Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum

Dasar-Dasar Agronomi

PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF

(GRAFTING)

Nama : Muhammad Fadhiil


NIM : G021221018
Kelas : Dasar-Dasar Agronomi A
Kelompok : 4
Asisten : Rosmina Rajab

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia.
Sektor pertanian sebagai sumber penghasilan bagi beberapa masyarakat, karena
sebagian besar kawasan Indonesia merupakan lahan pertanian. Para petani
biasanya menggunakan tanah untuk media. Meningkatnya pendidikan,
pengetahuan, dan kesadaran masyarakan akan keamanan pangan, menyebabkan
tuntutan masyarakat akan pangan sehat, aman dan bergizi terus meningkat.
Akulturasi antarawarga perumahan dan masyarakat setempat juga meningkatkan
pemahaman akan pangan sehat, aman dan bergizi (Agusman, 2015).
Perbanyakan vegetatif pada tanaman dapat menghasilkan bibit tanaman
dalam jumlah besar dan mempunyai kesamaan sifat dengan tanaman induk yang
dipakai sebagai entris. Batang induk yang dipakai adalah batang induk yang sehat
Kelebihan bibit dari hasil perbanyakan vegetatif dibanding cara generatif (biji)
adalah umur berbuah lebih cepat, aroma dan cita rasa buah tidak menyimpang dari
sifat induknya, diperoleh individu baru dengan sifat unggul lebih banyak,
misalnya batang bawah (rootstock) yang unggul perakarannya disambung dengan
batang atas yang unggul produksi buahnya (Ismail et al., 2017).
Sambung pucuk (grafting) adalah teknik menyatukan pucuk yang berfungsi
sebagai calon batang atas dengan calon batang bawah, sehingga dapat diperoleh
batang baru yang memiliki sifat-sifat unggul. Teknik sambung pucuk ini juga
sering digunakan oleh para petani. Keunggulan dari grafting diantaranya adalah
mengekalkan sifat-sifat klon, memperoleh tanaman yang kuat karena batang
bawahnya tahan terhadap keadaan tanah yang tidak menguntungkan sehingga
jenis yang tidak diinginkan diubah dengan jenis yang dikehendaki, dapat
mempercepat berbuahnya tanaman (Savitri, 2019).
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka perlu dilakukan praktikum
mengenai perkembangbiakan vegetatif (grafting) untuk dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana cara melakukan
perkembangbiakan vegetatif dengan teknik grafting yang baik dan benar.
1.2. Tujuan dan kegunaan
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui teknik
perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan teknik grafting secara
konvesional dengan baik dan benar.
Kegunaannya dari praktikum ini adalah diharapkan setiap peserta praktikan
dapat memahami tentang bagaimana cara melakukan pembiakan vegetatif dengan
teknik grafting sehingga dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam hal
pembiakan vegetatif tanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Sirsak
Daun sirsak memiliki kandungan kimia berupa alkaloid, tannin, dan
beberapa kandungan lainnya termasuk senyawa annonaceous acetogenins.
Annonaceous acetogenins merupakan senyawa yang memiliki potensi sitotoksik.
Senyawa sitotoksik merupakan senyawa yang dapat bersifat toksik untuk
menghambat dan menghentikan pertumbuhan sel kanker. Kandungan senyawa
dalam daun sirsak antara lain steroid/terpenoid, flavonoid, kumarin, alkaloid, dan
tanin. Senyawa flavonoid berfungsi sebagai antioksidan untuk penyakit kanker,
anti mikroba, anti virus, pengatur fotosintetis (Mega et al., 2016).
Daun Sirsak mempunyai banyak kegunaan diantaranya adalah sebagai obat
kanker terutama kanker kalorektal, paru-paru, pankreas, prostat, dan kanker
payudara. Keunggulan lain dari daun Sirsak adalah sebagai antioksidan dan
mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga menjadi suplemen
makanan untuk kesehatan. Kegunaan atau manfaat dari daun Sirsak belum banyak
dijamah oleh penduduk Semarang (Wara dan Sutino, 2014).
Tanaman sirsak memiliki tinggi pohon yang tergolong cukup tinggi sekitar
5-6 meter dengan batang berwarna coklat berkayu, bulat, dan bercabang. Daun
tanaman sirsak berbentuk telur atau lanset, ujung runcing, tepi rata, pangkal
meruncing, pertulangan menyirip, panjang tangkai 5 mm, dan hijau kekuningan.
Bunga pada buah sirsak terletak pada batang, daun kelopak kecil, kuning keputih-
putihan, benang sari banyak berambut. Daging buah sirsak berwarna putih dan
memiliki biji berwarna hitam. Akar dari pohon sirsak berwarna coklat muda, bulat
dengan perakaran tunggang (Meiyanto, 2014).
2.2 Teknik Penyambungan pada Tanaman
Perbanyakan tanaman secara vegetatif di antara lainnya adalah sambung
pucuk (grafting). Sambung pucuk merupakan teknik perbanyakan vegetatif yang
dilakukan sedini mungkin pada kondisi batang bawah yang masih kecil. Dalam
proses penyambungan yang perlu mendapat perhatian antara lain mengenai
penyediaan batang bawah yang akan menjadi pangkal pohon dengan perakarannya
yang kuat dan tangguh sebagai langkah pertama. Perakaran yang kuat akan
membantu tanaman tumbuh secara sehat dan kuat. Tanaman batang bawah
menjadi poin penting dalam teknik sambung pucuk ini (Maulana et al., 2020).
Perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan menggunakan metode
sambung bisa dikatakan cukup sulit dikarenakan harus memerhatikan faktor dari
batang atas yang akan digunakan (entris). Entris yang baik biasanya memiliki tiga
sampai empat helai daun dan dua sampai tiga mata tunas. Penyambungan
dilakukan dengan menyelipkan entres atau ranting muda. sebagai batang atas pada
batang lain sebagai batang bawah (Indah dan Agung, 2015).
Dalam melakukan penyambungan tanaman terdapat berbagai perbedaan
teknik antara petani satu dengan yang lainnya. Penggabungan antara batang atas
dan batang bawah dapat terbentuk dengan cara menempelkan entres ke batang
bawah supaya terjadi hubungan pada lapisan kambium antara entres dan batang
bawah sehingga dapat menghasilkan sel parenkim yang disebut dengan kalus, sel-
sel parenkim dari batang bawah dan batang atas masing-masing saling kontak.
selanjutnya sel-sel parenkim yang terbentuk akan terdiferensiasi membentuk
kambium baru sebagai lanjutan lapisan kambium batang atas dan batang bawah
yang sebelumnya, kemudian lapisan kambium akan membentuk jaringan vascular
baru yaitu xylem dan floem sekunder (Husni dan Dicky, 2022).
2.3 Jenis-Jenis Teknik Penyambungan
Penyambungan tanaman merupakan cara yang paling efektif dan efisien
dalam proses perbanyakan tanaman secara vegetatif. Salah satu keunggulan
dilakukan sambung samping adalah bibit yang dihasilkan sifatnya akan sama
dengan sifat induknya. Adapun jenis-jenis teknik penyambungan diantaranya
yaitu sambung pucuk dan teknik sambung samping (Agusman, 2015).
Sambung pucuk merupakan teknik yang sering digunakan untuk
memperbanyak tanaman dengan cepat. Untuk melakukan sambung pucuk terdapat
beberapa cara. Bagian tanaman yang disambung yaitu batang atas dan batang
bawah senyawanya akan terkombinasi. Setelah terjadi pengkombinasian senyawa
antara kedua tanaman maka akan terjadi regenerasi jaringan pada bekas tautan
atau sambungan tanaman sehingga terbentuklah tanaman baru (Nova, 2020).
Sama dengan teknik perbanyakan vegetatif lainnya, seperti cangkok dan
okulasi, sambung samping merupakan gabungan antara keterampilan, seni, dan
ketekunan dan ternyata teknik ini mudah dilaksanakan di tingkat petani. pada
tanaman dewasa, teknik sambung samping hasilnya lebih baik dan lebih mudah
dilaksanakan daripada okulasi. Selain itu bahan dan alat yang digunakan juga
mudah didapat, seperti entres (Limbongan, 2014).
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Teknik Penyambungan
Keuntungan dari teknik sambung adalah mengekalkan sifat-sifat klon yang
tidak dapat dilakukan pada pembiakan vegetatif lainnya seperti stek, cangkok dan
lain-lain, bisa memperoleh tanaman yang kuat karena batang bawahnya tahan
terhadap keadaan tanah yang tidak menguntungkan, temperatur yang rendah, atau
gangguan lain yang terdapat di dalam tanah, memperbaiki jenis-jenis tanaman
yang telah tumbuh, sehingga jenis yang tidak di inginkan diubah dengan jenis
yang dikehendaki, dapat mempercepat berbuahnya tanaman dan mempercepat
pertumbuhan pohon dan kelurusan batang (Hakim et al., 2019).
Kelebihan lain dari teknik sambung pucuk ini antara lain hasil cepat
diperoleh, pertumbuhan bibit memiliki vigor yang baik. Teknik sambung pucuk
ini juga lebih kebal serangan hama dan penyakit relatif rendah terhadap tanaman.
Disamping itu penggunaan bahan tanam vegetatif yang sudah teruji
keunggulannya akan lebih menjamin produktivitas dan kualitas biji yang
