Anda di halaman 1dari 20

TUGAS INDIVIDU BIOTROPIKA (REFLEKSI DIRI)

Nama: Tantri Ayu Ratnasari TTD:


Kelas: Biologi E 2019
NIM: 19308144015

Resume Semua Topik Materi

Berdasarkan posisi suatu daerah di permukaan bumi terhadap garis khatulistiwa, maka
iklim dapat dibagi menjadi 4 kawasan seperti: 1) tropika (23º LU - 23º LS), 2) subtropika
(23,5º LU – 40º LU dan 23º LS - 40º LS), 3) sedang (40º LU – 66,5º LU dan 40º LS – 66,5º
LS), dan 4) kutub/dingin (66,5º LU - 90º LU dan 66,5º LS - 90º LS). Indonesia yang memiliki
luas wilayah yang terbentang dari 95º - 141º BT dan 6º LU - 11º LS termasuk ke dalam
kawasan tropika. Kawasan tropika memiliki temperatur dan kelembaban udara yang konstan
serta curah hujan tinggi.

Kawasan tropika memiliki hutan hujan tropis yang mana selalu lembab dan basah;
pohonnya tinggi, rapat, dan berdaun lebat; terdapat kanopi;dasar hutannya tertutup rumput
dan lumut; curah hujan tinggi; keanekaragaman berlimpah; dan didapati simbiosis antar
spesies. Lapisan hutan hujan tropis berturut-turut dari bawah hingga atas adalah forest floor,
herb layer, shrub layer, under story, dan canopy. Walaupun didominasi oleh hutan hujan
tropis, kawasan tropika masih memiliki hutan jenis lain seperti hutan muson basah, hutan
muson kering, hutan sabana, hutan gambut, hutan rawa, dan hutan mangrove.

Pada kawasan tropika karena memiliki curah hujan tinggi dan tanah yang subur
sehingga cocok untuk kegiatan pertanian. Perkembangan pertanian di kawasan tropika
meliputi shifting cultivation (ladang berpindah), traditional agriculture (pertanian tradisional
dengan tenaga manusia dan hewan), modern agriculture (pertanian modern dengan
menggunakan alat modern yang dibarengi dengan adanya green revolution), dan sustainable
agriculture (pertanian intensif-industrial). Iklim kawasan tropis mempengaruhi pertumbuhan
tanaman, produktivitas dan hasil, fluktuasi produksi tahunan, performa sistem penanganan,
populasi hama penyakit, kualitas tanah yang terbentuk, hingga pengolahan tanah. Beberapa
permasalahan yang terjadi di pertanian kawasan tropis adalah kelebihan atau kekurangan air,
tingkat kesuburan tanah, gulma, kesesuaian spesies dan vairetas, dan hama penyakit.
Pada kawasan tropis, ekologi perairan lautnya cenderung memiliki keanekaragaman
organisme yang tinggi, suhu relatif hangat, dan sumber makanan, mineral, serta hasil lautnya
cukup tinggi. Perairan laut tropis rentan terhadap perubahan seperti kuat arus, gelombang,
angin, ataupun suhu yang berfluktuasi tak terduga. Terdapat 3 ekosistem yang saling
berkaitan di sekitar perairan tropis seperti ekosistem mangrove, ekosistem lamun, dan
ekosistem terumbu karang. Adapun potensi sumber daya kelautan wilayah tropis cukup
berlimpah. Di Indonesia sendiri, terlah terdapat regulasi pengelolaan perairan laut yang
terdapat pada UU No. 23/1997.

Adanya perubahan iklim di kawasan tropika terjadi seiring dengan pemanasan global.
Perunbahan iklim mendorong terjadinya kenaikan suhu udara, perubahan pola curah hujan,
meningkatnya peluang terjadi iklim ekstrem (El-Nino dan La-Nina), dan naiknya permukaan
air laut karena mencairnya es di kutub bumi. Selain itu, tumbuhan juga mengalami dampak
akibat pemanasan bumi yang berakibat terjadinya evaporasi berlebih, stress, penurunan
kesuburan, terhambatnya aktivitas fotosintesis, hingga kesulin menyimpan cadangan
makanan. Selain itu, salinitas pada tanah akibat permukaan air laut, dapat membahayakan
tumbuhan karena biasa mengandung logam berat seperti Fe dan Al.

Bioprospeksi merupakan eksplorasi dari keanekaragaman hayati menjadi sumber daya


genetik dan biokimia yang memiliki nilai komersial. Karena Indonesia berada di kawasan
tropis yang mana menjadikannya memiliki kenekaragaman sumber daya berlimpah, membuat
Indonesia menjadi incaran dunia sejak zaman dulu. Indonesia memiliki potensi geo-sosio-
biologi, geo-ekonomi, dan geo-politik yang jika dikelola dengan benar dapat memajukan
negara. Pada masa pandemi covid-19 seperti sekarang, negara-negara di dunia telah
mengurangi kegiatan impor dan ekspor (de-globalisasi). Meskipun demikian, dengan potensi
alam Indonesia tentunya sudah cukup memenuhi dan membantu untuk meningkatkan kualitas
kesehatan dan imun masyarakatnya.

Adanya keanekaragaman di kawasan tropika tidak serta merta selalu membawa


keuntungan. Pada beberapa kasus ditemui adanya gulma dan spesies invasif di suatu daerah
yang merugikan habitatnya. Terdapat 4 faktor yang mendorong keberrhasilan invasi suatu
spesies, yakni ketersediaan sumber daya, gangguan, kompetisi, dan tekanan terhadap
propagule/bag untuk penyebaran atau reproduksi. Jalur invasi suatu spesies biasanya terjadi
melalui 4 cara, yakni 4 T (trades, transport, travel, dan tourisms) baik itu sengaja maupun
tidak sengaja. Adapun dampak yang ditimbulkan dari spesies invasif seperti merubah
ekosistem, kehilangan keanekaragaman hayati, kerusakan habitat, kerugian, mengganggu
kesehatan, dan menyebabkan masyarakat kehilangan pekerjaan.

