Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu jenis tanaman
yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia, dimanfaatkan sebagai bahan
pangan yang dikonsumsi langsung, atau campuran makanan seperti roti, bumbu
dapur, bahan baku industri minyak, dan produk makanan ternak, sehingga
kebutuhan kacang tanah terus meningkat setiap tahunnya sejalan dengan
peningkatan jumlah penduduk, kebutuhan gizi masyarakat, dan diversifikasi
pangan. Hal ini tidak sebanding dengan peningkatan jumlah penduduk tiap
tahunnya (Rambitan, 2013).
Kacang tanah (Arachis hypogeaeL.) merupakan tanaman biji minyak
dan leguminosa yang penting di daerah tropis dan subtropis. Secara global, ini
adalah sumber minyak nabati keempat dan sumber protein nabati ketiga yang
paling penting (Ojiewo dkk., 2020). Bijinya mengandung 25 hingga 32%
protein (rata-rata 25% protein yang dapat dicerna) dan 42 hingga 52%
minyak (Abady dkk., 2019). Menurut Gulluoglu dkk., (2016), kacang tanah
adalah tanaman biji minyak utama keempat dari dunia di samping kacang
tanah, biji lobak dan kapas. Tanaman kacang tanah memiliki berbagai
kegunaan dalam industri seperti makanan, pakan, cat, pelumas dan
insektisida
2.2 Defisiensi Unsur Hara
Defisiensi didefinisikan sebagai kondisi dimana tanaman kekurangan
material berupa unsur hara yang dibutuhkannya. Unsur yang dibutuhkan tanaman
beda-berbeda tergantung jenis tanamannya. Kebutuhan unsur hara ini berpengaruh
terhadap metabolisme tanaman dan fisiologis tanaman. Tanaman memerlukan
unsur hara dengan porsi yang berbeda-beda, kekurangan maupun kelebihan unsur
hara menimbulkan permasalahan dalam pertumbuhan tanaman, permasalahan ini
dapat diketahui dengan gejala yang terlihat atau nampak pada tanaman (Campbell
dan Reece, 2007).
BAB III. METODOLOGI
4.1 Hasil
A. Tabel Morfologi Tanaman
4. Kandungan klorofil daun a. 37,75 spad a. 26,85 39,1 spad unit a. 36 spad
a. Klorofil tidak terlarut unit spad unit unit
(metode langsung)
b. Total klorofil terlarut (a
dan b)
Pemupukan % N total % P205 % K20
Dipupuk (+NPK) 3.299 0.926 2.1998
-P dipupuk (+NK) 2.614 0.505 1.0284
-K dipupuk (+NP) 3.145 0.555 0.0258
-N dipupuk (+PK) 2.426 0.664 2.1028
+NPK -N
Unsur yang mudah di translokasikan dari daun tua ke daun muda dan
organ penampung seperti organ reproduksi yaitu N,P,K,Mg,Klor,dan belerang
gejala kekurangannya akan terlihat pada daun- daun tua. Pada perlakuan tanaman
tanpa menggunakan pupuk P mengalami defisiensi karena daun mengalami
klorosis pada daun bagian pangkal. Hal ini disebabkan karena unsur P yang akan
diserap oleh tanaman ke daun kurang cukup kesediaannya maka terjadi kerusakan
pada tanaman yang mengakibatkan daun menguning. Begitu pula pada perlakuan
tanaman tanpa menggunakan pupuk K sangat terlihat gejala defisiensinya karena
pada bagian pangkal daun berwarna bercak coklat kemerahan dan warna daun
bagian pucuk terdapat coklat kemerahan dan kondisi daun keras. Unsur K
berperan sebagai activator dari berbagai enzim yang esensial dalam reaksi
fotosintesis dan respirasi serta untuk enzim yang terlibat dalam sintetis protein
dan pati. Kalium juga merupakan ion yang berperan dalam mengatur potensi sel,
dengan demikian akan mengatur tekanan turgor. Perlakuan tanaman -N jumlah
klorofil nya sedikit sedangkan perlakuan tanaman dengan pupuk NPK jumlah
klorofilnya cukup tinggi. Menurut Harin Eki Pramitasari( 2016) Nitrogen
membuat bagian tanaman menjadi hijau karena mengandung klorofil yang
berperan dalam fotosintesis. Unsur tersebut juga bermanfaat untuk mempercepat
pertumbuhan tinggi bagi tanaman, memperbanyak jumlah anakan, mempengaruhi
lebar dan panjang daun serta membuat menjadi besar, menambah kadar protein
dan lemak bagi tanaman.
-P
Pada Analisis kandungan hara pada tanaman, N total, P total, K total yang
paling tinggi ada pada tanaman yang menggunakan perlakuan pupuk NPK
lengkap. Hal ini disebabkan karena pasokan hara pada tanaman itu tercukupi jadi
proses penyerapan hara oleh tanaman berjalan dengan baik dan mencukupi
kebutuhan pertumbuhannya. Sedangkan untuk perlakuan tanaman tanpa
menggunakan pupuk P, %P total adalah 0,505 merupakan paling rendah hara oleh
karena itu menyebabkan defisiensi unsur hara yang di visualkan pada morfologi
tanaman tersebut. Pada perlakuan -K ,%K total adalah 0,0258 persen tersebut
sudah valid karena kebutuhan K pada tanaman tersebut tidak terpebuhi, maka
menyebabkan defisiensi unsur hara. Sedangkan pada perlakuan tanaman – N total
%N justru hampir sama dengan perlakuan tanaman -P, hal ini disebabkan karena
faktor air hujan yang terkena tanaman tersebut. Air hujan mengandung N yang
cukup tinggi Air hujan mengandung nitrogen terlarut dalam bentuk nitrat.
Kandungan nitrogen ini bisa dengan mudah diserap tanaman sehingga
ketersediaan N pada media tersebut sudah terpenuhi akibat air hujan.
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan
1. Pada perlakuan tanaman -K, -P, - N sangat jelas dan terjadi defisiensi
unsur hara
2. Jumlah klorofil yang terkecil terdapat pada perlakuan tanaman – N
3. % N total perlakuan tanaman + NPK hampir sama dengan perlakuan
tanaman – K di karenakan dipangaruhi oleh air hujan
4. Gejala defisiensi unsur hara terjadi pada perlakuan tanaman -N, -P, -K
5.2 Saran
1. Pada waktu penyimpanan sample tanaman sebaiknya di tempatkan pada
tempat yang terhindar dari air hujan agar hasil pengamatan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Danuwarsa. 2006. Analisis proksimat dan asam lemak pada beberapa komoditas
kacang_kacangan. Buletin Teknik Pertanian. 11 No 1:5–6.
Gulluoglu, L., H. Bakal, dan H. Arioglu. 2016. The effects of twin-row planting
pattern and plant population on seed yield and yield components of soybean
at late double-cropped planting in cukurova region. Turkish Journal of Field
Crops. 21(1):60–66.