Anda di halaman 1dari 15

Polinasi Buah Sirsak

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia memiliki beragam tanaman yang berpotensi untuk
dibudidaya. Sirsak (Annona muricata L.) merupakan salah satu buah yang
banyak digemari masyarakat, karena kaya kandungan berbagai vitamin
seperti vitamin B dan C. Tanaman ini mampu beradaptasi dengan baik
terhadap lingkungan tropis dan tumbuh baik sampai pada ketinggian 1000
meter diatas permukaan laut.
Penyerbukan (pollination) adalah peristiwa transfer serbuk sari dari
kepala sari (anther) ke kepala putik (stigma). Proses penyerbukan dimulai dari
lepasnya serbuk sari dari kepala sari sampai serbuk sari mencapai kepala
putik. Kunjungan serangga penyerbuk pada bunga untuk mengumpulkan
pakan berupa serbuk sari dan nektar sehingga dapat meningkatkan hasil
panen berupa buah dan biji (Novia dkk, 2014).
Dalam memperbanyak tanaman dianjurkan melalui okulasi, karena akan
sama seperti sifat induknya. Perbanyakan tanaman menggunakan sistem
okulasi biasa keberhasilan benih jadi mencapai 82.25 %. Tanaman sirsak
termasuk berumah satu, artinya dalam satu tanaman terdapat dua kelamin
bunga (jantan dan betina). Masaknya kedua jenis kelamin bunga tersebut
tidak bersamaan waktunya sehingga penyerbukan tidak dapat berlangsung.
Oleh karena itu dalam sistem penyerbukannya diperlukan serbuk sari dari
bunga lain. Hasil observasi di pertanaman sirsak banyak dijumpai bunga
yang tidak terbentuk buah (gugur), disebabkan proses penyerbukan yang
kurang sempurna.
Sebagai tanaman yang menyerbuk silang, maka pembuahannya sangat
ditentukan oleh ketersediaan serbuk sari yang siap menyerbuk dan proses
penyerbukan itu sendiri. Penyerbukan (polinasi) merupakan proses penting
guna terbentuknya buah dan polinasi dapat berlangsung secara alami (bantuan
angin), serangga penyerbuk dan penyerbukan buatan bantuan manusia. Suatu
penelitian menyebutkan bahwa penyerbukan dengan bantuan angin pada
tanaman salak hasilnya lebih rendah dari pada bantuan manusia. Penelitian
lain menyebutkan bahwa lebah serangga penghasil madu sangat membantu
proses penyerbukan tanaman.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan polinasi atau penyerbukan?
2. Apa saja jenis dari polinasi atau penyerbukan?
3. Bagaimana proses polinasi atau penyerbukan pada buah sirsak?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan polinasi atau penyerbukan.
2. Mengetahui macam jenis dari polinasi atau penyerbukan.
3. Mengetahui proses terjadinya polinasi atau penyerbukan pada buah sirsak.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Polinasi
Polinasi atau penyerbukan adalah proses menempelnya serbuk sari pada
kepala putik. Proses polinasi pada tumbuhan Angiospermae memiliki tahapan
lepasnya serbuk sari dari bunga jantan, proses perpindahan serbuksari dari
kepala sari (anther) menuju kepala putik (stigma) (Rochedi, 2004). Bakal biji
akan berkembang menjadi biji setelah terjadinya fertilisasi antara sel kelamin
jantan dengan sel kelamin betina, sebelum terjadinya pembuahan (fertilisasi)
didahului dengan terjadinay proses penyerbukan (polinasi) tersebut. Apabila
proses penyerbuka tersebut tidak terjadi maka bakal biji akan mati dan bunga
tidak akan menghasilkan biji (Hidajat, 1994).
Bunga yang siap untu penyerbukan, kepala sarinya akan pecah dan
mengeluarkan serbuk sarinya dan oleh karena sesuatu hal serbuk sari tersebut
akan jatuh dan menempel pada kepal putik dan terjadilah penyerbukan atau
polinasi. Jika serbuk sari jatuh pada kepala putik yang cocok, serbuk sari akan
berkecambah, terjadilah buluh serbuk sari yang tumbuh menuju ke arah bakal
biji. Selama pertumbuha ini, inti dalam serbuk sari akan membelah menjadi
dua, satu di bagian depan buluh dan yeng menjadi penuntun gerak tumbh buluh
itu ke arah baka biji (inti vegetatif), yang kedua lalu membelah lagi menjadi
dua inti sperma (inti generativ). Jika penyerbukan berhasil maka akan diikiuti
dengan pembuahan. Bakal buah akan menjadi buah, bakal biji akan menjadi
biji, dan bagian-bagian bunga lainya akan gugur (Tjitrosoepomo, 2009).

B. Faktor Yang Mempengaruhi Polinasi


Menurut Kartika (2008), penyerbukan tumbuhan sangat berpengaruh pada
bentuk bunga atau alat reproduksinya. Arsitektur bunga yang meliputi ukuran,
kedudukan organ reproduksi, aksesibilitas nektar, struktur bunga, dan masa
pembungaan semua memengaruhi interaksi antara tumbuhan dengan polinator.
Sebagian besar agaen penyerbuk atau polinatir menunjukkan variasi yang
spesifik dalam hal ukuran tubuh, kemampuan sensorik, perilaku pencarian
makanan dan sumber energi yang dibutuhkan. Hal tersebut ada hubungan yang
erat antara arsitektur pembungaan dengan tipe polinatornya.

C. Jenis Polinasi

1. Berdasarkan asal serbuk sari yang jatuh ke kepala putik.

Menurut Tjitrosoepomo (2009), berdasarkan asal serbuk sari yang jatuh ke


kepala putik, penyerbkan dapat dibedakan sebagai berikut.

a. Penyerbukan sendiri (autogamy)

Dapat dikatakan penyerbukan sediri apabila serbuk sari yang jatuh di


kepala putik berasal dari bunga itu sendiri (Tjitrosoepomo, 2009). penyerbukan
ini hanya bisa dilakukan dan berhasil pada bunga hermaprodithus atau bunga
banci. Pada angiospermae, yang memiliki bunga kasmogam, artinya, disaat
mekar, bunga mendedahkan antera dan stigma yang telah dewasa kepada unsur
penyerbuk yakni polinator. Kasus ekstrim terjadi pada bunga kleistogam
dimana bunga ini tidak mekar, sehingga serbuk sari pasti jatuh pada stigma
bunga itu sendiri (Hidajat, 1994).

b. Penyerbukan tetangga (geitonogamy)

Dapat dikatakan suatu tanaman mengalami penyerbukan secara


geitonogamy atau penyerbukan tetangga apabila serbuk sari yang dilepaskan
jatuh di kepala putik dari bunga yang berbeda, namun tetap dalam tumbuhan,
dalam pohon yang sama. Para ahli menyatakan bahwa penyerbukan tetangga ini
adalah salah satu variasi dari penyerbukan sendiri, sehingga tidak ada
pemisahan pada penyerbukan sendiri ini, karena penyerbukan tetangga adalah
penyerbukan yang tetap pada satu pohon yang sama hanya berbeda bunga saja.
Jika suatu tumbuhan dapat menghasilkan buah dan biji melalui penyerbukan
sendiri, tumbuhan tersebut dapat dikatakan bersifat subur seniri. Sebaliknya
apabila suatu tumbuhan yang hanya dapat membentuk buah dan biji karena
adnya penyerbukan silang, tumbuhan tersebut dikatan tumbuhan yang memiliki
dsifat mandul sendiri (Tjitrosoepomo, 2009).

c. Penyerbukan silang (allogamy, xenogamy)

Dikatan bunga mengalami penyerbukan silang (allogamy, xenogamy)


apabila serbuk sari yang dilepaskan jatuh di kepala putik namun, putik tersebut
berasal dari bunga tumbuhan lain, namun masih tergolong dalam jenis yang
sama (Tjitrosoepomo, 2009).

d. Penyerbukan bastar (hybridogamy)

Dikatan bunga mengalami penyerbukanbastar (hybridogamy) apabila


serbuk sari yang dilepaskan jatuh ke kepala putik dengan bunga tumbuhan lain
yang beda jenisnya, atau sekurang-kurangnya memiliki satu sifat yang
berbebeda. Penyerbukan bastar dapat terjadi dengan sendirinya di alam, namun
penyerbukan ini sering terjadi dilakukan sengaja oleh manusia, bertujuan untuk
menghasilkan keturunan yang baru dengan sifat-sifat tertentu (Tjitrosoepomo,
2009). pembastaran dapat dilakukan:

1) antara dua tumbuhan yang berbeda varietas atau pembastara antar varietas,

2) antara dua jenis tumbuhan atau pembastaran antar jenis,

3) antara dua jenis tumbuhan yang berbeda marga atau genusnya atau
pembastaran antar marga (genus).

2. Berdasarkan vektor atau perantara penyebab polinasi

Beberapa spesies angiospermae dapat melakukan polinasi-diri, namun


spesies semacama itu hanya dapat melakukan inbreeding di alam. Sebagian
besar spesies angiospermae mengandalkan agenpenyerbuk atau polinator yang
hidup (biotik) maupun yang tidak hidup (abiotik) yang dapat memindahakan
polen dari anther pada stamen suatu bunga pada suatu tumbuhan ke stigma pada
karpel suatu bunga pada tumbuhan yang lain. Kira-kira 80% polinasi pada
angiospermae bersifat biotik, memanfaatkan hewan sebagai perantara. Selain
yang biotik, 98% mengandalkan angin dan 2% lainnya mengandalkan air
(Campbell, 2008).

a. Polinasi abiotik oleh angin.

Keberhasilan reproduktif pada polinasi ini tidak bergantung pada


usaha memikat penyerbuk, tidak ada tekanan selektif, yang mengumpulkan
bunga-bunga yang berwarna dan berbau harum. Sehingga, evolusi spesies-
spesies tanaman yang mengandalkan polinasi oleh angin, menghasilkan bunga
yang seringkali memiliki ukuran yang kecil, berwarna hijau, dan tidak menarik,
serta tidak menghasilkan nektar dan juga bau wangi. Spesies yang perantara
polinasinya angin, menghasilkan serbuk polen yang sangat banyak. Dan
polinasi oleh angin seringkali lebih efisien daripada yang terlihat karena
struktur bunga dapat menciptakan arus memutar yang membantu penangkapan
polen. Sekitar 20% spesies angios spermae diserbuki oleh angin (Campbell,
2008).

b. Polinasi oleh lebah.

Lebah penyerbuk bergantung pada nektar dan polen sebagai makanan.


Bunga yang diserbuki oleh lebah biasanya memiliki wangi yang manis dan
samar. Lebah terpikat pada warna-warna yang cerah, terutama warna kuning
dan biru. Lebah kurang menyukai warna merah, namun lebah dapat melihat
sinar ultraviolet (Campbell, 2008).

c. Polinasi oleh ngengat dan kupu-kupu.

Ngengat dan kupu-kupu mendeteksi bau, dan bunga-bunga yang diserbuki oleh
kedua jenis hewan tersebut seringkali berbau manis. Kupu-kupu melihat banyak
warna yang cerah. Bunga yang di serbuki oleh ngengat biasanya memiliki
warna putih atau kuning, yang mencolok dalam remang-remang (Campbell,
2008).
d. Polinasi oleh burung

Bunga yang diserbuki oleh burung biasanya memiliki ukuran yang besar,
memiliki warna merah atau kuning cerah dan tidak perlu yang berbabau.
Burung tidak terlalu memanfaatkan indra penciuman, sehingga tidak ada
tekanan selektif yang mengunggulkan prosuksi wangi pada bunga. Akan tetapi,
untuk memnuhi kebutuhan energi burung, dibutuhkan nektar dalam jumlah
yang besar. Nektar adalah hadiah bagi polinator (Campbell, 2008).

e. Polinasi oleh lalat

Bunga yang diserbuki oleh lalat memiliki warna kemerahan dan berdaging,
dengan bau seperti daging busuk. Lalat yang mengunjungi bunga bangkai yang
membusuk dan lalat tersebut bertelur diatasnya. Setelah proses lalat bertelur
tersebut, maka lalat tersebut pada tubuhnya akan dipenuhi oleh polen yang
terbawa ke bunga-bunga lain. Ketika telur tersebut menetas, larva tersebut salah
mengira bahwa itu adalah bangkai untuk dimakan, sehingga larva tersebut akan
mati (Campbell, 2008).

f. Polinasi oleh kelelawar

Bunga yang diserbuki oleh kelelawar memiliki warna yang cerah dan wangi,
untuk memikat penyerbuk nokturnal. Pada saat memaman nektar dari bunga,
kelelawar menransfer polen dari satu tumbuhan ke tumbuhan yang lain
(Campbell, 2008).

D. Permasalahan Polinasi Pada Buah Sirsak


Menurut Badan Litbang (2011), terdapat beberapa kendala utama yang
dihadapi dalam pengembangan sirsak secara komersial, antara lain :
1. Tidak tersedianya benih bermutu dalam jumlah yang banyak, mudah
diperoleh dengan harga murah jumlahnya masih terbatas. Seperti diketahui
bahwa benih bermutu merupakan salah satu komponen produksi paling
utama dalam budidaya pertanian.
2. Belum diterapkannya sistem budidaya yang tepat dan efisien, seperti
pemupukan yang tepat, pengairan, pemangkasan, dan kegiatan agronomis
lainnya, sehingga produksi dan mutu masih rendah.
3. Adanya hama dan penyakit penting yang belum tertangani dengan baik.
4. Buah yang dihasilkan berukuran kecil dengan bentuk bengkok (tidak
sempurna).
5. Penanganan pasca panen yang belum tepat dan sistem pemasaran yang
belum seperti diharapkan.

E. Pemecahan Masalah Polinasi Pada Buah Sirsak


Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk peningkatan mutu buah sirsak
adalah dengan cara melakukan penyerbukan buatan (bantuan tenaga manusia),
dengan urutan kegiatan sebagai berikut :
a Persiapan bahan dan alat
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan bahan berupa
botol yang bertutup seperti botol plastik bekas pembungkus film. Botol ini
dimaksudkan untuk menampung serbuk sari dari bunga jantan tanaman
sirsak yang akan dipergunakan untuk bahan penyerbukan. Apabila tidak ada
botol pembungkus film, botol-botol jenis lain juga dapat dipergunakan, yang
penting botolnya bermulut sedikit lebar dan berpenutup. Hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah pengumpulan serbuk sari. Kebersihan
botol perlu dijaga untuk menghindari jamur yang dapat merusak tepung sari
yang disimpan.
Alat lain yang perlu disiapkan adalah kuas kecil yang sering dipergunakan
untuk melukis. Kuas ini dipergunakan sebagai alat penyerbukan. Apabila
tidak tersedia kuas kecil dapat dipergunakan bambu yang dibelah dengan
ukuran lebar dan panjang 1 x 15 cm, pada ujungnya dibuat tipis dibentuk
sedemikian rupa sehingga mirip alat pengaduk kecil. Pada bagian yang
tipis tersebut dipakai untuk menyendok serbuk sari kemudian langsung
dioleskan pada kepala putiknya.

b Pengumpulan serbuk sari


Sebelum pada pengambilan serbuk sari, harus diketahui beberapa hal
sebagai berikut :
 Ciri-ciri serbuk sari masak ditandai dengan gugurnya kelopak dan
mahkota bunga, sudah terlihat tangkai serbuk sari mekar dan berwarna
kuning.
 Waktu pengambilan pagi hari apabila serbuk sari kering (tidak kena
hujan). Apabila terlambat mengambil, serbuk sari akan rontok.
 Cara pengambilan dengan meletakkan botol film di bawah bunga yang
telah rontok kelopaknya, selanjutnya botol digoyang-goyangkan maka
tangkai sari beserta serbuknya akan masuk ke dalam botol, kemudian
botol ditutup. (Gambar 1).
c Pelaksanaan penyerbukan
Sebelum melaksanakan penyerbukan, terlebih dahulu harus
diketahui bunga mana yang siap diserbuki. Bunga yang siap diserbuki
mempunyai ciri-ciri kuncup bunga sudah mulai pecah.(Gambar 3)
Pada saat bunga seperti Gambar 2 di atas bunga betina (kepala
putik) sudah cukup masak. Apabila kelopak dan mahkota bunga dibuka,
bagian yang menonjol seperti mangkok terbalik tersebut adalah kepala putik
dan apabila diraba sudah berlendir. (Gambar 2 ).

Tahapan pelaksanaan penyerbukannya adalah sebagai berikut :


1. Ambil serbuk sari secukupnya dari dalam botol menggunakan kuas
kemudian botol ditutup kembali untuk menghindari masuknya kotoran.
2. Buka kelopak dan mahkota bunga mulai dari ujung dengan menggunakan
telunjuk jari dan kelingking kiri sampai membuka dan kelihatan kepala
putiknya.

Gambar 1. Botol film diletakkan di bawah bunga Gambar 2. Ciri-ciri bunga siap diserbuki
untuk pengambilan serbuk sari

3. Jaga sedemikian rupa agar jangan sampai kelopak bunga dan


mahkota patah (rusak), apabila kelopak bunga rusak dapat
menyebabkan kegagalan dalam penyerbukan.
4. Kuas yang telah berisi serbuk sari tersebut dioleskan secara merata
secara merata pada kepala putik, pengolesan dapat diulang 2 kali.
5. Lepas kembali jari tangan agar kelopak dan mahkota bunga
menutup kembali seperti sediakala.

Apabila tidak ada gangguan, pada umur 1 bulan setelah


penyerbukan mulai terbentuk bakal buah dengan tanda tangkai bunga masih
segar dan bakal buah mulai membesar. Penyerbukan yang tidak sempuna
dan akibat lain menyebabkan bakal buah tidak jadi, biasanya tangkai bunga
akan layu dan gugur.

d Hasil penyerbukan buatan


Buah hasil penyerbukan buatan mempunyai bentuk yang bagus, lonjong
tidak bengkok dan mulus dengan berat buah dapat mencapai 2 – 3 kali lipat
dari buah hasil penyerbukan alami. (Gambar 4). Hal ini disebabkan serbuk
sari yang masuk ke kepala putik tepat waktu dan dalam jumlah yang
maksimal sehingga proses pembuahan dapat berjalan dengan sempurna.
e Hasil penyerbukan alami
Buah hasil penyerbukan alami yang dilakukan oleh serangga pengunjung
mempunyai bentuk yang tidak menarik yaitu bengkok dan lebih kecil. Di
samping itu terdapat bagian buah yang tidak ada daging buahnya, sehingga
bobot buahpun lebih kecil bila dibandingkan dengan buah hasil
penyerbukan buatan (Gambar 6). Hal ini disebabkan serbuk sari yang masuk
ke kepala putik tidak dalam jumlah yang cukup dan merata, sehingga proses
terbentuknya buah tidak berjalan sempurna.

f Pemeliharaan hasil penyerbukan


Untuk menghindari gangguan hama dan penyakit, buah jadi hasil
penyerbukan buatan sebaiknya dibungkus dengan kertas semen ataupun
plastik yang sudah diberi lobang. Maksud dari pelobangan pembungkus
tersebut untuk memberi kesempatan terjadinya pertukaran udara sehingga
temperatur maupun kelembaban sekitar buah yang dibungkus tidak tinggi
dan apabila kelembaban tinggi dapat menyebabkan buah busuk karena
terserang penyakit. Bungkus tersebut dibuka bersamaan waktu panen buah.
Hama yang menyerang buah sirsak terdiri dari kutu sisik yang disertai
dengan jelaga berwarna hitam dan bila buah telah besar (matang fisilogis)
binatang malam seperti kelelawar dan musang juga menyerang buah.

Gambar 3. Kepala putik dalam mahkota, B. Yang diserbuki menggunakan kuas


g Penyimpanan serbuk sari
Penyerbukan pada bunga betina sangat tergantung pada ketersediaan serbuk
sari itu sendiri, sehingga apabila serbuk sari tersebut tidak habis dipakai
dapat
disimpan. Informasi mengenai cara penyimpanan masih sangat sedikit,
namun informasi untuk jenis tanaman lain seperti palem dalam upaya
pelestariannya, serbuk sari dapat disimpan 12 minggu pada suhu kamar,
viabilitasnya masih cukup tinggi yaitu lebih dari 30%. Berdasarkan
pengalaman penulis, serbuk sari bunga sirsak yang disimpan dalam botol
film dan diletakkan pada almari pendingin (kulkas) masih dapat digunakan
1 minggu setelah disimpan.

Gambar 4. Buah hasil pernyerbukan Gambar 6. Buah hasil penyerbukan alami


Buatan dengan bentuk sempurna. dengan bentuk tidak sempurna.
BAB III

KESIMPULAN

1. Polinasi adalah proses menempelnya serbuk sari pada kepala putik.

2. Proses polinasi diawali dengan pecahnya kepala sari dan mengeluarkan serbuk
sarinya dan oleh karena sesuatu hal serbuk sari tersebut akan jatuh dan
menempel pada kepal putik dan terjadilah penyerbukan atau polinasi. Jika
serbuk sari jatuh pada kepala putik yang cocok, serbuk sari akan berkecambah,
terjadilah buluh serbuk sari yang tumbuh menuju ke arah bakal biji.

3. Buah hasil penyerbukan buatan mempunyai bentuk yang bagus, lonjong tidak
bengkok dan mulus dengan berat buah dapat mencapai 2 – 3 kali lipat dari
buah hasil penyerbukan alami. Sedangkan buah hasil penyerbukan alami yang
dilakukan oleh serangga pengunjung mempunyai bentuk yang tidak menarik
yaitu bengkok dan lebih kecil. Di samping itu terdapat bagian buah yang tidak
ada daging buahnya, sehingga bobot buahpun lebih kecil bila dibandingkan
dengan buah hasil penyerbukan buatan
DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang, 2011. Perbaikan Mutu Buah Sirsak Melalui Polinasi. Badan
Litbang Pertanian. Jakarta:Kementerian Pertanian
Campbel, Neil. A. 2008. BIOLOGI. Edisi kedelapan. Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Hidayat, Estiti B.. 1994. MORFOLOGI TUMBUHAN. Bandung: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Kartikawati, N. M.. 2008. Polinator pada Tumbuhan Kayu Putih. Jurnal Balai
Besar Penelitian Bioteknologi Tumbuhan. Jogjakarta
Rochedi, A. B.. 2004. Studi Polinasi pada Iles-Iles. Skripsi. Bogor: Jurusan
Agronomi dan Holtikultura. Fakultas Pertanian. IPB
Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University
Press Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai