Anda di halaman 1dari 30

I.

PENDAHULUHAN

1.1. Latar Belakang

Perbanyakan Generatif dilakukan melalui biji dan mengalami

penyerbukan alami dengan bantuan angin atau serangga. Biji yang ditanam

tersebut merupakan organ tanaman yang terbentuk dalam buah dari

hasilpendewasaan bakalbiji yang dibuahi.

Menurut Nursyamsi (2010) menjelaskan bahwa, perbanyakan tanaman

secara generatif memiliki kelebihan yaitu penanganan yang praktis atau mudah

dengan harga yang relatif murah dan tidak memerlukan keahlian yang khusus.

Namun, perbanyakan secara generatif memiliki beberapa kelemahan seperti

penanaman dilakukan pada saat musimnya, keturunan yang dihasilkan

kemungkinan tidak sama dengan induknya, persentase berkecambah yang rendah

dan membutuhkan waktu yang agak lama untuk berkecambah.

Purnomoshidi dkk., (2002) menjelaskan bahwa, keunggulan dari

perbanyakan tanaman secara generatif yaitu tanaman memiliki sistem perakaran

yang kuat dan kokoh, lebih mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih

panjang. Sedangkan kekurangannya yaitu waktu untuk berbuah lebih lama.

Perbanyakan tanaman secara vegetatif dibagi menjadi dua, yaitu

perbanyakan tanaman secara vegetatif alami dan vegetatif buatan. Vegetatif alami

dilakukan tanpa adanya campur tangan manusia, sehingga terjadi secara alamiah.

Biasanya terjadi melalui tunas, umbi, dan geragih (stolon). Sedangkan vegetatif

buatan terjadi dengan bantuan manusia. Vegetatif buatan terbagi menjadi dua

yaitu vegetatif buatan secara konvensional dan vegetatif buatan secara

bioteknologi. Perbanyakan tanaman melalui vegetatif buatan dilakukan pada


2

tanaman yang memiliki kambium. Pada umumnya penggunaan vegetatif buatan

tidak dapat dilakukan pada tanaman berkeping satu (monokotil). Perbanyakan

secara vegetatif buatan dapat dilakukan dengan cara stek, sambung, okulasi

cangkok dan merunduk.

Perbanyakan secara vegetatif memiliki keunggulan seperti tanaman yang

dihasilkan memiliki sifat yang sama dengan induknya dan lebih cepat berbunga

serta berbuah. Sedangkan kekurangannya yaitu membutuhkan pohon induk yang

lebih banyak sehingga membutuhkan biaya yang banyak serta memiliki akar yang

kurang kokoh.

Campbell (2003) menjelaskan, perbanyakan tumbuhan secara vegetatif

bertujuan untuk memperbaiki tumbuhan pangan, buah, dan bunga hias. Sebagian

besar metode ini didasarkan pada kemampuan tumbuhan untuk membentuk akar

atau tunas adventif.

1.2. Kompetensi Dasar

Adapun kompetensi yang diinginkan dalam praktikum ini ialah :

1. Mahasiswa mengetahui teknik-teknik perbanyakan tanaman.

2. Mahasiswa terampil dalam melakukan perbanyakan tanaman.

1.3. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :

1. Untuk mengetahui cara perbanyakan generative pada tanaman.

2. Untuk mengetahui cara perbanyakan generatif pada tanaman.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Perbanyakan secara seksual atau generatif adalah proses perbanyakan

dengan menggunakan salah satu bagian dari tanaman, yaitu biji. Biji adalah organ

tanaman yang terbentuk setelah terjadinya proses fertilisasi (menyatunya/

meleburnya gamet jantan dan gamet betina). Biji dapat dianggap sebagai tanaman

mini karena di dalamnya sudah terdapat bagian-bagian tanaman yang tersusun dalam

massa yang kompak.Salah satu tujuan perbanyakan tanaman dengan menggunakan

biji adalah untuk memperoleh sifat-sifat baik tanaman, seperti akar yang kuat, tahan

penyakit, dll. Perbanyakan secara generatif ini memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan-kelebihannya diantaranya adalah :(1) sistem perakarannya kuat .(2) masa

produktif lebih lama. (3) lebih mudah diperbanyak. (4) tahan penyakit yang

disebabkan oleh tanah. (5) memiliki keragaman genetik yang digunakan untuk

pemuliaan tanaman. Sedangkan kekurangan dari perbanyakan ini adalah : (1) Waktu

berbunga lebih lama. (2) Anakan berbeda dengan induknya, tidak cocok untuk

perbanyakan yang membutuhkan keseragaman.

Perbanyakan tanaman dengan biji (generatif) terutama dilakukan untuk

penyediaan batang bawah yang nantinya akan diokulasi atau disambung dengan

batang atas dari jenis unggul. Perbanyakan dengan biji juga masih dilakukan

terutama pada tanaman tertentu yang bila diperbanyak dengan cara vegetatif menjadi

tidak efisien (tanaman buah tak berkayu). Keunggulan tanaman ini digunakan

sebagai batang bawah adalah karena memiliki batang yang kokoh dan tahan penyakit

tular tanah. Tanaman-tanaman yang sudah dikembangkan sebagai batang bawah di

antaranya adalah karet, durian, jeruk, dan alpukat.


4

Perbanyakan secara aseksual atau vegetatif adalah proses perbanyakan

tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tertentu dari tanaman seperti, daun,

batang, ranting, pucuk, umbi dan akar untuk menghasilkan tanaman baru yang

sama dengan induknya (Made, 2009).

Prinsip dari perbanyakan vegetatif adalah merangsang tunas adventif

yang ada dibagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna

yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus. Keunggulan perbanyakan dengan

system ini antara lain adalah : (1) menghasilkan tanaman yang memiliki sifat

yang sama dengan induknya. (2) tanaman lebih cepat berbunga dan berbuah. (3)

dapat menggabungkan berbagai sifat yang diinginkan. Sedangkan kelemahan dari

perbanyakan ini adalah (1) membutuhkan pohon induk yang lebih besar dan lebih

banyak. (2) akar tanaman (anakan) kurang kokoh, sehingga mudah rebah. (3)

masa produktif singkat. (4) membutuhkan biaya yang mahal.

1. Cangkok

Tidak semua jenis tanaman buah–buahan dapat dilakukan perbanyakan dengan

cangkok, melainkan tanaman yang berkayulah yang dapat dilakukan perbanyakan

degan cangkok.

Gambar 1 : Bidang Cangkok Tanaman


5

2. Stek

Stek ialah menumbuhkan bagian tanaman dengan pemotongan pada bagian


tanaman untuk tanaman baru, stek dapat dilakukan pada tanaman – tanaman yang
memiliki cadangan makan yang tinggi seperti sukun dll. Stek dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu stek batang dan stek akar.

Gambar 2 : Bagian Penyetekan Tanaman

3. Okulasi

Okulasi berasal dari bahasa belanda yaitu oculate yang artinya menempel,
perbanyakan dengan ukolasi dilakukan pada tanaman-tanaman yang tidak bisa
dicangkok dan di stek. Perbanyakan ini memiliki persentase keberhasilan yang kecil,
karena menempelkan bagian tanaman yang unggul berupa mata entres ke batang
yang dijadikan inang, hasil dari perbanyakan generatif.
Syarat malakukan okulasi, pada batang bawah telah berumur 3–4 bulan dan
terhindar dari serangan hama dan penyakit sedangkan syarat mata entres ialah
diambil dari pohon induk yang telah berbuah minimal 3 kali pada musimnya dan
meiliki kwalitas dan kwantitas buah yang baik.

Gambar 3 : Bidang Okulasi Tanaman

4. Sambungan

Penyambungan atau enten (grafting) adalah penggabungan dua bagian tanaman


yang berlainan sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dan
tumbuh sebagai satu tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka
sambungan atau tautannya. Bagian bawah (yang mempunyai perakaran) yang
6

menerima sambungan disebut batang bawah (rootstock atau understock) atau sering
disebut stock. Berikut beberapa jenis sambungan yang dilakukan pada tanaman :
a. Sambung Pucuk (top grafting)
Sambung pucuk merupakan cara penyambungan batang atas pada bagian atas

atau pucuk dari batang bawah.

Gambar 4 : Sambung Pucuk

b. Sambung Samping (side grafting)


Pada dasarnya, pelaksanaan sambung samping sama seperti pelaksanaan model

sambung pucuk. Sambung samping merupakan cara penyambungan batang atas pada

bagian samping batang bawah.

Gambar 5: Sambung Samping

c. Sambung Susu
Istilah penyusuan (approach grafting) merupakan cara penyambungan di mana
batang bawah dan batang atas masing-masing tanaman masih berhubungan dengan
perakarannya.

Gambar 6: Sambung Susu


III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat Dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

Universitas Islam Riau, Jalan Kaharudin Nasution No. 133, km.11 perhentihan

marpoyan, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru. Praktikum ini dilaksanakan

dimulai dari tanggal 28-Maret 2019 sampai dengan tanggal 23 Mei 2019

3.2 Baha Dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :

Tabel 1 : Alat dan Bahan

No Bahan No Alat
1 Biji Tanaman Generatif 1 Cangkol
2 Bahan Tanaman Stek 2 Gunting Stek
3 Pupuk Kandang 1 Karung 3 Gembor
berukuran = 5 kg sebanyak 10
goni
4 Pupuk Bokasi sebanyak 1
Karung berukuran = 20 kg
5 Plastik lilin
6 Tali Rafia
7 Polybag Besar sebanyak 5
8 Polybag Sedang sebanyak 10

3.3 Pelaksanaan Praktikum

1. Mahasiswa Mengisi Polybag Berukuran Sedang

Mahasiswa mengisi polybag dengan campuran tanah dan pupuk kandang

dengan perbandingan 2 :1 , Pengisian polybag ini bertujuan agar nantinya untuk

tempat media perbanyakan generatif degan bji Nangka, Mangga dan perbanyakan

secara Vegetatif dengan stek pucuk merah, stek delima.

2. Mahasiswa Melakukan Perbanyakan Generatif dan Vegetatif


8

Mahasiswa melakukan perbanyakan Generatif dengan biji manga dan biji

nangka, biji yang ditanam sebanyak 1 biji perpolybag dan dilakukan sebanyak 2

polybag setiap biji yang berbeda. setelah itu mahasiswa melakukan perbanyakan

secara Vegetatif dengan stek pucuk merah, dan stek delima masing- masing

dilakukan sebanyak 2 polybag setiap stek.

3. Mahasiswa Melakukan presentasi terhadap perbanyakan Generatif dan


Vegetatif
Mahasiswa melakukan presentasi dengan judul perbanyakan secara Generatif

dan perbanyakan secara Vegetatif diantaranya Stek, Okulasi, Cangkok, Sambung,

dihadapan asisten dosen dan dihadapan teman- teman, Hal ini bertujuan agar

Mahasiswa lebih memahami tentang perbanyakan secara Generatif dan Vegetatif.

4. Pengisian Polybag Besar

Mahasiswa melakukan pengisian polybag dengan mencampurkan pupuk

kandang hal ini bertujuan agar Polybag besar ini untuk tempat media penanaman

Sawi.

5. Penyemaian Benih Sawi

Penyemaian dilakukan dengan menggunakan media rockwool setelah

penanaman, dilakukan penyiraman dengan menggunakan Handsprayer dan di

letakan ditempat yg ternaungin.

6. Pemindahan Bibit ke Polybag besar

Pemindahan bibit sawi yang disemai ke dalam polybag besar, dengan

mencampurkan Pupuk Bokasi terhadap setiap polybag hal ini bertujuan agar

Menambah unsur hara pada tanaman tersebut.


9

3.4 Parameter Pengamatan

Adapun Parameter yang diamati dalam praktikum diantaranya :

1. Jumlah Tunas (batang)


Pengukuran jumlah tunas dilakukan pada tanaman yang dilakukan perbanyakan
generatif dan vegetatif secara stek, dengan menentukan 2 sampel.

2. Tinggi Tanaman
Dilakukan pengukuran tinggi tanaman pada tanaman yang dilakukan
perbanyakan generatif dan vegetative dengan menentukan 2 sampel.

3. Jumlah Daun Per Tanaman (helai)


Penghitungan jumlah daun dilakukan pada saat tanaman sudah menampakkan
daun untuk setiap 2 sampel yang ditentukan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perbanyakan Generatif

Perbanyakan tanaman secara generatif dengan cara perbanyakan melalui biji tanaman

berikut tabel data yang diproleh selama praktikum :

Tabel 2. Rerata- rata Pengamatan Jumlah Tunas

Minggu Mangga Nangka


Sampel
ke Jumlah Tunas Jumlah Tunas
3 1 1 1
25-04 2 1 1
2019 Jumlah 2 2
Rata- 1 1
rata

Tabel 3. Rerata- rata Pengamatan Jumlah Daun

Minggu Mangga Nangka


Sampel
ke Jumlah Daun (Helai) Jumlah Daun (Helai)
3 1 3 4
25-04 2 3 4
2019 Jumlah 6 8
Rata- 3 4
rata

Tabel 4. Rerata- rata Pengamatan Tinggi Tanaman

Minggu Mangga Nangka


Sampel
ke Tinggi Tanaman (cm) Tinggi Tanaman (cm)
3 1 12 22
25-04 2 14 23
2019 Jumlah 26 45
Rata- 13 22.5
rata
11

Gambar 7 : Perbanyakan tanaman Secara Generatif Tanman Nangka


dan Tanaman Mangga

Purnomoshidi dkk., (2002) menjelaskan bahwa, keunggulan dari

perbanyakan tanaman secara generatif yaitu tanaman memiliki sistem perakaran yang

kuat dan kokoh, lebih mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang.

Sedangkan kekurangannya yaitu waktu untuk berbuah lebih lama.

Menurut (Rahardja dkk, 2003) Perbanyakan tanaman dengan biji merupakan

perbanyakan tanaman secara generatif melalui biji didahului dengan peleburan gamet

jantan dan gamet betina tanaman induk.

Perbanyakan generatif merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam

proses pembiakan tanaman. Melalui biji, biji yang telah memenuhi syarat ditanaman

hingga menghasilkan tanaman baru yang lebih banyak. Biji yang ditanam tersebut

merupakan organ tanaman yang terbentuk dalam buah dari hasil pendewasaan bakal

biji yang dibuahi.

Biji yang akan digunakan sebagai benih harus berasal dari buah yang matang

secara fisiologis, jika biji yang dihasilkan dari buah masak secara fisiologis akan

memiliki daya tumbuh yang baik. Jika menggunkan biji dari buah yang dipetik

belum masak secara fisiologis dipastikan biji tersebut tidak akan tumbuh dan

berkembang dengan baik seperti biji yang dihasilkan dari masak fisiologis.
12

4.2 Perbanyakan Vegetatif

Perbanyakan tanaman secara vegetative dengan cara perbanyakan melalui stek

berikut tabel data yang diproleh selama praktikum :

Tabel 5. Rerata- rata Pengamatan Jumlah Tunas

Minggu Delima Pucuk Merah


Sampel
ke Jumlah Tunas Jumlah Tunas
3 1 2 -
25-04 2 - -
2019 Jumlah 2 -
Rata- 1
rata

Tabel 6. Rerata- rata Pengamatan Jumlah Daun

Minggu Delima Pucuk Merah


Sampel
ke Jumlah Daun (Helai) Jumlah Daun (Helai)
3 1 30 -
25-04 2 - -
2019 Jumlah 30 -
Rata- 15
rata

Tabel 7. Rerata- rata Pengamatan Panjang Tunas

Minggu Delima Pucuk Merah


Sampel
ke Tinggi Tanaman (cm) Tinggi Tanaman (cm)
3 1 12cm -
25-04 2 - -
2019 Jumlah 12 -
Rata- 6
rata
13

Gambar 8 : Perbanyakan tanaman secara Vegetatif dengan Stek


Batang pada tanaman Delima

Menurut Widiarsih et al (2008), faktor intern yang paling penting dalam

mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk pada stek adalah faktor genetik. Jenis

tanaman yang berbeda mempunyai kemampuan regenerasi akar dan pucuk yang

berbeda pula. Untuk menunjang keberhasilan perbanyakan tanaman dengan cara

setek, tanaman sumber seharusnya mempunyai sifat-sifat unggul serta tidak terserang

hama atau penyakit. Selain itu, manipulasi terhadap kondisi lingkungan dan status

fisiologi tanaman sumber atau induk juga penting dilakukan agar tingkat

keberhasilan setek tinggi (Widiarsih et al, 2008).

Menurut Hartmann et al (dalam Widiarsih et al, 2008), kondisi lingkungan

dan status fisiologi yang penting bagi tanaman sumber atau induk diantaranya

adalah sebagai berikut.

1. Status air

Setek lebih baik diambil pada pagi hari dimana bahan setek dalam kondisi turgid.

2. Cahaya

Durasi dan intensitas cahaya yang dibutuhkan tanaman sumber tergantung pada jenis

tanaman, sehingga tanaman sumber seharusnya ditumbuhkan pada kondisi cahaya

yang tepat.
14

3. Kandungan karbohidrat

Untuk meningkatkan kandungan karbohidrat bahan setek yang masih ada pada

tanaman sumber bisa dilakukan pengeratan untuk menghalangi translokasi

karbohidrat. Pengeratan juga berfungsi menghalangi translokasi hormon dan

substansi lain yang mungkin penting untuk pengakaran, sehingga terjadi

akumulasi zat-zat tersebut pada bahan setek. Karbohidrat digunakan dalam

pengakaran untuk membangun kompleks makromolekul, elemen struktural dan

sebagai sumber energi. Walaupun kandungan karbohidrat bahan setek tinggi, tetapi

jika rasio C/N rendah maka inisiasi akar juga akan terhambat karena unsur N

berkorelasi negatif dengan pengakaran setek.

4. Suhu

Suhu udara harian antara 21-27°C dengan suhu malam sekitar 15°C cukup baik

untuk perakaran setek. Suhu di dalam media perlu di buat lebih tinggi di bandingkan

suhu udara luar. Hal ini untuk menjaga agar transpirasi dapat di tekan, sedangkan

pertumbuhan setek lebih cepat (Ashari, 1995: 143).

Faktor lingkungan tumbuh setek yang cocok sangat berpengaruh pada

terjadinya regenerasi akar dan pucuk. Lingkungan tumbuh atau media pengakaran

seharusnya kondusif untuk regenerasi akar yaitu cukup lembab, evapotranspirasi

rendah, drainase dan aerasi baik, suhu tidak terlalu dingin atau panas, tidak terkena

cahaya penuh (200-100 W/m2) dan bebas dari hama atau penyakit (Widiarsih et al,

2008).

Dari beberapa faktor-faktor tersebut Penulis menyimpulkan bahwa dalam

proses penyetekkan sangat perlu memperhatikan faktor-faktor yang


15

mempengaruhinya, karena hal tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan tanaman

yang diperbanyaka dengan cara setek ini.

A. Cangkok

Langkah Kerja Mencangkok :

1. Pilih batang pohon yang sudah dewasa dan berkambium (rambutan, jambu,

mangga, kedondong,dll) yang memiliki diameter kira-kira 2 cm.

2. Potong bagian kulit batang kira-kira 10 cm kemudian diamkan 10-15 menit

atau sampai getah batang pohon tersebut kering.

3. Setelah kering, campurkan tanah dan air secukupnya dan diaduk sampai merata

sehingga kelihatan basah (jangan terlalu basah).

4. Kemudian tanah tersbut ditempelkan ke batang yang telah di kerat kulitnya dan

dibungkus menggunakan plastik atau sabut kelapa.

5. Sebelum mengikat plastik atau sabut kepala, pastikan batang pohon yang telah

di kerat tertutupi oleh tanah untuk menghindari kekeringan pada pada batang.

Kemudian biarkan 3-4 bulan dan di siram 3x seminggu.

6. Setelah 3-4 bulan atau akar cangkokan telah tumbuh, potong bagian bawah

cangkokan dengan gergaji untuk menghindari goyangan yang berlebihan pada

cangkokan yang dapat membuat kegagalan.

7. Potong ranting-ranting kecil dan daun karena sangat berpengaruh dan akan

mengakibatkan goyangan pada cangkokan sehingga beberapa akar putus.

8. Buka bungkus cangkokan dengan hati-hati

9. Kemudian tanam terlebih dahulu dalam polybag hingga ranting dan daun

bertumbuh.
16

10. Setelah ranting dan daun baru bertumbuh, cangkokan telah siap di tanam

langsung di tanah.

Berikut ini beberapa faktor penunjang keberhasilan dalam mencangkok tanaman :

Faktor lingkungan

Faktor lingkungan memiliki peran yang besar dalam proses pencangkokan. Dimana

pencangkokan yang baik dilakukan ketika cuaca cerah, tidak hujan, dan tidak terlalu

panas.

Suhu dan kelembapan juga berpengaruh dalam hal ini. Suhu yang baik untuk

melakukan proses penempelan berkisar 8—32 derajat Celcius. Sementara, suhu

optimum dalam penyambungan adalah 25—30 derajat Celcius.

Faktor tanaman

Faktor tanaman yang dicangkok juga memengaruhi berhasil atau tidaknya suatu

pencakokan. Selain itu, keadaan fisiologi tanaman juga bisa menjadi faktor penentu.

Dimana pada beberapa tanaman akan sulit berkembang sebagaimana mestinya. Juga,

faktor pengelupasan yang tidak benar akan memberikan dampak pada tanaman

tersebut.

Faktor manusia

Faktor manusia juga salah satu faktor penting dalam berhasil atau tidaknya

pencangkokan. Dimana keahlian, kecepatan, dan ketepatan dalam step by step-nya

dilakukan secara benar atau hanya asal-asalan.

Selain itu, alat-alat yang digunakan oleh pencangkok juga memiliki peran penting.

Sebab, jika alat-alat yang digunakan tidak berfungsi dengan baik, akan menyebabkan

kegagalan dalam pencangkokan.


17

B. Stek

Adapun langkah-langkah Stek batang yaitu :

1. Pilihlah cabang yang memiliki diameter minimal 1 cm.

2. Potong cabang tersebut memakai pisau yang tajam dengan arah serong.

3. Biarkan potongan cabang ini diangin-anginkan supaya agak mengering.

4. Celupkan pangkal cabangnya di tumbukan bawang merah sebagai perangsang

akar.

5. Siapkan media tanam yang terdiri dari campuran tanah, pasir, dan pupuk

kandang.

6. Masukkan media tanam yang sudah jadi ke dalam polybag atau pot.

7. Tanamkan potongan cabang tadi dengan kedalaman 5 cm.

8. Pindahkan pot/polybag ke tempat terbuka yang terkena sinar matahari

9. Sirami tanaman secara berkala untuk menjaga kelembabannya.

10. Setelah tanaman tumbuh besar, Anda bisa memindahkannya ke tanah langsung.

Berikut ini beberapa faktor penunjang keberhasilan dalam stek :

1. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek yaitu:

media perakaran, suhu, kelembaban, dan cahaya (Hartman, 1983).Media perakaran

berfungsi sebagai pendukung stek selama pembentukan akar, memberi kelembaban

pada stek, dan memudahkan penetrasi udara pada pangkal stek.

Media perakaran yang baik menurut Hartman (1983) adalah yang dapat

memberikan aerasi dan kelembaban yang cukup, berdrainase baik, serta bebas dari

patogen yang dapat merusak stek. Media perakaran stek yang biasa dipergunakan

adalah tanah, pasir, campuran gambut dan pasir, perlite dan Vermikulit. Suhu
18

perakaran optimal untuk perakaran stek berkisar antara 21oC sampai 27oC pada pagi

dan siang hari dan 15oC pada malam hari.

2. Faktor Dari Dalam Tanaman

Kondisi fisiologis tanamn mempengaruhi penyetekan adalah umur bahan

stek, jenis tanaman, adanya tunas dan daun muda pada stek, persediaan bahan

makanan, dan zat pengatur tumbuh (Kramer dan Kozlowzky, 1960)

a. Umur Bahan Stek

Menurut Hartman (1983), stek yang berasal dari tanaman muda akan lebih

mudah berakar dari pada yang berasal dari tanaman tua, hal ini disebabkan apabila

umur tanaman semakin tua maka terjadi peningkatan produksi zat-zat penghambat

perakaran dan penurunan senyawa fenolik yang berperan sebagai auksin kofaktor

yang mendukung inisiasi akar pada stek.

b. Jenis Tanaman

Tidak semua jenis tanaman dapat dibiakkan dengan stek. Keberhasilan dengan

cara stek bergantung pada kesanggupan jenis tersebut untuk berakar. Ada jenis yang

mudah berakar dan ada yang sulit. Kandungan lignin yang tinggi dan kehadiran

cincin sklerenkim yang kontinyu merupakan penghambat anatomi pada jenis-jenis

sulit berakar, dengan cara menghalangi tempat munculnya adventif (Kramer, 1960).

c. Adanya Tunas dan Daun Pada Stek

Adanya tunas dan daun pada stek berperan penting bagi perakaran. Bila seluruh

tunas dihilangkan maka pembentukan akar tidak terjadi sebab tunas berfungsi

sebagai auksin. Selain itu, tunas menghasilkan suatu zat berupa auksin yang berperan

dalam mendorong pembentukan akar yang dinamakan Rhizokalin (Boulenne dan

Went, 1933 dalam Hartman, 1983).


19

d. Persediaan Bahan Makanan

Menurut Haber (1957) persediaan bahan makanan sering dinyatakan dengan

perbandingan antara persediaan karbohidrat dan nitrogen (C/N ratio). Ratio C/N yang

tinggi sangat diperlukan untuk pembentukan akar stek yang diambil dari tanaman

dengan C/N ratio yang tinggi akan berakar lebih cepat dan banyak dari pada tanaman

dengan C/N ratio rendah.

e. Zat pengatur Tumbuh

Menurut Heddy (1991) hormon berasal dari bahasa Yunani yang artinya

menggiatkan. Hormon pada tanaman menurut batasan adalah zat yang hanya

dihasilkan oleh tanaman itu sendiri yang disebut fitohormon dan zat kimia sintetik

yang dibuat oleh ahli kimia (Kusumo, 1984). Hormon tanaman (fitohormon) adalah

“regulators” yang dihasilkan oleh tanaman sendiri dan pada kadar rendah mengatur

proses fisiologis tanaman. Hormon biasanya mengalir di dalam tanaman dari tempat

dihasilkannya ke tempat keaktifannya (Kusumo, 1984). Salah satu hormon tumbuh

yang tidak lepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah auksin.

Thimann (1973) dalam Kusumo (1984) berpendapat bahwa hubungan antara

pertumbuhan dan kadar auksin adalah sama pada akar, batang dan tunas yaitu auksin

merangsang pertumbuhan pada kadar rendah, sebaliknya menghambat pertumbuhan

pada kadar tinggi. Kadar optimum hormon untuk pertumbuhan akar jauh lebih

rendah kira-kira 1.100.000 dari kadar optimum untuk pertumbuhan batang (Kusumo,

1984).

C. Okulasi

Adapun langkah-langkah Okulasi yaitu :


20

1. Kelupas batang bawah kira-kira 3 cm, kira-kira lebar 1 cm dan jarak tanah

sampai kulit yang di kelupas kira-kira 10-15 cm atau dapat di sesuaikan dengan

besar batang bawah. Persiapkan batang yang akan kita jadikan bakal tanaman

atas gunakan batang dari tanaman yang berkualitas ungul dan pilih yang ada

calon tunasnya.Kemudian sayat dari bawah ke atas bersama dengan kayunya

jangan di kelupas dulu kita tunggu batang bawah siap supaya kambium pada

kulit tidak kering setelah itu kelupas kulit seperti lidah kemudian potong

sepertiganya, guna di potong sepertiga yaitu untuk menyangga mata tunas agar

tidak jatuh dan mempermudah dalam pengikatan. Usahakan irisan mata tumas /

entres harus disesuaikan dengan besar sayatan dari batang yang telah disayat

tersebut.

2. Setelah batang bawah siap, kita baru kelupas mata tunas dari kayu yang

menempel secara hati-hati dan usahakan jangan sampai terkoyak, panjang dan

lebar mata tunas harus sama dengan sayatan batang bawah. jangan terlalu lama

saat telah pas antara batang bawah dan mata tunas karena jika kambium kering

maka penempelan mata tunas dan batang bawah akan gagal.Kemudian setelah

selesai kelupas mata tunas/entes tanaman tesebut, langsung kita tempelkan dan

ikat mengunakan tali plastik, hati-hati dalam pengikatan jangan sampai

kambium memar karena terlalu kencang dalam kita mengikat dan juga jangan

terlalu longgar, karena akan mudah udara lembab dan air mudah masuk yang

dapat menyebabkan busuknya mata tunas.

3. Pengikatan harus sedang sedang saja tidak terlalu kencang juga tidak longgar.

Pengikatan mata tunas bisa di tutup dan bisa juga tidak ikut di tutup masing-

masing mempunyai kelebihan maupun kekurangan. Jika di tutup akan terhindar

dari hama dan dapat terjaga kelembabbannya, kekurangannya mata tunas akan
21

sulit tumbuh karena terhalang tali plastik dan jika di buka akan mudah tumbuh

saat mata tunas hidup.Kekurangannya hama dan terik matahari dapat

mengurangi keberhasilan. Ingat juga pengikatan tidak boleh bergeser geser

karena hal ini yg sering terjadi pada saat okulasi dan yang menjadi penyebab

banyaknya kegagalan. Karena bergesernya mata tunas saat pengikatan akan

menyebabkan kambium memar, terkoyak dan rusak.

4. Setelah semua kita lakukan kita tunggu kurang-lebih 21 hari, jika masih hijau

atau masih segar berarti okulasi kita berhasil dan langkah selanjutnya setelah

mata tunas berhasil menempel kita harus memotong batang tanaman di atas

okulasi tadi tapi jangan seluruhnya di potong sepertiga saja.kemudian di

rundukkan supaya masih ada proses fotosintesis dan dapat menyalurkan sari

makann keseluruh bagian tanaman tetutama mata tunas yang kita harapkan

tumbuh, tiap kali ada tunas baru yang muncul dari batang bukan dari mata

tunas yang kita okulasi harus di buang. Dan saat mata tunas telah tumbuh tunas

baru kemudian kita potong batang yang kita sisakan sepertiga tadi. Dan

berhasilah praktek okulasi yang kita lakukan.

Berikut ini beberapa faktor penunjang keberhasilan dalam Okulasi :

a. Faktor lingkungan

1. Waktu penempelan

Pada umumnya penempelan dilakukan pada waktu cuaca yang cerah, tidak

hujan, dan tidak di bawah terik matahari.

2. Temperatur dan kelembaban

Temperatur dan kelembaban yang optimal akan mempertinggi pembentukan

jaringan halus, yang sangat diperlukan untuk berhasilnya suatu tempelan.


22

Temperatur yang diperlukan dalam penempelan berkisar antara 7,20 C-320 C,

bila temperatur kurang dari 7,20 C pembentukan kalus akan lambat. Bila lebih

dari 320 C pembentukan kalus juga lambat dan dapat mematikan sel-sel pada

sambungan. Temperatur optimum pada penyambungan adalah 250C-300C.

Penempelan memerlukan kelembaban yang tinggi, bila kelembaban rendah

akan mengalami kekeringan, dan menghambat/menghalangi pembentukan

kalus pada sambungan karena banyak sel-sel pada sambungan mati.

3. Cahaya

Cahaya matahari berpengaruh pada waktu pelaksanaan penempelan

berlangsung. Oleh karena itu penyambungan sebaiknya dilakukan pada waktu

pagi atau sore hari pada saat matahari kurang kuat memancar dan sinarnya.

Cahaya yang terlalu panas akan mengurangi daya tahan batang atas terhadap

kekeringan, dan dapat merusak kambium pada daerah sambungan.

b. Faktor tanaman

1. Kompatibilitas dan inkompatibilitas

Pada umumnya batang atas dan batang bawah dari varietas sama akan

menghasilkan tempelan yang kompatibel, dan biasanya gabungan

tanaman/hasil tempelan yang dihasilkan akan hidup lama, produktif dan kuat.

Sedangkan inkompatibilitas, salah satunya adalah terjadi penghambatan

tumbuh pada tanaman hasil sambungan (tanaman menjadi kerdil).

1. Keadaan fisiologi tanaman

Beberapa tanaman mengalami kesukaran untuk ditempelkan ke tanaman lain,

karena jenis tanaman tersebut sulit membentuk kalus.

2. Pengelupasan kulit kayu


23

Pengelupasan kulit kayu sangat berpengaruh pada okulasi. Bila kulit kayu

mudah mengelupas, kerusakan kambium pada batang atas dan batang bawah

yang akan diokulasi dapat dihindari.

3. Penyatuan kambium

Agar persentuhan kambium batang atas dan batang bawah lebih banyak terjadi,

maka diperlukan ukuran batang bawah dan batang atas dipilih yang hampir

sama.

c. Faktor Pelaksana

1. Keahlian

Kecepatan menyambung merupakan pencegahan paling baik terhadap infeksi

penyakit dan kerusakan pada kambium.

2. Kesempurnaan alat

Dalam penyambungan diperlukan ketajaman dan kebersihan alat, tali pengikat

yang tipis dan lentur.

D. Sambung

Cara melakukan teknik sambung pucuk yaitu:

1. Siapkan alat dan bahan berupa batang bawah, batang atas, plastik es, tali rafia,

gunting pangkas dan pisau okulasi yang tajam;

2. Pilih batang bawah yang diameternya sama dengan batang atas (entres);

3. Potong batang bawah setinggi ±20-30 cm dari permukaan tanah;

4. Belah batang bawah sepanjang 2-2,5 cm sehingga terbentuk celah;

5. Entres yang sudah disiapkan di potong daunnya dan disayat pada kedua sisinya

menjadi lancip (seperti mata kampak) dan dapat dimasukkan pada celah batang

bawah;
24

6. Batang atas dimasukkan pada celah batang bawah

7. Tutuplah dengan menggunakan sungkup kantong es dan ikat menggunakan tali

rafia untuk menjaga kelembaban dan mengurangi penguapan di sekitar

sambungan;

8. Letakkan tanaman pada tempat yang teduh dan diberi naungan agar terhindar

dari panas matahari langsung;

9. Bibit dipelihara sampai siap tanam di kebun selama 3 – 6 bulan.

Cara melakukan teknik sambung samping yaitu:

1. Siapkan alat dan bahan berupa batang bawah (tanaman yang akan disambung),

batang atas, plastik es, tali rafia, gunting pangkas dan pisau okulasi yang

tajam;

2. Pilih entres dari cabang/ranting kakao yang masih muda (sekitar umur 3 bulan)

berasal dari tanaman yang memiliki produktivitas tinggi minimal selama 4

tahun berturut-turut, tahan OPT, jumlah biji perbuah >40 butir dan biji kering

di atas 1 gram perbiji. Cabang entres yang telah diambil harus dibuang

daunnya untuk mengurangi penguapan tanpa merusak batangnya. Pengambilan

entres ini sebaiknya dilaksanakan pada pagi hari dan langsung disambungkan

dengan tempat yang akan ditempel/disambung. Entres yang akan digunakan

dipotong ±15 cm dan memiliki 2-4 duduk daun. Bagian atas duduk daun inilah

yang akan tumbuh menjadi tunas baru pada sambung samping ini.

3. Sayatlah bagian bawah mata tunas entres secara serong seperti tombak

sepanjang 1-2 cm;

4. Buat tapak sambungan pada batang bawah (batang pokok) setinggi 45-75 cm di

atas pemukaan tanah dengan cara membuat 2 torehan vertikal sejajar hingga
25

menyentuh jaringan kayu sepanjang 1-2 cm dengan jarak 1 cm lalu buka kulit

torehan untuk disambung dengan entres.

5. Masukkan kayu mata tunas yang sudah disiapkan ke dalam tapak sambungan

secara perlahan beriringan dengan membuka lidah torehan agar potongan tidak

rusak dan lekatkan ke jaringan kayu batang bawah;

6. Ikat hasil sambungan dengan tali rafia dan bungkus dengan menggunakan

plastik bening. Bila penyambungan dilakukan pada musim hujan, buatlah

talang menggunakan plastik dengan cara memotong dua sisi lipatan plastik

kemudian disarungkan pada sambungan agar air tidak masuk ke dalam

sambungan. Selanjutnya biarkan sampai 3 minggu.

7. Setelah berumur 3 minggu, buka penutup sambungan agar pertumbuhan mata

tunas tidak terhambat.

8. Pelihara sambungan hingga berumur 6 bulan dan pangkas batang pokok

dengan jarak 30 cm dari tapak sambungan agar tidak terjadi persaingan dengan

tunas hasil sambungan.

9. Entres sudah tumbuh besar dan mulai berproduksi setelah 1,5 tahun.

Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan dalam

memproduksi bibit dengan metode graftingyaitu(1)faktor tanaman (genetik,

kondisi tumbuh, panjang entris). (2)faktor lingkungan(ketajaman/kesterilan

alat,kondisi cuaca, waktu pelaksanaan grafting(pagi, siang, sore hari), dan(3) faktor

keterampilan orang yang melakukan grafting(Tirtawinata, 2003;Tambing, 2004).


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Pada tanaman yg diperbanyak melalui generatif (Biji) memiliki tingkat

tumbuh yang sangat baik.

2. Pada tanaman yg diperbanyak melalui generatif memiliki akar yang kuat.

3. Pada tanaman yg diperbanyak melalui generatif memiliki lebih mudah

diperbanyak. Dan tahan penyakit yang disebabkan oleh tanah.

4. memiliki keragaman genetik yang digunakan untuk pemuliaan tanaman.

5. Pada tanaman yg diperbanyak secara Vegetatif (Stek) Memiliki tingkat

tumbuh yang kurang baik dikarenakan beberapa factor seperti factor dari

tanaman, lingkungan, cahaya dan suhu.

6. Pada tanaman yg diperbanyak melalui Vegetatif memiliki akar yang tidak

kuat.

7. Pada tanaman yg diperbanyak melalui Vegetatif lebih cepat berbunga dan

berbuah.

8. Pada tanaman yg diperbanyak melalui Vegetatif Memiliki sifat yg sama

dengan induknya.

5.2. Saran

Pada pratikum ini terdapat kegagalan pada pengembangbiakan vegetatif stek

batang. Diharapkan para pembaca yang akan melakukan praktikum ini untuk

memperhatikan tanaman yang akan distek dan kalau bisa diberikan ZPT agar dapat

merangsang pertumbuhan akar pada tanaman yg ingin distek.


DAFTAR PUSTAKA

Fredi kurniawan 2019, “Perbanyakan Tanaman Secara Generatif”


http://fredikurniawan.com/perbanyakan-tanaman-secara-generatif/. Diakses
pada tanggal 26- Mei 2019.

Hilda dewi 2013 “Perbanyakan tanaman secara generatif “


http://digilib.uinsgd.ac.id/4190/4/4_bab1.pdf. Diakses pada tanggal 26- Mei
2019.

Prastowo, Roshetko, Maurung, Nugraha, Tukan, dan Harum. 2006. Tehnik


Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. Bogor: World
Agroforestry Centre (ICRAF) & Winrock International.

Anonimous 2017 “Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Cangkok Tanaman”


https://www.pertanianku.com/faktor-yang-memengaruhi-keberhasilan-
cangkok-tanaman/. Diakses pada tanggal 26- Mei 2019.

Muklis 2012 “ Faktor Yang Mempengaruhi Stek “http://muklis-adi-putra-


tbg.blogspot.com/2012/02/faktor-yang-mempengaruhi-stek.html. Diakses pada
tanggal 26- Mei 2019.

Anonimous 2018 “Cara okulasi tanaman buah yang benar dan baik
https://www.tutorialtanaman.com/cara-okulasi-tanaman/. Diakses pada
tanggal 26- Mei 2019.

Bbpp 2015 “teknik sambung pucuk dan sambung samping pada tanaman kakao”
https://bbppketindan.bppsdmp.pertanian.go.id/blog/teknik-sambung-pucuk-dan-
sambung-samping-pada-tanaman-kakao. Diakses pada tanggal 26- mei 2019.

Effendi, S. 1985. Stek dan Cara Perawatannya. Yasaguna : Jakarta.

Redaksi Agromedia. 2007. Kunci Sukses Memperbanyak Tanaman. Jakarta: PT.


Aromedia Pustaka.
LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Praktikum

BULAN / TAHUN 2019


KEGIATAN
NO Maret April Mei

1 Mahasiswa Mengisi Polybag


Berukuran Sedang
Mahasiswa Melakukan Perbanyakan
2
Generatif dan Vegetatif
Mahasiswa Melakukan persentasi
3 terhadap perbanyakan Generatif dan
Vegetatif
4
Pengisian Polybag Besar
5
Penyemaian Benih Sawi
6
Pemindahan Bibit ke Polybag besar
7
Laporan
8
Penilaian
29

Lampiran 2 Dokumentasi

Gambar 1 : Perbanyakan secara Generatif dan Vegetatif


Pada tanaman Mangga, Nangka, Delima dan Pucuk merah

Gambar 2 : Benih Selada (Kriebo)

Gambar 3 : Penyemaian Benih Di rockwol

Gambar 4 : Pemindahan Bibit semai selada ke polybag


30

Lampiran 3 Biodata Mahasiswa

NAMA : MUHAMMAD ARRASYIID.


NPM : 174110286.
Tempat Lahir : Kisaran,Kabupaten Asahan, Sumatera Utara.
Tanggal Lahir : 14, Juli – 2000.
Jenis Kelamin : Laki – Laki.
Fakultas : Pertanian, Agroteknologi, Universitas Islam Riau.
Alamat : Jln T.umar no: 6, Kisaran Kota, Kab Asahan,Provinsi
Sumatera Utara.
Alamat Sekarang : Jalan Teratai, Asrama Peing, Sukajadi, Pekanbaru.
No Telepon : 082272715882.
Email : Muhammadarrasyiid@student.uir.ac.Id

Anda mungkin juga menyukai