Anda di halaman 1dari 11

RESPON PERTUMBUHAN CAISIM ( BRASSICA CHINENSIS VAR.

PARACHINENSIS) TERHADAP PERBEDAAN KONSENTRASI PUPUK N DAN P

Disusun Oleh :

Finesha Aditia Fikri (1804020039)

PRODI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2020
1. TUJUAN
a. Untuk mengetahui respon tanaman terhadap unsur hara N dan P
b. Untuk mengetahui peranan unsur har N dan P
c. Mengetahui ketersediaan unsur N dan P pada media
2. Dasar teori
Sawi hijau (Brassica chinensis var. parachinensis) masih satu famili dengan kubis-
krop, kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) olek
karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama pada sistem perakaran,
struktur batang, bunga, buah (polong) maupun bijinya (Rukmana, 1994). Sistem perakaran
sawi memiliki akar tunggang (radix primaria) dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat
panjang (silindris) menyebar kesemua arah dengan kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini
berfungsi antara lain mengisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan
berdirinya batang tanaman (Heru dan Yovita, 2003). Batang sawi pendek sekali dan
beruasruas sehingga hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan
penopang daun (Rukmana, 2002). Sawi berdaun lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak
berkrop. Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak (roset) hingga sukar
membentuk krop

Tanah merupakan salah satu komponen lahan yang mempunyai peranan penting
terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi tanaman, karena tanah selain berfungsi sebagai
tempat/media tumbuh tanaman, menahan dan menyediakan air bagi tanaman juga berperan
dalam menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman untuk mendukung pertumbuhan
tanaman. Pembentukan tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti, iklim, bahan induk,
topografi/relief, organisme dan waktu. Perbedaan pengaruh dari berbagai faktor pembentuk
tanah tersebut akan menghasilkan karakteristik tanah baik karakteristik fisik, kimia maupun
biologi yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kesuburan tanah bersangkutan. Oleh karena
itu, generalisasi status kesuburan tanah pada suatu lahan dengan lingkungan fisik yang
berbeda sangat tidak relevan. ( Rahmi dan Maya, 2014)

Kesuburan tanah adalah potensi tanah untuk menyediakan unsur hara dalam
jumlah yang cukup dalam bentuk yang tersedia dan seimbang untuk menjamin
pertumbuhan dan produksi tanaman yang optimum (Anna dkk, 1985 dalam Yamani, 2010).
Tanah yang diusahakan untuk bidang pertanian memiliki tingkat kesuburan yang
berbeda-beda. Pengelolaan tanah secara tepat merupakan faktor penting dalam menentukan
pertumbuhan dan hasil tanaman yang akan diusahakan. Evaluasi kesuburan tanah
adalah proses penilaian masalah-masalah keharaan dalam tanah dan pembuatan rekomendasi
pemupukan (Dikti, 1991).

Kebutuhan unsur hara yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhan dan


produksinya ditentukan oleh kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman
dan tidak selalu dapat terpenuhi. Intensifnya penggunaan lahan tanpa adanya pergiliran
tanaman dapat menyebabkan terkurasnya unsur hara esensial dari dalam tanah pada
saat panen dan kesuburan tanah akan menurun secara terus menerus. Menurunnya
kesuburan tanah dapat menjadi faktor utama yang mempengaruhi produktivitas
tanah, sehingga penambahan unsur hara dalam tanah melalui proses pemupukan
sangat penting dilakukan agar diperoleh produksi pertanian yang menguntungkan.
( Idewa et al., 2015)

Kebutuhan unsur hara tanaman panili diduga cukup tinggi. Menurut Deinum (1949)
unsur hara N, P dan K yang terserap oleh 100 g bahan kering panili (batang, daun dan buah)
masing-masing adalah 3,70; 0,99; 5,35 g. Hasil penelitian di rumah kaca menunjukkan bahwa
tanaman panili cukup responsif terhadap pemupukan N, P dan K (Ruhnayat dan Rosman,
1993). Sedangkan hasil penelitian di lapangan, seperti yang pernah dilakukan oleh Sunardi
dan Rakhmadiono (1985) pengaruh pemupukan masih linier terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman panili. Diduga dosis pupuk yang diberikan pada penelitian tersebut masih
di bawah kebutuhan pokok tanaman. Menurut Soepartini (1990) untuk mengetahui suatu
unsur hara berada dalam keadaan kekurangan, optimal atau kelebihan dapat ditentukan
dengan cara menghubungkan antara jumlah hara yang tersedia dalam jaringan tanaman
dengan respon pertumbuhan tanaman secara grafikal.

Nitrogen dan fosfor merupakan sebagian dari faktor sumberdaya tersebut. Banyak
penelitian telah dilakukan untuk mengkaji konsentrasi optimum kedua unsur tersebut untuk
pertumbuhan Spirulina. Namun disamping itu juga masih perlu dilakukan upaya optimasi
produksi bahan kimia unggul potensial dari jenis alga tersebut, yaitu fikosianin yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi. Hal ini sangat penting, karena produksi bahan kimia unggul
tersebut dapat mendukung upaya pencapaian kelayakan ekonomi kultur mikroalga (Vonshak
& Richmond, 1985)

Unsur hara N bagi tanaman berperan untuk pertumbuhan vegetatif (pertumbuhan daun
dan batang), meningkatkan kadar protein tanaman, juga untuk berkembangnya
mikroorganisme dalam tanah. Nitrogen pada umumnya diserap tanaman dalam bentuk NH4+
(ammonium) dan NO3- (nitrat), senyawa ini diserap melalui akar ke daun selama proses
asimilasi yang kemudian ditransformasikan dalam bentuk asam amino dan protein
(Indranada, 1994).

Di dalam tanah P berbentuk organik dan anorganik. P organik dan P anorganik


merupakan sumber utama P bagi partumbuhan tanaman. P organik dapat ditemukan pada
humus atau materi organik lainnya (Pasaribu, 2008). Hasil penelitian Pasaribu (2008),
menunjukan bahwa pemberian SP-36 dan fosfat alam dengan masa inkubasi 0, 5, 10 dan 15
hari pada tanah Ultisol berpengaruh terhadap fraksi P. Semakin lama waktu inkubasi, fraksi
Al-P terus mengalami penurunan sedangkan fraksi Fe-P dan Ca-P mengalami peningkatan.
Oleh karena itu penggunaan pupuk P dapat ditingkatkan efisiensinya dengan menurunkan
kandungan Al-dd tanah, kemasaman tanah (pH), kapasitas adsorpsi P maksimum tanah, dan
energi ikatan P, serta meningkatkan ketersediaan P dalam tanah berupa P-tersedia dan P
larutan tanah.
Perubahan tinggi tanaman oleh pupuk SP-36 dengan dosis 0, 2, 4, 6 gr/10 kg tanah
dengan waktu kematangan bokashi ela sagu 2 minggu (K1) dapat meningkatkan tinggi
tanaman pula pengaruh-nya terhadap serapan P sehingga tanaman dapat menyerapnya guna
pertumbuhan dan perkembangannya termasuk tinggi tanaman. Bahan organik yang dalam
penelitian ini adalah bokashi ela sagu, dapat mensuplai unsur hara bagi tanaman seperti N, P,
K, S, Ca, Mg dan unsur – unsur lainnya (Stevenson, 1982 dalam Kaya, 2003).

3. ALAT & BAHAN


a. Alat
- 72 polybag
- Gembor
- Pengayak Tanah (saringan tanah)
- Karung
- Sekop
- Cangkul
- Alat Tulis
- Timbangan Analitik
- Oven
b. Bahan
- Tanah
- Caisim (Brassica chinensis var. Parachinensis)
- Pupuk N
- Pupuk P
- Air

4. CARA KERJA
- Mempersiapkan bahan dan alat yang akan digunakan pada saat praktikum,
- Mengambil sempel tanah dengan 5 titik yang berbeda masing masing area diambil
oleh 2 kelompok (kelompok 1-6, 2-7, 3-8, 4-9, 5-10).
- Sempel tanah perlu dipilah yang lebih halus dengan pengayakan
- Memasukan sempel tanah yang telah diayak ke 72 polybag dengan ukuran 40x50
- Menanam 3 benih caisim (Brassica chinensis var. Parachinensis) atau lebih (untuk
menyulam benih yang gagal berkecambah)
- Memberi pupuk pada waktu yang telah dijadwalkan
- Menyiram dengan air setiap pagi atau sore
- Mengamati pertumbuhan pada 14 HST, 21 HST dan 28 HST
- Menimbang berat ekonomis tanaman

5. HASIL PENGAMATAN
1. N0P0

HST
No. Pengamatan Rata-rata
14 21 28

1 Tinggi tanaman 5,4 7,17 7,46 6,67

2 Jumlah daun 3 3 4 3

3 Luas daun 2,98 3,03 3,91 3,3

4 Berat ekonomis - - 0,52 0,52

2. N0P1

HST
No. Pengamatan Rata-rata
14 21 28

1 Tinggi tanaman 2,6 3,1 2,61 2,77

2 Jumlah daun 1 3 4 3

3 Luas daun 2,8 14,8 44,67 20,75

4 Berat ekonomis - - 10,23 10,23

3. N0P2

No. Pengamatan HST Rata-rata

14 21 28
1 Tinggi tanaman 6,25 10,11 20,69 12,35

2 Jumlah daun 2 3 4 3

3 Luas daun 1,829 54,58 70,06 42,17

4 Berat ekonomis - - 3,9 3,9

4. N1P0

HST
No. Pengamatan Rata-rata
14 21 28

1 Tinggi tanaman 5,7 5,4 3,2 4,76

2 Jumlah daun 5 3 4 4

3 Luas daun 3,6 7,54 39,7 16,9

4 Berat ekonomis - - 4 4

5. N1P1

HST
No. Pengamatan Rata-rata
14 21 28

1 Tinggi tanaman 5,04 8,83 16,17 10,01

2 Jumlah daun 4 4 4 4

3 Luas daun 1,49 5,70 31,628 12,93

4 Berat ekonomis - - 9,88 9,88


6. N1P2

HST
No. Pengamatan Rata-rata
14 21 28

1 Tinggi tanaman 3,2 3,09 4,03 3,44

2 Jumlah daun 4 4 5 4

3 Luas daun 1,841 6,416 41,25 16,5

4 Berat ekonomis - - 9,1 9,1

7. N2P0

HST
No. Pengamatan Rata-rata
14 21 28

1 Tinggi tanaman 6,62 10,27 3,5 6,79

2 Jumlah daun 4 3 4 4

3 Luas daun 2,54 10,58 13,73 8,95

4 Berat ekonomis - - 3,48 3,48

8. N2P1

HST
No. Pengamatan Rata-rata
14 21 28

1 Tinggi tanaman 6,4 2,76 3,5 4,22


2 Jumlah daun 4 2 3 3

3 Luas daun 5,35 18,57 29,03 17,65

4 Berat ekonomis - - 7,14 7,14

9. N2P2

HST
No. Pengamatan Rata-rata
14 21 28

1 Tinggi tanaman 5,16 9,09 16,94 10,39

2 Jumlah daun 4 4 13 7

3 Luas daun 1,86 4,09 23,90 9,95

4 Berat ekonomis - - 6,88 6,88

6. PEMBAHASAN

Praktikum penetapan kadar air tanah dan kapasitas lapang dilakukan di GreenHouse
Karang Sari UMP. Untuk menentukan kadar air dan kapasitas lapang kali ini
menggunakan.

Pada uji respon tanaman caisim terhadap unsur N dan P menggunakan 5 tempat tanah
berbeda sebagai bahan uji coba praktikum: (kel 1-6, 2-7, 3-8, 4-9, 5-10). Semua sempel
tanah yang telah dipilih kemudian diayak dan dimasukan kedalam polybag berukuran
40x50. Terdapat 9 perlakuan pemberian pupuk N dan P sebagai berikut

Kel 1

Kel 2 = N: 0, P : 2.5gr

Kel 3 = N : 0, P : 5gr

Kel 4 = N : 2gr, P : 0

Kel 5 = N : 1,5 gr, P :2g


Kel 6 = N: 1,5 gr, P:4 gr

Kel 7 = N : 3gr, P : 0

Kel 8 = N: 3 gr, P: 2 gr

Kel 9 = N : 3 gr, P : 4 g

Pada perlakuan media tanam kel 1 dengan N : 0 dan P : 0 memberikan pertumbuhan pada
tanaman yang tidak subur, tanaman tidak tumbuh dengan baik. Jika dibandingkan dengan
pertumbuhan pada perlakuan lainnya pada perlakuan kelompok satu adalah terendah baik dari
segi tinggi tanaman, jumlah daun luas daun dan berat ekonomis. Ini memungkin media tanam
memiliki unsur hara yang minim dan pada perlakuan kelompok 1 tidak ada pemberian unsur
hara sama sekali. Sehingga pertumbuhan tanaman cukup buruk.

Pada perlakuan kelompok 2 dan 3 memiliki perlakuannya hampir mirip yaitu deng N : 0 P:
2,5 gr dan N:0 dan P :5 gr. hasil menunjukan pada perlakuan kelompok 2 lebih rendah
dibanding perlakuan pada kel.3 pada rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun.
Hal tersebut karena unsur hara yang tersedia pada media lebih banyak dengan pemberian
unsur P pada kelompok 3 dua kali lipat dari kelompok 2 sehingga pertumbuhanpun jauh lebih
baik. Meski belum terdapat unsur tambahan N namun peranan unsur P juga sangat penting
terutama pada tanaman usia muda. Ini sesuai dengan pernyataan Sarief (1986). Fosfor
memegang peranan penting dalam kebanyakan reaksi enzim yang tergantung kepada
fosforilase. Oleh karena fosfor merupakan bagian dari inti sel, sehingga penting dalam
pembelahan sel dan juga untuk perkembangan jaringan meristem. Dengan demikian fosfor
dapat merangsang pertumbuhan akar tanaman muda, mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah, biji atau gabah. Selain itu juga sebagai penyusun lemak dan protein.

Pada perlakuan kel. 4 dan 7 menunjukan hasil percobaan yang tidak jauh berbeda dengan
pemberian unsur N tanpa pemberian pupuk Unsur P pada media, hasilnya rendah. Selain
menunjukan ketersedian unsur P pada tanah sempel, juga menunjukan unsur P memeliki
peranan yang sangat penting. Walaupun kebutuhan unsur N lebih banyak namun hasil dari
percobaan media tanam yang diberi unsur N tanpa unsur P dengan Penambahan unsur P tanpa
penambahan unsur N jauh lebih buruk bagi pertumbuhan tanaman. Kemungkinan pada media
kel.2 dan 3 meski tanpa pemberian unsur N namun unsur sudah tersedia cukup sehingga
ketika ditambahkan unsur P hasilnya akan jauh lebih baik. Menurut Poerwowidodo(1992),
unsur fosfor (P) termasuk anasir hara esensial bagi tanaman dengan fungsi sebagai
pemindahan energi sampai segi-segi gen, yang tidak dapat digantikan hara lain. Ketidak
cukupan pasok P menjadikan tanaman tidak tumbuh maksimal atau potensi hasilnya tidak
maksimal atau tidak mampu melengkapi proses reproduktif normal.

Pada perlakuan kelompok 5,6,8 dan 9 tidak ada perbandingan yang cukup jauh untuk
pertumbuhan tanaman caisim, tanaman caisim lebih terlihat tumbuh normal, ini karena unsur
esensial N dan P tercukupi. Unsur N berperan penting dalam pertumbuhan tinggi tanaman
dan P memiliki peranan yang cukup komplek hampir disetiap sendi-sendi pertumbuhan.
Tentunya jika unsur hara yang tersedia lebih lengkap akan memberi pertumbuhan yang lebih
baik juga.

Kebutuhan unsur hara yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhan dan


produksinya ditentukan oleh kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman
dan tidak selalu dapat terpenuhi. Intensifnya penggunaan lahan tanpa adanya pergiliran
tanaman dapat menyebabkan terkurasnya unsur hara esensial dari dalam tanah pada
saat panen dan kesuburan tanah akan menurun secara terus menerus. Menurunnya
kesuburan tanah dapat menjadi faktor utama yang mempengaruhi produktivitas
tanah, sehingga penambahan unsur hara dalam tanah melalui proses pemupukan
sangat penting dilakukan agar diperoleh produksi pertanian yang menguntungkan.
( Idewa et al., 2015)

7. KESIMPULAN
a. Tanaman caisim yang kekurangan unsur N dan P tidak tumbuh dengan baik.
b. Unsur hara N dan P memeiliki peranan yang penting dalam memenuhi kebutuhan
Tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya khsususnya pada tanaman
caisim.
c. Media tanam yang telah ditanami mengalami penurunan unsur hara sehingga perlu
adanya pemberian pupuk untuk memperbarui unsur hara yang hilang baik diserap oleh
tanaman atau pun akibat pencucian tanah dan factor lainnya.
Daftar Pustaka

Deinum, H.K. 1949. Vanille. dalam C.J.J van Hall en C. de Koppel. De LandBouw in de
Indische Archipel IIB. N.V. Vitgevery W. van Hoeve, Nederland : 776 - 784.

I Dewa Ayu Sri, Budi K. dan Ketut Dharma S. 2015. Evaluasi Status Kesuburan Tanah Pada
Lahan Pertanian di Kecamatan Denpasar Selatan. E-Jurnal Agroekoteknologi
Tropika. Vol. 4, No. 4.

Pasaribu, Y. 2008. Transformasi Unsur P dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol,
Andisol dan Entisol. 42349226. [03-10-2010]

Poerwidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa : Bandung.

Rahmi Abdul dan Maya Preva Biantary. 2014. Karakteristik Sifat Kimia Tanah Dan Status
Kesuburan Tanah Lahan Pekarangan Dan Lahan Usaha Tani Beberapa Kampung
Di Kabupaten Kutai Barat. E-Jurnal Zira’ah Vol. 39 No 1 : 36-39

Ruhnayat. A dan R. Rosman. 1993. Respon setek vanili terhadap pemberian pupuk N, P dan
K. Buletin Littro. Vol VIII No. 2 : 70 - 74.

Syarief, S. 1986. Kesuburan dan pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung, 182
hal

Soepartini, M. 1990. Kimia Tanah. Materi Pelatihan Teknik Analisa Ta-nah, Tanaman, Air
dan Pupuk. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Vonshak A. and Richmond A. 1985. Problems in developing the biotechnology of algal mass
production. Plant andSoil 89, 129-135.

Anda mungkin juga menyukai