Oleh :
Kelompok : 01
Elsa Aprilia Ningrum (19308141046)
Desti Rahmadian (19308144003)
Winda Pramita (19308144006)
Tantri Ayu Ratnasari (19308144015)
Hapsari Sindhu Pawitra (19308144021)
Kelas : Biologi E 2019
E. Cara Kerja
1. Media dibuat sesuai dengan tabel pada petunjuk praktikum dan dilarutkan
dengan air hingga volume satu liter.
2. Botol kaca diisi dengan media sebanyak 150 ml dan beri tanda tinggi larutan
dalam botol tersebut dengan spidol (sisa larutan media disimpan di botol lain
dan digunakan sebagai larutan stok).
3. Akar pada kangkung dilapisi dengan tisu dan dimasukkan pada lubang karet
penyumbat.
4. Kangkung yang telah diberi karet penyumbat dimasukan kedalam botol kaca.
5. Seluruh bagian botol kaca ditutup dengan alumunium foil sehingga akar tidak
terdedah cahaya.
6. Tanaman ditempatkan di green house.
7. Tanaman diamati 3 hari sekali dan ditambahkan larutan media lagi (dengan
larutan stok) karena terjadi penyusutan tinggi larutan.
8. Larutan dalam botol diganti satu minggu sekali dengan larutan stok.
9. Gejala yang timbul diamati dan dicatat.
F. Hasil Pengamatan
G. Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hari Selasa, 3 Maret 2020 di
Laboratorium Biologi Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Yogyakarta didapatkan hasil bahwa pada praktikum “Nutrisi
Tumbuhan”. Pada kelompok 1, pertama adalah pengamatan pada tanaman dengan
perlakuan diberikan pupuk dengan unsur yang komplit (tidak mengalami
defisiensi). Adapun kedua tanaman dapat hidup hingga akhir walaupun pada
akhirnya memiliki batang layu dan lemah kemudian daunnya rontok. Percobaan
ini mengalami kesalahan dikarenakan seharusnya sesuai dengan teori, tanaman
akan menunjukkan gejala seeperti di atas jika tanaman mengalami defisiensi.
Faktor penyebab kesalahan ini antara lain seperti kurangnya intensitas penyinaran
cahaya matahari sehingga tanaman tumbuh dengan kondisi morfologi yang lemah.
Kedua adalah pengamatan pada tanaman dengan perlakuan diberikan pupuk tanpa
unsur Ca (defisiensi Ca). Batang tanaman memiliki bercak hitam dan mulai lemah
kemudian daunnya menjadi rontok dan layu. Meski demikian tanaman dapat
hidup sampai hari akhir pengamatan. Hal ini telah sesuai dengan teori dimana
tanaman yang mengalami defisiensi unsur Ca akan mengalami kerusakan pada
tanaman, terutama bagian meristematik menjadi rusak dikarenakan terhambatnya
pembelahan sel dan daun akan mengalami perubahan warna menjadi kuning
karena klorosis. Adapun timbul bercak gelap pada batang terjadi karena tanaman
gagal membentuk klorofil.
Pada kelompok 2, pertama adalah pengamatan pada tanaman dengan
perlakuan diberikan pupuk tanpa unsur Mg (defisiensi Mg). Batang tanaman
membengkok lalu daunnya menguning dan memiliki banyak bercak kecoklatan.
Adapun tanaman akhirnya mati. Hal ini telah sesuai dengan teori dimana tanaman
yang mengalami defisiensi unsur Mg akan mengalami klorosis pada daun
sehingga tanaman memiliki daun yang menguning. Adapun timbul bercak cokelat
pada batang terjadi karena tanaman gagal membentuk klorofil. Namun
membengkoknya batang tidak berkaitan dengan gejala defisiensi unsur Mg,
adapun hal ini berkaitan dengan aktivitas hormon auksin jika terpapar cahaya
matahari. Kedua adalah pengamatan pada tanaman dengan perlakuan diberikan
pupuk tanpa unsur S (defisiensi S). Tanaman mulai menguning dan menjadi layu.
Tanaman mati pada hari ke-18 pengamatan. Hal ini telah sesuai dengan teori
dimana tanaman yang mengalami defisiensi unsur S akan mengalami warna daun
yang tidak merata kemudian berangsur-angsur menjadi kuning. Tanaman akan
mengalami pertumbuhan yang lambat, kerdil, kurus, dan berbatang pendek. Jika
tidak ditangani, tanaman bisa mati.
Pada kelompok 3, pertama adalah pengamatan pada tanaman dengan
perlakuan diberikan pupuk tanpa unsur N (defisiensi N). Tanaman tetap hidup
sampai hari pengamatan yang terakhir dengan tanaman A daunnya normal dan
berbatang tegak kemudian tanaman B daunnya memiliki beberapa variasi seperti
ada daun yang memiliki bintik kuning, daun menguning, dan daun normal. Hal ini
telah sesuai dengan teori dimana tanaman yang mengalami defisiensi unsur N
akan mengalami ciri morfologis seperti daun hijau kekuningan, pendek, kecil, dan
tegak. Kedua adalah pengamatan pada tanaman dengan perlakuan diberikan
pupuk tanpa unsur K (defisiensi K). Tanaman A tetap hidup sampai hari ke-20
pengamatan dan mati setelahnya. Pada hari ke-20 tanaman tersebut menunjukkan
ciri daun mengering sehingga menyisakan bakal daun kemudian batangnya patah
sehingga tidak memungkinkan untuk hidup lagi di hari pengamatan berikutnya.
Hal ini telah sesuai dengan teori dimana tanaman yang mengalami defisiensi
unsur K akan mengalami daun yang mengekrut dan keriting kemudian akan layu
dan mati. Adapun fungsi dari unsur K sendiri salah satunya adalah untuk
memperkuat batang, sehingga tanaman tidak mudah patah atau roboh. Karena
adanya defisiensi unsur K ini, maka tanaman memiliki batang yang rapuh
sehingga rentan roboh dan akhirnya mati.
Pada kelompok 4, pertama adalah pengamatan pada tanaman dengan
perlakuan diberikan pupuk tanpa unsur P (defisiensi P). Tanaman dapat tetap
hidup hingga hari akhir pengamatan dengan batang yang layu dan lemas
sedangkan daunnya masih hijau. Namun juga ditemui 1 daun yang telah
mengering. Hal ini telah sesuai dengan teori dimana tanaman yang mengalami
defisiensi unsur P akan mengalami batang tubuh yang lambat laun akan berubah
menjadi kuning dan layu dan daun seharusnya berubah warna menjadi kemerahan
yang lambat laun akan menjadi kuning. Namun pada beberapa tanaman, masih
dapat ditemui daun yang masih hijau, hanya saja warna hijaunya akan tampak
lebih tua. Kedua adalah pengamatan pada tanaman dengan perlakuan diberikan
pupuk tanpa unsur Fe (defisiensi Fe). Tanaman juga tetap hidup hingga hari akhir
pengamatan, namun hanya salah satu tanaman saja. Dengan ciri-ciri tanaman yang
hidup tersebut daunnya menguning dan batangnya bengkok. Hal ini telah sesuai
dengan teori dimana tanaman yang mengalami defisiensi unsur Fe akan
mengalami perubahan warna menjadi kuning, terutama pada daun muda karena
unsur Fe adalah pembentuk klorofil (hijau daun) pada tanaman dan apabila
pertumbuhannya telah berhenti maka daun akan berguguran dan akhirnya akan
mati. Adapun bengkoknya batang masih berkaitan dengan kerja hormon auksin
yang terpapar cahaya matahari, sehingga tidak berkaitan dengan defisiensi unsur
Fe itu sendiri.
Pada kelompok 5, pertama adalah pengamatan pada tanaman dengan
perlakuan diberikan pupuk tanpa mikronutrien (defisiensi mikronutrien).
Tanaman A dapat hidup hingga akhir dengan batang yang sedikit membengkok
dan berwarna kuning. Sedangkan tanaman B mati pada hari pengamatan ke-20.
Hal ini telah sesuai dengan teori dimana tanaman yang mengalami defisiensi
mikronutrien akan mengalami pembengkokan batang dan perubahan warna
menjadi kuning kemudiaan tanaman akan mati. Kedua adalah pengamatan pada
tanaman dengan perlakuan diberikan pupuk tanpa unsur P (defisiensi P). tanaman
dalam keadaan hidup namun satu daun tampak menguning. Hal ini telah sesuai
dengan teori dimana tanaman yang mengalami defisiensi unsur P akan mengalami
perubahan warna yang berangsur-angsur menjadi kuning. Jika dibiarkan lebih
lama, tanaman akan layu.
H. Kesimpulan
Tanaman yg mengalami defisiensi unsur tertentu akan menunjukkan ciri
tertentu yang berbeda sama sekali atau memiliki beberapa kesamaan dengan
defisiensi unsur lainnya. Adapun tanaman yang mengalami defisiensi bila tidak
diatasi maka akan layu kemudian mati.
I. Daftar Pustaka
Benyamin. 2011. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Press: Jakarta
Devlin, Robert M. 1975. Plant Physiology Third Edition. New York : D. Van
Nostrand
Yanti, Yuli Afrida. 2013. Penentuan Kandungan Unsur Hara Mikro (Zn, Cu, dan
Pb) Didalam Kompos Yang Dibuat dari Sampah Tanaman Pekarangan
Dan Aplikasinya Pada Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum Mill).
Jurnal Kimia Unand. ISSN No. 2303-3401. Vol. 2 No. 1, Maret 2013.
J. Lampiran