Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman merupakan makhluk hidup yang terdiri atas batang, akar, daun,
bunga dan buah. Setiap bagian dari tanaman memiliki fungsinya tersendiri bagi
kelagsungan hidup tanaman tersebut. Akar yang berfungsi sebagai penyokong
batang dan penyerap unsur hara, batang yang berfungsi sebagai penyalur hasil
fotosintesis dari daun, atau hasil penyerapan unsur hara dari akar. Daun berfungsi
sebagai tempat fotosintesis yang hasilnya digunakan untuk pertumbuhan tanaman
dan juga berfungsi dalam fase generatifnya yaitu pembentukan bunga.
Bunga (flos) merupakan salah satu organ tubuh tumbuhan yang berfungsi
sebagai alat perkembangbiakan secara generatif yang memiliki bentuk dan
susunan yang berbeda-beda menurut jenisnya, tetapi bagi tumbuhan yang berbiji,
alat tersebut lazimnya merupakan bagian tumbuhan yang kita kenal sebagai
bunga. Jika kita memperhatikan suatu bunga, mudahlah diketahui bahwa bunga
adalah penjelmaan suatu tunas (batang dan daun-daun) yang bentuk, warna dan
susunannya disesuaikan dengan kepentingan tumbuhan, sehingga pada bunga ini
dapat berlangsung penyerbukan dan pembuahan, dan akhirnya dapat dihasilkan
alat-alat perkembangbiakan. Mengingat pentingnya bunga pada tumbuhan, pada
bunga terdapat sifat-sifat yang merupakan penyesuaian untuk melaksanakan
tugasnya sebagai penghasil alat perkembangbiakan yang sebaik-baiknya.
Umumnya dari suatu bunga sifat-sifat yang amat menarik ialah bentuk bunga
seluruhnya dan bentuk bagian-bagiannya, warnanya, baunya, ada dan tidaknya
madu ataupun zat lain.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
a. Untuk mengetahui morfologi daun dan tahap pembungaan
b. Untuk mengetahui Hibridisasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morofologi Bunga Beserta Gambar Literatur

Suatu bunga dikatakan bunga lengkap apabila memiliki semua bagian utama
bunga.) yaitu sebagai berikut:

Kelopak bunga atau calyx;


Mahkota bunga atau corolla yang biasanya tipis dan dapat berwarna-

warni untuk memikat serangga yang membantu proses penyerbukan.


Alat kelamin jantan atau androecium (dari bahasa Yunani andros oikia:

rumah pria) berupa benang sari


Alat kelamin betina atau gynoecium (dari bahasa Yunani gynaikos
oikia: "rumah wanita") berupa putik.

Organ reproduksi betina adalah daun buah atau carpellum yang pada
pangkalnya terdapat bakal buah (ovarium) dengan satu atau sejumlah bakal biji
(ovulum, jamak ovula) yang membawa gamet betina) di dalam kantung embrio. Pada
ujung putik terdapat kepala putik atau stigma untuk menerima serbuk sari atau pollen.
Tangkai putik atau stylus berperan sebagai jalan bagi pollen menuju bakal bakal buah.

2.2 Hibridisasi
Hibridisasi dalam pengertian sederhana ialah menyerbuki bunga-bunga yang
diberi dengan tepung sari dari jenis tanaman yang dikehendaki sebagai bapak.
Secara konvensional hibridisasi bisa juga disebut perkawinan silang antara tanaman
yang satu dengan tanaman yang lain dalam satu spesies untuk mendapatkan
genotype (sifat-sifat dalam) yang unggul, dan biasa disebut breeding (Warisno,
1998). Tanaman menyerbuk sendiri dapat dimuliakan antara lain melalui hibridisasi.

Hibridisasi atau persilangan bertujuan menggabungkan sifat-sifat baik dari kedua


tetua atau induknya sedemikian rupa sehingga sifat-sifat baik tersebut dimiliki
keturunannya. Sebagai hasil dari hibridisasi adalah timbulnya keragaman genetik
yang tinggi pada keturunannya. Dari keragaman yang tinggi inilah pemulia tanaman
akan memilih tanaman yang mempunyai sifat-sifat sesuai dengan yang diinginkan
(Sunarto, 1997).
Persilangan tanaman padi dapat berlangsung secara alami dan buatan
(Soedyanto et al. 1978). Persilangan padi secara alami berlangsung dengan bantuan
angin. Contohnya adalah tanaman padi varietas lokal seperti varietas rojolele,
persilangan ini dilakukan secara alami di beberapa daerah. Persilangan alami ini
menggunakan bantuan angin yag diperlukan waktu 5- 10 tahun untuk mendapatkan
varietas unggul. Menurut Harahap (1982), terdapat beberapa metode persilangan
buatan yang dapat dilakukan untuk mendapatkan varietas unggul padi, yaitu silang
tunggal atau single cross (SC), silang puncak atau top cross (TC), silang ganda atau
double cross (DC), silang balik atau back cross (BC), dan akhir-akhir ini
dikembangkan pula metode persilangan multi cross (MC). Keberhasilan dari
hibridisasi buatan akan terlihat dari satu minggu setelah penyerbukan. Jika calon buah
mulai membesar dan tidak rontok maka kemungkinan telah terjadi pembuahan.
Sebaliknya, jika calon buah tidak membesar atau rontok maka kemungkinan telah
terjadi kegagalan pembuahan (Subekti, 2008).

Adapun faktor yang mempengaruhi proses hibridisasi


1.
a.

Internal
Pemilihan Tetua
Ada lima kelompok sumber plasma nutfah yang dapat dijadikan tetua persilangan
yaitu (1) varietas komersial, (2) galur-galur elit pemuliaan, (3) galur-galur pemuliaan
dengan satu atau beberapa sifat superior, (4) spesies introduksi tanaman dan, (5)
spesies liar. Peluang menghasilkan varietas unggul yang dituju akan menjadi besar

bila tetua yang digunakan merupakan varietas-varietas komersilal yang unggul yang
b.

sedang beredar, galur-galur murni tetua hibrida, dan tetua-tetua varietas sintetik.
Waktu tanaman berbunga
Dalam melakukan persilangan harus diperhatikan : (1) penyesuaian waktu berbunga.
Waktu tanam tetua jantan dan betina harus diperhatikan supaya saat anthesis dan
represif waktunya bersamaan, (2) waktu emaskulasi dan penyerbukan. Pada tetua
betina waktu emaskulasi harus diperhatikan, seperti pada bunga kacang tanah, padi
harus pagi hari, bila melalui waktu tersebut polen telah jatuh ke stigma. Juga waktu
penyerbukan harus tepat ketika stigma reseptif. Jika antara waktu anthesis bunga
jantan dan waktu reseptif bunga betina tidak bersamaan, maka perlu dilakukan
sinkronisasi. Caranya dengan membedakan waktu penanaman antara kedua tetua,
sehingga nantinya kedua tetua akan siap dalam waktu yang bersamaan. Untuk tujuan
sinkronisasi ini diperlukan informasi tentang umur tanaman berbunga.

2.
a.

(Syukur, 2009)
Eksternal
Pengetahuan tentang organ reproduksi dan tipe penyerbukan
Dengan mengetahui organ reproduksi, kita dapat menduga tipe penyerbukan, apakah

tanaman tersebut menyerbuk silang atau menyerbuk sendiri.


b.
Keadaan cuaca saat penyerbukan
Kondisi panas dengan suhu tinggi dan kelembaban udara terlalu rendah menyebabkan
bunga rontok. Demikian pula jika ada angin kencang dan hujan yang terlalu lebat.
c.
Pelaksanaan
Pemulia yang melakukan hibridisasi harus dengan serius dan bersungguh-sungguh
dalam melakukan hibridisasi, karena jika pemulia ceroboh maka hibridisasi akan
gagal.
(Syukur, 2009)
2.3 Tahapan Pembungaan
Proses pembungaan mengandung sejumlah tahap penting, yang semuanya
harus berhasil dilangsungkan untuk memperoleh hasil akhir yaitu biji. Proses
pembungaan tanaman terutama pada tanaman tahunan adalah sangat kompleks.
Secara fisiologis proses pembungaan ini masih sulit dimengerti, hal ini disebabkan
kurangnya informasi yang tersedia. Dalam perkembangannya, proses pembungaan ini

meliputi beberapa tahap dan semua tahap harus dilalui dengan baik agar dapat
menghasilkan panen tinggi (Ashari,1998).
Menurut Elisa (2004) tahapan dari pembungaan meliputi :
a. Induksi bunga (evokasi) Adalah tahap pertama dari proses pembungaan, yaitu
suatu tahap ketika meristem vegetatif diprogram untuk mulai berubah menjadi
meristem reproduktif. Terjadi di dalam sel. Dapat dideteksi secara kimiawi
dari peningkatan sintesis asam nukleat dan protein, yang dibutuhkan dalam
pembelahan dan diferensiasi sel.
b. Inisiasi bunga Adalah tahap ketika perubahan morfologis menjadi bentuk
kuncup reproduktif mulai dapat terdeteksi secara makroskopis untuk pertama
kalinya.
Transisi dari tunas vegetatif menjadi kuncup reproduktif ini dapat dideteksi
dari perubahan bentuk maupun ukuran kuncup, serta proses-proses
selanjutnya yang mulai membentuk organ-organ reproduktif.
Menurut Ashari (1998) tanaman keras ternyata mempunyai periode inisiasi
dan pembungaan yang sangat beragam. Pada umumnya periode antara inisiasi dan
pembungaan berkaitan dengan sifat tumbuhnya yang juga dipengaruhi oleh iklim.
Kebanyakan tanaman tropis dan subtropis mempunyai periode inisiasi bunga dan
antesis yang sangat singkat.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan + Fungsi
3.1.1 Alat dan Fungsi
a. Alat Tulis

: Untuk mencatat hasil pengamatan

b. Kamera

: Untuk Mendokumentasikan spesimen

3.1.2 Bahan dan Fungsi

a. Bunga Sepatu : Sebagai bahan spesimen


3.2 Langkah Kerja
Amati morfologi bunga sepatu

Catat hasil dan dokumentasi

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan, bahwa bunga sepatu termasuk dalam bunga
lengkap atau bunga sempurna. Hal ini dikarenakan bunga sepatu memiliki kelopak
bunga, mahkota bunga, alat kelamin jantan dan alat kelamin betina. Menurut
Suryowinura (1997) Kembang Sepatu (Hibicus rosa-sinensis L.) berbentuk perdu
berkayu dapat mencapai tinggi 3 meter, bunga- bunga besar berwarna merah menyala
muncul diantara daun- daun hijau yang mengkilat. Kembang sepatu pada umumnya
memiliki dua tipe yaitu tipe single dan double. Tipe bunga single memiliki satu
lingkar corolla dengan lima petal, memiliki tangkai stamen yang berlekatan
membentuk staminal coloumn, dan lima kepala putik (stigma) yang saling terpisah.
Sedangkan tipe bunga double tidak hanya terdiri dari satu lingkar petal pentamerous,

namun memiliki petal tambahan (stamen petaloid) dengan jumlah bervariasi. Petal
tambahan tersebut muncul menggantikan organ yang seharusnya membentuk stamen
sehingga stamen memiliki struktur menyerupai petal (Mac Intyre & Lacroix
1996:1873).

BAB V
KESIMPULAN
Bunga merupakan organ reproduksi pada suatu tanaman. Bunga terdiri atas
bagian kelopak, mahkota bunga, putik dan benang sari. Berdasarkan kelengkapan

bagian atau organnya bunga dibedakan menjadi dua yaitu bunga lengkap dan bunga
tak lengkap. Bunga sepatu merupakan salah satu contoh dari bunga lengkap ini.
Bunga merupakan bahan yang digunakan untuk hibridisasi, karena bunga akan
mengalami penyerbukan yang menghasilkan suatu buah atau bakal biji. Dan
penyerbukan ini pula yang akan menentukan dari suatu keberhasilan hibridisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ashari,S. 1998. Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman. Penerbit Rineka Cipta.


Jakarta.

Elisa .2000. Biologi Reproduksi Tanaman Buah-Buahan Komersial. Bayu Media.


Malang.
Soedyanto, R., R. Sianipar, A. Sanusi, dan Hardjanto. 1978. Bercocok Tanam Jilid II.
CV Yasaguna, Jakarta.
Soenarto. 1997. Pemuliaan Tanaman. IKIP Semarang Press, Semarang.
Subekti, N.A. dkk. 2008. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Balai
Penelitian Tanaman Serealia. Maros.
Supartopo. 2006. Teknik Persilangan Padi (Oryza sativa L) untuk Perakitan Varietas
Unggul Baru. Vol. 11 2:76-80.
Suprihatno, Bambang. 2009. Deskripsi varietas Padi. Balai Besar Peneitian tanaman
Padi, Subang.
Suryowinoto, S.M. 1997. Flora Eksotika, Tanaman Hias Berbunga. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Syukur, M. dkk. 2009. Teknik Pemuliaan Tanaman. Bagian Genetika dan Pemuliaan
Tanaman. Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB, Bogor.
Tjitro soepomo, Gembong. 2005. Morfologi tumbuhan.Yogyakarta: Gadjah mada
university
Warisno. 1998. Jagung Hibrida. Kanisius, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai