan ( batang bawah dan batang atas). Langkah-langkah mengokulasi tanaman :
9

1. Siapkan batang bawah, umur tanaman tergantung dari jenis tanaman apa yang akan
diokulasi.
2. Siapkan batang atas berupa kulit kayu dan mata tunas dari induk tanaman yang
berkualitas baik dan memiliki sifat unggul.
3. Iris dan sayat batang bawah dengan panjang 2-3 cm, lebar 1-1,5 cm.
4. Sisipkan mata tunas ke irisan yang telah dibuat pada batang bawah, lakukan dengan
cepat. Jangan sampai luka sayatan kering. Pastikan tidak ada celah antara luka sayatan
dengan mata tunas.
5. Ikat tempelan menggunakan tali rafia, arah pengikatan dari bawah ke atas sehingga tali
tersusun rapat seperti genting dan tidak ada celah kecuali pada bagian mata tunas.
6. Setelah 2 minggu, lihat mata tunas. Jika berwarna hijau kemerahan atau hitam berarti
okulasi gagal. Sedangkan jika warnanya masih hijau segar dan melekat pada batang
pokok berarti okulasi berhasil dan ikatannya sudah boleh dilepas. Waktu pengikatan bisa
sampai 3 minggu.
7. Bila telah ada kepastian bahwa mata tempelan sudah hidup, segera potong batang yang
berada di atas mata tempelan, tujuannya agar sumber makanan tertuju pada tunas dari
tempelan. Jika tidak, tempelan akan mati. Panjang pemotongan batang dan jarak
pemotongan dari mata tempelan berbeda-beda tergantung dari jenis tanaman yang
diokulasi. (sumber : Balai Besar Pengembangan dan Perluasan Kerja (BBPPK)
Lembang).

e. Merunduk
Merunduk adalah membengkokkan sebagian cabang kemudian membenamkannya ke
dalam tanah. Pada batang yang ditimbun tersebut diharapkan tumbuh akar. Tumbuhan yang
dapat dikembangbiakkan dengan merunduk di antaranya arbei, apel, tebu, stroberi, dan
melati.
Berikut ini cara melakukan perbanyakan dengan merunduk : Pilih cabang tanaman yang sudah
tua, kuat dan panjang;
1. Bersihkan cabang tanaman bagian tengah dari daun dan kotoran yang menempel;
2. Bengkokkan cabang tanaman ke tanah hingga sedikit dari bagian tengah cabang
menyentuh tanah.
3. Kubur cabang tanaman tadi dengan menggunakan tanah;
10

4. Biarkan selama beberapa hari sambil menyiram gundukan tanah tersebut;


5. Setelah akar dari bagian tengah cabang tadi muncul, pisahkan tanaman baru dari tanaman
induk dengan memotong cabang tanaman tadi dari batang utamanya;
6. Tanaman baru siap dipindahkan ke media tanam.

2. Kelebihan Dan Kekurangan Perbanyakan Vegetatif


1. Kelebihan
a. Menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya.
b. Tanaman lebih cepat berbunga dan berbuah.
c. Dapat menggabungkan berbagai sifat yang diinginkan.

2. Kelemahan
a. Membutuhkan pohon induk yang lebih besar dan lebih banyak
b. Akar tanaman (anakan) kurang kokoh, sehingga mudah rebah
c. Masa produktif singkat.
d. Membutuhkan biaya yang mahal.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Perbanyakan tanaman secara generatif

Perbanyakan tanaman secara generatif merupakan perbanyakan tanaman melalui proses


perkawinan antara dua tanaman induk melalui organ reproduksi berupa bunga yang kemudian
terjadi penyerbukan benang sari pada kepala putik dan menghasilkan buah dengan kandungan
11

biji di dalamnya. Biji ini dapat ditanam kembali untuk menghasilkan tanaman baru yang
memungkinkan terjadinya variasi karakter.

Tumbuhan sebagai organisme dapat berkembangbiak baik secara generatif maupun


vegetatif. Reproduksi secara generatif pada umumnya terjadi pada tumbuhan berbiji
(Spermatophyta), baik pada tumbuhan biji tertutup (Angiospermae) maupun pada tumbuhan biji
terbuka (Gymnospermae). Pada reproduksi generatif dibutuhkan dua sel kelamin (gamet) yaitu
sel kelamin jantan an sel kelamin betina. Dengan demikian, reproduksi generatif hanya mungkin
terjadi apabila ada peleburan antara gamet jantan dan gamet betina dalam tumbuhan tersebut.

Perbanyakan tanaman secara generatif memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan


perbanyakan tanaman secara generatif ini antara lain :

1. Tanaman baru bisa diperoleh dengan cepat dan mudah,

2. Biaya yang dikeluarkan relatif murah,

3. Umur tanaman lebih lama,

4. Tanaman yang dihasilkan memiliki perakaran yang kuat

5. Dapat menghasilkan varietas-varietas baru, yaitu dengan cara menyilangkan.

Sedangkan kelemahan perbanyakan tanaman secara generatif ini adalah :

1. Tanaman baru yang dihasilkan belum tentu memiliki sifat yang sama dengan induknya

2. Varietas yang baru muncul belum tentu lebih baik

3. Waktu berbuah lebih lama dan kualitas tanaman baru diketahui setelah tanaman berbuah.

1. Jenis – jenis perbanyakan secara generatif

Perbanyakan secara generatif pada tumbuhan ada beberapa jenis yaitu adalah sebagai berikut
:

 Konjugasi merupakan salah satu reproduksi generatif pada tumbuhan yang belum jelas
kelaminnya, misalnya ganggang hijau ( Spyrogyra )
12

 Isogami merupakan hasil dari peleburan antara sel kelamin jantan dan sel kelamin betina
yang memiliki sama besarnya, misalnya ganggang biru ( clamydomonas )

 Anisogami merupakan hasil pelebutan antara sel kemanin jantan dan sel kelamin betina
yang tidak sama besarnya, misalnya ganggang berbentuk lembaran ( Ulva )

 Penyerbukaan di ikuti dengan pembuahan, di karenakan tumbuhan berbunga atau


memiliki biji.

2. Siklus Hidup Seksual atau Generatif

Perkembangbiakan secara generatif merupakan perbanyakan yang menggunakan biji


sebagai alat reproduksinta. Reproduksi denga biji ini akan menyebabkan variasi antar tanaman.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dari kecambah menjadi dewasa terjadi dalam beberapa
fase, yaitu :

1. Fase Embrio, yaitu dimulai dengan fusi atau peleburan antara gamet jantan dan gamet
betina. Proses peleburan kedua inti ini, disebut pembuahan atau fertilisasi. Inti sperma
yang satu akan membuahi inti sel telur membentuk zigot, sedangkan inti sperma lainnya
membuahi inti kandung lembaga sekunder membentuk endosperma. Endosperma akan
menyediakan makanan bagi embrio yang berkembang dari zigot.

2. Fase Juvenil, yaitu dimulai dengan perkecambahan biji dan embrio tumbuhan menjadi
tanaman muda. Dalam fase ini pertumbuhan yang mendominasi morfologi perkembangan
tanaman adalahpertumbuhan vegetatif. Secara umum tanaman pada fase ini tidak
merespon terhadap zat perangsang pembungaan.

3. Fase Transisi, merupakan fase pada saat tanaman secara bertahap kehilangan sifat
juvenilitasnya dan memasuki fase dewasa. Perubahan ini ditunjukkan pada perubahan
morfologi seperti hilangnya kemampuan berkembang secara vegetatif dan meningkatnya
kemampuan untuk memberikan respon terhadap zat perangsang pembungaan.

4. Fase Dewasa, yaitu dimana tanaman mencapai ukuran maksimal dan memasuki stadia
yang didominasi oleh pembentukan bunga, buah dan biji.
13

3. Struktur Benih dan Tipe Perkecambahan

Pengetahuan tentang biji akan sangat membantu untuk mengetahui persyaratan yang
diperlukan benih untuk berkecambah dan tumbuh di lapangan. Pada umumnya benih mempunyai
susunan atau struktur yang sama terdiri dari embrio (akar dan tunas muda) dan cadangan
makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan sampai daun-daun tanaman aktif melakukan
fotosintesis.

Berikut adalah susunan struktur benih :

1. J Embrio

Embrio adalah suatu tanaman baru yang terjadi dari bersatunya gamet-gamet jantan dan
betina pada suatu proses pembuahan. Struktur embrio :

a. Epikotil (calon pucuk),

b. Hipokotil (calon batang),

c. Kotiledon (calon daun)

d. Radikula (calon akar).

2. J Jaringan penyimpan cadangan makanan

Cadangan makanan yang tersimpan dalam biji umumnya terdiri dari karbohidrat, lemak,
protein dan mineral. Komposisi dan presentasenya berbeda-beda tergantung pada jenis biji, misal
biji bunga matahari kaya akan lemak, biji kacang-kacangan kaya akan protein, biji padi
mengandung banyak karbohidrat.

Pada biji ada beberapa struktur yang dapat berfungsi sebagai jaringan penyimpan cadangan
makanan, yaitu :

a. Kotiledon, misalnya pada kacang-kacangan, semangka dan labu.

b. Endosperm, misal pada jagung, gandum, dan golongan serelia lainnya. Pada kelapa
bagian dalamnya yang berwarna putih dan dapat dimakan merupakan endospermnya.
14

c. Perisperm, misal pada famili Chenopodiaceae dan Caryophyllaceae, Gametophytic betina


yang haploid misal pada kelas Gymnospermae yaitu pinus.

3. J Pelindung biji (kulit biji)

Kulit biji merupakan lapisan terluar dari biji.Pelindung biji dapat terdiri dari kulit biji,
sisa-sisa nucleus dan endosperm dan kadang-kadang bagian buah. Tetapi umumnya kulit biji
(testa) berasal dari integument ovule yang mengalami modifikasi selama proses pembentukan
biji berlangsung. Biasanya kulit luar biji keras dan kuat berwarna kecokelatan sedangkan bagian
dalamnya tipis dan berselaput. Fungsi kulit biji adalah untuk melindungi biji dari kekeringan,
kerusakan mekanis atau serangan cendawan, bakteri dan insekta.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Perkecambahan Biji

1. Faktor Dalam

Perkecambahan benih dapat dipengaruhi oleh faktor dalam yang meliputi: tingkat
kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat perkecambahan, serta faktor luar
yang meliputi air, temperatur, oksigen, dan cahaya.

a. Tingkat kemasakan benih.

Benih yang dipanen sebelum mencapai tingkat kemasakan fisiologis tidak


mempunyai viabilitas tinggi. Pada beberapa jenis tanaman, benih yang demikian tidak akan
dapat berkecambah. Hal ini diduga benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup
dan pembentukan embrio belum sempurna.

b. Ukuran benih

Karbohidrat, protein, lemak, dan mineral ada dalam jaringan penyimpanan benih.
Bahan-bahan tersebut diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio saat
perkecambahan. Berdasarkan hasil penelitian, ukuran benih mempunyai korelasi yang
positip terhadap kandungan protein pada benih sorgum. Makin besar/berat ukuran benih
maka kandungan protein juga makin meningkat. Dinyatakan juga bahwa berat benih
berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi, karena berat benih menentukan
besarnya kecambah pada pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen.
15

c. Dormansi

Benih dorman adalah benih yang sebenarnya hidup tetapi tidak mau berkecambah
meskipun diletakkan pada lingkungan yang memenuhi syarat untuk berkecambah. Penyebab
dormansi antara lain adalah: impermeabilitas kulit biji terhadap air atau gas-gas (sangat
umum pada famili leguminosae), embrio rudimenter, halangan perkembangan embrio oleh
sebab-sebab mekanis, dan adanya bahan-bahan penghambat perkecambahan. Benih dorman
dapat dirangsang untuk berkecambah dengan perlakuan seperti: pemberian suhu rendah pada
keadaan lembab (stratifikasi), goncangan (impaction), atau direndam dalam larutan asam
sulfat.

d. Penghambat perkecambahan

Banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan benih. Contoh zat-
zat tersebut adalah: herbisida, auksin, bahan-bahan yang terkandung dalam buah, larutan
mannitol dan NaCl yang mempunyai tingkat osmotik tinggi, serta bahan yang menghambat
respirasi (sianida dan fluorida). Semua persenyawaan tersebut menghambat perkecambahan
tetapi tak dapat dipandang sebagai penyebab dormansi. Istilah induksi dormansi digunakan
bila benih dapat dibuat berkecambah lagi oleh beberapa cara yang telah disebutkan.

2. Faktor Luar

a. Air

Faktor yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih ada 2, yaitu: sifat kulit
pelindung benih dan jumlah air yang tersedia pada medium sekitarnya. Jumlah air yang
diperlukan untuk berkecambah bervariasi tergantung kepada jenis benih, umumnya tidak
melampaui dua atau tiga kali dari berat keringnya.

b. Temperatur

Temperatur optimum adalah temperatur yang paling menguntungkan bagi


berlangsungnya perkecambahan benih. Temperatur minimum/maksimum adalah temperatur
terendah/tertinggi saat perkecambahan akan terjadi. Di bawah temperatur minimum atau di
atas temperatur maksimum akan terjadi kerusakan benih dan terbentuknya kecambah
16

abnormal.

c. Oksigen

Proses respirasi akan berlangsung selama benih masih hidup. Pada saat
perkecambahan berlangsung, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya
pengambilan oksigen dan pelepasan karbon dioksida , air dan energi. Proses perkecambahan
dapat terhambat bila penggunaan oksigen terbatas. Namum demikian beberapa jenis
tanaman seperti padi (Oryza sativa L.) mempunyai kemampuan berkecambah pada keadaan
kurang oksigen.

d. Cahaya

Kebutuhan benih terhadap cahaya untuk berkecambah berbeda-beda tergantung pada


jenis tanaman. Benih yang dikecambahkan pada keadaan kurang cahaya atau gelap dapat
menghasilkan kecambah yang mengalami etiolasi, yaitu terjadinya pemanjangan yang tidak
normal pada hipokotil atau epikotil, kecambah pucat dan lemah.

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Perbanyakan Kultur Jaringan

Kultur jaringan bila diartikan ke dalam bahasa Jerman disebut Gewebe kultur atau tissue
culture (Inggris) atau weefsel kweek atau weefsel cultuur (Belanda). Kultur jaringan adalah
metode yang sangat diperlukan dalam perbaikan tanaman non-konvensional. Kelebihan lain dari
teknik ini yaitu jumlah perolehan tanaman baru hasil kultur jaringan ini banyak, serta lebih aman
dari serangan virus dan dalam waktu yang relatif singkat. Kultur jaringan adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan untuk membuat bagian tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman)
17

tumbuh menjadi tanaman utuh (sempurna) dikondisi invitro (di dalam gelas). Keuntungan dari
kultur jaringan lebih hemat tempat, hemat waktu, dan tanaman yang diperbanyak dengan kultur
jaringan mempunyai sifat sama atau seragam dengan induknya. Contoh tanaman yang sudah
lazim diperbanyak secara kultur jaringan adalah tanaman anggrek.

1. Tipe-Tipe Kultur Jaringan

a. Kultur Biji (seed culture)

Kultur biji merupakan kultur yang bahan tanamannya menggunakan biji atau seedling.

b. Kultur Organ (organ culture)

Kultur organ merupakan budidaya yang bahan tanamnya menggunakan organ seperti:
ujung akar, pucuk aksilar, pucuk daun, helaian daun, buah muda, buku batang, akar, dan lain-
lain.

c. Kultur Kalus (callus culture)

Kultur kalus merupakan kultur yang menggunakan jaringan (sekumpulan sel), biasanya
beberapa jaringan parenkim sebagai bahan eksplannya. Dalam perbanyakan mikro, produksi
kalus biasanya dihindari karena dapat menimbulkan variasi dan, terutama pada zona
perakaran, mengakibatkan diskontinyuitas dengan sitem berkas pengangkut utama. Kadang–
kadang eksplan menghasilkan kalus, bukan tunas baru, khususnya jika diberikan hormon
dengan konsentrasi tinggi pada media. Dalam hal lain, kalus sengaja diinduksi karena
potensinya untuk produksi massal plantlet baru. Faktor pembatasnya adalah sulitnya
menginduksi inisiasi tunas baru, terutama pada tanaman berkayu dan tingginya kejadian
mutasi somatik

Potensi terbesar penggunaan kultur kalus adalah dimana sel-sel kalus dapat dipisahkan
dan diinduksi untuk berdiferensiasi menjadi embrio somatic. Secara morphologi, embryo ini
mirip dengan yang ada pada biji, tapi tidak seperti embrio biji, mereka secara genetik bersifat
identik dengan tanaman tetua, jadi, segregasi seksual materi genetik tidak terjadi. Karena 1
milimeter kalus berisi ribuan sel, masing-masing memiliki kemampuan untuk membentuk
embrio, sehingga kecepatan multiplikasi sangat tinggi. Kultur kalus dapat dilakukan pada
media cair dan embrio berkembang sebagai individu terpisah, sehingga penanganan kultur
relatif mudah. Berikut secara umum aplikasi kultur kalus :

a. Dalam beberapa hal, perlu fase pertumbuhan kalus sebelum regenerasi via somatic
embryogenesis atau organogenesis

b. Untuk menghasilkan varian somaklonal (genetic atau epigenetic)

c. Sebagai bahan awal kultur protoplast dan kultur suspensi and suspension cultures
18

d. Untuk produksi metabolit sekunder

e. Digunakan untuk seleksi in vitro

d. Kultur Suspensi Sel (suspension culture)

Kultur suspense sel merupakan kultur yang menggu-nakan media cair dengan
pengocokan yang terus menerus menggunakan shaker dan menggunakan sel atau agregat sel
sebagai bahan eksplannya, biasanya eksplan yang digunakan berupa kalus atau jaringan
meristem.

e. Kultur protoplasma (protoplasm culture)

Kultur protoplasma menggunakan eksplan sel yang telah dilepas bagian dinding selnya
mengguanakan batuan enzim. Protoplas diletakkan pada media padat dibiarkan agar
membelah diri dan membentuk dinding selnya kembali. Kultur protoplas biasanya untuk
keperluan hibridisasi somatik atau fusi sel soma (fusi 2 protoplas baikintraspesifik maupun
interspesifik).

f. Kultur haploid

Kultur haploid adalah kultur yang berasal dari bagian reproduktif tanaman, yakni kepala
sari/anther (kultur anther/kultur mikospora), tepung sari/pollen (kultur ovule), sehingga dapat
dihasilkan tanaman haploid

g. Kultur Meristem

Istilah meristem seringkali digunakan untuk menyebutkan ujung tunas dari tunas apikal
atau lateral. Meristem sebenarnya adalah apikal dome dengan primordia daun terkecil,
biasanya berdiameter kurang dari 2 mm. Keuntungan penggunaan meristem adalah
kemungkinan besar bebas dari pathogen internal (misalnya untuk eradikasi virus) dan
meminimalisasi terjadinya variasi kimera pada kultur. Kerugian utamana adalah sangat
rentan terhadap kerusakan dan memerlukan pengerjaan yang sangat detil/teliti di bawah
mikroskop. Prasyarat kultur sama dengan eksplan yang lebih besar, hanya ketidakberhasilan
kultur awal mungkin cukup tinggi. Berikut aplikasi kultur meristem secara umum:

a. Produksi tanaman bebas virus

b. Produksi massal genotype dengan karakteristik yang diinginkan

c. Memfasilitasi pertukaran eksplan antar lokasi (produksi bahan tanaman yang bersih)

d. Cryopreservation (penyimpanan pada suhu -198oC) atau konservasi plasma nutfah secara
in vitro.
19

2. Kelebihan dan Kekurangan didalam Kultur Jaringan

Dalam pelaksanaannya, teknik kultur jaringan memiliki beberapa kelemahan dan


kelebihan. Berikut ini merupakan beberapa kelemahan dan kelebihan teknik kultur jaringan:

1. Kelebihan kultur jaringan:

a. Mendapatkan tumbuhan baru dalam jumlah banyak dalam waktu relatif singkat dengan
sifat sama dengan induknya.

b. Mendapatkan tumbuhan baru yang bersifat unggul dalam waktu relatif singkat

c. Efisien tempat dan waktu.

d. Tidak tergantung musim, dapat diperbanyak secara kontinu.

e. Biaya lebih murah untuk skala besar.

f. Cocok untuk tanaman yang sulit bergenerasi.

g. Merupakan sarana meningkatkan kualitas tanaman.

h. Dalam proses pembibitan akan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan deraan
lingkungan lainnya.

i. Menciptakan tanaman baru yang toleran terhadap stress garam.

j. Melestarikan tumbuh-tumbuhan yang hampir punah.

2. Kelemahan kultur jaringan:

Selain beberapa manfaat yang dimiliki dalam teknik kultur jaringan. Teknik ini juga
memiliki beberapa kelemahan, antara lain:

a. Diperlukan biaya awal yang relatif tinggi untuk melakukan tehnik kultur jaringan.

b. Membutuhkan modal investasi awal yang tinggi untuk bangunan (laboratorium khusus),
peralatan dan perlengkapan.

c. Diperlukan persiapan SDM yang handal untuk mengerjakan perbanyakan kultur jaringan
agar dapat memperoleh hasil yang memuaskan. Produk kultur jaringan pada akarnya
kurang kokoh.
20

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perbanyakan secara vegetatif adalah perbanyakan tanaman menggunakan bagian – bagian
vegetatif tanaman seperti akar, batang dan daun.
Perbanyakan tanaman secara generatif merupakan perbanyakan tanaman melalui proses
perkawinan antara dua tanaman induk melalui organ reproduksi berupa bunga yang kemudian
terjadi penyerbukan benang sari pada kepala putik dan menghasilkan buah dengan kandungan
biji di dalamnya.
21

Kultur jaringan adalah metode yang sangat diperlukan dalam perbaikan tanaman non-
konvensional. Kelebihan lain dari teknik ini yaitu jumlah perolehan tanaman baru hasil kultur
jaringan ini banyak, serta lebih aman dari serangan virus dan dalam waktu yang relatif singkat.

B. Saran
Penulis menyadari banyak nya kekurangan dalam penulisan makalah ini oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca baik secara lisan maupun tulisan guna
penyempurnaan penulisan makalah berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Hardi, S. S. 1989. Dasar Dasar S. S. Hortikultura. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas


Pertanian. IPB. 505 hal.

Redaksi Agromedia.2007. Kunci Sukses Memperbanyak Tanaman. Jakarta: PT. Aromedia


Pustika.

Yuliarti, Nurheti, 2010. Kultur Jaringan Tanaman Skala Rumah Tangga. Yokyakarta: Penerbit
Andi.
22

Wudianto Rini.1993. Membuat stek, cangkok dan okulasi. Jakarta:Penebar swadaya.

Zulkarnain.2009. Kultur Jaringan Tanaman. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai