I. TUJUAN
induknya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Cara memperbanyak tanaman sangat banyak ragamnya. Mulai dari yang sederhana sampai yang rumit. Ada
yang tingkat keberhasilannya tinggi, ada pula yang rendah. Ini semua sangat bergantung pada beberapa faktor,
misalnya cara perbanyakan yang kita pilih, jenis tanaman, waktu memperbanyak, ketrampilan pekerja, dan
sebagainya (Wudianto, 1991).
Memindahkan sebuah mata tunas ke pangkal bawah tanaman lain yang sejenis
(famili) untuk memperoleh tanaman yang mempunyai sifat gabungan antara kedua
tanaman itu disebut okulasi. Asal mata tunas yang ditempelkan mempunyai sifat tajuk
yang baik dan batang bawah mempunyai perakaran yang kuat maka kedua sifat baik itu
tergabung pada satu tanaman Jumin (1994).
Kelebihan dari hasil okulasi adalah tanamannya lebih baik dari induknya. Bisa dikatakan demikian karena
okulasi dilakukan pada tanaman yang mempunyai perakaran yang baik dan tahan terhadap serangan hama dan
penyakit dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah yang lezat, tetapi mempunyai perakaran yang
kurang baik. Tanaman yang mempunyai perakaran baik digunakan sebagai batang pokok yang digunakan sebagai
batang pokok yang akan ditempeli dan juga batang bawah. Sedang tanaman yang mempunyai buah lezat diambil
matanya untuk ditempelkan pada batang pokok dan juga dikenal sebagai batang atas (Wudianto, 1991).
Menurut Sugito (1991) untuk mendapatkan hasil okulasi yang baik, beberapa hal
perlu diperhatikan, yaitu :
antara batang atas dan batang bawah mempunyai sifat kompobilitas yang tinggi di
antaranya mempunyai kesamaan dalam hal: umur batang, diameter batang dan
lingkungan tumbuh tanaman induk. Suhu udara tempat persemaian diusahakan stabil
dan berkisar antara 20-23C
kelembaban udara dijaga cukup tinggi untuk mempercepat pembentukan kalus
bahan stek dan lingkungan persemaian bebas dari hama dan penyakit (bial perlu
disterilkan)
diperlukan naungan untuk menghindari intensitas radiasi matahari yang terlalu tinggi
serta untuk menjaga kelembaban udara di bawah naungan.
Perbanyakan vegetatif untuk memperoleh keturunan yang sama dengan tanaman induknya, sering
dilakuakan dengan mencangkok (Sutiyoso, 1995).
Orang-orang asing sering menyebut cangkok dengan air layerage atau aerial layering (Inggris) dan
marcottage (Prancis). Pembiakan dengan cara ini memang terkenal sejak dahulu, bahkan dapat dikatakan suatu
cara perkembangbiakan tertua di dunia. Namun hasilnya sering mengecewakan pencangkokkannya, mereka ada
yang gagal hanya beberapa persen saja tapi bisa juga gagal total. Kegagalan ini dapat dilihat dari bagian tanaman di
atas keratan/luka yang kering atau mati. Untuk menghindari kejadian seperti ini tentu kita perlu memperbaharui cara
mencangkok dan mencurahkan perhatian yang agak serius dengan kesabaran dan ketelitian (Wudianto, 1991).
Translokasi hasil fotosintesa berlangsung melalui phloem (jaringan kulit kayu) untuk diedarkan ke seluruh
bagian tanaman. Kalau phloem diputuskan, maka tanaman atau hasil fotosintesa akan terhenti, sehingga
membentuk kallus. Kallus ini apabila menyentuk media yang basah akan merangsang terbentuknya akar. Cabang
atau dahan tempat akan terbentuk jika dipotong dan dipindahkan ke tanah akan diperoleh tanaman baru. Pekerjaan
tersebut disebut mencangkok. Keuntungan yang diperoleh dari mencangkok adalah tanaman yang baru sama
dengan induknya dan cepat memperoleh bibit yang diinginkan. Sedangkan kelemahannya adalah tidak mempunyai
perakaran yang kuat, memakan waktu yang banyak dan merusak pohon induk asal cabang atau dahan (Jumin,
1994).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mencangkok adalah umur batang tidak terlalu tua atau muda; pohon
kuat; sehat dan subur, mencangkok sebaiknya dilakukan di musim penghujan dan diusahakan media cangkok tetap
lembab. Pada mencangkok dilakukan pengeratan cabang akar cadangan makanan yang terbentuk dari hasil
fotosintesis di daun akan tertahan dan menumpuk di bagian atas keratan yang selanjutnya digunakan untuk intisari
dan pembentukan akar (Ganner and Chaudri, 1976).
Cara stek banyak dipilih orang, apalagi bagi pengebun buah-buahan dan tanaman hias. Alasannya karena
bahan-bahan untuk membuat stek ini hanya sedikit, tetapi dapat diperoleh bibit tanaman dalam jumlah banyak
Wudianto (1991).
Bagian batang, cabang atau pucuk yang ditanamkan disebut stek. Stek
dibedakan menjadi stek batang, stek cabang, stek ranting, stek pucuk, stek daun, dan
stek tunas (Jumin,1994).
Orang-orang pandai sering mendefinisikan stek sebagai suatu perlakuan
pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari tanaman (akar, batang, daun, tunas)
dengan tujuan agar bagian-bagian itu membentuk akar. Dari dasar itulah muncul stek
akar, stek batang, stek daun, stek umbi Wudianto (1991).
a. Stek batang
Sebagian orang menyebutnya dengan stek kayu, karena umumnya tanaman yang
dikembangbiakan dengan stek batang adalah tanaman berkayu. Untuk memudahkan
pertumbuhan akar stek ini kadang-kadang kita juga perlu mengikutkan sebagian kayu
dari cabang induk, sehingga bentuk stek batang ini tidak hanya lurus tetapi bertumut
atau dapat juga dibentuk seperti martil.
b. Stek daun
Untuk memperbanyak tanaman ini biasanya digunakan sehelai daun lengkap dengan
tangkainya. Contoh tanaman seperti ini adalah lidah mertua (Sanciviera sp), tanaman
yang dapat diperbanyak dengan cara ini biasanya pada ujung daunnya akan keluar
tunas. Dan tunas inilah yang kita tanam.
c. Stek akar
Mengakarkan stek ini sebaiknya dilakukan pada musim dingin, sekalipun tidak menutup
kemungkinan adanya suatu jenis yang menyukai situasi yang hangat. Stek akar muda
akan berakar lebih cepat dan lebih baik bila dibandingkan dengan stek akar sebesar
pensil
d. Stek mata
Stek mata yang juga sering disebut stek tunas ini, sebenarnya merupakan stek batang,
hanya saja batang yang digunakan untuk stek hanya mempunyai satu mata.
Penyemaian stek in sebaiknya dilakukan di pot atau kotak kayu yang telah diisi dengan
pasir dan kompos dengan perbadingan 1:1.
e. Stek pucuk
Sesuai dengan namanya, stek pucuk ini diambil dari pucuk-pucuk batang yang masih
muda dan masih dalam masa tumbuh. Media yang digunakan merupakan campuran
kompos dengan pasir yang sudah bersih dan bebas dari penyakit. Bisa juga digunakan
media campuran pasir yang sudah bersih, tanah gembur dan sejenis mineral yang
disebut vermikulit.
f. Stek umbi
Dari sekian banyak umbi-umbian hanya separuh yangnya yang merupakan
tanamanberumbian sebenarnya atau sering disebut bulb. Sedang yang lainnya dapat
digolongkan dalam umbi palsu (corm), umbi batang (tubers), umbi akar (tuberous root),
dan akar batang (rhizomes).
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan stek antara lain
adalah kondisi lingkungan. Fisik dan fisiologi dari bahan yang digunakan sebagai stek.
Suhu dan kelembaban suatu media merupakan faktor lingkungan yang sangat
menentukan keberhasilan stek. Karena ketiga faktor ini mempunyai peranan yang
sangat penting dalam mempertahankan kesegaran stek serta mempengaruhi
pembentukan dan diferensiasi kalus menjadi akar. Stek yang akan digunakan secara
fisik harus sehat, kekar dan pertumbuhan normal. Sedangkan secara fisiologis, stek
harus mengandung cadangan makanan dan hormon tubuh yang cukup untuk
pembentukan akar tunas (Hartmann and Kaster, 1983).
Hormon alami yang terdapat di dalam jaringan stek pada umumnya kurang
memadai. Selain itu aktivitasnya relatif lambat sehingga tidak dapat langsung berfungsi
dengan cepat untuk menginduksi pembentukan akar. Oleh karena itu diperlukan
penambahan hormon yang berasal dari luar jaringan stek (Nickell, 1982).