dihasilkan dari teknik sambung pucuk (Indah dan Agung, 2015).
Selain keuntungan perbanyakan secara vegetatif dengan teknik
penyambungan (grafting), teknik penyambungan juga mempunyai kekurangan
yaitu bagi tanaman kehutanan. kemungkinan jika pohon sudah besar gampang
patah jika ditiup angin kencang. Teknik sambung pucuk ini memiliki tingkat
keberhasilannya rendah jika batang bawah dan batamg atas tidak cocok atau
antara scion dan rootstock (Hakim et al., 2019).
2.5 Faktor-Faktor Keberhasilan Teknik Penyambungan
Dalam teknik penyambungan sambung pucuk (grafting) jenis tanaman juga
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan teknik
sambung pucuk. Dimana menurut hasil penelitian bahwa jenis tanaman yang akan
di sambung kadang tidak bisa berjalan meskipun jenis tanaman yang akan di
sambung sehat dan entris yang di gunakan bagus. Karena faktor tidak cocoknya
batang atas dan batang bawah pada tanaman. (Agusman, 2015).
Terdapat beberapa faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan dalam
memproduksi bibit dengan metode sambung pucuk (Grafting) yaitu faktor
tanaman (genetik, kondisi tumbuh, panjang entris), faktor lingkungan,
ketajaman/kesterilan alat, kondisi cuaca, waktu pelaksanaan grafting (pagi, siang,
sore hari), dan faktor keterampilan orang yang melakukan grafting. Orang yang
melakukan teknik sambung pucuk harus memiliki keterampilan yang bagus dan
juga ahli dalam memotong batang (Maulana et al., 2020).
Keberhasilan penyambungan suatu tanaman tergantung pada terbentuknya
pertautan sambungan itu, dimana sebagian besar disebabkan oleh adanya
hubungan kambium yang rapat dari kedua batang yang disambungkan. adanya
pengikat yang erat akan menahan bagian sambungan untuk tidak bergerak,
sehingga kalus yang terbentuk akan semakin jalin-menjalin dan terpadu dengan
kuat. Jalinan kalus yang kuat semakin menguatkan pertautan sambungan yang
terbentuk. Pada penyambungan tanaman, pemotongan bagian tanaman
menyebabkan jaringan parenkim membentuk kalus. Kalus-kalus tersebut sangat
berpengaruh pada proses pertautan sambungan. Batang bawah berperan dalam
membentuk kalus karena dipengaruhi oleh umur tanaman (Agusman, 2015).
BAB III
METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Pre-Nursery, Experimental Farm, Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanuddin. yang berlangsung pada Kamis, 20 Oktober
2022, pukul 16.00 WITA-selesai.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pisau/cutter, cangkok,
pelubang kertas dan spidol permanen.
Bahan-bahan yang digunakan adalah batang bawah dan batang atas tanaman
sirsak, plastik lilin, papan penanda label (map plastik), alkohol 70% (dengan alat
semprot), cable ties dan tali rafia.
3.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja praktikum ini yaitu:
1. Menyediakan batang bawah yang berumur 3-5 bulan dengan tinggi batang
30-50 cm yang mempunyai pertumbuhan subur, bebas hama dan penyakit.
Menyediakan entris (batang atas) baik yang seumur dengan batang bawah
ataupun tidak, diameter sama atu tidak.
2. Membuat celahan batang bawah yang berbentuk V atau terbalik sebagai baji
secara hati-hati (gunakan pisau tajam agar tidak berserat), lalu ambil batang
atas (sebaiknya ada tangkai daun) potong berbentuk V atau terbalik
sepanjang kedalaman celahan batang atas lalu celupkan dalam larutan
Rootone-F selama 5 menit, lalu batang atas dimasukkan/diselipkan ke dalam
celahan (disambung) batang bawah.
3. Sambungan tersebut dibalut dengan selotip/tali rafia erat-erat dengan sistem
genteng lalu diberi sungkup dengan plastik bening dan diikat.
4. Setelah berumur 7-14 hari sambungan sudah memperlihatkan keberhasilan
dengan ditandai tangkai daun mengalami keguguran atau entries masih tetap
hijau, amati keberhasilannya.
3.4 Parameter Pengamatan
1. Waktu bertunas
2. Jumlah tanaman yang bertunas
3. Jumlah tunas
4. Kondisi batang sambungan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan didapatkan hasil yaitu
sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil pegamatan tanaman
Terbentuk Tunas Kondisi
Persentase
Tanaman Jumlah Batang
No Keberhasilan
Ke- Ya Tidak Tunas Sambunga
(%)
n
1 1 Tidak 0 Kering 0%
2 2 Tidak 0 Kering 0%
3 3 Tidak 0 Kering 0%
4 4 Tidak 0 Kering 0%
5 5 Tidak 0 Kering 0%

