Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

PKK VIRTUAL GADAR


“TB”

Dosen pengampu : Ns, Abd Gani Baeda, S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh:
Nama : Sri Murtini
Nim : 182432033
Tingkat : II B

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SEMBILAN BELAS NOVEMBER
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meningens, ginjal,
tulang, dan nodus limfe (Suddarth, 2003). Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi menular
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang bervariasi, akibat
kuman mycobacterium tuberkulosis sistemik sehingga dapat mengenai semua organ tubuh
dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer
(Mansjoer, 2000).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang menyerang pada saluran pernafasan yang
disebabkan oleh bakteri yaitu mycobacterium tuberculosis, (Smeltzer, 2002). dapat
menyimpulkan bahwa, TB Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
mycobakterium tuberculosis yang menyerang saluran pernafasan terutama parenkim paru.
Klasifikasi tuberculosis di Indonesia yang banyak dipakai berdasarkan kelainan klinis,
radiologist dan mikrobiolo:
1. Tuberkulosis paru
2. Bekas tuberkulsis
3. Tuberkulosis paru tersangka
4. Tuberkulosis tersangka yang terbagi dalam :
a) TB paru tersangka yang diobati (sputum BTA negatif, tapi tanda-tanda lain positif)
b) TB paru tersangka yang tidak diobati (sputum BTA negatif dan tandatanda lain
meragukan) (Suyono, 2001)
2. Etiologi
Mycobacterium tuberkulosis merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran
panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. sebagian besar komponen M. tuberkulosis adalah
berupa lemak atau lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan
terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai
daerah yang banyak oksigen. oleh karena itu, M. tuberkulosis senang tinggal di daerah apeks
paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif
untuk penyakit tuberkulosis.
3. Patofisiologi
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan terinfeksi. Bakteri dipindahkan
melalui jalan nafas ke alveoli untuk memperbanyak diri, basil juga dipindahkan melalui system
limfe dan pembuluh darah ke area paru lain dan bagian tubuh lainnya.
Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit menelan
banyak bakteri, limfosit specific tuberculosis melisis basil dan jaringan normal, sehingga
mengakibatkan penumpukkan eksudat dalam alveoli dan menyebabkan bronkopnemonia.
Massa jaringan paru/granuloma (gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati)
dikelilingi makrofag membentuk dinding protektif.
Granuloma diubah menjadi massa jaringan fibrosa, yang bagian sentralnya disebut
komplek Ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa seperti
keju. Massa ini dapat mengalami klasifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi
dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif.
Individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respon inadekuat sistem
imun, maupun karena infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini tuberkel ghon
memecah, melepaskan bahan seperti keju ke bronki. Bakteri kemudian menyebar di udara,
mengakibatkan penyebaran lebih lanjut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak
mengakibatkan bronkopnemonia lebih lanjut (Smeltzer, 2001).
4. Manifestasi klinik
Gambaran klinis tuberculosis mungkin belum muncul pada infeksi awal dan mungkin
tidak akan pernah timbul bila tidak terjadi infeksi aktif. Bila timbul infeksi aktif klien biasanya
memperlihatkan gejala : batuk purulen produktif disertai nyeri dada, demam (biasanya pagi
hari), malaise, keringat malam, gejala flu, batuk darah, kelelahan, hilang nafsu makan dan
penurunan berat badan (Corwin, 2001).
5. Komplikasi
Penderita TB paru antara lain:
1. Pendarahan dari saluran pernafasan bagian bawah yang dapat mengakibatkan kematian
karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
2. Penyebaran infeksi ke organ lain
Misalnya : otak, jantung persendian, ginjal aslinya.
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Aksi Tes Tuberkulin Intradermal ( Mantoux).
Tes mantoux adalah dengan menyuntikan tuberculin (PPD) sebanyak 0,1 ml
mengandung 5 unit (TU) tuberculin secara intrakutan pada sepertiga atas permukaan
volar atau dorsal lengan bawah setelah kulit dibesihkan dengan alkohol. Untuk
memperoleh reaksi kulit yang maksimal diperlukan waktu antara 48 sampai 72 jam
sesudah penyuntikan dan reaksi harus dibaca dalam peiode tersebut. Interpretasi tes
kulit menunjukan adanya beberapa tipe reaksi :
a) Indurasi ≥ 5 mm diklasifikasikan positif dalam kelompok berikut ;
- Orang dengan HIV positif.
- Baru-baru ini kontak dengan orang yang menderita TB.
- Orang dengan perubahan fibrotic pada radigrafi dada yang sesuai dengan
gambaran TB lama yang sudah sembuh.
- Pasien yang menjalani tranplanstasi organ dan pasien yang mengalami
penekanan imunitas ( menerima setara dengan ≥ 15 mg/hari prednisone selama
≥1 bulan).
b) Indurasi ≥ 10 mm diklasifikasikan positif dalam kelompok berikut :
- Baru tuba ( ≤ 5 tahun ) dari Negara yang berprevalensi tinggi.
- Pemakai obat-obat yang disuntikkan.
- Penduduk dan pekerja yang berkumpul pada lingkungan yang berisiko tinggi.
Penjara, rumah-rumah perawatan, panti jompo, fasilitas yang disiapkan untuk
pasien dengan AIDS, dan penampungan untuk tuna wisma/
- Pengawai laboratorium mikrobakteriologi.
- Orang dengan keadaan klinis pada daerah mereka yang berisioko tinggi.
- Anak di bawa usia 4 tahun atau anak-anak dan remaja yang terpajan orang
dewasa kelompok risiko tinggi.
c) Indurasi ≥ 15 mm diklasifikasikan positif dalam kelompok berikut :
- Orang dengan factor risiko TB.
- Target program-program tes kulit seharusnya hanya dilakukan di anatara
kelompok risiko tinggi .
b. Pemeriksaan Bakteriologik (Sputum)
Pemeriksaan dapat memperkirakan jumlah basil tahan asam ( AFB) yang terdapat
pada sediaan. Sediaan yang positif memberikan petunjuk awal utnuk menekakan
diagnose, tetapi suatu sediaan yang negative tidak menyingkirkan kemungkinan
adanya infeksi penyakit. Pemeriksaan biakan harus dilakukan pada semua biakan.
Mikrobakteri akan tumbuh lambat dan membutuhkan suatu sediaan kompleks. Koloni
matur akan berwarna krem atau kekuningan, seperti kulit dan bentuknya seperti
kembang kol. Jumlah sekecil 10 bakteri/ml media konsentrasi yang telah diolah dapat
dideteksi oleh media biakan ini.
c. Vaksinasi BCG
Vaksinasi dengan BCG biasanya menimbulkan sensitivitas terhadapa tes tuberculin.
Derajat sensitivitas biasanya bervariasi, bergantubg pada strain BCG yang dipakai dan
populasi yang divaksinasi.
2. Pemeriksaan Radiologi
Rongten dada biasanya menunjukan lesi pada losus atas atau superior lobus bawah/ dapat
juga terlihat adanya pembentukan kavitas dan gambaran penyakit yang menyebar yang
biasanya bilateral.
3. Pemeriksaan lain-lain
a. Ziehl Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
darah) positif untuk basil asam cepat.
b. Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster ; urine dan cairan
serebrospinal, biopsi kulit ) positif untuk mycobakterium tuberkulosis.
c. Biopsi jarum pada jaringan paru, positif untuk granula TB ; adanya sel raksasa
menunjukan nekrosis.
d. Elektrosit dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi ; ex.
Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada TB paru luas. GDA dapat
tidak normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru.
e. Pemeriksaan fungsi pada paru, penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang
mati, peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan penurunan saturasi
oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkhim / fibrosis, kehilangan jaringan paru dan
penyakit pleural (TB paru kronis luas).

7. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas
Anamnesa meliputi nama, usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, alamat, suku/bangsa,
agama, tingkat pendidikan (bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim mendapatkan
pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya
menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat
menimbulkan serta memperparah penyakit ini)
2) Riwayat sakit dan kesehatan
a) Keluhan utama: klien mengeluh batuk-batuk.
b) Riwayat penyakit saat ini: berhubungan dengan keluhan utama yaitu batuk-batuk disertai
sesak nafas.
c) Riwayat penyakit dahulu: Meliputi penyakit yang berhubungan dengan penyakit
sekarang, batuk batuk disertai dengan sesak nafas
3) Pemeriksaan fisik (Head to Toe):
 Kepala
Bentuk kepala simetris, warna rambut hitam beruban , tekstur rambut merata, keadaan
rambut bersih, tidak terdapat luka pada kulit kepala, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba
massa.
 Mata
Bentuk mata simetris, bentuk pupilnya sama besar, sklera kemerahan, tidak ada sekret
dan tidak ada nyeri tekan pada bola mata, ketajaman tanpa alat pembantu.
 Telinga
Bentuk telinga simetris,keadaan tampak bersih, tidak ada lesi, tidak ada benjolan,
ketajaman pendengaran tanpa alat pembantu.
 Hidung
Bentuk hidung simetris, terdapat pernafasan cuping hidung, terdapat bulu hidung,
keadaan tampak bersih.
 Mulut
Bentuk bibir simetris, keadaan kering, warna bibir merah pucat, keadaan tampak cukup
bersih, gigi tampak cukup bersih.
 Leher
Warna kulit leher pasien normal seperti warna kulit di sekitarnya, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan limfe, dan tidak ada peradangan.
 Dada dan Paru
Bentuk paru-paru pasien simetris, tidak ada bekas luka, tidak ada nyeri tekan, tidak
terasa massa, terdengar suara nafas tambahan ronkhi
 Abdomen
Perut pasien simetris, tidak terjadi pigmentasi,tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada
edema, dan suaranya terdengar timpani.
 Genetalia
 Kulit dan Kuku
Warna kulit pucat , tidak ada lesi, keadaan kulit kotor, turgor kulit baik kembali kurang
dari 2 detik.
 Ektremitas
Ekstremitas atas dan bawah tampak normal, tidak ada edema, fungsi pergerakan baik