Buah-buahan di kawasan tropika, khususnya di Indonesia dikembangkan oleh Balai


Penelitian Tanaman Buah-Buahan (Balitbu) yang memiliki koleksi tanaman kebun dan
koleksi plasma nutfah. Balitbu telah banyak mengembangkan pemuliaan pada tanaman agar
memperoleh varietas yang tahan penyakit dan perubahan iklim. Dalam pemuliaan tanaman
terdapat beberapa metode seperti hibridisasi, seleksi, dan radiasi. Beberapa contoh tanaman
yang telah dilakukan pemuliaan diantaranya pisang, pepaya, nanas, mangga, durian, nanas,
salak, manggis, alpukat,dsb.

Sayur merupakan bagian dari tanaman yang bisa dimakan yang bila berupa buah tidak
terasa manis, bila berupa biji belum matang, bukan makanan pokok, tetapi biasa dimakan
bersamaan makanan pokok. Tanaman sayur dibedakan menjadi sayur daun, buah, dan sayur
umbi. Di kawasan tropika, sayur memiliki banyak jenis dibandingkan dengan negara di iklim
sedang. Sayur mengandung nutrisi yang diperlukan tubuh seperti vitamin (A, B1, B2, B6,
B12, C, E, dan K), mineral, protein, karbohidrat, dan serat. Penanaman sayur dapat dijadikan
sebagai pertanian intensif dibandingkan dengan pertanian lain namun memperhatikan
beberapa faktor seperti luas lahan yang lebih sempit dan pengusahaan intensif, pendapatan
lebih besar dibanding menanam padi, dengan lahan yang sama mendapatkan laba 10x lipat.

Adapun pertanian di kawasan tropis tidaklah lepas dari adanya hama, penyakit, dan
gulma tanaman. Hama pada bagian akar biasanya menyebabkan proses pengisapan unsur hara
dan air menjadi terhambat. Hama pada bagian batanag, cabang, dan ranting akan
menyebabkan pengangkutan makanan terganggu hingga terhenti yang berakibat tanaman
menjadi layu bahkan mati. Hama pada daun menyebabkan fotosintesis menjadi terganggu.
Hama pada buah menyebabkan buah kosong dan busuk. Ciri-ciri peledakan hama, yakni
munculnya mendadak, berkembang cepat dan banyak. Serangannya luas dan merugikan, dan
petani tidak dapat mengatasi. Terdapat 12 penyebab ledakan hama, yakni masuknya tanaman
baru, masuknya spesies baru, perbedaan iklim, pemuliaan tanaman, keragaman genetik, jarak
tanam, keinambungan penanaman, unsur hara, masa tanam yang bersamaan dengan
perkembangan hama, hubungan tanaman dan hama, dan penggunaan pestisida.
Materi Pangan dan Obat Global

a. Pengertian

Menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1996 tentang Pangan, pangan merupakan


segala sesuatu produk dari sumber hayati pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan,
perairan, dan kehutanan yang diolah maupun tidak, untuk konsumsi manusia termasuk
pula di dalamnya bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, hingga bahan yang
dipergunakan selama proses pengolahan pangan.

Menurut Encyclopedia Britanica (2013), pangan merupakan segala bahan yang


pada dasarnya terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak yang digunakan dalam tubuh
organisme untuk mempertahankan pertumbuhan, perbaikan, dan proses vital, serta
memberikan energi. Menurut FAO (2010), pangan pokok merupakan pangan yang
dikonsumsi rutin pada kuantitas tertentu yang dominan pada pola makan dan sumber
asupan energi dan gizi utama yang dibutuhkan.

Obat merupakan zat atau bahan yang berguna dalam menetapkan diagnosa,
mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembukan penyakit atau gejala penyakit,
luka atau kelaian fisik maupun rohani baik pada manusia maupun hewan. Obat juga
dapat digunakan untuk mempercantik bagian tubuh manusia (Nuryati, 2017).

b. Ciri khas

Makanan yang umum dimakan masyarakat adalah pangan pokok yang


mengandung karbohidrat, lauk pauk yang mengandung protein dan lemak, dan sayuran
serta buah yang mengandung vitamin dan mineral. Adapun kualitas pangan global yang
biasa digunakan untuk ekspor impor haruslah memiliki kualitas yang baik seperti tahan
lama, rasanya lebih enak, porsi atau ukuran dan tekstur lebih baik, dsb.

Obat dapat memberi efek terapis pada reseptor tubuh tertentu. Adapun
mekanisme dari kerja obat adalah sbb:
1. Merangsang (stimulasi) dan menekan (depresi) funsi tertentu dari tubuh
2. Membunuh atau menghambat aktivitas dari benda asing dan berbahaya
3. Menimbulkan aksi spesifik maupun non spesifik
4. Mensubstitusi zat tertentu yang diperlukan oleh tubuh
c. Contoh
Contoh makanan: nasi, singkong, jagung, sagu, ubi, ikan, daging, ayam, telur, susu,
seledri, bayam, kangkung, sawi, kubis, brokoli, wortel, tomat, cabai, terong, jeruk, nanas,
mangga, melon, semangka, durian, pepaya, salak, manggis, susu
Contoh obat: obat pereda batuk, obat pencegah kehamilan (kontrasepsi), suplemen,
antibiotik, dsb.
d. Pengelompokan
Berdasarkan pemrosesannya pangan dikelompokkan menjadi 2, yakni:
1. Bahan pangan yang diolah: bahan pangan yang memerlukan pengolahan lebih lanjut
sebelum dikonsumsi.
2. Bahan pangan yang tidak diolah: bahan pangan yang langsung dikonsumsi tanpa
pengolahan lebih lanjut.

Menurut BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) pangan dikelompokkan atas
jenisnya menjadi 16 kategori sebagai berikut:

1. Kategori pangan 01.0 untuk produk susu dan analognya


2. Kategori pangan 02.0 untuk lemak, minyak, dan emulsi minyak
3. Kategori pangan 03.0 untuk es yang dimakan (edible ice: sherbet dan sorbet)
4. Kategori pangan 04.0 untuk buah dan sayur (termasuk jamur, umbi, kedelai, dan
lidah buaya), rumput laut, dan biji-bijian
5. Kategori pangan 05.0 untuk kambang gula/permen dan cokelat
6. Kategori pangan 06.0 untuk serealia dan produk serealia (biji, akar, umbi, kacang,
dan empulur)
7. Kategori pangan 07.0 untuk produk bakteri
8. Kategori pangan 08.0 untuk daging dan produk daging (termasuk unggas dan hewan
buruan)
9. Kategori pangan 09.0 untuk ikan dan produk perikanan (termasuk moluska, krustase,
dan ekinodermata)
10. Kategori pangan 10.0 untuk telur dan produk telur
11. Kategori pangan 11.0 untuk gula dan pemanis (termasuk madu)
12. Kategori pangan 12.0 untuk garam, rempah, sup, saus, salad, dan produk protein
13. Kategori pangan 13.0 untuk pangan olahan untuk keperluan gizi khusus
14. Kategori pangan 14.0 untuk minuman, tidak termasuk produk susu
15. Kategori pangan 15.0 untuk makanan ringan siap santap
16. Kategori pangan 16.0 untuk pangan suap saji (terkemas)
Menurut rencana strategis Badan Ketahanan Pangan 2010-2014 (Kementerian Pertanian,
2010), mengelompokkan pangan menjadi 2 kelompok, yakni:
1. Pangan nabati: beras, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, sayuran,
buah-buahan, minyak goreng, dan gula putih
2. Pangan hewani: daging sapi dan kerbau, daging ayam, telur, susu, dan ikan

Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2011, mengelompokkan bahan pangan
menjadi 9 kelompok, yakni:
1. Padi-padian (beras, jagung, terigu)
2. Umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang, sagu, dan umbi lainnya)
3. Pangan hewani (daging ruminansia, daging unggas, telur, susu, ikan)
4. Minyak dan lemak (minyak kelapa, minyak sawit, dan minyak lainnya)
5. Buah/biji berminyak (kelapa, kemiri)
6. Kacang-kacangan (kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan kacang lainnya)
7. Gula (gula pasir dan gula merah)
8. Sayuran dan buah
9. Lain-lain (minuman dan bumbu)
Menurut Nuryati (2017), obat dapat digolongkan berdasarkan jenis, mekanisme kerja
obat, tempat atau lokasi pemakaian, efek yang ditimbulkan, dan asal obat dan cara
pembuatannya. Berikut ini penjelasannya secara rinci:
1. Penggolongan obat berdasarkan jenis
 Obat bebas: obat yang dijual secara bebas di pasaran dan bisa dibeli tanpa
adanya resep dokter
 Obat bebas terbatas: obat yang dalam jumlah tertentu aman dikonsumsi dan jika
berlebihan akan menimbulkan efek berbahaya. Biasanya terdapat tanda
peringatan pada balik kemasan obat, seperti:
P. No. 1: Awas obat keras. Bacalah aturan, memakainya ditelan
P. No. 2: Awas obat keras. Hanya untuk dikumur, jangan ditelan
P. No. 3: Awas obat keras. Hanya untuk bagian luar badan
P. No. 4: Awas obat keras. Hanya untuk dibakar
P. No. 5: Awas obat keras. Tidak boleh ditelan
P. No. 6: Awas obat keras. Obat wasir, jangan ditelan
 Obat wajib apotek: obat keras yang bisa diserahkan pada apoteker tanpa resep
dokter
 Obat keras: obat berbahaya yang pemakaiannya harus dengan pengawasan
dokter
 Psikotropika dan narkotika: Psikotropika adalah obat alamiah atau buatan yang
memberikan pengaruh selektif pada sistem syaraf pusat dan menyebabkan
perubahan aktivitas mental maupun perilaku. Biasa disimbolkan dengan huruf K
dengan lingkaran merah. Narkotika adalah obat dari tanaman atau sintesis yang
menyebabkan perubahan kesadaran, menghilangkan nyeri, dan menimbulkan
ketergantungan.
2. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat
 Obat yang bekerja pada penyebab penyakit, seperti antibiotik
 Obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit, seperti
vaksin dan serum
 Obat yang menghilangkan gejala, seperti analgesik
 Obat yang menambah atau mengganti fungsi-fungsi zat yang kurang di dalam
tubuh, seperti vitamin dan hormon
 Obat yang tidak mengandung zat aktif, seperti aqua pro injeksi dan tablet
placebo
3. Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian
 Obat dalam: dikonsumsi melalui oral (mulut), seperti parasetamol
 Obat luar: dipakai pada tubuh bagian luar, seperti salep, caladine, dsb.
4. Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan
 Sistemik: obat atau zat aktif yang masuk ke dalam peredaran darah
 Lokal: obat atau zat aktif yang hanya menyebar/mempengaruhi bagian tertentu
tubuh
5. Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya
 Alamiah: obat yang berasal dari alam seperti makhluk hidup dan mineral
 Sintetik: Obat yang dibuat dari reaksi kimia
e. Dasar aturan
o Undang-Undang No. 7 tahun 1996 tentang Pangan
o Undang-Undang Pangan No. 18 tahun 2012 tentang Bahan Pokok
o Peraturan BPOM No. 34 tahun 2019 tentang Kategori Pangan
o Peraturan BPOM No. 7 tahun 2018 tentang Bahan Baku yang Dilarang dalam
Pangan Olahan
o Peraturan Pemerintah RI No. 68 tahun 2002 tentang Ketahan Pangan
o Permenkes RI No. 917/Menkes/X/1993 yang diperbarui menjadi Permenkes RI
No.949/Menkes/Per/VI/2000
f. Permasalahan dan faktor penyebabnya
 Kekurangan gizi/ gizi buruk (malnutrisi) yang disebabkan oleh adanya kemiskinan
 Penyakit obesitas akibat pola konsumsi makanan yang tidak sehat dan tidak
seimbang
 Penyelundupan daging babi oleh penjual daging sapi atau daging merah karena
harga lebih murah
 Kenaikan harga bahan pangan karena bencana alam (gagal panen)
 Penyelundupan obat ilegal di pasaran akibat lalainya pengawasan badan terkait
 Penggunaan bahan kimiawi pada makanan seperti penambahan pewarna buatan,
pemanis buatan, hingga pengawet buatan yang belum terjamin kelayakan pakainya
 Kelaparan akibat banyak pengangguran di era pandemi covid-19
g. Dampak dari permasalahan
 Banyak masyarakat yang pertumbuhan dan perkembangannya terhambat karena gizi
buruk
 Banyak masyarakat yang meninggal di usia muda dan jika masih hidup banyak yang
tidak produktif bekerja akibat obesitas
 Masyarakat yang tidak mengetahui penyelundupan daging, dapat mengonsumsinya
tanpa tahu apa yang dimakan. Bisa saja melawan hukum agama mereka ataupun
menimbulkan alergi
 Masyarakat terancam kelaparan akibat harga yang naik
 Banyak masyarakat yang kecanduan akan obat dan dapat pula menimbulkan efek
samping berbahaya
 Penggunaan bahan kimiawi dapat menimbulkan penyakit pada tubuh jika
dikonsumsi secara terus-menerus
 Banyak masyarakat yang menjadi sakit akibat imunitas yang melemah akibat
kurangnya asupan makanan
h. Alternatif pengendalian
Ketahan pangan global merupakan upaya global dalam mengatasi kelaparan dan
kekurangan nutrisi di seluruh dunia. Proyek yang diusung PBB dan Bank Dunia ini
bertujuan membantu rakyat miskin dan negara-negara miskin. Dalam pelaksanaan
program ini, PBB bekerja melalui FAO (Food and Agriculture Organization) dan IFAD
(The International Fund for Agriculture Development) kemudian Bank Dunia bekerja
melalui WTO (World Trade Organization) dan IMF (International Monetary Fund).
Dalam pelaksanaan ketahanan pangan, PBB dan bank dunia melaksanakan
revolusi hijau yang menitikberatkan pada teknologi dan input pertanian berbasis
kimiawi, pemakaian bibit hibrida hasil pabrik, dan industri pertanian sistem monokultur.
Kemudian dilakukan peningkatan penanaman modal asing di sektor pertanian di negara
miskin daan berkembang. Dengan adanya bantuan modal ini akan meningkatkan harga
dan kualitas pangan yang berujung menarik investor lain sehingga tercapailah
pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.
Diperlukan usaha diversifikasi pangan yang dapat mendorong masyarakat agar
memvariasikan makanan yang dikonsumsi sehingga tidak terfokus pada satu bahan
makanan saja. Hal ini dapat meningkatkan keragaman nutrisi yang dikonsumsi oleh
masyarakat sehingga malnutrisi maupun penyakit tertentu dapat dihindari dan
meningkatkan kesehatan masyarakat.
Di lain sisi, pemerintah Indonesia telah banyak melakukan upaya untuk
mengatasi isu-isu pangan dan obat di dalam negeri dengan memberi bantuan tunai,
bantuan sembako, pemeriksaan pasar-pasar, mengontrol harga barang di pasaran,
menginvestigasi dan mencegah penyebaran obat ilegal, hingga memberikan sosialisasi di
daerah-daerah terkait pentingnya pangan dan obat terutama di masa pandemi Covid-19
sekarang ini. Selain itu karena pandemi, kegiatan impor-ekspor komoditas pangan dan
obat telah mulai dibatasi. Namun, Indonesia telah berusaha mengatasinya dengan
meningkatkan ketahanan pangan dalam negeri dan mempercepat pelaksanaan vaksin
bagi masyarakatnya.
i. Asas Penyelenggaraan Pangan
1. Kedaulatan
2. Kemandirian
3. Ketahanan
4. Keamanan
5. Manfaat
6. Pemerataan
7. Berkelanjutan
8. Keadilan

Soal dan Kunci Jawaban Materi “Pangan dan Obat Global”

Pilihan ganda

1. Berdasarkan prosesnya, bahan pangan dibedakan menjadi berapa dan apa saja?
a. 2. Bahan pangan yang diolah d. 2. Bahan pangan yang diolah lama dan
langsung dan bahan pangan yang bahan pangan yang diolah cepat
diolah tidak langsung
b. 2. Bahan pangan mentah dan bahan e. 2. Bahan pangan yang diolah
pangan jadi menggunakan tangan dan bahan
c. 3. Bahan pangan mentah, setengah jadi, pangan yang diolah menggunakan
dan bahan pangan jadi mesin

2. Yang termasuk pangan nabati di bawah ini, kecuali . . . .


a. jagung, kol, wortel, nanas d. rumput laut, telur, kerang, jamur
b. apel, mangga, sagu, bayam e. kacang tanah, pir, buncis, semangka
c. cabai, terong, tebu, kelapa

3. Obat keras merupakan obat seperti apa?


a. Obat yang teksturnya keras d. Obat yang menyebabkan kantuk
b. Obat berbahaya yang pemakaiannya e. Obat yang berasal dari senyawa kimiawi
harus dengan pengawasan dokter
c. Obat resep dokter yang hanya bisa
dibeli di rumah sakit

4. Di Indonesia terdapat instansi yang mengatur pangan dan obat di dalam negeri, yakni
BPOM. Apakah kepanjangan dari BPOM?
a. Badan Pemeriksa Obat dan Makanan d. Badan Pengatur Obat dan Makanan
b. Badan Pengelola Obat dan Makanan e. Badan Pengawas Obat dan Makanan
c. Badan Penyeleksi Obat dan Makanan
5. Bagaimana upaya pemerintah Indonesia dalam mengatasi isu pangan dan obat di era
pandemi Covid-19?
a. membuka pengobatan gratis dan d. membuat perundangan bagi masyarakat
membuka kawasan wisata pangan yang ingin membeli makanan dan obat
b. meningkatkan ketahanan pangan e. menyediakan obat di apotik-apotik di
dalam negeri dan mempercepat seluruh Indonesia dan pelayanan makanan
pelaksanaan vaksin online bagi masyarakat yang melakukan
c. memberikan bantuan sembako dan isolasi mandiri
membuka restoran yang hanya menjual
makanan sehat

Uraian

1. Bagaimana mekanisme obat dalam memberi efek terapis pada reseptor tubuh?
Jawaban:
1. Merangsang (stimulasi) dan menekan (depresi) funsi tertentu dari tubuh
2. Membunuh atau menghambat aktivitas dari benda asing dan berbahaya
3. Menimbulkan aksi spesifik maupun non spesifik
4. Mensubstitusi zat tertentu yang diperlukan oleh tubuh
2. Apa saja asas penyelenggaraan pangan di Indonesia?
Jawaban:
1. Kedaulatan
2. Kemandirian
3. Ketahanan
4. Keamanan
5. Manfaat
6. Pemerataan
7. Berkelanjutan
8. Keadilan
3. Menurut BPS, bahan pangan menjadi 9 kelompok. Sebutkan!
Jawaban:
1. Padi-padian (beras, jagung, terigu)
2. Umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang, sagu, dan umbi lainnya)
3. Pangan hewani (daging ruminansia, daging unggas, telur, susu, ikan)
4. Minyak dan lemak (minyak kelapa, minyak sawit, dan minyak lainnya)
5. Buah/biji berminyak (kelapa, kemiri)
6. Kacang-kacangan (kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan kacang lainnya)
7. Gula (gula pasir dan gula merah)
8. Sayuran dan buah
9. Lain-lain (minuman dan bumbu)
4. Jelaskan permasalahan dan faktornya dalam isu pangan dan obat global!
Jawaban:
 Kekurangan gizi/ gizi buruk (malnutrisi) yang disebabkan oleh adanya kemiskinan
 Penyakit obesitas akibat pola konsumsi makanan yang tidak sehat dan tidak
seimbang
 Penyelundupan daging babi oleh penjual daging sapi atau daging merah karena
harga lebih murah
 Kenaikan harga bahan pangan karena bencana alam (gagal panen)
 Penyelundupan obat ilegal di pasaran akibat lalainya pengawasan badan terkait
 Penggunaan bahan kimiawi pada makanan seperti penambahan pewarna buatan,
pemanis buatan, hingga pengawet buatan yang belum terjamin kelayakan pakainya
 Kelaparan akibat banyak pengangguran di era pandemi covid-19
5. Sebutkan perundangan yang mengatur pangan dan obat di Indonesia!
Jawaban:
o Undang-Undang No. 7 tahun 1996 tentang Pangan
o Undang-Undang Pangan No. 18 tahun 2012 tentang Bahan Pokok
o Peraturan BPOM No. 34 tahun 2019 tentang Kategori Pangan
o Peraturan BPOM No. 7 tahun 2018 tentang Bahan Baku yang Dilarang dalam
Pangan Olahan
o Peraturan Pemerintah RI No. 68 tahun 2002 tentang Ketahan Pangan
o Permenkes RI No. 917/Menkes/X/1993 yang diperbarui menjadi Permenkes RI
No.949/Menkes/Per/VI/2000
Sub topik biotropika yang belum disampaikan

Siklon Tropis

A. Pengertian

Dalam meteorologi, cyclone berarti angin yang berputar, cyclone sendiri berasal dari
bahasa Yunani , yang berarti "ular tidur melingkar". Faktanya, angin dalam siklon hampir
sama seperti pada ular yang melingkar. Sistem ini mungkin berada di daerah tropis untuk apa
yang dikenal sebagai siklon tropis. Juga, sistem yang terjadi di iklim dingin disebut siklon
ekstratropis. Siklon Tropis dicirikan oleh adanya isobar tertutup, yang biasa disebut sebagai
depresi. Tekanan udara di pusat siklon biasanya mencapai 950 mb, terkadang sangat ekstrim,
hingga mencapai 920 mb di permukaan laut.Siklon atropik memiliki diameter antara 500 dan
800 km. termasuk beberapa di antaranya dapat mencapai jarak yang lebih jauh tergantung
pada energi atau kekuatan sistem, sistem ini terdiri dari beberapa badai konvektif, serangan
vertikal diperlukan untuk menciptakan kondisi ideal untuk pembentukan siklon tropis dan
nilai pertumbuhan minimum 100m/ s.

Siklon tropis adalah bentuk gangguan cuaca ekstrem yang dimulai dengan depresi
tropis, atau pusat tekanan rendah yang intens, di atas lautan dan dengan demikian juga
menginduksi konveksi yang intens dan pembentukan awan. Karena pengaruh gaya Coriolis,
pusaran awan bergerak ke barat atau barat laut . Karena gaya Coriolis ditentukan oleh garis
lintang lokasi, gerakan topan di daerah tersebut tidak dapat atau tidak mungkin terjadi pada
tahun dekat ekuator. Secara umum, pembentukan siklon tropis efektif pada garis lintang
lebih besar dari 10° LU dan LS. Dengan demikian, wilayah Indonesia bukanlah daerah
pembentukan siklon/siklon tropis, tetapi letak geografisnya dibatasi oleh daerah dan lintasan
pembentukan siklon tropis. Badai/siklon tropis tidak hanya secara langsung mempengaruhi
wilayah yang dilaluinya, tetapi juga kondisi cuaca di sekitarnya pada tahun . Karena
badai/siklon tropis mempengaruhi kondisi cuaca di wilayah Indonesia dan di luar periode
yang bersangkutan, maka Penting untuk memantau badai/siklon tropis di seluruh Indonesia
sehingga informasi tentang dapat mengantisipasi potensi dampak, baik berupa cuaca buruk
atau cuaca buruk, banjir dan tanah longsor.

Cuaca ekstrim, banjir dan kekeringan di tahun adalah bencana yang datang silih
berganti di tahun dan tingkat bahayanya sama. Banjir biasanya terjadi sesaat dalam waktu
singkat kurang dari beberapa bulan, namun bahayanya sama dengan kekeringan yang terjadi
dalam hitungan bulan. Dalam meteorologi, Tropical Cyclone (hurricane, cyclone, tropical
storm, atau Typhoon tergantung wilayah dan besarnya) adalah jenis sistem bertekanan
rendah yang sering terjadi di daerah tropis. Sementara angin serupa dapat merusak di
ketinggian, siklon tropis merupakan bagian penting dari sistem sirkulasi atmosfer yang
memindahkan panas dari ekuator ke lintang yang lebih tinggi.

B. Lokasi Terjadinya

Terletak di antara dua benua dan dua samudera, Indonesia memiliki masalah cuaca
dan iklim yang sangat kompleks. Gerak semu matahari yang bergerak dari utara ke selatan
pada tahun berdampak besar pada iklim Indonesia. Saat matahari berada di di utara, benua
Asia menghangat hingga pada tekanan rendah dan pada tekanan tinggi di selatan, angin
bergerak dari selatan ke di utara. Hal yang sama berlaku untuk kondisi sebaliknya. Pengaruh
lautan tidak kalah pentingnya dengan pengaruh benua. Lautan yang luas merupakan sumber
pembentukan siklon tropis. Pengaruh perbedaan suhu permukaan laut akan menyebabkan
perbedaan tekanan barometrik dan mengakibatkan pergerakan massa udara. Perbedaan suhu
permukaan laut dan tekanan barometrik di kawasan Samudera Pasifik merupakan indikasi
kondisi cuaca El Niño. Siklon Tropis serta El Niño dapat menyebabkan kondisi cuaca atau
cuaca ekstrim di daerah tropis. Secara umum proses dan kondisi pembentukan kedua
fenomena tersebut berbeda, namun diyakini kedua fenomena tersebut akan mempengaruhi
kondisi ekstrim cuaca kering dan basah.

Wilayah Pertumbuhan Siklon Tropis Badai tropis terjadi di luar garis lintang 5º LU
sampai 5º LS. Kebanyakan siklon tropis terjadi di daerah dalam 10º 20º dari ekuator, dan
sangat sedikit terjadi di 22º paralel. Siklon tropik tidak terjadi di sekitar ekuator karena faktor
rotasi bumi sebesar atau gaya coriollis. Daerah pembentukan siklon tropis meliputi Atlantik
Barat, Pasifik Timur, Pasifik Barat Laut, Samudra Hindia Utara, dan Selatan, Australia, dan
Pasifik Selatan. Daerah bebas siklon tropis meliputi Atlantik Selatan dan Pasifik Selatan
bagian timur.
Peta lokasi terjadinya siklon tropis

Di dunia ini terdapat tujuh wilayah siklon tropis, Indonesia termasuk dalam wilayah
Australia, meskipun hanya menerima hits. Siklon tropis di wilayah Australia terjadi setiap
tahun antara Januari dan Maret di bagian selatan Indonesia, yang disebabkan oleh suhu
permukaan laut yang tinggi di Indonesia bagian selatan dan pergerakan Inter Tropical
hingga Utara. Pertumbuhan dan pergerakan siklon tropis dapat dipantau dengan memantau
aktivitas konvektif , karena setiap badai tropis pusaran angin selalu disertai dengan gugusan
awan konvektif, yang juga berputar. Dengan kemajuan teknologi satelit saat ini,
pertumbuhan dan pergerakan Siklon Tropis memungkinkan untuk dipantau.Penggunaan
teknologi satelit menawarkan keunggulan, antara lain kemampuan untuk memantau wilayah
yang luas secara simultan (sinoptik), seragam, mendekati waktu nyata dan secara terus
menerus, termasuk wilayah terpencil yang sangat sulit diakses.

Daerah pertumbuhan siklon tropis paling produktif di dunia adalah Samudra Hindia
dan perairan barat Australia. Seperti yang dijelaskan oleh Biro Meteorologi Australia pada
tahun, topan di wilayah tumbuh rata-rata 10 kali setahun. Siklon tropis tidak hanya
menghancurkan daerah yang dilaluinya pada tahun, tetapi juga menyebabkan banjir pada
tahun. Australia telah mengembangkan peringatan dini untuk mengurangi tingkat risiko
ancaman siklon tropis. tanda-tanda topan/badai tropis dapat diprediksi. Keberadaan dan
pergerakannya juga dapat diamati dengan menggunakan teknologi. Hanya sesekali sinyal
badai/siklon dapat dilihat dan dirasakan.

C. Pembentukan

Pembentukan siklon tropis harus memenuhi 3 syarat sebagai berikut: (1) Terdapat
konvergensi yang cukup kuat di permukaan sehingga dapat mengangkat lapisan udara
lembab. (2) terjadi divergensi pada ketinggian tertentu sehingga menggantikan udara yang
terperangkap dan menyebabkan ketinggian udara turun. (3) Ada energi yang cukup untuk
menjaga siklus tetap berjalan. Pola pergerakan vertikal massa udara dalam hal divergensi dan
konvergensi pada lapisan troposfer.

Pembentukan pertumbuhan badai tropis memerlukan beberapa kondisi, antara lain;


(1) Laut yang luas dan homogen pada 10º20º lintang . (2) Suhu permukaan laut lebih besar
dari 27º C. (3) Perbedaan antara suhu permukaan laut dan suhu udara di atasnya sekitar 2º C.
(4) Kelembaban tinggi, 80% atau lebih. (5) Ada gangguan seperti pusaran air, gelombang
timur dan ITCZ 6. Di bawah ada konvergensi angin, di atas ada divergensi.

Elemen penting untuk pertumbuhan siklon adalah; (1) Energi Masukan. Energi
masukan ini berasal dari uap air berupa panas laten. Oleh karena itu, siklon tropis hanya
dapat tumbuh pada kondisi udara di atas permukaan laut, dan banyak mengandung uap air.
(2) Inisiator. Inisiator dalam proses pembentukan siklon tropis adalah pergerakan massa
udara karena gradien tekanan yang besar yang bertindak sebagai energi kinetik untuk
pergerakan ini. (3) Peristiwa Kondensasi. Peristiwa kondensasi sebagai akibat dari
pergerakan udara ke atas yang mengubah panas laten menjadi panas sensibel (sensible heat).
Jika terjadi pergerakan udara ke atas maka pada lapisan atas terdapat saluran keluar udara
dan pada bagian bawah terdapat saluran masuk udara yang identik dengan saluran masuk
bertekanan rendah. (4) Efek Koriolli. Efek Koriolli ini membuat siklon tropis tidak dapat
tumbuh dan bergerak di lintang rendah (10° lintang selatan atau utara). (5) Sistem
Pendingin. Sistem pendingin bekerja sebagai heat sink selama pertumbuhan. Sistem
pendingin ini merupakan saluran pembuangan di bagian atas yang kemudian dialirkan ke
lainnya.

D. Klasifikasi

Siklon tropis dapat diklasifikasikan berdasarkan level atau intensitas kecepatan,


termasuk: (1) Tropical Depression: kecepatan angin <34>64. Merupakan masa hidup siklon
atropis yang ditandai dengan struktur awan yang belum terbentuk, kecepatan angin hingga
17 m/s dan tekanan barometrik di tengah mencapai 1.008 mb. Tahap ini dapat terjadi pada
awal dan akhir Atropic Cyclone. (2) Badai tropik: Ini adalah tahap lanjutan dari depresi
atropik yang ditandai dengan kecepatan angin antara 17 dan 32 m/s. Tekanan udara di
pusatnya adalah antara 1002. dan 1000 mb. (3) Topan Tropis: Ini adalah tahap maksimum
dengan kecepatan angin bisa lebih dari 32 m / ya Tekanan di tengah kurang dari 1000 mb
dan struktur awan tampak bulat seperti piringan dengan tepi rata. Berikut tabel klasifikasinya
yang lebih lengkap:

Waktu yang diperlukan untuk proses pertumbuhan dari satu tahap ke tahap
berikutnya sangat bervariasi tergantung pada kondisi atmosfer di sekitarnya. Rata-rata waktu
yang diperlukan untuk terjadinya siklon atropis pada tahun dari mulainya sampai padam
pada tahun adalah kira-kira 7 (tujuh) hari, tetapi dapat bervariasi dari 1 hingga 30 hari.

E. Struktur

Struktur umum Siklon Tropis adalah sebagai berikut: (1) Low Pressure: Sebuah
siklon tropis berputar di di sekitar area tekanan udara rendah di permukaan. (2) Eye Wall:
Ini menyerupai pita melingkar di sekitar mata, di antaranya memiliki intensitas angin
tertinggi dan konveksi panas. Dalam siklon tropis, kondisi di dinding mata adalah yang
paling berbahaya. (3) Eye: Siklon tropis yang kuat seperti Badai memiliki mata lubang
melingkar di pusat sirkulasinya. Cuaca di Eye umumnya tenang dan tidak berawan. (4)
Warm Core: Uap air yang naik menuju atmosfer yang dingin mengembun dan melepaskan
panas. Panas buangan didistribusikan kembali secara vertikal di inti siklon tropis ,
membuatnya hangat saat disentuh.

F. Dampak Langsung

Dampak langsung siklon tropis adalah dampak yang ditimbulkan oleh siklon tropis
terhadap wilayah yang dilaluinya. Ini dapat berupa gelombang tinggi, gelombang badai
berupa kenaikan muka air laut sebesar, seperti pasang tiba-tiba, hujan deras dan angin
kencang. Contoh daerah di Indonesia yang berdampak langsung terhadap keberadaan siklon
tropis adalah siklon tropis Kirrily di atas Kepulauan Kai, Laut Banda pada 27 April 2009.
Kirrly menyebabkan hujan lebat dan gelombang badai di wilayah ini. Puluhan rumah rusak
dan puluhan lainnya terendam banjir, jalan rusak dan gelombang tinggi terjadi 26-29
April.Curah hujan yang tercatat sebesar per 24 jam di Tual adalah 20 mm, 92 mm dan
193. mm untuk hari ke 27, 28 dan 29 April 2009.

G. Dampak Tidak Langsung

Dampak tidak langsung pada siklon tropis dapat terjadi dalam beberapa bentuk,
antara lain:

1. Daerah pompa angin. Siklon Tropis terbentuk di sekitar perairan utara dan barat
Australia dan sering mengakibatkan terbentuknya daerah pompa angin di sekitar
Jawa atau Laut Jawa, NTB, NTT, Laut Banda, Laut Timor hingga Laut Arafuru.
Angin inilah yang pada tahun menyebabkan terbentuknya lebih dari awan konveksi
yang menyebabkan hujan lebat di daerah tersebut. Jika dilihat dari citra satelit,
daerah pengumpul angin tampak seperti daerah memanjang yang dipenuhi awan
tebal yang menghubungkan dengan awan siklon tropis, sehingga seolah-olah siklon
tropis memiliki ekor. Karena itu, daerah dengan angin ini sering disebut sebagai
Siklon Tropis.
2. Zona kurva angin. Kehadiran siklon tropis di perairan tenggara Samudra Hindia
menyebabkan daerah kurva angin terbentuk di di sekitar Sumatera Selatan atau di
Jawa Barat pada . Daerah pergeseran angin ini juga dapat menyebabkan membentuk
awan konveksi lebih banyak dari pada sehingga mengakibatkan hujan lebat di daerah
tersebut.
3. Daerah defisit kelembaban Seiring dengan siklon tropis di perairan utara Sulawesi
atau di Laut Cina Selatan , curah hujan berkurang di bagian utara Sulawesi atau
Kalimantan sering diamati bersama dengan . Meskipun belum dilakukan investigasi
lebih lanjut, fenomena ini diduga disebabkan oleh Tropical Cyclone yang menyedot
pasokan udara lembab yang berada dalam radius yang ditentukan, termasuk di
atmosfer di atas Kalimantan dan Sulawesi Utara. di daerah itu udaranya kering dan
kondisi cuaca di cenderung cerah dan tidak berawan.
Daftar Pustaka

Barry, R. G. And R. J. Chorley. (1976). Atmosphere. Weather and Climate. 3rd edition.
London: Methuen & co Ltd.

Bayong, H. K. dan Susilo, S. (1983). Bek badal tropis terhadap cuaca di wilayah Indonesia.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Peneirian dan Pengabdian pada Masyarakat.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

BMKG. (2015). Dampak Siklon Tropis. http://web.meteo.bmkg.go.id. Diakses pada 1 Juni


2022.

BPS. (2011). Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia 2011. Badan Pusat Statistik
Indonesia: Jakarta.

Dinas Ketahanan Pangan Banten. (2021). Diversifikasi Pangan Melalui Dinas Ketahanan
Pangan. https://disketapang.bantenprov.go.id/Berita/topik/177. Diakses pada 29 Mei
2022.

Kementerian Pertanian. (2010). Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan 2010-2014.


Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Nieuwolt, S. (1977). Tropical Climatology. Toront: John Willey and Sons.

Nuryati. (2017). Farmakologi. Jakarta: BPPSDMK Kementerian Kesehatan RI.

Peraturan BPOM No. 7 tahun 2018 tentang Bahan Baku yang Dilarang dalam Pangan
Olahan.

Peraturan BPOM No. 34 tahun 2019 tentang Kategori Pangan.

Peraturan Pemerintah RI No. 68 tahun 2002 tentang Ketahan Pangan.

Pujayanti, Adirini. (2011). Politik Pangan di Era Globalisasi. Politica, 2(1):147-171.

Pustekkom. (2005). Badai Tropis. http://idkf.bogor.net/yuesbi/e-


DU.KU/edukasi.net/Fenomena.Alam/Badai/all.html. Diakses pada 1 Juni 2022.

Riehl, H. (1954). Tropical Meteorology. New York: Mc Graw Hill Book Company.
Satiadi, D. (2010). Pilot Project Peran Pemuda Dalam Implementasi Sistem Informasi
Berbasis Satelit dan Terestrial Untuk Peringatan Dini Bencana di Jawa Barat.
Laporan Akhir. Kementrian Negara Riset dan Tehnologi.

TCWC Jakarta. (2009). Siklon Tropis, Badai Tropis, Hurricane & Typhoon.
http://meteo.bmkg.go.id/siklon/learn/05/id. Diakses pada 1 Juni 2022.

Undang-Undang No. 7 tahun 1996 tentang Pangan.

Undang-Undang Pangan No. 18 tahun 2012 tentang Bahan Pokok

Anda mungkin juga menyukai