Nim : 2102001010013
Mata kuliah : Kesehatan hewan akuatik
Mengingat penerapan SNI memiliki jangkauan yang luas, maka standar perlu
memenuhi kriteria berikut:
Penerapan SNI
Bagi produsen atau pelaku usaha yang ingin menerapkan SNI pada dasarnya
bersifat sukarela. Mereka boleh mengajukan dan/atau tidak mengajukan.
Namun, SNI yang berkaitan dengan peningkatan kualitas hidup, yaitu kesehatan,
keselamatan, keamanan, dan lingkungan hidup (K3L), atau atas dasar
pertimbangan tertentu dapat diberlakukan secara wajib untuk memenuhi standar
yang dipersyaratkan
SNI sebagai suatu acuan dalam penggolongan barang dan/atau jasa yang layak
untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Adanya SNI ini juga dapat melindungi
kepentingan konsumen dari tidak tepatnya jumlah kuantitas produk hingga
kandungan berbahaya yang mungkin terdapat pada produk yang dibeli.
Produk barang dan/atau jasa yang wajib SNI diantaranya adalah bahan bangunan,
peralatan listrik, perlengkapan rumah tangga, peralatan bayi, mainan anak-anak,
dan makanan serta minuman. Masyarakat sebenarnya sangat memerlukan SNI
ini, hal ini karena berhubungan dengan masalah sosial dan ekonomi dalam
kehidupan bermasyarakat, termasuk kebutuhan akan sebuah barang/jasa yang
berkualitas, kompatibel, aman dan sesuai dengan ketentuan.
Untuk itu penerapan SNI yang merupakan tatanan jaringan sarana dan kegiatan
standardisasi yang serasi, selaras, dan terpadu serta berwawasan nasional dan
internasional sangat diperlukan.
Barang Impor Harus Ber-SNI
Selain itu, dengan aturan tersebut produk impor tidak seenaknya masuk ke pasar
dalam negeri. Kenyataannya, barang dalam negeri saja ketika mau diekspor ke
luar negeri harus ada bahasa asingnya. Berdasarkan pengalaman, kalau misal
tidak ada, baru saja sampai di pelabuhan, barangnya sudah dihancurkan.
Walaupun barang impor tersebut sudah mengantongi ISO tetap harus memenuhi
SNI. Hal tersebut diterapkan untuk melindungi daya saing dan konsumen.
Indonesia sebagai bangsa bermartabat harus mempunyai standar sendiri, SNI.
1. Diskriminasi Harga
Apa sih yang dimaksud dengan diskriminasi harga? Diskriminasi harga adalah
penetapan harga barang yang berbeda untuk masing-masing negara.
2. Pemberian Premi
3. Dumping
5. Larangan Ekspor
1. Kuota
2. Tarif
3. Subsidi
4. Larangan impor
Kebijakan Larangan dan Pembatasan (Lartas) Ekspor
Larangan dan pembatasan, atau biasa kita singkat sebagai Lartas, penting untuk
diketahui dalam melakukan ekspor. Lartas sebetulnya terbagi menjadi lartas
ekspor dan lartas impor. Namun, di artikel ini kita akan fokus membahas larangan
dan pembatasan pada ekspor.
Sahabat UKM bisa dengan mudah untuk mengetahui kebijakan Lartas ini dari HS
Code-nya. Segala informasi Lartas ini bisa diketahui pada
portal INSW (Indonesia National Single Window), Inatrade (dari Kemendag RI),
dan portal BTKI Bea Cukai berdasarkan HS-Code barang ekspornya. Bagi yang
belum paham, bisa baca artikel Memahami Kode Klasifikasi Barang Ekspor-
Impor.
Barang-Barang yang Dilarang Ekspornya
Mengapa ada barang yang dilarang ekspor? Pada dasarnya, kebijakan penetapan
barang yang dilarang untuk diekspor dilakukan dengan alasan untuk melindungi
keamanan nasional atau kepentingan umum (termasuk sosial, budaya, dan moral
masyarakat; hak kekayaan intelektual (HKI); dan/atau kesehatan dan keselamatan
manusia, hewan, ikan, tumbuhan, dan lingkungan hidup.
Setelah kita mengetahui apa saja barang yang dilarang ekspor, hati-hati bahwa
ada juga banyak produk yang dibatasi ekspornya. Maksudnya dibatasi disini
adalah sebetulnya diperbolehkan atau tidak dilarang. Jadi, disini sahabat UKM
tetap dapat mengekspor barang-barang ini asalkan memiliki perizinan tertentu.
Akan tetapi, untuk mengekspor barang yang dibatasi ini, hanya bisa dilakukan
oleh eksportir yang sudah memiliki badan usaha. Sedangkan usaha perseorangan
hanya bisa mengekspor barang bebas ekspor.
1. Kopi
Indonesia merupakan salah satu negara produsen kopi terbesar di dunia.
Meskipun kopi memiliki potensi ekspor yang besar, namun terdapat ketentuan
yang membatasi ekspornya dari pemerintah. Yang dibatasi ini mencakup semua
produk di bawah Sub-Bab 09.01 dan 21.01. Tetapi bagi sahabat UKM yang ingin
mengekspor kopi, hanya diwajibkan untuk mengurus perizinan Eksportir
Terdaftar Kopi (ETK) atau Eksportir Kopi Sementara (EKS).
2. Beras
Beras merupakan produk yang dikonsumsi oleh masyarakat seluruh dunia sehari-
hari. Di sisi lain, Indonesia memiliki pertanian yang begitu luas. Meskipun
demikian, konsumsi beras Indonesia merupakan hal paling penting bagi konsumsi
makanan masyarakat kita. Karenanya, pemerintah melakukan pengawasan ketat
untuk menjaga ketersediaan beras bagi konsumsi nasional. Sahabat UKM masih
bisa mengekspor produk beras asalkan wajib memiliki Persetujuan Ekspor
Beras dari Kementerian Perdagangan dan Rekomendasi dari Kementerian
Pertanian.
3. Kayu
Indonesia memiliki kekayaan yang begitu besar pada hutannya sehingga memiliki
potensi kuat untuk mengekspor produk olahan kayu. Akan tetapi, pemerintah
membatasi ekspor produk olahan kayu ini agar lebih bernilai ekonomis dan
kompetitif di pasar ekspor. Sehingga, pelaku usaha produk olahan kayu
dianjurkan untuk mengekspor produk jadi (furnished) dibandingkan mengekspor
barang yang setengah jadi (semi furnished) atau bahan baku (raw material).
Untuk membatasi hal ini, dibutuhkan SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas
Kayu) untuk dapat mengekspor produk kayu ini.
Jawab :
Penyakit Ikan
Penyakit dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat
menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh atau sebagian
alat tubuh baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyakit juga dapat
diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan ganguan baik fisik
maupun fisiologis dimana gangguan ini dapat disebabkan oleh organisme lain,
kondisi lingkungan atau campur tangan manusia. Sedangkan sakit adalah suatu
kondisi dimana terjadi gangguan atau ketidaknormalan pada fungsi fisik maupun
fisiologis tubuh organisme.
Transmisi penyakit ikan secara umum dapat terjadi secara vertikal dan
horizontal. Secara vertikal, penyakit ditularkan dari induk (parental) ke
keturunannya (offspring). Sedangkan pada transmisi secara horizontal, penyakit
disebarkan melalui kontak fisik ikan dan lingkungan yang sehat dengan ikan yang
sudah terjangkit penyakit. Oleh karena itu, informasi tentang gejala-gejala ikan
sakit sangat penting sehingga dapat dilakukan pengobatan.
Beberapa gejala ikan yang sakit antara lain ikan malas untuk makan,
pergerakan yang tidak beraturan dan tidak normal, peningkatan aktivitas
respiratori, perubahan warna, perubahan bentuk, pergerakan sering ke dasar
perairan, kerusakan pada jaringan (organ) eksternal dan internal, peningkatan
lendir, ascites (penggelembungan), necrosis (kerusakan jaringan), exopthalmia
(akumulasi cairan di mata), hemorrhage (pendarahan internal), septicemia
(keracunan darah), ulcer (borok), granuloma (bintil), kerusakan ekor (fin rot),
timbul bercak putih (white spot), dropsy (penggembungan tubuh dan diikuti sisik-
sisik yang mekar seperti sisir) dan bahkan kematian.
Beberapa organ yang sering diinfeksi oleh agen infeksius antara lain kulit,
sisik, insang, mata, hidung, lubang tubuh, organ internal, sistem peredaran darah,
sistem syaraf, dan sistem reproduksi.
a) Kulit dan Sisik Kulit dan sisik merupakan organ eksternal yang sering
terinfeksi oleh agen infeksius. Organ eksternal ini menjadi salah satu
parameter visual untuk melihat gejala ikan yang terserang penyakit.
Kulit dan sisik merupakan jaringan kontak awal tubuh ikan dengan
lingkungannya.
c) Mata dan Hidung Mata dan hidung merupakan organ yang juga sering
menjadi lokus atau tempat terjadinya infeksi. Mata maupun hidung
merupakan salah satu diantara organ lainnya yang menjadi tempat ideal
dikarenakan pada mata dan lendir hidung menyediakan nutrisi yang
dibutuhkan oleh agen infeksius untuk tumbuh dan kembangnya.
Meskipun mata ikan memiliki lapisan perlindungan yang baik, akan
tetapi organ ini menjadi salah satu tempat yang sering diinfeksi. Salah
satu bentuk infeksi pada mata adalah terbentuknya exopthalmia akibat
serangan bakteri, jamur, virus, maupun parasite.
d) Lubang Tubuh Tempat lain yang dapat menjadi lokasi menguntungkan
bagi sumber penyakit ikan adalah lubang-lubang tubuh untuk fungsi
faalnya. Lubang-lubang tubuh ini merupakan jalan masuk yang baik
bagi sumber penyakit. Beberapa sumber penyakit memanfaatkan
lubang-lubang tubuh untuk masuk dan invasi menyerang organ yang
lebih dalam daripada sekedar serangan eksternal.
b. Log Phase atau Fase Eksponensial Pada fase log, sel membelah dengan
cepat dimana pertambahan jumlahnya mengikuti kurva logaritmik.
Keberadaan faktor-faktor pertumbuhan yang ideal mempercepat bakteri
untuk tumbuh dan berkembang. Pada fase ini sel bakteri juga
membutuhkan energi lebih banyak dibandingkan dengan fase lainnya dan
sel sangat sensitif dengan keadaan lingkungannya
c. Stasionary Phase atau Fase Stagnan Pada fase ini, pertumbuhan populasi
melambat, stagnan, atau stasioner. Hal ini dikarenakan oleh beberapa
faktor, antara lain zat nutrisi sudah berkurang, adanya hasil-hasil
metabolisme yang mungkin beracun dan dapat menghambat pertumbuhan,
adanya kompetitor, dan sebagainya. Meskipun masih menunjukkan
peningkatan jumlah sel, tetapi sudah lambat dan bahkan dapat terjadi
stagnasi pertumbuhan dimana jumlah sel yang tumbuh sama dengan
jumlah sel yang mati.
d. Death Phase atau Fase Kematian Pada fase ini, populasi mikroorganisme
mulai mengalami kematian yang dikarenakan oleh kehabisan nutrisi di
dalam lingkungan dan energi cadangan di dalam sel juga sudah habis.
Jumlah sel yang mati semakin lama akan semakin banyak dan kecepatan
kematian ini sangat dipengaruhi oleh kondisi nutrisi, lingkungan, dan jenis
mikroorganisme tersebut.
E. Penyakit Edwardsiella sp
Bakteri Edwardsiella sp merupakan salah satu jenis bakteri yang
memerlukan kewaspadaan tinggi untuk mencegah penyebaran dan
infeksinya di perairan. Bakteri ini tergolong bakteri gram negatif yang
berbentuk batang melengkung pleomorfik. Bakteri Edwardsiella sp
merupakan penyebab penyakit edwardsilosis dan dikenal sebagai agen
penyebab infeksi pada ikan Ictalurus punctatus (septicemia enteric).
Sejumlah kejadian ditemukan pada ikan air tawar, yaitu Carassius auratus,
Notemigonus crysoleucas (golden shiner), Micropterus salmoides
(langermouth bass), dan Ictalurus nebulosus (brown bullhead). Gejala
klinis serangan bakteri Edwardsiella sp mirip infeksi oleh bakteri A.
hydrophila berupa seperti borok-borok kecil di kulit dan kerusakan
jaringan otot yang biasanya disertai dengan pembentukan gas yang
terjebak di antara jaringan yang rusak (malodorous). Ikan yang sakit akan
kehilangan kendali separuh tubuh bagian posterior meskipun tetap makan
serta terjadi kerusakan jaringan (tonjolan atau borok) terbuka pada tulang
kepala depan di antara kedua mata (hole in the head disease atau penyakit
kepala berlubang) dan septicemia pada catfish (enteric septicemia of
catfish)
F. Penyakit Yersinia ruckeri
Bakteri Yersinia ruckeri merupakan bakteri gram negatif, berbentuk
batang, dan motil. Bakteri ini penyebab penyakit enteric red mouth (ERM)
pada ikan-ikan salmonid, terutama riainbow trout. Gejala klinis serangan
Yersinia ruckeri antara lain septicemia disertai exopthalmia, ascites,
hemorrhage, serta borok yang terjadi di rahang, langit-langit rongga mulut,
insang, dan operkulum. Hemorrhage terjadi pada jaringan otot dan
permukaan serosal intestinum, pembengkakan pada limpa dan ginjal. Pada
sejumlah kasus ERM, dari muara pengeluaran sering keluar cairan kuning
saat perut ditekan, serta necrosis terjadi pada jaringan hati, ginjal, dan
limpa