8. Pathway

9. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi (mis, inflamasi, iskemia,
neoplasma)
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan mual, muntah, nyeri

10. Intervensi
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif
Latihan batuk efektif
- Identifikasi kemampuan batuk
- Monitor adanya retensi sputum
- Atur posisi semi fowler atau fowler
- Buang sekret ditempat sputum
- Jelaskan tujuan dan prosedur batu efektif
- Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
- Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3 kali
- Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam yang ke 3

2) Nyeri
Manajemen Nyeri
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
- G Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik

3) Gangguan Pola Tidur


Dukungan Tidur
- Identifikasi pola aktivitas tidur
- Identifikasi factor pengganggu tidur
- Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
- Modifikasi lingkungan\
- Batasi waktu tidur siang
- Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
- Anjurkan menghindari makanan dan minuman yang mengganggu tidur
- Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologis lainnya

11. Implementasi
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif
- Mengidentifikasi kemampuan batuk
- Memonitor adanya retensi sputum
- Mengaturtu posisi semi fowler atau fowler
- Membuang sekret ditempat sputum
- Menjelaskan tujuan dan prosedur batu efektif
- Menganjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
- Menganjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3 kali
- Menganjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam yang ke 3
2) Nyeri
- Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
- Mengidentifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Memberikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Mengajarkan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
- Mengkolaborasi pemberian analgetik
3) Gangguan Pola Tidur
- Mengidentifikasi pola aktivitas tidur
- Mengidentifikasi factor pengganggu tidur
- Menidentifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
- Memodifikasi lingkungan\
- Membatasi waktu tidur siang
- Melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
- Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
- Menganjurkan menghindari makanan dan minuman yang mengganggu tidur
- Mengajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologis lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1998, Kamus Saku Kedokteran Dorland, Edisi 25, ECG, Jakarta
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 431, 432, Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Simon, Harvey E., 2002, Infections due to Mycobacteria, in Infectious Disease: The
Clinician’s Guide to Diagnosis, Treatment, and Prevention, WebMD Profesional
Publishing
Time pokja SDKI DPP PPNI 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta.
Time Pokja SIKI DPP PPNI 2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai