Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM HORTIKULTURA

PERBANYAKAN TANAMAN DENGAN CARA GRAFTING


DAN OKULASI

Oleh :
Andika Nursetiaji
1301070017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2016
BAB 1 PENDAHULUAN

Salah satu teknik perbanyakan yang dapat dilakukan dalam waktu singkat
dan menghasilkan jumlah yang banyak adalah perbanyakan dengan cara vegetatif.
Perbanyakan secara vegetatif merupakan suatu cara pembiakan/perbanyakan
tanaman dengan menanam bagian vegetatif dari tanaman yang bersangkutan, baik
berupa akar, batang dan daun. Metode perbanyakan secara vegetatif sangat sesuai
dengan tanaman yang memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik tersebut antara
lain untuk perkembangbiakan tanaman yang tidak menghasilkan biji tetapi
jumlahnya terbatas, tanaman yang bijinya sukar diperoleh, tanaman yang
mempunyai kapasitas daya kecambah (viabilitas) rendah, tanaman yang periode
pemanenannya lama, tanaman yang bijinya mudah terserang hama dan penyakit,
tanaman yang bijinya mengalami kegagalan dalam perkecambahan. Metode ini
juga memiliki beberapa keuntungan, antara lain biayanya lebih murah dan
pengerjaannya lebih mudah, dapat menghasilkan tanaman yang bagus dan indah,
tanaman yang dihasilkan akan mempunyai sifat yang sama dengan induknya
(Risyanto 2011).
Mengenten atau Penyambungan (Grafting) serta Okulasi atau Penempelan
Mata Tunas (Budding) merupakan teknik perbanyak tanaman yang dilakukan
secara vegetatif. Selain kedua teknik ini masih ada teknik-teknik yang lain seperti
Mencangkok (Air Layering) dan Perundukan Tanaman (Ground Layering). Pada
teknik perbanyakan secara Budding perlu disediakan bagian tanaman sebagai
calon batang atas dan bagian tanaman sebagai calon batang bawah (dari tanaman
sejenis). Umumnya calon batang atas adalah tanaman yang produksinya
diutamakan sedangkan batang bawah adalah batang yang memiliki ketahanan
terhadap faktor lingkungan seperti kekeringan dan lain sebagainya. Oleh sebab itu
laporan ini disusun untuk mengetahui teknik perbanyakan vegetatif dengan cara
okulasi dan hasil okulasi tanaman kakao dari praktikum yang telah dilaksanakan
(Hidayat, 2008).
BAB II TEORI DASAR

Pembiakan vegetative merupakan proses alami yang dapat dilakukan


secara buatan. Dalam pembiakan vegetative (aseksual) merupakan dasar dari
pembikan vegetative yang memungkinkan tanaman-tanaman memuliakan dirinya
dengan regenerasi jaringan-jaringan dari bagian-bagian tanaman yang hilang.
Pada pembiakan vegetatif ini , bagian-bagian tanaman yang digunakan adalah
cabang/batang, pucuk, daun, umbi dan akar yang dapat dilakukan dengan cara
stek, cangkok, akulasi, rundukan dan kultur jaringan

Keuntungan-keuntungan pembiakan vegetative antara lain adalah bahan-


bahan heterozigot dapat dilestarikan tanpa pengubahan pembiakan vegetative
lebih baik dibandingkan pembiakan secara generative. Karena pada pembiakan
vegetative satu tumbuhan induk dapat menghasilkan beberapa individu baru
dalam waktu yang cukup singkat, banyak tanaman yang dikembangkan secara
vegetative dapat melestarikan sifat hasil yang dimiliki oleh tanaman induk.
Ciri khusus bibit pada proses perbanyakan vegetatif antara lain
Bibit okulasi memiliki bekas tempelan mata tunas dibagian batang, bekas
pemangkasan di atas bidang okulasi dan posisi batang menyerong pada bagian
atas.
Bibit berasal dari sambung pucuk memiliki bekas luka berbentuk V pada
bagian batang pokok.
Bibit sambung susu pada bagian batang pokok terdapat bekas pertautan.
Bibit cangkokan memiliki batang kekar, percabangan muncul dari tanah,
dan diameter batang besar tidak seimbang dengan tinggi tanaman.
Sebab-sebab dilakukan perkembangbiakan vegetative:
Karena banyak tanaman yang tidak mempunyai sifat sebaik induknya bila
dilakukan pembiakan secara generatif atau menggunakan biji serta ada
perubahan pada mutunya.
Karena tanaman tidak menghasilkan biji atau hanya sedikit menghasilkan
biji.
Pembiakan vegetative tanaman dapat terjadi secara alamiah atau dibuat
oleh manusia. Secara alamiah perkembangan terjadi melalui pembelahan sel,
spora, tunas, rhizome dan geragih sedangkan pembiakan vegetative buatan
dimanfaatkan melalui cara stek, cangkok, okulasi dan menyambung.
Grafting dan Budding merupakan metode perbanyakan vegetatif buatan.
Grafting/penyambungan adalah seni menyambungkan 2 jaringan tanaman hidup
sedemikian rupa sehingga keduanya bergabung dan tumbuh serta berkembang
sebagai satu tanaman gabungan. Teknik apapun yang memenuhi kriteria ini dapat
digolongkan sebagai metode grafting. Sedangkan budding adalah salah satu
bentuk dari grafting, dengan ukuran batang atas tereduksi menjadi hanya terdiri
atas satu mata tunas (Hartmann et al, 1997). Tanaman sebelah atas disebut entris
atau batang atas (scion), sedangkan tanaman batang bawah disebut understam atau
batang bawah (rootstock) (Ashari, 1995). Batang atas berupa potongan pucuk
tanaman yang terdiri atas beberapa tunas dorman yang akan berkembang menjadi
tajuk, sedang batang bawah akan berkembang menjadi sistem perakaran
(Hartmann et al, 1997).
Alasan lain untuk melakukan grafting adalah:
1. Memperoleh keuntungan dari batang bawah tertentu, seperti perakaran kuat,
toleran terhadap lingkungantertentu,
2. Mengubah kultivar dari tanaman yang telah berproduksi, yang disebut top
working,
3. Mempercepat kematangan reproduktif dan produksi buah lebih awal,
4. Mempercepat pertumbuhan tanaman dan mengurangi waktu produksi,
5. Mendapatkan bentuk pertumbuhan tanaman khusus
6. Memperbaiki kerusakan pada tanaman (Hartmann et al, 1997).
Aplikasi grafting juga dapat dilakukan untuk membuat satu tanaman
dengan jenis yang berbeda-beda, untuk mengatasi masalah polinasi, dalam kasus
self-incompability atau tanaman berumah dua (Ashari,1995).
A. Proses Pertautan Sambungan
Proses pertauatan sambungan diawali dengan terbentuknya lapisan
nekrotik pada permukaan sambungan yang membantu menyatukan jaringan
sambungan terutama di dekat berkas vaskular. Pemulihan luka dilakukan oleh
selsel meristematik yang terbentuk antara jaringan yang tidak terluka dengan
lapisan nekrotik. Lapisan nekrotik ini kemudian menghilang dan digantikan oleh
kalus yang dihasilkan oleh sel-sel parenkim (Hartmann et al, 1997). Menurut
Ashari (1995) sel-sel parenkim batang atas dan batang bawah masing-masing
mengadakan kontak langsung, saling menyatu dan membaur. Sel parenkim
tertentu mengadakan diferensiasi membentuk kambium sebagai kelanjutan dari
kambium batang atas dan batang bawah yang lama. Pada akhirnya terbentuk
jaringan atau pembuluh dari kambium yang baru sehingga proses translokasi hara
dari batang bawah ke batang atas dan sebaliknya dapat berlangsung kembali.
Agar proses pertautan tersebut dapat berlanjut, sel atau jaringan meristem
antara daerah potongan harus terjadi kontak untuk saling menjalin secara
sempurna. Ashari (1995) mengemukakan bahwa hal ini hanya mungkin jika kedua
jenis tanaman cocok (kompatibel) dan irisan luka rata, serta pengikatan
sambungan tidak terlalu lemah dan tidak terlalu kuat, sehingga tidak terjadi
kerusakan jaringan.
Dalam melakukan grafting atau budding, perlu diperhatikan polaritas
batang atas dan batang bawah. Untuk batang atas bagian dasar entris atau mata
tunas harus disambungkan dengan bagian atas batang bawah. Untuk okulasi
(budding), mata tunas harus menghadap ke atas. Jika posisi ini terbalik,
sambungan tidak akan berhasil baik karena fungsi xylem sebagai pengantar hara
dari tanah meupun floem sebagai pengantar asimilat dari daun akan terbalik
arahnya (Ashari, 1995).
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyambungan adalah
kompabilitas. Pengertian kompatibilitas adalah kemampuan dua jenis tanaman
yang disambung untuk menjadi satu tanaman baru. Bahan tanaman yang
disambung akan menghasilkan persentase kompabilitas tinggi jika masih dalam
satu spesies atau satu klon, atau bahkan satu famili, tergantung jenis tanaman
masing-masing (Ashari, 1995).
Inkompatibilitas antar jenis tanaman yang disambung dapat dilihat dari
kriteria sebagai berikut menurut Hartmann et al (1997) :
1. Tingkat keberhasilan sambungan rendah.
2. Pada tanaman yang sudah berhasil tumbuh, terlihat daunnya menguning,
rontok, dan mati tunas.
3. Mati muda, pada bibit sambungan.
4. Terdapat perbedaan laju tumbuh antara batang bawah dengan batang atas.
5. Terjadinya pertumbuhan berlebihan baik batang atas maupun batang bawah.
B. Pengaruh Batang Bawah Terhadap Batang Atas
Menurut Ashari (1995) pengaruh batang bawah terhadap batang atas
antara lain
1. Mengontrol kecepatan tumbuh batang atas dan bentuk tajuknya,
2. Mengontrol pembungaan, jumlah tunas dan hasil batang atas,
3. Mengontrol ukuran buah, kualitas dan kemasakan buah, dan
4. Resistensi terhadap hama dan penyakit tanaman.
Pengaruh batang atas terhadap batang bawah juga sangat nyata. Namun
pada umumnya efek tersebut timbal balik sebagaimana pengaruh batang bawah
terhadap batang atas.
C. Perbanyakan Batang Bawah
Batang bawah ada yang berasal dari semai generatif dan dari tanaman
vegetatif (klon). Batang bawah asal biji (semai) lebih menguntungkan dalam
jumlah, umumnya tidak membawa virus dari pohon induknya dan sistem
perakarannya bagus. Kelemahannya yaitu secara genetik tidak seragam. Variasi
genetik ini dapat mempengaruhi penampilan tanaman batang atas setelah ditanam.
Oleh karena itu perlu dilakukan seleksi secermat mungkin terhadap batang bawah
asal biji (Ashari, 1995). Hartmann et al (1997) menyatakan bahwa batang bawah
tanaman jeruk diproduksi dari biji apomiksis dan secara genetik seragam. Metode
perbanyakan batang bawah ini lebih efisien dan hemat.
D. Metode Penyambungan
Menurut Ashari (1995) terdapat 2 metode penyambungan, yaitu sambung
tunas dan sambung mata tunas.
1. Sambung Tunas/Grafting
Agar persentase jadi dapat memuaskan, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain:
a) Batang atas dan batang bawah harus kompatibel
b) Jaringan kambium kedua tanaman harus bersinggungan
c) Dilakukan saat kedua tanaman berada pada kondisi fisiologis yang tepat
d) Pekerjaan segera dilakukan sesudah entris diambil dari pohon induk
e) Tunas yang tumbuh pada batang bawah (wiwilan) harus dibuang setelah
penyambungan selesai agar tidak menyaingi pertumbuhan tunas batang atas.
Metode yang dikembangkan adalah sambung lidah (tongue grafting),
sambung samping (side grafting), sambung celah (cleft grafting), sambung
susu (approach grafting), dan sambung tunjang (inarching).
2. Sambung Mata Tunas/Okulasi (Budding)
Masalah yang sering timbul dalam pelaksanaan teknik ini menurut Ashari
(1995) adalah sukarnya kulit kayu batang bawah dibuka, terutama pada saat
tanaman dalam kondisi pertumbuhan aktif, yakni pada saat berpupus atau daun-
daunnya belum menua. Hal ini berkaitan dengan kondisi fisiologis tanaman.
Sebaiknya okulasi dilakukan saat tanaman dalam kondisi dorman.
Budding dapat menghasilkan sambungan yang lebih kuat, terutama pada
tahun-tahun pertama dari pada metode grafting lain karena mata tunas tidak
mudah bergeser. Budding juga lebih ekonomis menggunakan bahan perbanyakan,
tiap mata tunas dapat menjadi satu tanaman baru (Hartmann et al, 1997). Metode
budding yang sering digunakan antara lain okulasi sisip (chip budding), okulasi
tempel dan sambung T (T-budding). Pemilihan metode tergantung pada beberapa
pertimbangan, yaitu jenis tanaman, kondisi batang atas dan batang bawah,
ketersediaan bahan, tujuan propagasi, peralatan serta keahlian pekerja.
BAB III TUJUAN

Tujuan dari praktikum perbanyakan tanaman dengan


grafting dan okulasi adalah:
a. Mempelajari cara perbanyakan berbagai tanaman hias
dengan cara grafting dan okulasi.
b. Mengetahui berbagai manfaat yang diperoleh dari
perbanyakan tanaman dengan menggunakan metode
grafting dan okulasi.
c. Mempelajari berbagai pertimbagan dan hal- hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan pemilihan metode sambung
pucuk.
d. Mengamati ciri-ciri sambungan dan tempelan yang
berhasil.
BAB IV MATERI PRAKTIKUM

A. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain;
1. Batang bawah berupa tanaman durian lokal (Bawor, asli
banyumas)
2. Batang atas berupa tanaman durian Monthong
B. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain;
1. Gunting okulasi/ pisau okulasi (silet),
2. Tali plastik/ tali rafia
3. Plastik sungkup.
BAB V PROSEDUR KERJA

Grafting atau sambung tunas


- Menyiapkan batang atas dan mengusahakan batang atas tetap memiliki daun
- Memotong batang bawah sekitar 2-3 cm diatas bonggolnya, kemudian
memotong tepi bawah membentuk huruf V
- Memotong batang atas dua atau lebih mata (bersama daunnya), membentuk
huruf V terbalik, mengupayakan potongan serasi dengna batang bawah
- Menyatukan batang atas dan batang bawah, kemudian mengikatnya dengan
tali plastik, dan mengusahakan mata tunas tidak ikut terikat. Serta menutup
bidang penyambungan dengan plastik
- Dua sampai tiga minggu sejak penyambungan, tunas mulai tumbuh darri
batang atas, jika muncul tunas dari batang bawah, segera membuangnya
sebelum tumbuh membesar.
Okulasi atau sambung mata tunas
- Memilih batang tanaman yang sehat, ditandai dengan batang yang keras,
berwarna hijau tua, memiliki ukuran diameter batang lebih besar atau sama
dengan entres atau batang bawah
- Membuat jendela okulasi pada batang bawah sesuai ukuran mata tunas,
jarak jendela sekitar 5 cm dari tanah
- Mengambil mata okulasi batang bawah yang sehat, segar dan muddah
mengupasnya, serta mengambil mata okulasi bersama sedikit bagian kayu
- Setelah mata tunas, membuka jendela okulasi dengan cara menarik bibir
jendela okulasi. Menyelipkan mata tunas dibawah jendela okulasi. Memulai
pembalutan dari torehan melintang menggunakan plastik dan akhir ikatan
sebaiknya berada dibawah. Pada saat membalut mata tunas tidak boleh
bergeser
- Melakukan pemeriksaan okulasi 2-3 minggu setelah melaksanakan okulasi
bersamaan dengan membuka pembalut. Memberi tanada okulasi yang gagal
dengan mengikat tali pada batang bawah, melakukan pemeriksaan
berikutnyaa 10-15 hari dari pemeriksaan pertama.

BAB VI HASIL PENGAMATAN

A. Grafting
Tanaman : Durian
Hari/ tanggal : Jumat/ 23-12-2016
Polibag Parameter
Presentasi hidup Warna daun Kondisi
ke
penyambungan
1 80% Hijau Masih nyambung
2 80% Hijau Masih nyambung
3 80% Hijau Masih nyambung
4 80% Hijau Masih nyambung
5 50% Hijau Masih nyambung
kekuningan

B. Okulasi
Tanaman : Durian
Hari/ tanggal : Jumat/ 23-12-2016
Polibag Parameter
Presentasi hidup Warna daun Kondisi mata tunas
ke
1 0% Coklat
2 0% Coklat
3 0% Coklat
4 0% Coklat
5 0% Coklat
BAB VII
PEMBAHASAN

Pada praktikum hortikultura acara kedua, akan dilaksanakan tekhnik


perbanyakan tanaman dengan grafting (sambung tunas) dan okulasi (sambung
mata tunas). Untuk perbanyakan tanaman dengan grafting (sambung pucuk)
digunakan durian lokal (Bawor) sebagai batang bawah dan durian monthong
sebagai batang atas. Sedangkan perbanyakan tanaman dengan okulasi (sambung
mata tunas) dengan menggunakan tanaman durian lokal (Bawor) sebagai tanaman
yang disambung sedangkan untuk mata tunas diambil dari durian Monthong.
Masing-masing perbanyakan dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali.
Pemilihan jenis durian lokal sebagai batang bawah dikarenakan durian ini
memiliki tingkat pertumbuhan yang baik di banyumas. Sedangkan untuk
pemilihan batang atas atau mata tunas dengan menggunakan durian Montong,
dikarenakan buah yang dihasilkan lebih besar dan lebih manis serta lebih memiliki
nilai ekonomi yang tinggi.
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajarai cara perbanyakan tanaman
dengan cara grafting dan okulasi pada tanaman durian. Perbanyakan tanaman
durian dengan cara vegetatif dinilai lebih efektif dan efisien dibandingkan
menggunakan cara generatif.
Sebelum melakukan penyambungan, terlebih dahulu tanaman harus
disortir dan dipilih mana yang memiliki kondisi paling baik. Tanaman yang akan
digunakan harus diperhatikan keunggulannya, antara lain: Tumbuh subur dan
normal sesuai dengan usia bibit seharusnya; Memiliki batang kokoh dengan
percabangan tumbuh merata ; Daun rimbun, berwarna hijau, tidak mengalami
cacat akibat serangan hama dan penyakit; Perakaran tanaman tumbuh cukup
rimbun dan tidak keluar dari media tanamnya; serta Batang atas dan batang bawah
memliki ukuran seimbang (Rochiman, 1973).
Pada perbanyakan tanaman dengan cara grafting (sambung tunas),
menggunakan tanaman durian lokal dengan durian monthong. Mengambil dan
memilih batang atas dan batang bawah yang memiliki diameter yang sama pada
tanaman durian lokal maupun durian monthong. Setelah itu lakulan
penyambungan sesuai dengan prosedur kerja yaitu membentuk batang atas
tersebut menjadi huruf V terbalik, sedangkan batang bawahnya membentuk huruf
V, sehingga antara batang atas dan batang bawah pada kedua kambium tersebut
menyatu. Selanjutnya mengikat kedua batang tersebut menggunakan tali plastik
(tidak terlalu kencang dan tidak terlalu longgar) agar sambungan dapat berdiri
kokoh.
Menyisakan 2 sampai 3 helai daun batang atas agar fotosintesis berjalan
dengan baik dan transpirasi terjadi hanya sedikit. Apabila terlalu banyak daun
maka daun akan cepat layu karena terlalu banyak penguapan. Kemudian menutup
atau menyungkup bidang penyambungan dengan menggunakan plastik untuk
mengurangi penguapan dan menjaga kelembaban udara disekitar sambungan tetap
tinggi. Membiarkan tanaman sambungan tunas atau grafting di tempat yang teduh
atau naung agar terlindungi dari sinar matahari selama 2-3 minggu.
Perbanyakan tanaman dengan tekhnik okulasi (sambung mata tunas)
yakni dengan menggunakan tanaman durian lokal sebagai batang bawah, dan
digunakan durian monthong sebagai mata tunas. Seperti sebelumnya pada
penyambunga menggunakan tekhnik grafting, terlebih dahulu tanaman dipilih dan
disortir yang paling bagus keadaannya. Memilih batang bawah yang sehat yakni
memiliki batang yang keras, berwarna hijau tua serta meiliki diameter yang sama
atau lebih besar dari batang atas. Pemilihan batang atas dilakukan dengan cara
