Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

HORTIKULTURA
TEKNIK PERBANYAKAN GENERATIF

Disusun oleh:
Salma Nadia Rahma 195040207111010

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komoidtas hortikultura saat ini banyak dibutuhkan oleh semua kalangan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Semakin tinggi tingkat
kesadaran manusia akan pentingnya kandungan gizi yang terdapat pada produk
hortikultura seperti vitamin, mineral, serta protein yang sangat diperlukan untuk
menjaga kesehatan manusia. Sehingga sangat dibutuhkan untuk perbanyakan
tanaman guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat.
Perbanyakan tanaman merupakan usaha atau cara untuk menghasilkan bibit
tanaman. Secara teknis perbanyakan tanaman digolongkan menjadi dua,
perbanyakan generatif dan perbanyakan vegetatif.
Perbanyakan generatif disebut juga perbanyakan cara kawin atau perbanyakan
seksual. Perbanyakan ini merupakan usaha atau cara penggadaan benih tanaman
menggunakan biji. Sedangkan perbanyakan vegetatif disebut juga perbanyakan cara
tak kawin atau perbanyakan aseksual. Perbanyakan ini menggunakan bagian-bagian
vegetatif tanaman. Bagian vegetatif adalah bagian sel atau jaringan tanaman yang
memiliki kemampuan menumbuhkan kembali (regenerasi) bagian-bagian tubuhnya.
Menurut Nursyamsi (2010) menjelaskan bahwa, perbanyakan tanaman secara
generatif memiliki kelebihan yaitu penanganan yang praktis atau mudah dengan
harga yang relatif murah, tidak memerlukan keahlian yang khusus, tanaman
memiliki sistem perakaran yang kuat dan kokoh, lebih mudah diperbanyak dan
jangka waktu berbuah lebih panjang. Namun, perbanyakan secara generatif
memiliki beberapa kelemahan seperti penanaman dilakukan pada saat musimnya,
keturunan yang dihasilkan kemungkinan tidak sama dengan induknya, persentase
berkecambah yang rendah dan membutuhkan waktu yang agak lama untuk
berkecambah.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penullisan makalah ini ialah untuk mengetahui perbanyakan
secara generatif beserta keuntungan dan kerugiannya, dan untuk mengetahui sistem
tanam melalui penyemaian maupun tabela beserta keuntungan dan kerugianya.
PEMBAHASAN
2.1 Teknik Perbanyakan Generatif
Teknik perbanyakan generatif ialah teknik perbanyakan yang berasal dari biji.
Perbanyakan ini juga dikenal sebagai pembibitan generatif atau seksual karena
menggunakan biji atau bagian tanaman yang sudah dibuahi. Biji yang digunakan
untuk perbanyakan secara generatif bisa berasal dari biji yang dibenihkan atau
tumbuh secara alami dan teknik perbanyakan ini sudah dikenal sejak dahulu dan
masih banyak digunakan sampai sekarang. Tanaman yang dibudidaya
menggunakan teknik perbanyakan ini akan meiliki sistem perakaran yang kuat dan
kokoh, tetapi membutuhkan waktu berbuah yang lebih lama. Menurut Fahly et al.
(2017) sebelum melakukan budidaya, tentunya membutuhkan teknik untuk
mengoptimalkan produksi. Teknik merupakan keterampilan yang dibutuhkan agar
dapat melakukan suatu kegiatan dengan benar. Oleh karena itu, suatu keterampilan
harus dikuasai sebelum melakukan budidaya agar dapat memproduksi benih
tanaman, sehingga tanaman dapat berproduksi secara optimal. Contoh tanaman
yang dapat ditanam secara generatif adalah tanaman salak, jambu, durian, mangga,
kedelai dan lain – lain. Pada perbanyakan secara generatif, biji yang akan digunakan
adalah biji yang sempurna dan memenuhi standar untuk menjadi benih, kemudian
dapat digunakan menjadi bahan tanam. Sebelum melakukan tanam, biji yang akan
digunakan harus dibersihkan terlebih dahulu dari daging buah dan lendir yang
menempel.
Untuk biji yang berukuran besar seperti biji mangga atau durian, pembersihan
dilakukan dengan mencuci menggunakan air besih, sedangkan biji dengan ukuran
kecil seperti biji jambu, pembersihan dilakukan dengan menggunakan abu gosok
sampai lendir hilang, lalu dicuci menggunakan air bersih. Benih tanaman yang
digunakan untuk budidaya akan tumbuh pada media tanam dan berkembang
menjadi bibit. Perkecambahan benih sangat dipengaruhi oleh viabilitas benih dan
lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Benih yang
sedang berkecambah sangat mudah untuk terkena penyakit, sehingga membutuhkan
perlindungan seperti ditanam di tempat yang ternaungi (Dewi et al., 2016).
Kelembaban pada media tanam juga dapat menjadi penghambat untuk proses
perkecambahan dikarenakan pada kondisi tersebut kemungkinan benih akan
terserang oleh organisme penganggu tanaman dan menyebabkan benih mati atau
tumbuh tidak normal (Fitriani et al., 2017).

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Perbanyakan Generatif Dibandingkan


Dengan Vegetatif
Perbanyakan secara generatif adalah proses perbanyakan yang dilakukan dengan
cara perkawinan pada organ bunga yang selanjutnya akan terjadi proses
penyerbukan agar dapat menghasilkan biji yang terkandung pada buah (Pasaribu et
al., 2016). Keuntungan yang dimiliki oleh perbanyakan generatif jika dibandingkan
dengan perbanyakan vegetatif adalah biaya untuk melakukan perbanyakan dapat
menjadi lebih murah, berpotensi menghasilkan varietas yang baru, tanaman akan
memiliki umur yang lebih lama, batang tanaman kokoh, dan juga mempunyai
perakaran yang kuat (Sari, 2011). Selain kelebihan yang dimiliki oleh perbanyakan
secara generatif, terdapat pula kekurangan yang dimilikinya yaitu waktu untuk dapat
melakukan proses pembuahan menjadi lebih lama, kualitas tanaman dapat
dipastikan jika tanaman tersebut sudah melakukan proses pembuahan, dan tanaman
yang dihasilkan belum tentu sama dengan tanaman induknya (Pangestut et al.,
2018).

2.3 Perbedaan Pertumbuhan dan Hasil pada Tanaman yang Ditanam


Langsung dan Tanaman yang Melalui Semai/pindah tanam
Perbedaan pertubuhan yang dihasilkan pada kedua cara tanam tersebut yaitu pada
sistem tanam langsung kurang menghasilkan tanaman budidaya yang baik yaitu
pada jumlah daun dan juga luas daun sistem tanam tersebut masih dibawah sistem
tanam semai. Sedangkan sistem tanam semai memiliki tinggi tanaman yang kurang
baik jika dibandingkan dengan sistem tanam tabela ( Lita et al., 2013).
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Teknik Penanaman Langsung dan Teknik
Semai/ Pindah Tanam pada Tanaman Hortikultura.
Kelebihan dari sistem tanam tabela yaitu dapat menambah produktivitas dari
tanaman tersebut yaitu mencapai 10% jika dibandingkan dengan sistem tanam
semai. Selain itu dapat menghindari tanaman dari proses transpirasi yang berlebih
karena akan berakibat pada tanaman menjadi kekurangan air serta layu. Keuntungan
lainnya yaitu dapat menghindari tanaman dari stagnansi, kerusakan akar, dan
mengurangi biaya produksi karena meminimalisir tenaga kerja yang diperlukan
(Azizah, 2020). Selain dari kelebihan yang sudah dijelaskan sebelumnya, sistem
tanam Tabela juga mempunyai kekurangan yaitu bisa dilakukan di musim kemarau
karena jika dilakukan di musim penghujan maka benih akan tersebar dan keluar dari
lubang tanam. Dapat rentan terhadap gulma serta hama karena pada saat melakukan
penyebaran benih tanaman bisa mengundang burung ataupun keong (Azizah, 2020).
Pada sistem tanam semai mempunyai kelebihan yaitu dapat menjaga agar benih
dapat tumbuh dengan selamat hingga menjadi bibit dan untuk menghasilkan bibit
tanaman yang unggul. Selain itu melakukan penyemaian dapat membuat tanaman
bisa beradaptasi dengan baik dan bisa mempunyai cadangan bibit tanaman
(Chandra, 2021). Kekurangan dari penyemaian sendiri adalah akar tanaman dapat
terputus pada saat melakukan pindah tanam yang mengakibatkan tanaman menjadi
stress dan meningkatkan biaya produksi tanaman itu sendiri karena adanya proses
penyemaian (Chandra, 2021).
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. K. (2020). ADOPSI INOVASI SISTEM TANAM LARIKAN GOGO
(LARGO)(Kasus Perilaku Petani terhadap Pengambilan Keputusan Sistem
Tanam Largo di Desa Banjareja Kecamatan Puring).
Chandra, A. (2021). Rancang Bangun Larik Led Sederhana Pada Tahap Penyemaian
Sistem Hidroponik Tertutup (Doctoral dissertation, Institut Teknologi Telkom
Purwokerto).
Lita, T. N., Guritno, B., & Soekartomo, S. (2013). Pengaruh perbedaan sistem tanam
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi (Oryza sativa L.) di lahan sawah
(Doctoral dissertation, Brawijaya University).
Pangestuti, S., Bintoro, A., & Duryat, D. (2018). Pengaruh lama simpan entres jati
(tectona grandis) dalam media pelepah pisang terhadap keberhasilan okulasi.
Jurnal Sylva Lestari, 6(1), 50-57.
Pasaribu, D. I., Mardhiansyah, M., & Sulaeman, R. (2016). Kualitas Pertumbuhan
Eucalyptus SP. Dari Perbanyakan Vegetatif Dan Generatif (Doctoral
dissertation, Riau University).
Sari, A. (2011). Pengaruh Kedalaman Tanam Benih Terhadap Perkecambahan Dan
Pertumbuhan Bibit durian (Durio zibethinus Murr.) (Doctoral dissertation,
Universitas Brawijaya).
No Nama Sistem Gambar Gambar Biji
Tanaman penanaman Tanaman
(Penyemaian
/Tabela)

1 Wortel Penyemaian
(Daucus
carota)

2 Jagung (Zea Penyemaian


mays)

3 Penyemaian
Cabai
(Capsicum
frutescens)

4 Selada Penyemaian
(Lactuca
sativa)
5 Seledri Penyemaian
(Apium
graveolens)

6 Tomat Penyemaian
(Solanum
lycopersicum)

7 Terung Penyemaian
(Solanum
melongena)

8 Bawang Penyemaian
Daun (Allium
fistulosum)

9 Caisim Penyemaian
(Brassica
chinensis)
10 Melon Penyemaian
(Cucumis
melo)

11 Pepaya Tabela
(Carica
papaya)

12 Labu Tabela
(Cucurbita
sp)

13 Pare Tabela
(Momordica
charantia)

14 Kangkung Tabela
(Ipomoea
aquatica)
15 Kacang Tabela
Panjang
(Vigna
unguiculata)

16 Kacang Hijau Tabela


(Vigna
radiata)

17 Kentang Tabela
(Solanum
tuberosum)

18 Kubis Tabela
(Brassica
oleracea)

19 Brokoli Tabela
(Brassica
oleracea var.
Italica)
20 Nanas Tabela
(Ananas
comosus)

Anda mungkin juga menyukai