1. Nitrogen (N) merupakan hara makro utama yang sangat penting untuk pertumbuhan
tanaman. Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk ion NO3- atau NH4+ dari
tanah. kadar nitrogen rata-rata dalam jaringan tanaman adalah 2%-4% berat kering.
Dalam tanah, kadar nitrogen sagat bervariasi tergantung pada pengelolaan dan
penggunaan tanah tersebut (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Menurut Mengel dan
Kirkby (1987) dalam Rosmarkam dan Yuwono (2002) pada pH rendah, nitrat diserap
lebih cepat dibandingkan dengan amonium; sedangkan pada pH netral, kemungkinan
penyerapan kedaunya seimbang.
Mikrobia penambat nitrogen memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan
tanaman. Sebab berfungsi dalam menyediakan unsur hara nitrogen yang dapat
digunkan oleh tanaman melalui proses penambatan N 2 yang bebas di udara dan belum
dapat digunkan secara langsung oleh tanaman menjadi NH 4+ dan NO3– yang dapat
digunkan oleh tanaman untuk proses metabolismenya. Secara umum mikrobia
penambat N dibagi dalam dua kelompok, yaitu: (1) mikroba penambat N secara non-
simbitik contohnya genus Azotobacter, Azotomonas, Beijerinckia, Derxia,
Mycobacterium, dan Azospirillum dan (2) mikrobia penambat N secara simbiotik
seperti rhizobia dan Frankia sp.
2. Tanah muda dengan curah hujan rendah biasanya mengandung fosfor cukup tinggi,
secara umum unsur hara fosfor dalam tanah terbagi atas dua golongan yaitu P-organik
dan P-anorganik.
Dominasi bentuk P-anorganik didalam tanah pada tanah-tanah muda (pelapukan
belum intensif) adalah sesuai dengan urutan Ca-P>Al-P>Fe-P; sedangkan untuk
tanah-tanah tua (pelapukan lanjut) sesuai dengan urutan Fe-P>Al-P>Ca-P, dan untuk
tanah andisol dengan urutan Al-P>Ca-P>Fe-P.
Bentuk P-organik didalam tanah sekitar 10% terdapat dalam mikroorganisme, nilai ini
sangat kecil apabila dibandingkan dengan P-total, bentuk P-organik terdistribusi
paling besar dipermukaan tanah dibandingkan dengan subsoil, karena sesuai dengan
bahan organik tanah.
Bentuk senyawa fosfor dalam tanah, yang tersedia bagi tanaman adalah P-ortofosfat
(P dikelilingi oleh 4 atom oksigen, O), yang merupakan turunan dari asam folat,
H2PO4.Lop P-ortofosfat yang banyak diserap tanaman adalah ion ortofosfat primer
(H2PO4-) dan sejumlah kecil diserap dalam bentuk ion ortofosfat sekunder (HPO4-).
Akhir-akhir ini banyak usaha yang meningkatkan efisiensi pemupukan fosfor untuk
mengurangi biaya usaha tani dari pupuk, khususnya pada tanah-tanah mineral masam,
petani langsung menggunakan pupuk fosfor dari batuan fosfat alam. Batuan yang
banyak mengandung pupuk fosfor adalah apatit (Ca-P) baik berasal dari batuan beku
maupun batuan sedimen.
3. Unsur Kalium memiliki beberapa fungsi. Unsur K bukan merupakan unsur penyusun
jaringan tanaman, namun berperan dalam pembentukan pati, mengaktifkan enzim,
pembukaan stomata (mengatur pernapasan dan penguapan), proses fisiologis dalam
tanaman, proses metabolik dalam sel, mempengaruhi penyerapan unsur-unsur lain,
mempertinggi daya tahan terhadap kekeringan, penyakit selain itu juga berperan
dalam perkembangan akar. Kegunaan unsur hara K bagi tanaman yang lain adalah
mengaktifkan kerja beberapa enzim asetik thiokinase, aldolase, pirivat kinase,
glutamilsistein sinterase, formil tetrahidrofolatsintetase, suksinil Co A sintetase,
induksi nitrat reduktase, sintesis tepung, ATP ase. Kalium juga memacu translokasi
karbohidrat dari daun ke organ tanaman yang lain, terutama organ tanaman
penyimpan karbohidrat, misalnya ubi. Disamping itu Kalium juga merupakan
komponen penting di dalam mekanisme pengaturan osmotik di dalam sel dan juga
berpengaruh langsung terhadap tingkat semipermiabilitas membran dan fosforilasi di
dalam khloroplast. Ahli yang lain juga menyebutkan bahwa peranan unsur K bagi
tanaman sangat penting dalam setiap proses melabolisme dalam tanaman yaitu dalam
sintesis dari asam amino dan protein dari ion-ion amonium, dalam proses fotosintesis,
sebab apabila terjadi kekurangan kalium dalam daun, maka kecepatan asimilasi
karbondioksida (CO2) akan turun. Jadi K membantu pembentukan protein dan
karbohidrat, mengeraskan jerami dan bagian kayu dari tanaman, meningkatkan
resistensi terhadap penyakit dan kualitas buah-buahan.
4. Nitrogen yang difiksasi melalui tanaman leguminose dapat secara langsung dan tidak
langsung ditransfer kepada tanaman lainnya yang tumbuh di sekitar tanaman
leguminose. Proses transfer nitrogen oleh tanaman leguminose dapat melalui beberapa
mekanisme. Transfer N terbesar dapat dilakukan setelah proses mineralisasi N
organik menjadi N anorganik. Dengan adanya proses transfer N tersebut merupakan
salah satu faktor pendukung terbentuknya asosiasi tanaman leguminose dengan jenis
tanaman lainnya.
8. Proses Terjadinya : Degradasi sifat fisik tanah pada umumnya disebabkan karena
memburuknya struktur tanah. Kerusakan struktur tanah diawali dengan penurunan
kestabilan agregat tanah sebagai akibat akibat dari pukulan air hujan dan kekuatan
limpasan permukaan. Penurunan kestabilan agregat tanah berkaintan dengan
penurunan kandungan bahan organik tanah, aktivitas perakaran dan mikroorganisme
tanah. Penurunan ketiga agen pengikat tanah tersebut, selain menyebabkan agregat
tanah relatif mudah pecah juga menyebabkan terbentuknya kerak di permukaan tanah
(soil crusting) yang mempunyai sifat padat dan keras bila kering. Pada saat hujan
turun, kerak yang terbentuk di permukaan tanah juga menyebabkan penyumbatan pori
tanah. Akibat proses penyumbatan pori tanah ini, porositas tanah, disribusi pori tanah,
dan kemampuan tanah untuk mengalirkan air mengalami penurunan dan limpasan
permukaan akan meningkat.
Cara Pengendalian : Firmansyah (2003) menyatakan bahwa penggunaan gambut
terhumipikasi rendah dengan BD 0,10 Mg m -3 memilki pengaruh lebih besar daripada
gambut terhumifikasi tinggi dengan BD 0,29 Mg m-3 dalam menurunkan
kompaktibilitas tanah. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa behan organik
lebih efektif untuk tanah dengan kompaktilitas tinggi, ketahanan penetrsai maksimum
tanah liat menurun dari 0,64 menjadi 0,30 Mpa, dan pada tanah berpasir meningkat
dari 0,64 menjadi 1,08 Mpa.
Pemberian bahan tersebut dapat memperbaiki sifat fisik tanah berupa
peningkatan total ruang pori, perbaikan aerasi tanah, pori air tersedia, permeabilitas
tanah dan menurunnya ketahanan penetrasi. Pemberian dosis 20 Mg/ha dapat
meningkatkan aerasi diatas 12%, sedangkan pada takaran 10 Mg/ha dapat
memperbaiki ketahanan penetrasi (Firmansyah, 2003).
Upaya perbaikan terhadap sifat tanah adalah dalam pemantapan agregat tanah
yang memiliki tekstur lepas dengan menggunakan polimer organik. Polyacrilamide
(PAM) berberat molekul tinggi dan bermuatan negatif sedang mampu memantapkan
permukaan tanah, menurunkan run-of dan erosi. Rehabilitasi tanah terdegradasi dapat
ditinjau dari sifat tanah yang mengalami penurunan dan diupayakan dilakukan
perbaikan dengan menggunakan amelioran. Bentuk degradasi tanah yang terpenting di
kawasan Asia antara lain adalah erosi tanah, degradasi sifat kimia berupa penurunan
bahan organik tanah dan pencucian unsur hara (Firmansyah, 2003).
10. Proses Terjadinya : Degradasi biologi yang berhubungan dengan menurunya kualitas
dan kuantitas bahan organik tanah, aktivitas biotik dan keragaman spesies fauna
tanah yang juga menurun ikut menurun. Faktor alami penyebab degradasi biologi
antara lain areal berlereng curam ,tanah yang muda rusak ,curah hujan intensif ,dan
lain –lain .Faktor degradasi tanah akibat campur tangan manusia baik langsung
maupun tidak langsung lebih mendominasi dibandingkan faktor alami ,antara lain :
perubahan populasi ,marjinalisasi penduduk ,kemiskinan penduduk ,masalah
kepemilikan lahan ,ketidakstabilan politik dan kesalahan pengelolaan, kondisi sosial
dan ekonomi ,masalah kesehatan,dan pengembangan pertanian yang tidaktepat.
Terassering merupakan salah satu bentuk pencegahan erosi yang paling sering
dilakukan yakni dengan cara membuat teras demi teras seperti tangga pada lahan yang
miring sehingga ketika turun hujan air tidak langsung hanyut begitu saja sehingga
peluang terjadinya pengikisan tanah dapat di tekan seminimal mungkin. Dengan
membuat sistem lahan yang berteras seperti ini akan membuat tanah semakin stabil
begitu juga sangat baik untuk tanaman yang tumbuh di atas tanah tersebut. Namun
pembuatan terasering juga akan mempengaruhi lapisan atmosfer bumi karena akan
membuat konservasi tanah yang akan merubah sedikit struktur pada tanah.
Setiap lahan yang miring wajib dibuatkan semacam tanggul yang searah dan sejajar
dengan kontur tanah, dengan demikian air hujan dapat tertampung dari langsung
menyerap kedalam tanah sehingga mengurangi terjadinya Run Off atau aliran
permukaan. Pada daerah tanggul tersebut lebih bagusnya ditanami oleh tanaman
seperti jagung yang memiliki batang yang tinggi, dengan demikian air tidak akan
terlalu lama tergenang di daerah tanggul.
Selain mengatur tingkat salinitas, kita juga harus mengecek tingkat keasaman tanah
yang mana jika tanah terlalu asam menyebabkan sulitnya vegetasi untuk tumbuh.
Oleh karena itu sebaiknya melakukan pengapuran terhadap tanah yang terlalu asam
sehingga pH nya dapat kembali normal di kisaran 6.5.
>Cara Pengendalian erosi melalui faktor Proteksi : Pemilihan Jenis Vegetasi Penutup
Lahan
Hal ini menjadi bagian pertama yang harus diperhatikan dalam upaya melakukan
konservasi tanah. Untuk mengembalikan fungsi tanah yang terlanjur rusak diperlukan
vegetasi yang sifatnya mampu bertahan kondisi tanah yang ekstrim. Nanti seiring
berjalannya waktu tanah akan kembali normal sehingga dapat diganti dengan jenis
tanaman penutup lahan seperti polong polongan yang lebih bernilai ekonomis.
Untuk mencegah erosi diperlukan vegetasi penahan tanah, untuk itu sebelum kembali
menanam vegatasi penutup lahan tersebut, diperlukan pengujian kadar garam dalam
tanah tersebut. Kadar garam atau salinitas yang tinggi tentunya harus segera di
normalisasikan supaya vegatasi yang akan kembali ditanam dapat hidup dan
berkembang secara cepat.
Tanah yang terangkut air dalam aliran sungai ini akan mengendap atau berhenti pada
beberapa tempat seperti waduk, di dalam sungai itu sendiri, danau dan saluran air
lainnya. hal ini akan membuat pengendapan di dalam daerah tersebut sehingga bisa
menyebakan pelumpuran dan pendangkalan. Hal ini akan semakin diperparah dengan
terangkutnya bahan organic sehingga memungkinkan tumbuhnya organisme yang
akan semakin mempercepat terjadinya pendangkalan. Jika hal ini terjadi di dalam
waduk sebagai penampung air maka kapasitas waduk menampung air akan berkurang
sehingga bisa menyebabkan air meluap dan membanjiri daerah sekitar.
Karena adanya erosi ini akan membuat kekuatan tanah menyerap air berkurang
sehingga menyebabkan daerah hulu dan hilir kekeringan saat pembagian
musim kemarau serta daerah hilir akan terjadi banjir saat musim kemarau.
16. Fungsi bahan organik tanah dalam kaitannya dengan kesuburan tanah :
1. Pemasok dan Pendaur Hara
Ketika bahan organik didekomposisikan, salah satu hasil outputnya adalah
unsur hara terutama N, S, P, Ca, Mg, K. Proses pelepasan unsur hara ini
disebut mineralisasi, yaitu pelepasan unsur hara di bahan organik sehingga
tersedia bagi tanaman.
Hara N, P, dan S dihasilkan dari dekomposisi non-humat (karbohidrat, lemak
dan asam amino) (Stevenson 1994 dalam Munawar 2011).
Dekomposisi bahan organik lainnya secara sempurna menghasilkan HUMUS,
sifatnya mantap dan tahan terhadap dekomposisi lebih lanjut.
Tanah yang kaya bahan organik mampu mengikat dan menyimpan unsur – unsur hara
lebih baik dibandingkan koloid lain, dan membebaskannya untuk pertumbuhan
tanaman.
Hara makro tanaman yang bermuatan positif seperti Ca, Mg dan K.
Hara mikro yang bermuatan positif seperti Fe, Cu, Mn, Zn. –> membentuk
komplek bahan organik – logam (khelat).
Membentuk kompleks dengan oksida amort dari Fe dan Al, sehingga
mencegah fiksasi fosfor (P) menjadi ikatan Fe-P atau Al-P yang sidatnya tidak
dapat diserap tanaman.
17. Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai seperti sisa-sisa
tanaman seperti jerami dan alang-alang. Mulsa organik diberikan setelah tanaman
atau bibit ditanam. Keuntungan mulsa ini adalah lebih ekonomis, mudah diperoleh,
dan dapat terurai sehingga menambah kandungan bahan organik pada tanah.
18. C/N serasah yang telah mengalami perombakan lebih kecil dari C/N segar dimana
C/N segar berturut-turut untuk serasah umur 3 dan 4 tahun yaitu 36,85 dan 35,44%.
Semakin lama waktu dekomposisi yang dilakukan, maka C/N semakin rendah.
Dengan demikian dapat dikemukaan bahwa perombakan bahan organic terus berjalan
selama penelitian berlangsung. Selain itu turunnya nilai C/N menunjukkan bahwa
kandungan C- organic pada serasah semakin habis karena dipakai sebagai bahan
makanan oleh mikroba, sedangkan kandungan N dalam bahan akan meningkat yang
berarti proses mineralisasi berjalan terus.