Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN DASAR


NUTRISI TUMBUHAN

Oleh :
Kelompok : 01
Elsa Aprilia Ningrum (19308141046)
Desti Rahmadian (19308144003)
Winda Pramita (19308144006)
Tantri Ayu Ratnasari (19308144015)
Hapsari Sindhu Pawitra (19308144021)
Kelas : Biologi E 2019

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan
Masalah II : Nutrisi Tumbuhan
Kegiatan 5
A. Latar Belakang
Nutrisi tanaman mempelajari tentang unsur hara yang diperlukan oleh
tanaman serta fungsi unsur-unsur tersebut pada kehidupan tanaman. Sebagai
sains, nutrisi tanaman berhubungan dengan fisiologi tumbuhan. Proses fisika,
kimia, fisiologi serta biokimia ini berkaitan dengan interaksi tanaman dengan
kimia medianya, dimana tahap awal adalah memperoleh unsur-unsur kimia, serta
distribusinya dalam tanaman. Hal ini merupakan bidang nutrisi tanaman (Lakitan,
2007).
Pertumbuhan dan mutu tanaman sangat dipengaruhi oleh kadar nutrisi
yang tersedia dalam media tanam dan dapat diserap oleh tanaman. Beraneka
ragam unsur dapat ditemukan di dalam tubuh tumbuhan, tetapi tidak berarti
bahwa seluruh unsur–unsur tersebut dibutuhkan tumbuhan untuk kelangsungan
hidupnya.(Heddy, 1990).
Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukannya praktik nutrisi
tanaman ini agar praktikan dapat mengetahui pengaruh pupuk yang diberikan
terhadap pertumbuhan tanaman.
B. Tujuan
Untuk mengetahui gejala-gejala kekurangan unsur hara tertentu pada
tumbuhan
C. Dasar Teori
Pertumbuhan tanaman tidak hanya dikontrol oleh faktor dalam (internal),
tetapi juga ditentukan oleh faktor luar (eksternal). Salah satu faktor eksternal
tersebut adalah unsur hara esensial. Unsur hara esensial adalah unsur-unsur yang
diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Apabila unsur tersebut tidak tersedia bagi
tanaman, maka tanaman akan menunjukkan gejala kekurangan unsur tersebut dan
pertumbuhan tanaman akan terganggu. Berdasarkan jumlah yang diperlukan kita
mengenal adanya unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro
diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang lebih besar. Sedangkan unsur hara
mikro diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang relatif kecil (Benyamin, 2011).
Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara
dalam tanah. Rendahnya unsur hara di dalam tanah akan mengakibatkan
pertumbuhan tanaman menjadi lambat. Melalui pemupukan unsur hara dalam
tanah dapat dipenuhi. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman selama masa
pertumbuhan dan perkembangannya ada 16 unsur yang dapat dibagi menjadi
unsur hara makro dan mikro, merupakan unsur hara esensial yaitu unsur yang
fungsinya dalam tanaman tidak bisa digantikan oleh unsur lain. Unsur-unsur
hara esensial seperti 6 hara makro dan 7 hara mikro dapat diserap oleh tanaman
lewat tanah melalui sistem perakaran, kecuali unsur karbon (C), oksigen (O)
yang diserap oleh tanaman melalui udara dan hidrogen (H) melalui air .
(Wahyudi, 2014).
Tumbuhan memerlukan sejumlah nutrisi untuk menunjang hidup dan
pertumbuhannya. Tumbuhan membutuhkan unsur makro dan mikro dalam
jumlah tertentu yang bervariasi tergantung jenis dan tingkat kebutuhan
aktivitasnya. Unsur hara mikro seng (Zn) tembaga (Cu) merupakan unsur hara
mikro yang esensial. Tembaga (Cu) berfungsi sebagai aktifator untuk berbagai
enzim, dan berperan dalam pembentukan klorofil. Seng (Zn) penting untuk
metabolisme. Kandungan Pb dalam tumbuhan mempunyai batasan. Apabila
banyak dalam tumbuhan maka akan menganggu pertumbuhan dan bersifat racun.
(Yanti, 2013).
Efek yang merugikan dari kekurangan unsur hara tergantung dari macam
tanaman dan macam unsurnya.Gangguan pada tanaman dapat terjadi karena efek
langsung dari unsur-unsur tertentu pada protoplasma sel-sel tanaman termasuk
gangguan pada enzim-enzimnya atau gangguan pada fungsi-fungsi utamanya.
Selain itu unsur-unsur tertentu dapat pula mengganggu absorbsi atau fungsi dari
unsur-unsur lainnya sehingga akan timbul gejala defisiensi dari unsur yang
diganggu (Benyamin, 2011). Gejala Defisiensi Unsur Hara :
1. Unsur N
a. Proses kecepatan pertumbuhan rata-rata lambat.
b. Daun terlihat hijau muda dan dapat menjadi kuning.
c. Biasanya daun paling rendah posisinya yang paling pertama terlihat
gejalanya.
2. Unsur P
a. Daun-daunnya berwarna hijau gelap dan seringkali memperlihatkan warna
yang keungu-unguan.
b. Sistem perakaran kurang baik perkembangannya.
c. Pada tanaman yang muda dapat menghambat pertumbuhan pucuk.
3. Unsur K
a. Kekurangan Kalium ditandai dengan berubahnya tepi daun dari warna
hijau menjadi kuning muda.
b. Warna kuning tersebut berlanjut menjadi kecoklatan.
c. Pada tepi daun menjadi robek yang membentuk seperti gerigi.
d. Dapat menurunkan daya tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
4. Unsur Ca
a. Daun-daun berukuran kecil dan gagal berkembang penuh.
b. Warna daun menjadi gelap.
5. Unsur Mg
a. Gejala ini biasanya terlihat pada daun tua.
b. Diantara tulang daun terlihat klorosis.
c. Perubahan warna daun menjadi kuning, dan terdapat bercak-bercak warna
coklat pada daun tetapi tulang daun tetap berwarna hijau.
d. Dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan dan perkembangan kuncup
bunga.
6. Unsur S
a. Daun berwarna gelap pada sebagian daun yang paling dekat dengan
batang
b. Urat-urat daun berubah menjadi kuning (Devlin, 1975: 164).
7. Unsur Fe
a. Gejala klorosis dan daun menguning atau nekrosa. Jika adenium
dikeluarkan dari potnya akan terlihat potongan-potongan akar yang
mati.. (Benyamin, 2011).

D. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Gelas beaker 1 liter ( 2 buah )
b. Gelas ukur ( 12 buah )
c. Pipet tetes ( 12 buah )
d. Gelas kaca ( 2 buah )
e. Karet sumbat berlubang ( 2 buah )
2. Bahan
a. Aluminium foil ( 2 lembar )
b. Tumbuhan kangkung ( 2 buah tanaman )
c. Tisu ( 2 lembar )
d. Spidol ( 1 buah )
e. Mikronutrient ( 4 ml )
f. Makronutrient
a) Ca(NO3)2 ( 10 ml )
b) KNO3 ( 20 ml)
c) MgSO4 ( 8 ml )
d) KH2PO4 ( 4 ml )
e) Fe EDTA ( 4 ml )
f) NaNO3 ( 20 ml )
g. Air

E. Cara Kerja
1. Media dibuat sesuai dengan tabel pada petunjuk praktikum dan dilarutkan
dengan air hingga volume satu liter.
2. Botol kaca diisi dengan media sebanyak 150 ml dan beri tanda tinggi larutan
dalam botol tersebut dengan spidol (sisa larutan media disimpan di botol lain
dan digunakan sebagai larutan stok).
3. Akar pada kangkung dilapisi dengan tisu dan dimasukkan pada lubang karet
penyumbat.
4. Kangkung yang telah diberi karet penyumbat dimasukan kedalam botol kaca.
5. Seluruh bagian botol kaca ditutup dengan alumunium foil sehingga akar tidak
terdedah cahaya.
6. Tanaman ditempatkan di green house.
7. Tanaman diamati 3 hari sekali dan ditambahkan larutan media lagi (dengan
larutan stok) karena terjadi penyusutan tinggi larutan.
8. Larutan dalam botol diganti satu minggu sekali dengan larutan stok.
9. Gejala yang timbul diamati dan dicatat.
F. Hasil Pengamatan
G. Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hari Selasa, 3 Maret 2020 di
Laboratorium Biologi Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Yogyakarta didapatkan hasil bahwa pada praktikum “Nutrisi
Tumbuhan”. Pada kelompok 1, pertama adalah pengamatan pada tanaman dengan
perlakuan diberikan pupuk dengan unsur yang komplit (tidak mengalami
defisiensi). Adapun kedua tanaman dapat hidup hingga akhir walaupun pada
akhirnya memiliki batang layu dan lemah kemudian daunnya rontok. Percobaan
ini mengalami kesalahan dikarenakan seharusnya sesuai dengan teori, tanaman
akan menunjukkan gejala seeperti di atas jika tanaman mengalami defisiensi.
Faktor penyebab kesalahan ini antara lain seperti kurangnya intensitas penyinaran
cahaya matahari sehingga tanaman tumbuh dengan kondisi morfologi yang lemah.
Kedua adalah pengamatan pada tanaman dengan perlakuan diberikan pupuk tanpa
unsur Ca (defisiensi Ca). Batang tanaman memiliki bercak hitam dan mulai lemah
kemudian daunnya menjadi rontok dan layu. Meski demikian tanaman dapat
hidup sampai hari akhir pengamatan. Hal ini telah sesuai dengan teori dimana
tanaman yang mengalami defisiensi unsur Ca akan mengalami kerusakan pada
tanaman, terutama bagian meristematik menjadi rusak dikarenakan terhambatnya
pembelahan sel dan daun akan mengalami perubahan warna menjadi kuning
karena klorosis. Adapun timbul bercak gelap pada batang terjadi karena tanaman
gagal membentuk klorofil.
Pada kelompok 2, pertama adalah pengamatan pada tanaman dengan
perlakuan diberikan pupuk tanpa unsur Mg (defisiensi Mg). Batang tanaman
membengkok lalu daunnya menguning dan memiliki banyak bercak kecoklatan.
Adapun tanaman akhirnya mati. Hal ini telah sesuai dengan teori dimana tanaman
yang mengalami defisiensi unsur Mg akan mengalami klorosis pada daun
sehingga tanaman memiliki daun yang menguning. Adapun timbul bercak cokelat
pada batang terjadi karena tanaman gagal membentuk klorofil. Namun
membengkoknya batang tidak berkaitan dengan gejala defisiensi unsur Mg,
adapun hal ini berkaitan dengan aktivitas hormon auksin jika terpapar cahaya
matahari. Kedua adalah pengamatan pada tanaman dengan perlakuan diberikan
pupuk tanpa unsur S (defisiensi S). Tanaman mulai menguning dan menjadi layu.
Tanaman mati pada hari ke-18 pengamatan. Hal ini telah sesuai dengan teori
dimana tanaman yang mengalami defisiensi unsur S akan mengalami warna daun
yang tidak merata kemudian berangsur-angsur menjadi kuning. Tanaman akan
mengalami pertumbuhan yang lambat, kerdil, kurus, dan berbatang pendek. Jika
tidak ditangani, tanaman bisa mati.
Pada kelompok 3, pertama adalah pengamatan pada tanaman dengan
perlakuan diberikan pupuk tanpa unsur N (defisiensi N). Tanaman tetap hidup
sampai hari pengamatan yang terakhir dengan tanaman A daunnya normal dan
berbatang tegak kemudian tanaman B daunnya memiliki beberapa variasi seperti
ada daun yang memiliki bintik kuning, daun menguning, dan daun normal. Hal ini
telah sesuai dengan teori dimana tanaman yang mengalami defisiensi unsur N
akan mengalami ciri morfologis seperti daun hijau kekuningan, pendek, kecil, dan
tegak. Kedua adalah pengamatan pada tanaman dengan perlakuan diberikan
pupuk tanpa unsur K (defisiensi K). Tanaman A tetap hidup sampai hari ke-20
pengamatan dan mati setelahnya. Pada hari ke-20 tanaman tersebut menunjukkan
ciri daun mengering sehingga menyisakan bakal daun kemudian batangnya patah
sehingga tidak memungkinkan untuk hidup lagi di hari pengamatan berikutnya.
Hal ini telah sesuai dengan teori dimana tanaman yang mengalami defisiensi
unsur K akan mengalami daun yang mengekrut dan keriting kemudian akan layu
dan mati. Adapun fungsi dari unsur K sendiri salah satunya adalah untuk
memperkuat batang, sehingga tanaman tidak mudah patah atau roboh. Karena
adanya defisiensi unsur K ini, maka tanaman memiliki batang yang rapuh
sehingga rentan roboh dan akhirnya mati.
Pada kelompok 4, pertama adalah pengamatan pada tanaman dengan
perlakuan diberikan pupuk tanpa unsur P (defisiensi P). Tanaman dapat tetap
hidup hingga hari akhir pengamatan dengan batang yang layu dan lemas
sedangkan daunnya masih hijau. Namun juga ditemui 1 daun yang telah
mengering. Hal ini telah sesuai dengan teori dimana tanaman yang mengalami
defisiensi unsur P akan mengalami batang tubuh yang lambat laun akan berubah
menjadi kuning dan layu dan daun seharusnya berubah warna menjadi kemerahan
yang lambat laun akan menjadi kuning. Namun pada beberapa tanaman, masih
dapat ditemui daun yang masih hijau, hanya saja warna hijaunya akan tampak
lebih tua. Kedua adalah pengamatan pada tanaman dengan perlakuan diberikan
pupuk tanpa unsur Fe (defisiensi Fe). Tanaman juga tetap hidup hingga hari akhir
pengamatan, namun hanya salah satu tanaman saja. Dengan ciri-ciri tanaman yang
hidup tersebut daunnya menguning dan batangnya bengkok. Hal ini telah sesuai
dengan teori dimana tanaman yang mengalami defisiensi unsur Fe akan
mengalami perubahan warna menjadi kuning, terutama pada daun muda karena
unsur Fe adalah pembentuk klorofil (hijau daun) pada tanaman dan apabila
pertumbuhannya telah berhenti maka daun akan berguguran dan akhirnya akan
mati. Adapun bengkoknya batang masih berkaitan dengan kerja hormon auksin
yang terpapar cahaya matahari, sehingga tidak berkaitan dengan defisiensi unsur
Fe itu sendiri.
Pada kelompok 5, pertama adalah pengamatan pada tanaman dengan
perlakuan diberikan pupuk tanpa mikronutrien (defisiensi mikronutrien).
Tanaman A dapat hidup hingga akhir dengan batang yang sedikit membengkok
dan berwarna kuning. Sedangkan tanaman B mati pada hari pengamatan ke-20.
Hal ini telah sesuai dengan teori dimana tanaman yang mengalami defisiensi
mikronutrien akan mengalami pembengkokan batang dan perubahan warna
menjadi kuning kemudiaan tanaman akan mati. Kedua adalah pengamatan pada
tanaman dengan perlakuan diberikan pupuk tanpa unsur P (defisiensi P). tanaman
dalam keadaan hidup namun satu daun tampak menguning. Hal ini telah sesuai
dengan teori dimana tanaman yang mengalami defisiensi unsur P akan mengalami
perubahan warna yang berangsur-angsur menjadi kuning. Jika dibiarkan lebih
lama, tanaman akan layu.
H. Kesimpulan
Tanaman yg mengalami defisiensi unsur tertentu akan menunjukkan ciri
tertentu yang berbeda sama sekali atau memiliki beberapa kesamaan dengan
defisiensi unsur lainnya. Adapun tanaman yang mengalami defisiensi bila tidak
diatasi maka akan layu kemudian mati.
I. Daftar Pustaka
Benyamin. 2011. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Press: Jakarta
Devlin, Robert M. 1975. Plant Physiology Third Edition. New York : D. Van
Nostrand

Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.


Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.

Wahyudi, Agus. 2014. Upaya Perbaikan Pertumbuhan Tanaman Jabon


(Anthocephalus cadamba) Dengan Pemberian Pupuk Kompos Kotoran
Sapi Pada Beberapa Ketinggian Tempat. Jurnal Sylva Lestari. ISSN
2339-0913. Vol. 2 No. 2, Mei 2014 (17—24).

Yanti, Yuli Afrida. 2013. Penentuan Kandungan Unsur Hara Mikro (Zn, Cu, dan
Pb) Didalam Kompos Yang Dibuat dari Sampah Tanaman Pekarangan
Dan Aplikasinya Pada Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum Mill).
Jurnal Kimia Unand. ISSN No. 2303-3401. Vol. 2 No. 1, Maret 2013.
J. Lampiran

Berbagai macam larutan Gelas beaker 1000 mL Larutan 1 M Ca(NO3)2


1 M disiapkan disiapkan disiapkan

10 mL larutan 1 M 10 mL larutan 1 M Larutan 1 M KNO3


Ca(NO3)2 dimasukkan ke Ca(NO3)2 dimasukkan ke disiapkan
dalam gelas ukur dalam 1000 mL gelas
beaker
10 mL larutan 1 M KNO3 10 mL larutan 1 M KNO3 Larutan 1 M MgSO4
dimasukkan ke dalam dimasukkan ke dalam 1000 disiapkan
gelas ukur mL gelas beaker

4 mL larutan 1 M MgSO4 4 mL larutan 1 M MgSO4 2 mL KH2PO4 dimasukkan


dimasukkan ke dalam dimasukkan ke dalam 1000 ke dalam 1000 mL gelas
gelas ukur mL gelas beaker
Larutan 1 M FeEDTA 2 mL larutan 1 M 2 ml larutan 1 M
disiapkan FeEDTA dimasukkan ke Mikronutrien disiapkan
dalam gelas beaker

2 mL larutan 1 M Larutan 1 M NaNO3 20 mL larutan 1 M


Mikronutrien dimasukkan disiapkan NaNO3 dimasukkan ke
ke dalam gelas beaker dalam gelas beaker
Air ditambahkan ke 1000 mL larutan komplit 1000 mL larutan komplit
dalam gelas beaker dimasukkan ke dalam
hingga mencapai 1000 botol plastik 250 mL
mL

1000 mL larutan 1000 mL larutan Akar kangkung


defisiensi Ca defisiensi Ca dimasukkan dibungkus dengan tisu
ke dalam botol plastik
250 mL
Kangkung yang akarnya 2 buah kangkung Larutan komplit dan
telah ditutup dengan tisu dimasukkan ke dalam 2 defisiensi Ca dituangkan
dimasukkan ke dalam lubang pada karet ke dalam dua gelas
lubang pada karet penyumbat beaker berbeda
penyumbat

Larutan komplit dan Larutan komplit dalam Larutan defisiensi Ca


defisiensi Ca dimasukkan botol percobaan dengan dalam botol percobaan
ke dalam dua botol ketinggian yang telah dengan ketinggian yang
percobaan yang berbeda ditentukan telah ditentukan
dengan ketinggian air
mencapai batas yang
telah ditentukan
Botol percobaan ditutup 2 buah kangkung Kedua botol percobaan
dengan karet penyumbat dimasukkan ke dalam 2 ditutup dengan
yang telah dimasukkan 2 lubang pada karet aluminium foil
buah kangkung penyumbat

Anda mungkin juga menyukai