Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

Kesuburan Tanah

1.  2.

Tanah yang subur lebih disukai untuk usaha pertanian, karena menguntungkan. Sebaliknya
terhadap tanah yang kurang subur dilakukan usaha untuk menyuburkan tanah tersebut
sehingga keuntungan yang diperoleh meningkat.
Kesuburan Tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang
diinginkan, pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat berupa:
buah, biji, daun, bunga, umbi, getah, eksudat, akar, trubus, batang, biomassa, naungan atau
penampilan.

Tanah memiliki kesuburan yang berbeda-beda tergantung faktor pembentuk tanah yang
merajai di lokasi tersebut, yaitu: Bahan induk, Iklim, Relief, Organisme, atau  Waktu. Tanah
merupakan fokus utama dalam pembahasan kesuburan tanah, sedangkan tanaman merupakan
indikator utama mutu kesuburan tanah.

 Komponen Kesuburan Tanah

1. Jeluk mempan perakaran yang  memadai [nama lain solum, merupakan daerah jelajah
akar, perlu dikonservasi menghadapi erosi].
2. Struktur tanah yang optimum [mengatur imbangan air-udara dan kemudahan
ditembus akar].
3. Reaksi tanah yang optimum [mencerminakan ketersediann/kelarutan unsur hara serta
dominansi mikrobia].
4. Hara cukup dan seimbang [macam, jumlah dan nisbah].
5. Penyimpanan dan penyediaan hara dan lengas yang optimum [berkaitan dengan
Kapasitas Pertukaran Kation, buffering capacity, serta  retensi lengas].
6. Humus yang cukup [penyimpanan C-organik dalam tanah, berfungsi dalam khelasi,
sebagai sumber materi dan energi bagi mikrobia].
7. Mikrobia bermanfaat [melakukan sinergisme, pelaku aktif daur hara dan materi].
8. Bebas bahan meracun [berupa senyawa toksin dan limbah].

 Bentuk hara dalam tanah

Jika tanah digambarkan selaku sistem, maka dapat dipilahkan adanya komponen masukan
dan komponen keluaran. Di dalam tanah unsur hara memiliki berbagai bentuk dan kelincahan
untuk bergerak. Hara dapat mengalami alih rupa dan alih tempat.

Sumber hara dalam tanah


1. Perombakan bahan organik tanah.
2. Pelapukan mineral tanah.
3. Pemupukan.
4. Pembenah organik: rabuk, kompos, biosolid.
5. Penambatan N : legum.
6. Batuan: batuan fosfat, greensand.
7. Buangan industri: kapur, gipsum.
8. Pengendapan udara: N, S.
9. Pengendapan air: sedimen, erosi, banjir.
Pangkalan hara (nutrient pool)
Tanpa melihat darimana asalnya, semua hara akan mengelompok dalam pangkalan yang
tertentu. Unsur hara berinteraksi dengan sifat fisik, kimia dan biologi tanah, kemudian
diserap tanaman atau berpindah antar pangkalan hara dalam tanah. Pangkalan hara dalam
tanah adalah:

1. Larutan tanah: bentuk hara terlarut dalam lengas tanah dan sifatnya tersedia segera
untuk diserap oleh akar bagi tanaman.
2. Bahan organik:  selalu mengalami proses perombakan dan oleh karena itu akan
melepaskan hara.
3. Organisme tanah: hara diambil untuk metabolisme atau menjadi komponen penyusun
tubuhnya, sehingga mengalami imobilisasi sementara.
4. Mineral tanah: hara yang  berada dalam pangkalan ini memeiliki sifat antara cukup
terlarut sampai sedikit terlarut.
5. Permukaan jerapan: hara dipegang permukaan tanah oleh berbagai mekanisme,
berkisar antara cepat tersedia sampai sangat lambat tersedia.
6. Pertukaran kation: tipe yang sangat penting dari jerapan permukaan tanah