Menyambung adalah menempelkan atau menyambung bagian tanaman ke bagian lainnya sehingga
tercapainya persenyawaan yang membentuk tanaman baru. Seperti halnya pembiakan vegetatif lainnya,
menyambung tidak mengubah susunan genetis tanaman baru dan sama dengan tanaman induk. Menyambung
ditujukan untuk memperoleh tanaman yang cepat berbuah, memperbaiki bagian tanaman yang rusak dan untuk
memperbaiki sifat batang atas (Jumin, 1994).
Sedang yang dimaksud dengan sambung pucuk ialah penyatuan pucuk (bagian
atas tanaman) sebagai calon batang atas dengan batang bawah tanaman lain yang
semarga. Sehingga terbentuk tanaman baru yang compatatie (mampu) saling
menyesuaikan diri secara kompleks. Syarat yang harus dipenuhi oleh batang bawah
antara lain ialah : akarnya dalam, sehingga tahan kekeringan, tahan penyakit akar,
tumbuhnya cepat dan bisa bersatu dengan batang atasnya. Sedangkan tanaman yang
akan dijadikan batang atas harus berasal dari tanaman yang sudah terbukti bersifat
unggul (Wijaya, 1985).
Grafting atau ent merupakan istilah asing yang sering kita dengar itu, pengertiannya ialah menggabungkan
batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa, sehingga tercapai persenyawaan dan
kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru (Wudianto, 1991).
1.
Bahan
2.
Alat
Pisau
Plastik
Tali
Polybag
Cuter
Kertas label
1. Penyambungan Pucuk
Pada penyambungan pucuk yang pertama dilakukan adalah memilih dua jenis
tanaman Tanaman puring (Codiatum variegatum) yang cabangnya sama besar,
berdaun kecil umtuk scion dan berdaum lebar untuk stock. Memotong bagian pucuk
scion ini sebesar 10-15 cm tergantung besarnya cabamg. Kemudian mengurangi daun
scion dan memotong bagian pangkal scion membentuk huruf V atau membentuk baji.
Membelah stock ke bawah ke bawah (di bagian tengah batang) sepanjang 1-2 cm
tergantung besarnya cabang. Setelah itu menyisipkan scion ke dalam stock dan
mengikatnya dengan tali. Dalam mengikat ini tidak boleh terlalu kuat atau kendor. Bila
sudah selesai, barulah membungkusnya dengan plastik untuk mengirangi transpirasi
pada scion.
2. Stek Daun
Stek daun dilakukan dengan pentiapan daun tanaman pedang-pedangan
(Sanciviera sp) dan media pasir. Memotong daun menjadi 3 bagian (ujung, tengan dan
pangkal). Kemudian menanam bagian stek daun tersebut ke dalam media yang telah
disiapkan. Untuk mempercepat pertumbuhan kita harus menyiram pasir.
3. Stek Batang
Stek batang dibuat dengan memilih bagian tanaman yang akan dijadikan bahan
stek dengan panjang kira-kira 10-15 cm dengan menyisakan satu daun saja, memotong
bagian pangkalnya dengan sudut kemiringan kira-kira 45. Untuk mengurangi ukuran
luas daun maka memotong daun hingga tinggal setengah bagian. Selain tiu disiapkan
media tanamnya. Kemudian memasukkan bahan tanam berupa stek tadi ke dalam
sungkup harus selalu dalam keadaan tertutup rapat. Selanjutnya dilakukan
pemeliharaan tanaman dengan menjaga media tanam selalu berada pada kapasitas
lapangan serta memeriksa keberhasilan penyetekkan setelah satu bulan. Stek yang
hidup ditandai dengan tumbuhnya tunas daun dan munculnya akar.
4. Mencangkok
Mencangkok, langkah pertama yang dilakukan yaitu memilih cabang yang telah
dewasa dan bagus untuk dicangkok. Kemudian membuat sayatan pada kulit cabang
sepanjang 4-5 cm. Membuang kulit sayatan hingga kelihatan kayunya dan
membersihkan kambium. Selanjutnya menyiapkan plastik dan tali lalu mengikatkan
plastik pada bagian bawah sayatan dan mengikat bagian atasnya. Yang terakhir adalah
menyiram cangkokan agar tidak kering.
V. HASIL PENGAMATAN
Contoh perhitungan % keberhasilan cangkok pada kelompok IV
Pengamatan selama 4 minggu:
%Keberhasilan
yang
berhasil
100%
total yang dilakukan
%Keberhasilan = 8 x 100% = 66,67 %
12
Standar deviasi (Sd)= (Xi-X)
n (n-1)
Standar deviasi (Sd)= (66,67 66,67
4 (4 -1)
= 0
12
VI. PEMBAHASAN
Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman yang menggunakan bagian-bagian vegetatif tanaman
seperti akar, batang dan daun. Beberapa cara perbanyakan vegetatif yang dipergunakan dalam acara I praktikum
kali ini adalah penyambungan dan penempelan (Grafting dan Budding), mencangkok dan menyetek. Perbanyakan
dengan cara ini cukup efektif dalam rangka memperoleh hasil keturunan yang lebih baik dibandingkan kedua
induknya.
CANGKOK
bahwa hasil cangkokan bisa dikatakan hampir seratus persen menyerupai sifat
induknya. Seandainya terdapat penyimpangan sifat, biasanya disebabkan mutasi gen.
Dalam mencangkok ini ada keuntungan dan kerugiannya. Salah satu keuntungan seperti yang telah
disebutkan di muka, yaitu sifat tanaman baru sama dengan tanaman induk. Selain itu nanti apabila hasil cangkokan
ditanam pada tanah yang permukaan air tanahnya tinggi, cangkokan dapat tumbuh baik. Keuntungan lain adalah
tanaman cepat menghasilkan buah dalam waktu yang relatif singkat. Selain keuntungan di atas ternyata adapula
kerugiannya. Yang pertama adalah cangkok tidak dapat dilakuakan secara besar-besaran, karena jumlah dahan
yang dapat dicangkok dari sebuah pohon terbatas. Kerugian lain adalah kematian pada cangkokan tinggi. Yang
terakhir adalah waktu yang diperlukan untuk mencangkok lama (sekitar satu sampai satu setengah bulan jika tidak
menggunakan zat perangsang).
cangkokan dan bentuk pohon tidak akan rusak, selain itu jika dipindah
di lapangan akan kecil penguapan airnya.
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat dilihat bahwa tingkat keberhasilan
perbanyakan tanaman dengan cangkok cukup besar, yaitu 66,67 % untuk tiap-tiap
kelompok. Hal ini disebabkan karena:
1.
2.
3.
Kebutuhan air yang tercukupi dengan jumlah yang tidak terlalu berlebihan.
Kebutuhan cahaya matahari tercukupi. Cahaya matahari ini diperlukan
tumbuhan untuk proses fotosintesis yang hasilnya ditransmisikan ke seluruh jaringan
melalui floem. Pada batang yang dicangkok dihilangkan floemnya menyebabkan zatzat hasil fotosintesis tidak dapat sampai ke perakaran tetapi terkumpul pada bagian
atas cangkok. Cadangan makanan tersebut digunakan tanaman untuk pertumbuhan
akarnya.
Curah hujan dan kelembaban yang sesuai.
4.
Tanah yang cocok, yaitu bentukan hara yang tersedia bagi tanaman yang
dipengaruhi oleh kelarutan zat hara, pH tanah, tekstur tanah, jumlah bahan organik
yang ada.
5.
Pemilihn batang induk yang baik dan memenuhi syarat untuk dicangkok.
6.
dilakukan mengurangi jumlah daun yang terdapat pada batang yang akan digunakan
untuk stek.
Pangkal dipotong miring tersebut kemudian diberi zat pengatur tumbuh agar
pada pangkal batang tersebut nantinya cepat tumbuh akar. Sebelum batang
dimasukkan ke dalam media tanam perlu dibuat lubang pada tanah yang ukurannya
sesuai dengan diameter batang agar zat pengatur tumbuh tetap memempel pada
batang yang distek. Sehingga pada pangkal batang tersebut akan terang sang tumbuh
akar.
Media tanam yang digunakan yaitu pasir halus. Persentase keberhasilan stek
batang ini adalah 58,43 17 %. Angka ini agak rendah, hal ini karena penyiraman yang
dilakukan tidak teratur. Padahal media pasir memerlukan penyiraman yang rutin karena
dalam keadaan kapasitas lapang pasir mudah kering.
STEK DAUN
Daun yang dipilih untuk stek ini harus yang telah cukup umurnya, dengan
demikian mempunyai kandungan karbohidrat cukup tinggi. Warna dari daun juga dipilih
yang hijau segar hal ini karena daun yang berwarna kekuningan menandakan daun itu
kekurangan Nitrogen yang akan sulit dalam membentuk perakaran.
Dalam percobaan ini menggunakan daun tanaman lidah mertua (Sanciviera sp).
Penyetekan dilakukan dengan memilih daun tanaman yang memenuhi syarat dan
memotong menjadi tiga bagian, yaitu ujung, tengah dan pangkal. Dalam pemotongan
diusahakan dilakukan satu kali iris stiap potongnya untuk menghindari terjadinya
kontaminasi.
Setelah dipotong ditancapkan pada media tanam yang telah disiapkan. Media
tanam yang digunakan adalah pasir halus yang mampu memberikan aerasi yang
cukup, mempunyai drainase yang baik dan beresiko kecil terkena jamur dan bakteri.
Hasil percobaan menunjukkan persentase keberhasilan stek daun ujung 58,33
32 %, stek daun tengah 75 17 %, stek daun upangkal 91,67 17%. Persentase
keberhsilan stek daun ini cukup tinggi debandingkan dengan perbanyakan vegetatif
lainnya. Stek daun ini disimpan pada tempat yang lembab dan teduh yang terhindar dari
sinar matahari. Pada polybag diberi sungkup plastik yang fungsinya untuk mengurangi
transpirasi dan agar terhindar dari sinar matahari..
Pada prinsipnya cara perbanyakan tanaman dengan stek daun sama dengan
cangkok yaitu tanpa usaha untuk memperbaiki sifat sehingga diperoleh tanaman
dengan sifat sma dengan induknya. Keuntungan metode ini adalah bahan yang
digunakan sedikit tetapi dapat diperoleh bibit tanaman dalam jumlah banyak dan
caranya tidak begitu rumit sehingga mudah dilakukan oleh siapa pun.
SAMBUNG PUCUK
Sambung pucuk yang dilakukan dalam acara ini termasuk dalam top grafting yaitu penyatuan pucuk (bagian
atas tanaman sebagai calon batang atas dengan batang bawah tanaman lain yang masih satu marga sehingga
membentuk tanaman baru yang dapat menyesuaikan diri secara kompleks.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tanaman puring (Codiatum
variegatum). Pertama-tama dipilih dua tanaman puring yang berbeda jenis tetapi besar
batang hampir sama. Kemudian dilakukan pemotongan batang bawah sebagai stock dn
membelah tengah-tengah batang. Pangkal batang lain sebagai scion membentuk heruf
V dan menyisipkan scion pada stock. Pada persambungan diikat dengan tali yang
bertujuan agar air tidak masuk di antara sisipan. Pada bagian scion dilakukan
pengurangan jumlah daun untuk mengurangi penguapan. Kemudian pada bagian scion
diberi sungkup plastik hingga menutupi penyambungan untuk memperkecil resiko
kegagalan dan memberi lubang pada plastik agar aerasi udara tetap berjalan.
Dari hasil percobaan diperoleh persentase keberhasilan sambung pucuk adalah
8,33 14 %. Ketidakberhasilan pada sambung pucuk ini disebabkan ketidaksesuaian
antara scion dan stock sehingga memungkinkan air masuk di sela-sela penyambungan
yang menyebabkan rusaknya jaringan akibat sayatan. Pada batang bawah
perakarannya juga kurang dalam sehingga terjadi kekeringan.
VII. KESIMPULAN
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
5.
6.
7.
8.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1984. Beberapa Cara Perbanyakan Vegetatif. Departemen Pertanian Balai Informasi
Pertanian. Ungaran. 92p.
Hadiati, S. 1994. Interaksi Antara Beberapa Macam Batang Bawah dan Batang Atas Pada
Pembibitan Rambutan (Nephelium lappaceum L.).Penelitian Holtikultura 6 (3):1-11.
Jawal et al., 1995. Pengaruh Umur dan Varietas Batang Bawah Terhadap Keberhasilan Sambung
Mini Mangga Arum Manis. Penelitian Holtikultura 7(1):34-44.
Jumin, Hasan. Basri, 1994, Dasar-Dasar Agronomi, PT. Raja Garfindo, Jakarta. 140p
Sugito, L., Jawal. M., Wijaya. 1991. Pengaruh IBA dan Pengeratan Terhadap Keberhasilan Stek
Rambutan Binjai. Penelitian Holtikultura 4 (2):1-8.
Sutiyoso, Y. 1995. Mencangkok Pohon Buah. Trubus. XVI(187):192p.
Wijaya. 1985. Sambung Pucuk Untuk Tanaman Buah. Trubus. XVI(185):192p.
Wudianto. Rini, 1991. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya. Jakarta. 150p.