Anda di halaman 1dari 9

KINERJA HEWAN DI LINGKUNGANNYA DENGAN MENENTUKAN POLA

AKTIVITAS DAN JARAK EDAR SERTA LUAS DAERAH EDAR HARIAN HEWAN
Mengamati Aktifitas Harian Bekicot (Achatina fulica) Dengan Menganalisa Korelasi Antara
Berat Badan, Panjang Cangkang, Jarak Edar, Suhu dan Kelembapan Pada Daerah Ternaung
Dan Terdedah

LAPORAN PRAKTIKUM
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah

: Ekologi

Dosen Pengampu

: Djohar Maknun

Disusun oleh:
Abdul Syukur
Diki Hafid Firdaus
Fariz Marzuki
Heni Risnawati
Nia Daniah
Resti Wahyu Danaswari
Venty Melinda

Fakultas Tarbiyah / Jurusan IPA-Biologi / B / V


INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2010
1. A.

Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana pola aktivitas harian hewan itu sehubungan dengan
pola fluktuasi dari perubahan kondisi faktor-faktor lingkungan dan habitat yang
ditempatinya

Untuk mengetahui dan membuat estimasi mengenai berapa jauh jarak yang ditempuh
hewan sehari-harinya dalam melakukan berbagai aktivitas hidupnya.

Untuk mengetahui luas daerah edar, sehingga tubuh hewan yang kita amati bervariasi
ukurannya (berat, panjang, cangkang) tubuhnya.

Untuk mengetahui apakah panjang jarak luas daerah edar harian berkorelasi dengan
ukuran tubuhnya Untuk mengetahui apakah panjang jarak luas daerah edar harian
berkorelasi dengan ukuran tubuhnya. Praktikum ini merupakan suatu latihan dan
contoh dalam melakukan penelitian ekologi mengenai suatu populasi yang
memerlukan pengamatan secara berkala tiap interval waktu dari dan dalam suatu
rentang waktu yang relatif panjang (dalam hal ini 24 jam).

1. B.

Dasar Teori

Bekicot (Achatina fulica B.) merupakan hewan yang paling banyak ditemukan diberbagai
daerah di Indonesia, meskipun demikian hewan ini bukan spesies pribumi Indonesia
melainkan merupakan pendatang dari benua Afrika yang telah menetap 50 tahun lamanya.
Bekicot bersifat hermaprodit namun perkawinan tidak dapat dilakukan oleh satu individu saja
melainkan membutuhkan individu lain pada proses kawinnya.
Pada waktu kopulasi penis masing-masing individu yang berwarna keputih-putihan dan
lembab, akan masuk ke dalam lubang genital individu pasangan kawinnya. Bekicot dikenal
sebagai hewan nocturnal dan herbivora, karena kebiasaan makannya itu, sehingga bekicot
digolongkan dalam sebagai kelompok hewan yang berpotensi sebagai hama bagi kebun
sayuran dan bunga-bungaan. Menurut Naryo Sadhori (1997: 6) bekicot termasuk dalam
golongan hewan lunak dan biasanya disebut Molusca. Anggota bekicot ini sangat banyak
hidup di bebagai alam (darat, air tawar, air payau dan di laut) misalnya cumi-cumi, gurita dan
kerang-kerangan. Bekicot termasuk ke dalam kelas Gastropoda atau berkaki perut.
Di Indonesia dikenal ada dua jenis (spesies) bekicot yaitu Achatina fulicad dan Achatina
fariegata. Secara garis besar tubuh bekicot terdiri atas dua bagian yaitu cangkang bekicot;
berfungsi sebagai alat untuk melindungi tubuhnya dari mangsanya. Cangkang bekicot dewasa
dapat mencapai 7,5 11,5 cm diukur dari ujung cangkang sampai kedasar cangkang.
Achatina fulica mempunyai cangkang bergaris-garis semar, ramping dan runcing, sedangkan
Achatina fariegata memiliki cangkang bergaris tebal, lebih gemuk, dan membulat, dan badan
bekicot; yang sederhana terdiri atas kepala dan peru

1. Lubang Kelamin
2. Mulut
3. Mata
4. Kelenjar ludah
5. Anus
6. Ginjal

Keterangan:
1. Hati
2. Usus
3. Kelenjar Abdomen
4. Kelenjar Mukosa
5. Vagina
6. Penis
Dalam rentang waktu sehari (24 jam) dan dari hari kehari, hewan menjalani hidupnya dengan
melakukan berbagai aktivitas. Pada hewan yang memiliki mobilitas yang tinggi dalam
pergerakan mencari makan untuk mendapatkan energy yang diperlukannya. Pada hewan
dewasa seksual, aktivitas hariannya mencakup aktivitas reproduksi, seperti mencari pasangan
dan berkopulasi, area yang dijelajahi hewan untuk aktivitas-aktivitas tersebut dikenal dengan
daerah edar. Setiap hewan yang keluar dari sarang atau tempat perlindungan akan terdedah
pada waktu hewan lain menjadi musuhnya (predator) dan kondisi lingkungan yang tidak baik,
maka dalam kegiatan keseharian itu, tercakup pula pergerakan mencari tempat berlindung,
agar terhindar dari bahaya yang mengancam kesintasannya.
Dalam mengadakan berbagai aktivitas tersebut hewan pun memerlukan istirahat dan tidur
(inaktif). Dalam kurun waktu sehari dan dari hari ke hari, berbagai faktor dan kondisi
lingkungan seperti suhu, cuaca dan iklim mengalami perubahan-perubahan serta
memperlihatkan fluktuasi baik harian maupun musiman. Faktor suhu misalnya setiap pagi
relatif rendah dan makin siang makin naik hingga mencapai suhu maksimum pada hari itu,
dan kemudian akan berangsur turun pada sore hari dan malam harinya hingga mencapai suhu
minimum. Dari berbagai variasi kondisi suhu itu sebagian merupakan kondisi yang baik atau
sangat baik(Preferendum), namun ada juga yang tidak baik yang beroperasi sebagai faktor
pembatas. Dalam kondisi suhu yang ekstrim yang mendekati batas-batas kisaran toleransinya,

hewan tidak lagi melakukan aktivitas mencari makan dan lain sebagainya, melainkan
dipusatkan pada upaya-upaya bertahan dan menjaga diri agar tetap sintas.
Setiap penelitian mengenai aktivitas atau perilaku, pertama-tama sekali memerlukan kriteria,
untuk digunakan sebagai acuan dalam pengamatan. Salah satu langkah awal ialah
menentukan kriteria untuk menentukan hewan aktif dan inaktif (aktivitas = 0).
Kriteria yang dipakai untuk bekicot dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

Aktif (A): apabila bagian kepala bekicot terjulur keluar dari cangkangnya.

Berjalan-jalan (Ab): bergerak berpindah tempat


Berdiam diri disuatu tempat, tanpa melakukan aktivitas khusus (Ad).
Makan (Am): bila adanya fragmen daun ataupun serasah yang menempel pada bagian
mulut dan adanya gerakan-gerakan radula.
Mengeluarkan defekasi (mengeluarkan tinja) baik sambil diam ditempat (Adf) atau sambil
berjalan (Abf)
Berkopulasi (Ak): apabila adanya sepasang penis yang terentang di antara sisi bagian
kepala dari kedua hewan yang sedang kawin.
Bertelur (Ao): posisi tubuh bekicot waktu mengeluarkan telur-telurnya mirip (Ad) tetapi
dengan bagian kepala yang menjulur masuk kedalam serasah atau tanah, adakalanya tampak
menyerupai posisi (Im) atau (Ik).

Inaktif; apabila bagian kepala hewan tersembunyi dalam cangkang.

Inaktif dengan seluruh bagian tubuh yang lunak dari hewan masuk ke dalam cangkang (Im)
Inaktif dengan bagian kakinya masih banyak terjulur keluar cangkang (Ik). Cangkang
bekicot yang keras itu bersifat protektif, untuk melindungi bagian-bagian tubuh yang lunak
dari factor lingkungan yang membahayakan, termasuk suhu yang terlalu tinggi dan
kelembaban udara yang terlalu rendah. Oleh karena itu menghindari tubuh dari bahaya
kekeringan dan kondisi panas dan kering, sebagian atau seluruh bagian tubuh yang lunak dan
lembab itu akan masuk ke dalam cangkang
Perhatikan individu-individu ini pada siang hari, bagian ujung kaki yang masuk cangkang
akan terlihat dilindungi oleh selapis efifragma. Pada musim kemarau yang sangat kering
bagian mulut cangkang bekicot dilapisi oleh efifragma yang mengeras seperti lapisan tanduk.
Dalam keadaan demikian hewan-hewan tersebut dikatakan sedang mengalami estivasi (tidur
musim kering, sebanding dengan hibernasi pada hewan-hewan temperate di musim dingin).
Cara menentukan pola aktivitas hewan ada bermacam-macam di dasarkan pada cara
pengukuran akivitas. Dalam praktikum ini aktivitas populasi (individu dewasa)A c ha tin
afulica dinyatakan dalam persentase jumlah individu yang melakukan suatu kategori aktivitas
dari jumlah total individu-individu yang diamati, pada setiap waktu pengamatan. Dalam
praktikum ini pengamatan dilakukan selama 24 jam dengan interval waktu 2 jam. Isikan data
aktivitas hewan selama pengamatan pada lembar data.

Pengukuran Kondisi Faktor Lingkungan

Pengukuran faktor-faktor lingkungan fisis Achatina fulica di area pengamatan meliputi: suhu
udara, kelembaban relative udara intensitas cahaya, suhu tanah, kelembaban tanah, cuaca dan
iklim. Karena hewan-hewan menjelajahi berbagai bagian dari kebun maka pengukuran
dilakukan di dua tempat, yaitu: bagian yang terdedah (daerah terbuka) dan bagian yang
terlindung (daerah yang ternaung) tumbuh-tumbuhan. Suhu udara diukur 20 cm diatas
permukaan tanah dan suhu tanah pada kedalaman sekitar 10 cm dengan menggunakan
thermometer biasa untuk udara dan thermometer tanah.
Kelembaban relative udara diukur dengan hygrometer, pada posisi pengukuran suhu, dan
kelembaban relatifnya dibaca dari tabel didasarkan pada pengukuran suhu basah dan kering.
Intensitas cahaya diukur dengan luxmeter pada posisi ketinggian yang sama seperti suhu.
Pengukuran kelembaban dan pH tanah dilakukan dengan menggunakan soil tester. Semua
pengukuran dilakukan setiap 2 jam seperti no. 1 dan hasil pengukuran dicatat pada lembar
data.

Pengukuran Jarak Edar (JE)

Cara mengukur jarak total yang ditempuh hewan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
(jarak edar atau jarak edar jelajah) bermacam-macam. Semua didasarkan pada penelusuran
posisi hewan pada waktu-waku tertentu berurutan dalam rentang 24 jam. Makin kecil selang
waktu yang berurutan itu taksiran jaraknya makin baik. jika selang waktu (t = 0), jarak yang
ditempuh merupakan jarak yang sebenarnya dengan mengukur jarak-jarak yang ditempuh
setiap interval waktu 2 jam. Maka jumlah total jarak selama 24 jam akan merupakan suatua
proksimasi yang lebih bersifat estimasi bawah (di bawah angka sebenarnya). Posisi hewan
pada waktu pengamatan dapat ditentukan dengan dua cara, yang pertama dan lebih sederhana
ialah menandainya dengan patok berlabel (No. Kode Hewan dan Jam Pengamatan).
Pada waktu pengamatan 2 jam setelah itu ditempatkan patok berlabel berikutnya, lalu jarak
ukur jarak antara keduanya (dalam cm) dan begitu seterusnya hingga pengamatan terakhir.
Angka-angka hasil pengukuran diisikan dalam lembar data Apabila.Pada waktu pengamatan,
individu tertentu tidak dapat ditemukan selama jam sejak pengamatan dimulai sebaiknya
pencarian dihentikan. Ternyata individu yang hilang tersebut di atas ditemukan kembali pada
waktu-waktu pengamatan berikutnya, maka pengukuran jarak tempuh per 2 jam dapat
diteruskan lagi (untuk perhitungan rata-rata jarak tempuh per 2 jam). Ada individu yang
ditemukan di atas tanah (pada pohon dan lain-lain), pengukuran dilakukan pada posisi semula
ke pangkal pohon dan dari pangkal pohon ke posisinya diatas pohon itu. Jarak-jarak tempuh
untuk individu yang termasuk kategori a-c tersebut diatas tidak diperhitungkan untuk estimasi
jarakedar harian ( Je; lembar data).
Cara pengukuran jarak edar yang lain dengan menggunakan kisi-kisi (grids) sebagai acuan
posisi hewan dan pengukuran jarak tempuhnya. Dalam hal area pengamatan dibagi-bagi atas
petak-petakkan segi (2 x 2 m) kisi-kisi dengan tali rafia yang dibentangkan agak jauh dari
permukaan tanah,masing-masing petakan itu ditandai (kode). Area pengamatan berikut
susunan kisi-kisi digambarkan menurut skala (1:250) pada keratas millimeter. Gambar peta
demikian dibuat sama sejumlah individu bekicot yang diamati. Jadi setiap lembar
diperuntukkan bagi setiap individu. Gunakan papan penjepit (Clip board) untuk lembaranlembaran itu di lapangan. Cara kedua inilah yang dalam kegiatan ini akan digunakan untuk
mengestimasi luas daerah edar

Dengan bantuan tongkat berskala pengukur jarak, posisi individu setiap waktu pengamatan
ditentukan berdasarkan koordinatnya dan digambarkan sebagai suatu titik pada peta titik kisikisi tersebut. Tiap titik ditandai dengan nomor dari urutan waktu (jam) pengamatan. Jarak
tempuh tiap 2 jam dihitung dari hasil pengukuran jarak tiap titik hasil 2 pengamatan yang
berurutan dan jumlah total dari jarak-jarak tempuh itu merupakan jarak edar selama 24 jam
pengamatan.

1. C.

Alat dan Bahan

Daerah yang terdedah dan daerah yang ternaung


Senter/lampu emergency
Meteran
Thermometer
Patok kayu
Nomor urut
Timbangan Ohaus
Hygrometer
Alat tulis

1. D.

Prosedur Kerja

Siapkan lahan atau daerah yang terdedah dan daerah ternaungi oleh pepohonan.
Siapkan 100 ekor bekicot, beri nomor urut dari 101 sampai 200. Bagi bekicot menjadi dua,
masing-masing 50 ekor di daerah terdedah dan 50 ekor di daerah ternaung.
Siapkan patok kayu yang telah diberi nomor urut sesuai dengan jumlah bekicot. Tancapkan
patok-patok tersebut pada sembarang tempat di daerah terdedah dan ternaung.
Timbang berat badan masing-masing bekicot. Letakkan ke-100 ekor bekicot tersebut dekat
patok kayu sesuai dengan nomornya masing-masing.

Lakukan pengamatan setiap jam untuk suhu dan kelembapan. Hitung jarak edar dari
masing-masing bekicot setiap 2 jam sekali selama 24 jam. Amati pula aktivitas bekicot setiap
2 jam sekali.
Setelah 24 jam berlalu, timbang kembali berat badan bekicot sebagai perbandingan dengan
berat badan awal. Catat hasilnya.
Dokumentasikan kegiatan praktikum dan buat laporannya.

1. E.

Hasil Pengamatan

1. F.

Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap 100 ekor bekicot selama 24 jam ternyta banyak hal
yang terjadi diantaranya adalah aktivitas bekicot, jarak edar yang semakin luas serta berat
badan bekicot yang relatif bertambah. Pada 50 ekor bekicot (101-150) yang diletakkan
didaerah ternaung, aktivitas bekicot di siang hari tidak begitu aktif, banyak diantaranya yang
hanya terdiam dan beberapa diantaranya berpindah tempat. Sedangkan ketika malam hari,
bekicot semakin aktif, ada bekicot yang mencari makan, ada pula yang terus begerak
berpindah tempat-naik pohon, ada yang melakukan perkawinan, ada pula yang
mendefekasikan fesesnya. Semakin malam, jarak edar bekicot semakin jauh. Umumnya
bekicot mencari tempat-tempat lembap dan gelap. Oleh karenanya bekicot lebih aktif
beraktifitas di malam hari, maka bekicot termasuk hewan nocturnal.
Selain mengamati aktifitas bekicot dan menghitung jarak edar, suhu dan kelembapannya pun
diamati. Semakin tinggi suhu maka kelembapan udaranya semakin rendah, tetapi di daerah
ternaung ada beberapa waktu saat suhu terus naik, kelembapannya konstan, ini berarti
tekanan udaranya semakin rendah. Dalam hal ini, keadaan cuaca sangat mendukung dimana
ketika hujan suhu tinggi dan kelembapan udara sangat rendah, sedangkan ketika cuaca terang
suhu naik dan kelembapan hampir selalu kostan.
Berbeda dengan daerah terdedah, dimana suhu terus turun di malam hari dan naik lagi di
siang hari, kelembapan hampir selalu naik turun dari jam ke jam. Hal ini terjadi Karena
perbedaan daerah dimana daerah ternaung banyak ditumbuhi pepohonan besar dengan
keadaan tanah basah yang didukung banyaknya jerami, daun dan ranting yang basah sehingga
udara lebih sejuk disiang hari dan pengap di malam hari. Sedangkan daerah terdedah tidak
banyak ditumbuhi pepohonan, hanya rerumputan kecil dengan tanah yang tidak begitu basah,
udaranya tidak begitu pengap di malam hari.
Pada awal dan akhir kegiatan berat badan bekicot ditimbang. Ternyata ada perbedaan, dimana
berat badan akhir lebih besar dari pada berat badan awal. Hal ini dapat dilihat pada table
pengamatan. Hampir semua bekicot mengalami pertambahan berat badan, hal ini terjadi
karena aktifitas bekicot yakni makan. Bekicot sebagai hewan nocturnal, menari makan
dimalam hari. Terbukti ketika pengamatan yang dilakukan malam hari, beberapa bekicot
sedang memakan dedaunan dan ada salah satunya yang memakan kertas nomor urut pada
patok kayu. Selain berat badan, panjang cangkang bekicot pun diukur. Disini dapat dilihat

bahwa berat badan bekicot dengan panjang cangkang tidak selalu berkorelasi. Dimana ada
bekicot dengan berat badan besar tetapi cangkangnya pendek. Hal ini dapat dilihat pada table
hasil pengamatan. Meskipun logikanya jika semakin panjang cangkangnya maka semakin
berat beban bekicot dan semakin lambat pergerakan atau kecepatan berjalannya.
Jarak edar dipengaruhi oleh berat badan bekicot. Dimana semakin besar berat badan bekicot,
maka jarak edarnya semakin pendek, dan sebaliknya. Salah satu contohnya adalah bekicot
nomor 118 yang memiliki berat awal 33,7 mengalami kenaikan berat badan menjadi 34,6
dengan panjang cangkang 6,9 cm, jarak edarnya 18,675 cm sedangkan bekicot nomor 119
yang memilikiberat awal 29,4 mengalami penurunan berat badan menjadi 28,5 degan panjang
cangkang 7 cm, jarak edarnya 48,07 cm.
Suhu dan kelembapan pun sangat memengaruhi jarak edar dimana semakin tiggi suhu maka
semakin rendah kelembapannya dan semakin luas jarak edarnya. Hal ini terjadi karena
bekicot menyukai tempat lembab sehingga mereka akan berjalan menceari tempat yang lebih
lembab dan gelap untuk menapatkan makanan. Bekicot yang mengalami penurunan berat
badan dikarenakan ketersediaan makanan. Bekicot yang mendapatkan makanan akan mampu
bertahan hidup dan menambah berat badan dibanding bekicot yang tidak menapatkan
makanan. Penurunan berat badan ini juga karena aktifitas berjalan yang cukup jauh sehingga
menguras energi bekicot.
Semakin siang, bekicot semakin inaktif (tidak beraktifitas). Dalam mengadakan berbagai
aktivitas tersebut hewan pun memerlukan istirahat dan tidur (inaktif). Dalam kurun waktu
sehari dan dari hari ke hari, berbagai faktor dan kondisi lingkungan seperti suhu, cuaca dan
iklim mengalami perubahan-perubahan serta memperlihatkan fluktuasi baik harian maupun
musiman. Faktor suhu misalnya setiap pagi relatif rendah dan makin siang makin naik hingga
mencapai suhu maksimum pada hari itu, dan kemudian akan berangsur turun pada sore hari
dan malam harinya hingga mencapai suhu minimum. Dari berbagai variasi kondisi suhu itu
sebagian merupakan kondisi yang baik atau sangat baik (preferendum), namun ada juga yang
tidak baik yang beroperasi sebagai faktor pembatas. Dalam kondisi suhu yang ekstrim yang
mendekati batas-batas kisaran toleransinya, hewan tidak lagi melakukan aktivitas mencari
makan dan lain sebagainya, melainkan dipusatkan pada upaya-upaya bertahan dan menjaga
diri agar tetap sintas.
Penyebaran jenis bekicot bergantung pada habitatnya. Populasi bekicot akan melimpah jika di
musim penghujan, dan sebaliknya populasi bekicot akan sangant jarang sekali pada musim
kemarau. Bekicot sangat menyukai daerah lembab, oleh karenanya jika terjadi suksesi di
habitat asalnya, maka populasinya juga akan berkurang. Tetapi, seiring berjalannya waktu
ketika daerah suksesi mulai pulih, maka bekicot akan segera berdatangan ke daerah tersebut.
Bisa disebut juga bahwa bekicot menjadi salah satu penghuni pertama di daerah suksesi
tersebut, tentu saja jika daerah tersebut banyak diguyur hujan.
Bekicot mwerupakan salah satu hewan yang berperan dalam industry. Banyak perusahaan
yang memanfaatkan bekicot sebagai bahan makanan ternak seperti bebek dan angsa. Ada
pula yang memanfaatkan cangkang bekicot sebagai bahan kerajinan tangan yang dapat diolah
dan berdaya jual tinggi. Namun, dibeberapa negara bekicot dijadikan bahan makanan bagi
manusia terutama bagian mantelnya karena mengandung protein tinggi.

1. G.

Kesimpulan

Bekicot (achatina fulica) merupakan hewan nocturnal yakni hewan yang beraktifitas di
malam hari. Jarak edar bekicot sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan dimana
semakin tiggi suhu maka semakin rendah kelembapannya dan semakin luas jarak edarnya.
Selain suhu dan kelembapan, berat badan bekicot pun memengaruhi jarak edarnya, dimana
semakin besar berat badan bekicot, maka jarak edarnya semakin pendek, dan sebaliknya.
Sedangkan panjang cangkang tidak begitu berpengaruh, meskipun semakin panjang
cangkangnya maka semakin berat beban bekicot dan semakin lambat pergerakan atau
kecepatan berjalannya.

Anda mungkin juga menyukai