 Pengertian hara mikro

Hara mikro dibutuhkan oleh semua tanaman, berupa kation logam (Cu, Fe, Mn, Zn) dan
anion  (B, Cl, Mo). Meskipun kebutuhan tanaman sedikit tetapi kekahatan unsur ini dapat
menghambat pertumbuhan atau mengurangi hasil sebagaimana hara makro (ingat konsep
faktor pembatas). Keracunan unsur mikro lebih sering terjadi karena kisaran antara aras
kecukupan dan keracunan pada tanaman sangatlah sempit. Kadar hara mikro dalam tanaman
umumnya dinyatakan dalam ppm (mg/kg).
Fungsi umum hara mikro adalah: merupakan komponen struktural dari ensim,  baik ensim
untuk pengaktifan atau pengaturan, sebagai pembawa elektron pada reaksi oksidasi reduksi,
sebagai komponen dinsing sel  atau pengisi larutan yang berkaitan dengan osmosis dan
keseimbangan muatan.

Daur hara mikro


1. Pangkalan hara mikro dan transformasi: sangat bervariasi, tetapi memiliki proses dan
reaksi yang serupa seperti dalam hara makro
2. Bahan organik, mikrobia dan mineralisasi-imobilisasi
3. Adsorsi dan desorpsi pada permukaan
4. Pelapukan mineral primer
5. Presipitasi dan disolusi mineral sekunder
6. Larutan tanah: khelasi dangat penting untuk kelarutan, pengangkutan dan ketersediaan
bagai tanaman.

BAB 2

MANFAAT PUPUK DAN PEMUPUKAN


Pupuk adalah bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara tanaman yang jika
diberikan ke pertanaman dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Sedangkan
pemupukan adalah penambahan satu atau beberapa hara tanaman yang tersedia atau dapat
tersedia ke dalam tanah/tanaman untuk dan atau mempertahankan kesuburan tanah yang ada
yang ditujukan untuk mencapai hasil/produksi yang tinggi. Terdapat 2 jenis pupuk yaitu
pupuk anorganik (pupuk buatan) dan pupuk organik. Untuk mendapatkan hasil gabah yang
tinggi dengan tetap mempertahankan kesuburan tanah,maka perlu dilakukan kombinasi
pemupukan antara pupuk an organik dengan pupuk organik. Keuntungan dari aplikasi
kombinasi kedua jenis pupuk tersebut adalah kekurangan sifat pupuk organik dipenuhi oleh
pupuk an organik, sebaliknya kekurangan dari pupuk an organik dipenuhi oleh pupuk
organik.

Berdasarkan fungsi fisiologi / biokimia, unsur hara dikelompok-kan sebagai berikut

1. NITROGEN

      a. Peranan/fungsi

 Bagian terpenting dari asam-asam amino, asam nucleat, dan chlorophyll

 Mempercepat pertumbuhan vegetatif (pembentukan anakan, tinggi tanaman, lebar


daun), panjang malai, jumlah gabah dsb

 Meningkatkan kadar protein tanaman

 Nitrogen diambil tanaman dari larutan tanah dalan bentuk NO3- atau NH4+. Tanaman
padi umumnya mengambil N dalam bentuk NH4+

Dalam jaringan tanaman NH4+/NO3- diubah menjadi N- Organik è asam amino è protein.
Kebutuhan N tertinggi saat pembentukan anakan sampai primordia bunga

Kebutuhan N optimum :   14,7 kg N per ton  gabah  (40% berada di  jerami). Tingkat efisiensi
68 kg gabah per kg N

      b. Gejala defisiensi / kekurangan Nitrogen (N)

 tanaman kerdil, daun kekuningan (klorosis) terutama daun tua


 anakan sedikit dengan daun kecil-kecil
 jumlah gabah sedikit
 batas kritis kadar N dalam daun pada stadium anakan < 2,5%
 Dimana terjadi defisiensi Nitrogen (N)
o tanah alkalin (pH > 7.0) dengan potensi volatilisasi NH3 tinggi

      

2. FOSFOR (P)

      a. Peranan / fungsi
 bagian terpenting dari ATP (adenosin phosphate) è  energi kimia berfungsi untuk
menyimpan dan transfer energi dalam seluruh proses metabolisme tanaman
 bagian utama inti sel dan asam nucleat
 memperbanyak anakan dan pertumbuhan akar
 mempercepat pembungaan dan pemasakan
 P  diambil tanaman dari larutan tanah dalam bentuk ion H2PO4-, dan HPO42-
 Kebutuhan P optimum : 2,6 kg P per ton gabah (> 30% berada di jerami)
 Tingkat efisiensi 385 kg gabah per kg P

      b. Gejala defisiensi/kekurangan fosfor (P)

 tanaman kerdil, hijau gelap


 akar dan anakan sedikit
 daun kecil, hijau gelap, pendek
 jumlah anakan, malai dan gabah per malai menurun
 sering timbul warna keunguan pada pelepah daun / batang
 pemasakan terlambat (terlebih pada pemupukan N tinggi)
 kehampaan gabah tinggi
 respon terhadap pemupukan N, rendah

      c. Sebab-sebab terjadinya defisiensi P

 kadar P tanah rendah


 pemupukan P rendah
 efisiensi pemupukan P rendah (fiksasi P oleh Al dan Fe pada lahan kering masam,
atau fiksasi P oleh Ca pada lahan kering alkalin) sehingga P kurang tersedia
 pengapuran berlebihan pada lahan masam è fiksasi P oleh Ca
 pemupukan N berlebihan, sedangkan pemupukan P rendah

      d. Dimana terjadi defisiensi atau kekurangan Fosfor (P)

 tanah berpasir dengan bahan organik dan cadangan P rendah


 tanah masam di lahan kering dimana fiksasi P tinggi seperti tanah Podsolik Merah
Kuning (Ultisols dan Oxisols)
 tanah sawah yang telah terdegradasi
 tanah gambut, tanah sulfat masam di daerah pasang surut
 tanah alkaline, saline dengan pH > 7,5

3. KALIUM

      a. Peranan/fungsi

 tranportasi hasil-hasil asimilasi/proses fotosintesa di daun kebagian-bagian tanaman


lainnya (akar, tunas/anakan, biji/gabah)
 mengatur tekanan osmose/turgor, memperkuat dinding sel
 aktivator enzym pada seluruh proses metabolisme tanaman
 menunda penuaan/ senesence daun
 meningkatkan jumlah gabah bernas dan menurunkan kehampaan

K diambil tanaman dari larutan tanah dalam bentuk K+. Kebutuhan optimum K : 14,5 kg K
per ton gabah (> 80% berada di jerami). Tingkat efisiensi : 69 kg gabah per kg K

      b. Gejala-gejala defisiensi/kekurangan K

 pinggir daun berwarna kuning kecoklatan disertai bercak warna jingga terutama pada
daun tua tanaman tumbuh kerdil dan daun-daun terkulai
 sering terjadi rebah karena N/K ratio tinggi
 penuaan daun lebih cepat (leaf senescence)
 kehampaan gabah tinggi dan pengisian gabah tidak sempurna (banyak butir hijau)
 pertumbuhan akar tidak sehat (banyak akar yang busuk karena kehilangan daya
oksidasi, sehingga jerapan hara terganggu)
 tanaman mudah terserang penyakit seperti blast, sheath blight, bercak daun, terlebih
bila  dipupuk N berlebihan

      c. Sebab-sebab terjadinya defisiensi K

 Kadar K tanah rendah


 pemupukan K kurang
 setiap panen, jerami diangkut keluar bersama panen
 sumbangan K dari air irigasi rendah
 efisiensi pemupukan K rendah karena fiksasi K oleh mineral liat tipe 2:1 atau tanah
berpasir sehingga K tercuci kelapisan bawah karena K sangat mobil
 keadaan lingkungan perakaran yang sangat reduktif
 ratio Ca/K atau Mg/K yang tinggi dalam larutan tanah, sehingga Ca atau Mg menekan
serapan K

      d. Dimana terjadi defisiensi Kalium (K)

 kadar K tanah rendah


 tanah berpasir dengan KTK rendah dan cadangan K rendah
 tanah- masam yang telah terdegradasi lanjut
 tanah dimana serapan K terhambat
 tanah sawah dengan jenis mineral liat 2: 1 (montmorilonit) è fiksasi K oleh liat 2:1
 tanah dengan (Ca + Mg)/K ratio dalam larutan tinggi

1. tanah sawah yang drainasenya buruk, serapan K terhambat oleh


2. adanya Fe 2+, asam-asam organik dan H2
  BAB 3

PROSES PEMBENTUKAN TANAH

Selain organisme di dalam tanah, kita juga harus tahu bagaimana pembentukan tanah.

Tanah adalah campuran yang berasal dari pelapukan bebatuan, air, mineral, udara
serta penguraian dari bahan-bahan organik maupun anorganik. Proses dari
pembentukan tanah sangat erat kaitannya dengan faktor pembentuk tanah. Hal ini
dikarenakan pembentukan tanah sangat berpengaruh terhadap jenis tanah yang
terbentuk, yaitu gambut, liat, ataupun berhumus.

Ada 4 faktor proses pembentukan tanah yang perlu diketahui, yaitu pelapukan batuan,
pelunakan dari struktur tanah, tumbuhnya tanaman perintis, dan proses penyuburan
tanah.

1. Proses terjadinya Pelapukan Batuan

Pelapukan Batuan adalah peristiwa dimana masa batuan itu hancur baik secara fisik,
kimia maupun secara biologi. Proses pelapukan batuan bisa berlangsung dalam waktu
yang lama, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantara faktor tersebut, ada
cuaca, suhu dan tekanan di dalam batuan.

Terdapat 3 jenis dari proses pelapukan batuan, yaitu:

 Pelapukan fisik

Pelapukan batuan yang terjadi karena lepas dan hancurnya batuan material, dimana
tidak mengubah struktur kimiawi dari batuan itu. Proses ini berlangsung dengan
penghancuran bongkahan batuan hingga menjadi partikel-partikel yang lebih kecil.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelapukan fisik, yaitu perubahan iklimdan
cuaca yang ekstrim. Dalam pelapukan fisik, suhu sangat berpengaruh terhadap proses
pemuaiannya jika suhu panas dan mengalami penyusutan volume apabila suhu
menjadi dingin.

(Baca juga: Peranan Tanah dan Organisme Tanah bagi Keberlangsungan Hidup)

Jika berlangsung dalam jangka waktu yang maka batu semakin lama akan terbelah
dan akan pecah menjadi partikel yang lebih kecil.
 Pelapukan Kimiawi

Pelapukan yang prosesnya terjadi akibat perubahan susunan kimiawi di dalam unsur
batuan. Dalam kondisi tertentu hujan asam juga berpengaruh dalam pelapukan
batuan. Hal ini disebabkan adanya kondensasi metana dan sulfur yang menciptakan
efek korosit pada batuan.

 Pelapukan Biologi

Pelapukan batuan yang disebabkan oleh aktivitas makhluk hidup dan faktor alami.
Proses ini berlangsung secara terus-menerus ketika partikel tanah mulai terbentuk.
Pelapukan biologi adalah penyempurna atau menjadikan butiran tanah menjadi benar-
benar sesuai dengan sifat tanah.

2. Proses Pelunakan Struktur

Proses dimana batu yang telah pecah menjadi pecahan yang lebih kecil akan
mengalami pelunakan. Hal ini disebabkan oleh air dan udara saling mengikis batuan
kecil-kecil tersebut. Dalam proses ini air dan udara akan masuk melewati celah-celah
batuan yang akan melunakan batuan kecil tersebut.

Dalam proses pelunakan akan menciptakan sebuah tempat hidup bagi mikroba dan
lumut. Hal ini dikarenakan rongga dan permukaan batuan yang terkikis oleh air dan
udara akan menjadi tempat makhluk hidup untuk tumbuh. Proses dari pelunakan
batuan kecil ini membutuhkan waktu yang cukup lama, akan tetapi lebih cepat dari
pada proses pelapukan batuan.