memilih tanaman yang sudah tumbuh mata tunas dengan ukuran yang tidak terlalu
kecil yaitu sekitar 1 cm. Membuat jendela okulasi pada batang bawah dan
membuat mata okulasi atau mata tunas pada batang atas yang sehat, mudah
dikupas serta menyertakan sedikit kayu. Mata tunas yang akan ditempel
merupakan faktor yang menentukan keberhasilan okulasi tersebut. Sebaiknya
membuat mata tunas pada batang atas terlebih dulu kemudian membuat jendela
okulasi batang bawah agar kambium yang berada pada batang bawah tidak kering.
Kambium ini berfungsi untuk menyalurkan makanan dari daun keseluruh tubuh
tumbuhan. Kemudian menyelipkan mata tunas pada jendela okulasi dan
mengikatnya dengan menggunakan tali plastik. Mengikatnya tidak boleh terlalu
kencang maupun terlalu longgar. Karena apabila terlalu keras maka tunas akan
sulit untuk tumbuh. Mata tunas boleh ditutup atau tidak. Apabila mata tunas
ditutup maka air tidak akan masuk namun apabila mata tunas tidak ditutup maka
air tidak boleh sampai masuk karena akan mengakibatkan entres membusuk.
Meletakkan okulasi atau sambungan mata tunas di tempat teduh agar terhindar
dari terik matahari dan air yang masuk pada sambungan selama 2-3 minggu.
Pengamatan dilakukan satu minggu setelah tanam. Parameter yang
diamati antara lain prosentase hidup tanaman, warna daun, serta kondisi
penyambungan.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan yaitu setelah satu
minggu penyambungan diperoleh data sebagai berikut. Pada penyambungan
tekhnik grafting diperoleh data prosentase hidup 4 sambungan sebesar 80% hanya
pada tanaman no5 saja yang memiliki prosentase hidup sebesar 50%. Prosentase
hidup tersebut dapat terlihat dari kesegaran tanaman dan parameter kedua yaitu
warna daun.
Warna daun tanaman sambung yang memiliki prosentase hidup sebesar
80%, memiliki warna hijau. Sedangkan untuk prosentase 50% warna daun yang
dimiliki yaitu hijau kekuningan. Kedua hal tersebut membuktikan bahwa suplai
air dan unsur hara dari dalam media dapat tersampaikan dari batang bawah ke
batang atas dengan baik. Hal tersebut juga didukung dengan penempatan dan
perawatan tanaman sambungan. Tanaman sambungan diletakkan ditempat yang
teduh (terlindungi oleh mulsa dan pohon) atau terhindar dari sinar matahari
langsung. Tempat tersebut juga memiliki tingkat kelembaban yang cukup baik
sehingga suhu didalam tepat tersebut dapat dikatakan cukup rendah. Dengan
kondisi tersebut diharapkan tanaman dapat tumbuh secara optimal.
Tanaman sambung yang memiliki daun hijau kekuningan, kemungkinan
dikarenakan proses persebaran suplai air dan unsur hara ke batang atas yang tidak
lancar. Kekurangan air dan unsur hara dapat menyebabkan daun menguning dan
lama kelamaan akan mengering dan rontok (Risyanto, 2011). Pada parameter
ketiga yaitu kondisi penyambungan keseluruhan masih nyabung dan tidak terjadi
kontaminasi atau pembusukan. Hal tersebut membuktikan bahwa tekhnik kerja
yang telah dilakukan cukup baik dan aseptis. Apabila terjadi kontaminasi pada
daerah sambungan maka pertumbuhan tanaman akan terganggu bahkan dapat
mengakibatkan tekhnik penyambungan gagal.
Pada pengamatan okulasi diperoleh data prosentase hidup tanaman
sambung 0% dari seluruh tanaman sambung. Kondisi tersebut dilihat dari keadaan
mata tunas yang disambung. Kondisi mata tunas kesemuanya mati dan berwarna
coklat. Dapat dikatakan bahwa tekhnik yang telah dilakukan menunjukkan hasil
yang gagal. Kegagalan tersebut dapat terjadi karena beberapa hal antara lain :
1. Jaringan mata tunas yang akan disambung sudah mengalami kematian
sebelum dilakukan penyambungan.
2. Mata tunas yang disabung terbalik sehingga terjadi ketidakcocokkan.
3. Mata tunas tidak tertutup secara keseluruhan sehingga mengakibatkan tingkat
kelembaban rendah.
4. Teknik penyambungan yang terlalu kuat atau terlalu longgar sehingga
sambungan incompatible.
5. Adanya kontaminasi pada sumber sambungan sehingga jaringan mengalami
kematian.
BAB VIII KESIMPULAN

Dari kegiatan praktikum serta pengamatan yang telah dilaksanakan, maka


dapat disimpulkan bahwa,
1. Grafting dan okulasi merupakan metode perbanyakan vegetatif buatan dengan
cara menggabungkan 2 jaringan tanaman hidup sedemikian rupa sehingga
keduanya bergabung dan tumbuh serta berkembang sebagai satu tanaman
gabungan.
2. Pada praktikum kali ini digunakan durian lokal (Bawor) sebagai batang bawah
dan durian monthong sebagai batang atas.
3. Pada penyambungan tekhnik grafting dapat disimpulkan penyambungan yang
dilakukan berhasil terbukti dari kesegaran tanaman serta parameter yang
teramati.
4. Pada tekhnik sambung okulasi dapat disimpulkan gagal, dilihat dari
sambungan yang teramati memperlihatkan bahwa mata tunas berwarna coklat
atau menandakan bahwa jaringan pada mata tunas tersebut telah mati.
DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Holtikultura Aspek Budidaya. Jakarta : Universitas Indonesia


Press
Hartmann, H. T., D.E. Kester, F.T. Davies, and R. L. Geneve. 1997. Plant
propagation principles and practices. 6th ed. Prentice Hall, Englewood
Cliffs, N.J
Hidayat, A. 2008. Tekhnik tanam secara vegetatif buatan : Efektif & Efisien.
Bogor : ITB press.
Risyanto. 2011. Budidaya anggur dengan tekhnik sambung. Jakarta: CV
Srikandi
Rochiman, K. & S. S. Harjadi. 1973. Pembiakan vegetatif. Departemen
Agronomi Fakultas pertanian IPB. 72 hal.
Suyadi, A. 2016. Petunjuk Praktikum Hortikultura. Fakultas Pertanian:
Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Anda mungkin juga menyukai