4.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel pengamatan diatas menunjukkan bahwa teknik sambung
pucuk (grafting) yang telah dilakukan mengindikasikan kegagalan. Salah satu
penyebab gagalnya percobaan ini dikarenakan tidak tumbuhnya pucuk pada
batang atas tanaman dan hanya tumbuh pucuk pada batang bawah tanaman.
Dikarenakan batang atas dan batang bawah tidak terjadinya hubungan cambium
yang menyebabkan hanya batang bawah saja yang tumbuh pucuk. Hal ini sesuai
dengan pendapat Agusman (2015), yang mengatakan keberhasilan
penyambungan suatu tanaman tergantung pada terbentuknya pertautan sambungan
itu, dimana sebagian besar disebabkan oleh adanya hubungan kambium yang rapat
dari kedua batang yang disambungkan.
Faktor yang menyebabkan indikasi kegagalan pada teknik sambung pucuk
ini adalah faktor lingkungan yang tidak memadai. Tanaman yang terlalu sering
terkena hujan dan sinar matahari langsung akan mempengaruhi pertumbuhan
pucuk pada tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Maulana et al. (2020), yang
mengatakan terdapat beberapa faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan
dalam memproduksi bibit dengan metode sambung pucuk (grafting) yaitu faktor
tanaman (genetik, kondisi tumbuh, panjang entris), faktor lingkungan,
ketajaman/kesterilan alat, kondisi cuaca, waktu pelaksanaan grafting (pagi, siang,
sore hari), dan faktor keterampilan orang yang melakukan grafting.
Faktor lainnya yang menjadi faktor indikasi kegagalan dalam teknik
sambung pucuk (grafting) ialah tidak cocoknya antara batang atas dan batang
bawah. Hal ini bisa terjadi dikarenakan batang atas dan batang bawah tidak sesuai
saat akan dilakukan teknik sambung pucuk. Hal ini sesuai dengan pendapat
Agusman (2015), yang mengatakan bahwa jenis tanaman yang akan di sambung
kadang tidak bisa berjalan meskipun jenis tanaman yang akan di sambung sehat
dan entris yang di gunakan bagus. Karena faktor tidak cocoknya batang atas dan
batang bawah pada tanaman.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan
bahwa praktikan dapat mengetahui bagaimana pembiakan vegetatif secara buatan
dengan teknik grafting dan juga pembiakan vegetatif buatan lainnya seperti stek,
cangkok okulasi dan tunas. Praktikan juga mengetahui cara melakukan pembiakan
teknik grafting dengan baik dan benar.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pengamatan ini disarankan untuk memerhatikan tempat
taruh tanaman, yaitu terhindar dari hujan dan angina yang kencang dan juga sinar
matahari yang menyengat
DAFTAR PUSTAKA

Agusman. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Sambung


Samping Tanaman Kakao di Kelurahan Leoran Kecamatan Enrekang
Kabupaten Enrekang. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas
Muhammadiyah Makassar

Husni H., Dicky A. P. 2022. Pengaruh Teknik Sambung Pucuk Tanaman Alpukat
Cipedak di Kelompok Tani Sejahtera Makmur, Cipedak, Jakarta. Jurnal
Ilmu-Ilmu Pertanian, 14(2): 1-10.

Indah, A. S. dan Agung W. S.. 2015. Keberhasilan sambungan pada beberapa


jenis batang atas dan famili batang bawah kakao (Theobroma cocoa L.).
Pelita Perkebunan, 28(2): 72-81.

Ismail, Sembiring, D. S. P. S., dan Desky, R. S. 2017. Pengaruh Titik Tumbuh


Entres dan Teknik Pengikatan terhadap Kecepatan Tumbuh Sambung
samping Tanaman Kakao. Jurnal Sains dan Aplikasi, 5(2): 1-19

Limbongan J. 2014. Kesiapan Penerapan Teknologi Sambung Samping Untuk


Mendukung Program Rehabilitasi Tanaman Kakao. Jurnal Litbang
Pertanian, 30(4): 1-8.

Maulana O, Rosmaiti, dan Syahril, M. 2020. Keberhasilan Pertautan Sambung


Pucuk Beberapa Varietas Mangga (Mangifera Indica) dengan Panjang
Entres yang Berbeda. Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian, 5(1): 12-
22.

Meiyanto E., Handayani S., Septisetyani E.P. dan Susidarti R.A., 2014,
Synergistic Effect of Areca catechu L. Ethanolic Extract and Its Chloroform
Fraction with Doxorubicin on MCF-7. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia,
7(1), 13-18

Mega L. P., Tara V. W., Tri D. W., Jaya M. M., dan Nur I. P. N. 2016. Aktivitas
Antioksidan Suplemen Herbal Daun Sirsak (Annona muricata L.) dan Kulit
Manggis (Garcinia mangostana L.). Jurnal Pangan dan Agroindustri, 4(1):
283-290.

Nova, I. M. 2020. Penerapan Sambung Pucuk (Grafting) Pada Tanaman Cabai.


Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Biologi,
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

Savitri, dan Afrah. 2019. Aplikasi Teknik Sambung Pucuk (Top Grafting) Untuk
Perbanyakan Tanaman Durian (durio zibethinus murr). Jurnal Agrifora,
3(1): 40-47.
Suyadi, Aman, dan Bambang, N. 2017. Pelatihan Memanfaatkan Lahan Sempit
Untuk Budidaya Sayuran Organik Training. Jurnal Pengabdian Dan
Pemberdayaan Masyarakat, 1(2): 95–102.

Wara, D. P. R., dan Sutino, E. 2014. Pemanfaatan Daun Sirsak (Annona


Muricata): Obat Tradisional dan Lampu Hias dari Tulang Daun. Rekayasa,
11(2): 1-6.
LAMPIRAN

Gambar 48. Siapkan Gambar 49. Memangkas Gambar 50. Memotong


Batang bawah dan atas daun pada batang batang bawah sesuai ukuran

Gambar 51. Membuat Gambar 52. Menyelipkan Gambar 53. Melilit batang
Celah batang bawah batang atas ke batang menggunakan plastik
Berbentuk V bawah bening.

Gambar 54. Membungkus Gambar 55. Pengamatan Gambar 56. Pengamatan


Batang yang sudah dililit ke-1 ke-2

Anda mungkin juga menyukai