3. Proses Tumbuhan Tanaman Perintis

Setelah melewati proses pelunakan dari struktur batuan yang lebih kecil. Tahapan
selanjutnya adalah proses tumbuhnya keanekaragaman hayati tenaman perintis.
Tumbuhan yang hidup disini adalah tanaman yang ukurannya lebih besar dari pada
lumut. Tumbuhan sudah mempunyai akar yang masuk melalui celah batuan yang
lunak. Hal ini disebabkan batuan yang lunak tersebut kaya akan kondisi air yang ada
di dalam batuan tersendiri.

Asam humus yang ada di dalam batuan akan mengalir melalui celah batuan dan akan
membuat batuan tersebut menjadi lapuk sempurna. Pada proses ini biasanya sering
disebut dengan pelapukan biologis.
4. Proses Penyuburan

Proses penyuburan adalah suatu proses dimana batuan yang telah menjadi tanah mendapatkan
bahan-bahan organik dari organisme di atasnya. Tanah yang semula hanya mempunyai
kandungan mineral saja, dalam proses ini akan mengalami penggemburan, yaitu proses
dimana tanah akan bertambah subur seiring adanya pelapukan organik. Organisme tanah juga
akan berpengaruh terhadap proses terbentuknya tanah.

Morfologi tanah adalah ilmu yang mengamati sifat tanah dalam berbagai lapisan tanah dan
susunannya di dalam lapisan tersebut.[1] Morfologi tanah berbeda dengan klasifikasi
tanah dalam teori pedogenesis karena pembentukan tanah bersifat dinamis dan tidak tetap
sehingga berubah seiring waktu.[2]
Sifat yang diamati dalam morfologi tanah mencakup komposisi, bentuk, struktur dan susunan
tanah, sifat dari tanah dasar, persebaran akar tumbuhan dan pori-pori tanah, translokasi ion
dan mineral, dan konsistensi tanah. Pengamatan biasanya dilakukan pada profil tanah yang
dipotong secara vertikal dua dimensi dengan luas permukaan tanah tidak lebih dari satu meter
persegi namun kedalaman dapat bervariasi.
BAB 4

SIFAT FISIK TANAH

Perubahan penggunaan lahan dari hutan atau perkebunan menjadi lahan pertanian maupun
permukiman akan menurunkan fungsi tanah. Tanah merupakan media untuk pertumbuhan
vegetasi, terdapat hubungan erat antara komponen tanah, air, dan vegetasi. Bagaimanar
kemampuan tanah meresapkan air pada beberapa vegetasi dan tipe penggunaan lahan?
Penelitian dilakukan di DAS Kreo Semarang. Teknik pengambilan sampel secara purposive
sampling pada berbagai tipe penggunaan lahan meliputi hutan, kebun campuran,
permukiman, sawah, dan rumput. Pengambilan sampel tanah dalam bentuk sampel tanah
terusik dan tanah tidak terusik. Sifat fisik tanah pada hutan memiliki nilai BO dan
permeabilitas paling tinggi, kebun campuran memiliki nilai rata-rata kadar air dan BV paling
tinggi, sedangkan pada lahan sawah memiliki nilai paling tinggi untuk porositas dan BJ. Pada
lahan permukiman dan rumput mempunyai nilai sedang hingga rendah, dengan kelas
permeabilitas sedang hingga lambat. Kemampuan tanah meresapkan air diukur dari nilai
kapasitas infiltrasi, pada lahan hutan lebih cepat dibandingkan dengan lahan kebun campuran
dan sawah. Rata-rata nilai kemampuan potensial sementara tanah menahan air hujan dan
aliran permukaan di DAS Kreo sebesar 0,094 m. Nilai ini menunjukkan bahwa keberadaan
tanah dalam menahan air di DAS Kreo masih baik. Sifat tanah seperti tekstur, BO, kadar air,
dan permeabilitas tanah sangat mendukung dalam meresapkan air ke dalam tanah.

Tanah dan air merupakan dua sumberdaya alam yang sangat penting sebagai penyokong
kehidupan makhluk hidup di dunia terutama manusia. Kedua sumber alam tersebut sangat
mudah mengalami kerusakan atau degradasi. Berbagai aktivitas manusia penyebab rusaknya
sumberdaya tersebut seperti aktivitas pertanian, rumah tangga, maupun industry berperan
besar dalam penurunan kualitas serta fungsi tanah dan air. Apabila tanah dan air mengalami
kerusakan maka penunjang kehidupan manusia pun akan mengalami penurunan dan tidak
akan produktif jika digunakan. Oleh karena itu perlu upaya konservasi tanah dan air untuk
menjaga kualitas tanah dan air sehingga mampu menyokong kehidupan makhluk hidup
secara berkelanjutan.
 KERUSAKAN TANAH DAN BADAN AIR
Kerusakan tanah terjadi akibat (1) Hilangnya unsur hara dan bahan organic di daerah
perakaran, (2) terakumulasinya garam di daerah perakaran (salinisasi), terakumulasinya unsur
beracun bagi tanaman, (3) penjenuhan tanah oleh air (water logging) dan (4) erosi.
Kemampuan tanah dalam mendukung pertumbuhan tanaman akan berkurang apabila
kerusakan tanah oleh satu atau lebih proses tersebut terjadi (Riquir, 1977)
Kerusakan sumber air terjadi berupa hilangnya atau mengeringnya mata air berhubungan erat
dengan peristiwa erosi. Menurunnya kualitas air dapat disebabkan oleh kandungan sedimen
dan unsur yang terbawa masuk oleh air yang bersumber dari erosi, tercuci oleh air hujan dari
lahan-laha pertanian, atau bahan dan senyawa dari limbah industry atau limbah pertanian.
Peristiwa ini disebut dengan polusi air. Masuk dan mengendapnya sedimen di dalam air
secara berlebihan akan menyebabkan pedangkalan dan memungkinkan terjadinya banjir
akibat berkurangnya daya tampung air. Sedangkan masuknya unsur hara ke badan air
menyebabkan terjadinya eutrofikasi yang merupakan meningkatnya unsur hara dalam air
sehingga mempercepat pertumbuhan tanaman air dan mikroba. Eutrofikasi menyebabkan
menurunnya fungsi badan air seperti ikan, alur transportasi, dan sumber air untuk konsumsi
dan irigasi.
 DAMPAK EROSI
Erosi merupakan peristiwa hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari
suatu tempat oleh air atau angin. Erosi menyebabkan hilangnya lapisan tanah yang subur dan
baik untuk pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan
menahan air. Kerusakan yang dialami pada tanah tempat erosi terjadi berupa kemunduran
sifat-sifat kimia dan fisika tanah seperti kehilangan unsur hara dan bahan organic, dan
mengikatnya kepadatan serta ketahanan penetrasi tanah, menurunnya kapasitas infiltrasi
tanah serta kemampuan tanah menahan air. Akibat dari peristiwa ini adalah menurunnya
produktivitas tanah, dan berkurangnya pengisian air bawah tanah. Tentunya akibat perubahan
sifat fisik dan kimia tanah akibat erosi maka terjadi pula kemerosotan produktivitas tanaman.

Gambar 1. Contoh Tanah Erosi di kampus Unpad Jatinangor


Tanah yang tererosi terangkut aliran permukaan yang akan diendapkan di tempat- tempat
yang alirannya melambat atau berhenti di dalam berbagai badan air seperti sungai, saluran
irigasi, waduk, danau atau muara sungai. Endapan tersebut menyebabkan pendangkalan pada
badan sungai dan akan mengakibatkan semakin sering terjadi banjir dan semakin dalam
banjir yang terjadi. Berkurangnya infiltrasi air ke dalam tanah menyebabkan berkurangnya
pengisian kembali air bawah tanah yang berakibat tidak ada air masuk ke sungai pada musim
kemarau. Dengan demikian peristiwa banjir di musim hujan dan kekeringan di musim
kemarau merupakan peristiwa lanjutan yang tidak terpisahkan dari peristiwa erosi. Selain itu
peristiwa tercucinya unsur hara yang menyebabkan eutrofikasi menjadi salah satu penyebab
lain dari proses erosi.
BAB 5

KONSERVASI TANAH DAN AIR

Masalah konservasi tanah adalah masalah menjaga agar tanah tidak terdispersi, dan mengatur
kekuatan gerak dan jumlah aliran permukaan agar tidak terjadi pengangkutan tanah.
Berdasarkan asas ini ada 3 cara pendekatan dalam konservasi tanah, yaitu (1) menutup tanah
dengan tumbuhan dan tanaman atau sisa-sisa tumbuhan agar terlindung dari daya perusak
butir butir hujan yang jatuh (2) memperbaiki dan menjaga keadaan tanah agar resisten
terhadap daya penghancuran agregat oleh tumbukan butir-butir hujan dan pengangkutan oleh
aliran permukaan dan lebih besar dayanya untuk menyerap air di permukaan tanah dan (3)
mengatur aliran permukaan agar mengalir dengan kecepatan yang tidak merusak dan
memeperbesar jumlah air yang terinfiltrasi kedalam tanah.
Metode konservasi tanah dan air dapat digolongkan ke dalam tiga golongan yaitu (1) metode
vegetative (2) Metode mekanik (3)metode kimia.
1.      Metode Vegetative
Metode vegetative merupakan penggunaan tanaman dan tumbuhan atau bagian bagian
tumbuhan atau sisa sisa untuk mengurangi daya tumbuk butir hujan yang jatuh, mengurangi
kecepatan dan jumlah aliran permukaan yang pada akhirnya mengurangi erosi tanah. Dalam
knservasi tanah dan air metode vegeatif mempunyai fungsi melindungi tanah terhadap daya
perusak butir butir hujan yang jatuh dan melindungi tanah terhadap daya perusak air yang
mengalir di permukaan tanah serta memperbaiaki kapasitas infiltrasi tanah dan penahanan air
yang langsung mempengaruhi besarnya aliran permuakaan.
Metode vegetative dalam konservasi tanah meliputi penanaman dalam strip, penggunaan sisa
tanaman, geotekstil, strip tumbuhan penyangga, tanaman penutup tanah, pergiliran tanaman,
agroforestry.

2.      Metode Mekanik
Metode mekanik adalah semua perlakuan fsik mekanis yang diberikan terhadap dan
pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, dan meningkatkan
kemampuan penggunaan tanah. Metode mekanik dalam konservasi tanah berfungsi untuk
memperlambat aliran permukaan, menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan
kekuatan yang tidak merusak, memperbaiki atau memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah
dan memperbaiki aerasi tanah dan penyediaan air bagi tanaman. Meode mekanik dalam
konservasi tanah mencakup pengolahan tanah, pengolahan tanah menurut kontur, guludan
dan guludan bersaluran menurut kontur, parit pengelak, teras, dam penghambat, waduk,
tanggul, kolam atau balong, rorak, perbaikan drainase dan irigasi dll.
3.      Metode Kimia
Merupakan penggunaan preparat kimia baik berua senyawa sintetik maupun berupa bahan
alami yang sudah diolah, dalam jumlah yang relatis sedikit untuk meningkatkan stabilitas
agregat tanah dan mencegah erosi. Misalnya salah satu usaha dalam penggunaan senyawa
organic sintetik sebagai soil conditioner dilakukan oleh van Bavel (1950), yang
menyimpulkan bahwa senyawa organic sintetik tertentu dapat memperbaiki stabilitas agregat
tanah terhadap air secara efektif.di antara beberapa macam bahan yang digunakan adalah
campuran dimethyl dichlorosilane dan methyl-tricholorosilane yang dinamakan MCS. Bahan
kimia ini berupa cairan yang mudah menguap dan gas yang terbentuk bercampur dengan air
tanah. Senyawa ini terbentuk menyebabkan agregat tanah menjadi stabil.
Berbagai metode mampu diterapkan dalam konservasi tanah dan air. Dengan teknik tersebut
diharapkan tingkat erosi dapat diminimalkan bahkan dicegah. Tentunya dengan menjaga
lingkungan menjadi kunci utama dalam pelestarian sumber daya alam khususnya tanah dan
air sehingga tanah dan air dapat dimanfaatkan dengan baik oleh makhluk hidup serta siklus
hidrologi yang terus berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai