Anda di halaman 1dari 2

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi jagung yaitu dengan

pemberian pupuk. Penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus dan berlebihan dapat
menurunkan kesuburan tanah dan merusak lingkungan sehingga penggunaan pupuk
anorganik perlu dikurangi dengan meningkatkan penggunaan pupuk hayati. Menurut
Simarmata (2005), pupuk hayati memberikan alternatif yang tepat untuk memperbaiki,
meningkatkan dan mempertahankan kualitas tanah sehingga mampu meningkatkan
pertumbuhan dan menaikkan hasil maupun kualitas berbagai tanaman dengan signifikan.
Salah satu pupuk hayati yang dapat dijadikan sebagai alternatif adalah pupuk hayati
mikoriza. Cendawan mikoriza dapat bersimbiosis dengan akar tanaman dan mempunyai
peranan yang penting dalam pertumbuhan tanaman. Peranan tersebut diantaranya adalah
meningkatkan serapan fosfor (P) dan unsur hara lainnya, seperti N, K, Zn, Co, S dan Mo dari
dalam tanah, meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan, memperbaiki agregat tanah,
meningkatkan pertumbuhan mikroba tanah yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman
inang serta sebagai pelindung tanaman dari infeksi patogen akar (Halis, Murni, dan Fitria,
2008). Mahbub (1999) menyatakan bahwa cendawan ini mampu melarutkan P yang sukar
larut dengan menghasilkan enzim fosfatase dan senyawa pengkhelat Al. Cendawan mikoriza
juga dapat meningkatkan serapan P dikarenakan adanya hifa eksternal yang memiliki
jangkauan luas yang mampu mempercepat tersedianya P sehingga akan dapat meningkatkan
serapan P tanaman.
Faktor utama pupuk hayati mikoriza berpengaruh nyata terhadap diameter batang. Hal
ini disebabkan karena kemampuan mikoriza dalam membantu akar untuk menyerap unsur
hara, dimana hifa eksternal dari mikoriza yang menjulur ke dalam tanah akan berperan
membantu sistem perakaran tanaman. Unsur hara yang diserap oleh akar tanaman akan
dimanfaatkan untuk memacu proses fotosintesis di daun. Hasil fotosintesis tersebut akan
ditranslokasikan keseluruh bagian tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman
(Gardner, Pearce dan Mitchell, 1991).
Peningkatan suhu sampai titik optimum akan diikuti oleh peningkatan proses di atas.
Setelah melewati titik optimum, proses tersebut mulai dihambat, baik secara fisik maupun
kimia, menurunnya aktifitas enzim (enzim terdegradasi). Suhu tinggi merusakkan enzim
sehingga metabolisme tidak berjalan baik. Begitupun suhu rendah bisa menyebabkan enzim
tidak aktif dan metabolisme terhenti. Peningkatan suhu disekitar iklim mikro (iklim dalam
satu wilayah spesifik) tanaman akan menyebabkan cepat hilangnya kandungan lengas tanah.
Lengas tanah merupakan air yang mengisi sebagian dan atau seluruh pori tanah. Peranan suhu
ada keterkaitannya dengan kehilangan lengas tanah, yang melewati mekanisme transpirasi
dan evaporasi.
Peningkatan suhu, terutama suhu tanah dan iklim mikro di sekitar tanaman akan
mempercepat kehilangan lengas tanah terutama pada musim kemarau. Pada suhu yang terlalu
tinggi atau terlalu rendah, tanaman dapat kehilangan kemampuan fisiologisnya seperti
fotosintesis, respirasi, transpirasi, absorpsi air, dan nutrisi. Tumbuhan berada pada tempat
dengan suhu yang lebih tinggi dari itu, kinerja enzim akan terganggu. Akibatnya, respirasi
dan transpor zat terganggu. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan nutrisi pada tumbuhan.
Pada suhu yang tinggi, air yang dapat diserap oleh tumbuhan juga lebih sedikit namun
penguapan akan lebih mudah terjadi. Untuk menghindari penguapan berlebihan, tumbuhan
akan menutup stomatanya. Namun penutupan stomata menyebabkan tidak adanya pertukaran
oksigen dan karbondioksida, atau artinya transpirasi zat terganggu. Hal ini membuat
metabolisme terganggu dan kematian pada tumbuhan. Adapun pada suhu rendah, air dan akar
tanaman akan membeku sehingga penyerapan air dapat terganggu.Pada suhu rendah, enzim
akan berhenti melakukan proses kimia, sehingga metabolisme tumbuhan pun akan terhenti.
Daun jagung berwarna kuning mengindikasikan bahwa tanaman jagung tersebut
menderita klorosis Klorosis merupakan gejala yang paling umum pada tanaman pertanian dan
dapat dikurangi dengan pemberian pupuk yang kaya akan unsur Nitrogen (N), Magnesium
(Mg) dan Zn. Ketiga unsur ini sangat penting dalam pembentukan pigmen warna pada
klorofil di mesofil daun. Gejala klorosis akan memperlihatkan penampakan daun dengan
permukaan kasar, terlihat menguning dan lama kelamaan berwarna cokelat lalu rusak. Pada
beberapa kasus, klorosis pada tanaman jagung juga akan memberi kenampakan warna daun
menghitam seperti habis terbakar. Klorosis banyak disebut orang dengan gejala daun tanaman
tidak hijau lagi karena beberapa sebab seperti kekurangan unsur hara tertentu.
Kekurangan/kekahatan/ defisiensi unsur hara pada tanaman akan berakibat pada kerusakan
secara fisiologis pada tanaman budidaya.
Daun jagung berwarna kecokelatan dan seperti terbakar karena menderita klorosis.
Untuk cara penanganan gejala klososis pada tanaman jagung yaitu dengan menambahkan
pupuk anorganik yang mengandung unsur hara N, Zn, dan Mg. Di pasaran tentu saja banyak
pupuk yang mengandung unsur N, Zn, dan Mg. Dan mudah mudahan setelah pengaplikasian
pupuk tersebut akan berpengaruh signifikan pada tanaman jagung. Yakni, daunnya semakin
hijau dan tidak berwarna kuning lagi karena terindikasi mengalami gejala klorosis.
Air yang tidak mencukupi juga akan menghasilkan daun kuning. Jagung
membutuhkan banyak air, setidaknya sekali seminggu dan tergantung pada cuaca setiap hari.
Ini adalah kasus yang mungkin untuk menguning jagung kami, mengingat itu adalah wadah
tumbuh dan menerima sinar matahari penuh untuk sebagian besar hari. Jaga agar jagung
disiram secara teratur. Sekali lagi, setidaknya satu kali per hari untuk menjaga tanah tetap
lembab satu inci di bawah permukaan. Pertahankan area di sekitar jagung bebas dari gulma
untuk mencegah serangga dan penyakit.

Anda mungkin juga menyukai