Anda di halaman 1dari 18

Nama : Nova

Nim : 2102001010013
Mata kuliah : Kesehatan hewan akuatik

1. ketentuan/standar yang ditetapkan negara kita agar suatu bahan/barang


pada saat diekspor?
Jawab:
Standar Nasional Indonesia (SNI) merupakan satu-satunya standar yang
berlaku secara nasional di Indonesia yang dirumuskan oleh Panitia Teknis dan
ditetapkan oleh BSN. Penerapan dan penetapan SNI terhadap suatu produk sangat
penting dalam rangka meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan oleh
produsen. Selain itu, SNI juga dapat digunakan sebagai salah satu alat kebijakan
pemerintah dalam menata struktur ekonomi secara lebih baik.

Kebijakan standardisasi ditetapkan oleh pemerintah dengan tujuan sebagai


berikut:
▪ Mengurangi risiko pada implementasi produk di pasar;
▪ Meningkatkan efisiensi ekonomi secara menyeluruh;
▪ Meningkatkan daya saing barang dan/atau jasa, baik dalam rangka
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun memenuhi
kebutuhan luar negeri;
▪ Menunjang program keterkaitan sektor ekonomi dengan berbagai
sektor lainnya;
▪ Memberikan perlindungan terhadap pasar secara berkeadilan;
▪ Menciptakan persaingan usaha yang sehat diantara para Pelaku
Usaha/Produsen, khususnya untuk produksi barang yang sama atau
sejenis.
▪ Memberikan perlindungan kepada masyarakat selaku konsumen;
▪ Meningkatkan kepercayaan bahwa produk yang dipesan oleh
konsumen telah memenuhi persyaratan;
▪ Mengelola keanggotaan pada organisasi standardisasi internasional
dan regional.
Kriteria SNI

Mengingat penerapan SNI memiliki jangkauan yang luas, maka standar perlu
memenuhi kriteria berikut:

▪ Dokumen SNI yang dikembangkan tersebut harus harmonis dengan


standar internasional dan pengembangannya didasarkan pada
kebutuhan nasional termasuk industri.
▪ Dokumen SNI yang dikembangkan untuk tujuan penerapan regulasi
teknis yang bersifat wajib maka harus didukung
oleh infrastruktur penerapan standar yang kompeten. Harapannya
dengan kriteria tersebut tujuan untuk memberikan perlindungan
kepentingan, keselamatan, keamanan, kesehatan masyarakat atau
pelestarian fungsi lingkungan hidup dan atau pertimbangan ekonomi
dapat tercapai secara efektif dan efisien.
▪ Kriteria yang ketiga adalah infrastruktur yang diperlukan untuk
menunjang penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) tersebut
memiliki kompetensi yang diakui di tingkat nasional, regional
ataupun internasional.

Penerapan SNI

Bagi produsen atau pelaku usaha yang ingin menerapkan SNI pada dasarnya
bersifat sukarela. Mereka boleh mengajukan dan/atau tidak mengajukan.

Namun, SNI yang berkaitan dengan peningkatan kualitas hidup, yaitu kesehatan,
keselamatan, keamanan, dan lingkungan hidup (K3L), atau atas dasar
pertimbangan tertentu dapat diberlakukan secara wajib untuk memenuhi standar
yang dipersyaratkan

SNI sebagai suatu acuan dalam penggolongan barang dan/atau jasa yang layak
untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Adanya SNI ini juga dapat melindungi
kepentingan konsumen dari tidak tepatnya jumlah kuantitas produk hingga
kandungan berbahaya yang mungkin terdapat pada produk yang dibeli.

Dengan alasan di atas maka Kementerian Perindustrian memberlakukan beberapa


produkuntuk memiliki SNI. Penerapan SNI memerlukan prasarana teknis dan
institusional yang meliputi berikut di bawah ini
▪ Standar produk dan standar pendukungnya (cara uji, cara
pengukuran, dsb);
▪ Lembaga penilaian kesesuaian (sertifikasi sistem mutu, sertifikasi
personil, inspeksi, laboratorium uji dan kalibrasi); dan
▪ Peraturan perundang-undangannya sendiri.

Pasal 57 Undang – Undang Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan secara


tersirat memuat mengenai SNI ini. Berikut penjelasannya:

▪ Dalam ayat (1) menyebutkan barang yang diperdagangkan di dalam


negeri harus memenuhi SNI yang telah diberlakukan secara wajib,
atau persyaratan teknis yang telah diberlakukan secara wajib.
▪ Dalam ayat (3) mengenai pemberlakuan SNI atau persyaratan teknis
ditetapkan oleh menteri atau menteri sesuai dengan urusan
pemerintahan yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya.

Produk barang dan/atau jasa yang wajib SNI diantaranya adalah bahan bangunan,
peralatan listrik, perlengkapan rumah tangga, peralatan bayi, mainan anak-anak,
dan makanan serta minuman. Masyarakat sebenarnya sangat memerlukan SNI
ini, hal ini karena berhubungan dengan masalah sosial dan ekonomi dalam
kehidupan bermasyarakat, termasuk kebutuhan akan sebuah barang/jasa yang
berkualitas, kompatibel, aman dan sesuai dengan ketentuan.
Untuk itu penerapan SNI yang merupakan tatanan jaringan sarana dan kegiatan
standardisasi yang serasi, selaras, dan terpadu serta berwawasan nasional dan
internasional sangat diperlukan.
Barang Impor Harus Ber-SNI

Produk barang impor wajib memiliki lisensi Standar Nasional Indonesia


(SNI). Sesuai peraturan yang berlaku, semua barang dagang harus berlogo SNI,
dan menggunakan label serta petunjuk bahasa Indonesia. Tak lain dan tak bukan,
tujuannya untuk melindungi konsumen Indonesia

Selain itu, dengan aturan tersebut produk impor tidak seenaknya masuk ke pasar
dalam negeri. Kenyataannya, barang dalam negeri saja ketika mau diekspor ke
luar negeri harus ada bahasa asingnya. Berdasarkan pengalaman, kalau misal
tidak ada, baru saja sampai di pelabuhan, barangnya sudah dihancurkan.

Walaupun barang impor tersebut sudah mengantongi ISO tetap harus memenuhi
SNI. Hal tersebut diterapkan untuk melindungi daya saing dan konsumen.
Indonesia sebagai bangsa bermartabat harus mempunyai standar sendiri, SNI.

Maka, SNI bukanlah suatu kebijakan pemerintah yang menahan produk


barang/jasa luar negeri untuk masuk dan bersaing di dalam negeri.,melainkan
untuk melindungi kepentingan hukum konsumen yang tidak lain adalah
masyarakat dalam negeri sendiri. Kepentingan hukum tersebut adalah sebagai
bentuk jaminan terhadap konsumen untuk mendapatkan barang/jasa yang
berkualitas baik.
Kebijakan Ekspor dalam Perdagangan Internasional

1. Diskriminasi Harga

Apa sih yang dimaksud dengan diskriminasi harga? Diskriminasi harga adalah
penetapan harga barang yang berbeda untuk masing-masing negara.

2. Pemberian Premi

Kebijakan selanjutnya adalah kebijakan premi. Kebijakan premi adalah salah


satu kebijakan yang diambil pemerintah untuk memajukan ekspor

3. Dumping

Kamu sudah pernah mendengar istilah dumping? Dumping adalah penetapan


harga barang yang diekspor lebih murah dibandingkan harga jual di dalam
negeri.

4. Politik Dagang Bebas

Politik dagang bebas adalah suatu kondisi ketika masing-masing


pemerintah memberi kebebasan dalam ekspor dan impor.

5. Larangan Ekspor

Sesuai dengan namanya, larangan ekspor adalah kebijakan suatu negara


untuk melarang ekspor barang-barang tertentu keluar negeri.

Kebijakan Impor dalam Perdagangan Internasional

1. Kuota
2. Tarif
3. Subsidi
4. Larangan impor
Kebijakan Larangan dan Pembatasan (Lartas) Ekspor

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan No. 13/M-DAG/PER/3/2012


tentang “Ketentuan Umum Bidang Ekspor”, barang Ekspor dikelompokan
kedalam 3 kategori yaitu Barang Dilarang Ekspor, Barang Dibatasi Ekspor, dan
Barang Bebas Ekspor. Jadi, sahabat UKM dapat mengekspor barang apapun
dengan bebas kecuali yang dilarang dan dibatasi sesuai kebijakan pemerintah.

Larangan dan pembatasan, atau biasa kita singkat sebagai Lartas, penting untuk
diketahui dalam melakukan ekspor. Lartas sebetulnya terbagi menjadi lartas
ekspor dan lartas impor. Namun, di artikel ini kita akan fokus membahas larangan
dan pembatasan pada ekspor.

Sahabat UKM bisa dengan mudah untuk mengetahui kebijakan Lartas ini dari HS
Code-nya. Segala informasi Lartas ini bisa diketahui pada
portal INSW (Indonesia National Single Window), Inatrade (dari Kemendag RI),
dan portal BTKI Bea Cukai berdasarkan HS-Code barang ekspornya. Bagi yang
belum paham, bisa baca artikel Memahami Kode Klasifikasi Barang Ekspor-
Impor.
Barang-Barang yang Dilarang Ekspornya

Mengapa ada barang yang dilarang ekspor? Pada dasarnya, kebijakan penetapan
barang yang dilarang untuk diekspor dilakukan dengan alasan untuk melindungi
keamanan nasional atau kepentingan umum (termasuk sosial, budaya, dan moral
masyarakat; hak kekayaan intelektual (HKI); dan/atau kesehatan dan keselamatan
manusia, hewan, ikan, tumbuhan, dan lingkungan hidup.

Kebijakan pelarangan barang ekspor ditetapkan oleh Menteri Perdagangan


berdasarkan usulan dari menteri atau kepala lembaga pemerintahan non
kementerian. Saat ini, kebijakan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 45 Tahun 2019, yang efektif berlaku mulai tanggal 21 Juli
2019.

Ada empat bidang yang memiliki barang dilarang ekspor, yaitu:

1. Barang dilarang ekspor di bidang pertanian


2. Barang dilarang ekspor di bidang kehutanan
3. Barang dilarang ekspor di bidang pertambangan
4. Barang dilarang ekspor di bidang cagar budaya
Barang-Barang yang Dibatasi Ekspornya

Setelah kita mengetahui apa saja barang yang dilarang ekspor, hati-hati bahwa
ada juga banyak produk yang dibatasi ekspornya. Maksudnya dibatasi disini
adalah sebetulnya diperbolehkan atau tidak dilarang. Jadi, disini sahabat UKM
tetap dapat mengekspor barang-barang ini asalkan memiliki perizinan tertentu.

Akan tetapi, untuk mengekspor barang yang dibatasi ini, hanya bisa dilakukan
oleh eksportir yang sudah memiliki badan usaha. Sedangkan usaha perseorangan
hanya bisa mengekspor barang bebas ekspor.

Beberapa barang dibatasi ekspornya dengan alasan-alasan kuat diantaranya untuk


menjamin tersedianya bahan baku bagi industri dalam negeri, melindungi
lingkungan dan kelestarian alam, meningkatkan nilai tambah, dan meningkatkan
daya saing produk dan posisi negosiasi. Pembatasan ini dilakukan sesuai dengan
kebijakan perdagangan internasional di hubungan bilateral, regional, maupun
multilateral.

1. Kopi
Indonesia merupakan salah satu negara produsen kopi terbesar di dunia.
Meskipun kopi memiliki potensi ekspor yang besar, namun terdapat ketentuan
yang membatasi ekspornya dari pemerintah. Yang dibatasi ini mencakup semua
produk di bawah Sub-Bab 09.01 dan 21.01. Tetapi bagi sahabat UKM yang ingin
mengekspor kopi, hanya diwajibkan untuk mengurus perizinan Eksportir
Terdaftar Kopi (ETK) atau Eksportir Kopi Sementara (EKS).

2. Beras
Beras merupakan produk yang dikonsumsi oleh masyarakat seluruh dunia sehari-
hari. Di sisi lain, Indonesia memiliki pertanian yang begitu luas. Meskipun
demikian, konsumsi beras Indonesia merupakan hal paling penting bagi konsumsi
makanan masyarakat kita. Karenanya, pemerintah melakukan pengawasan ketat
untuk menjaga ketersediaan beras bagi konsumsi nasional. Sahabat UKM masih
bisa mengekspor produk beras asalkan wajib memiliki Persetujuan Ekspor
Beras dari Kementerian Perdagangan dan Rekomendasi dari Kementerian
Pertanian.

3. Kayu
Indonesia memiliki kekayaan yang begitu besar pada hutannya sehingga memiliki
potensi kuat untuk mengekspor produk olahan kayu. Akan tetapi, pemerintah
membatasi ekspor produk olahan kayu ini agar lebih bernilai ekonomis dan
kompetitif di pasar ekspor. Sehingga, pelaku usaha produk olahan kayu
dianjurkan untuk mengekspor produk jadi (furnished) dibandingkan mengekspor
barang yang setengah jadi (semi furnished) atau bahan baku (raw material).
Untuk membatasi hal ini, dibutuhkan SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas
Kayu) untuk dapat mengekspor produk kayu ini.

4. Sarang Burung Walet


Produk sarang burung walet (HS Code 04.01.00.10) sangat laris di pasar ekspor
(terutama di China) karena memiliki manfaat kesehatan yang tinggi bagi yang
mengkonsumsinya. Selain itu, sarang burung walet memiliki nilai jual yang tinggi
sehingga perlu upaya untuk melestarikan produksi sarang burung walet di
Indonesia. Maka dari itu, pemerintah mengawasi ekspor produk ini. Pelaku usaha
untuk dapat mengekspor ini diharuskan untuk memiliki izin Eksportir
Terdaftar Sarang Burung Walet dengan rekomendasi dari Ditjen Peternakan
dan Kesehatan Hewan - Kementerian Pertanian.

5. Pupuk Urea Non Subsidi


Pupuk merupakan produk penting untuk meningkatkan industri pertanian negara
kita. Maka dari itu, perlu adanya menjaga ketersediaan stok pupuk dalam negeri
serta mengawasi tindakan penyalahgunaan dan penyelewengan. Jadi, apakah kita
tidak boleh mengekspor pupuk? Yang pasti kita dilarang untuk mengekspor
pupuk yang bersubsidi. Tetapi, kita diperbolehkan mengekspor pupuk urea non
subsidi asalkan telah dipastikan kebutuhan dalam negeri telah dipenuhi dan tidak
mengekspornya dengan jumlah berlebih. Sehingga, pemerintah mewajibkan
pelaku usaha untuk mendapatkan izin Persetujuan Ekspor Pupuk Urea Non
Subsidi dari PT. Pupuk indonesia (Persero).

6. Sisa atau Skrap Logam


Industri manufaktur kita membutuhkan sisa atau skrap logam untuk digunakan
sebagai bahan bakunya. Sehingga, pemerintah melakukan kebijakan pengawasan
untuk menjaga ketersediaan sisa atau skrap logam dalam negeri. Dengan ini,
pelaku usaha wajib mendapatkan izin Persetujuan Ekspor Skrap Logam untuk
dapat mengekspornya.
2. wabah penyakit yang bisa mengancam produksi hewan akuatik? biologi, kimia,
fisika, kimia yang sangat berbahaya dan bagaimana cara mengendalikannya?

Jawab :

Penyakit Ikan
Penyakit dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat
menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh atau sebagian
alat tubuh baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyakit juga dapat
diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan ganguan baik fisik
maupun fisiologis dimana gangguan ini dapat disebabkan oleh organisme lain,
kondisi lingkungan atau campur tangan manusia. Sedangkan sakit adalah suatu
kondisi dimana terjadi gangguan atau ketidaknormalan pada fungsi fisik maupun
fisiologis tubuh organisme.

Beberapa agen infeksius (patogen), seperti jamur, parasit, virus, maupun


bakteri memberi konstribusi terhadap terkendalanya perkembangan subsektor
budidaya perikanan. Sakit bahkan kematian yang dialami ikan dapat berlangsung
secara akut hingga kronis. Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi
terjadinya penyakit yang bahkan mengarah pada kematian.

Transmisi penyakit ikan secara umum dapat terjadi secara vertikal dan
horizontal. Secara vertikal, penyakit ditularkan dari induk (parental) ke
keturunannya (offspring). Sedangkan pada transmisi secara horizontal, penyakit
disebarkan melalui kontak fisik ikan dan lingkungan yang sehat dengan ikan yang
sudah terjangkit penyakit. Oleh karena itu, informasi tentang gejala-gejala ikan
sakit sangat penting sehingga dapat dilakukan pengobatan.
Beberapa gejala ikan yang sakit antara lain ikan malas untuk makan,
pergerakan yang tidak beraturan dan tidak normal, peningkatan aktivitas
respiratori, perubahan warna, perubahan bentuk, pergerakan sering ke dasar
perairan, kerusakan pada jaringan (organ) eksternal dan internal, peningkatan
lendir, ascites (penggelembungan), necrosis (kerusakan jaringan), exopthalmia
(akumulasi cairan di mata), hemorrhage (pendarahan internal), septicemia
(keracunan darah), ulcer (borok), granuloma (bintil), kerusakan ekor (fin rot),
timbul bercak putih (white spot), dropsy (penggembungan tubuh dan diikuti sisik-
sisik yang mekar seperti sisir) dan bahkan kematian.
Beberapa organ yang sering diinfeksi oleh agen infeksius antara lain kulit,
sisik, insang, mata, hidung, lubang tubuh, organ internal, sistem peredaran darah,
sistem syaraf, dan sistem reproduksi.
a) Kulit dan Sisik Kulit dan sisik merupakan organ eksternal yang sering
terinfeksi oleh agen infeksius. Organ eksternal ini menjadi salah satu
parameter visual untuk melihat gejala ikan yang terserang penyakit.
Kulit dan sisik merupakan jaringan kontak awal tubuh ikan dengan
lingkungannya.

b) Operkulum dan Insang Permukaan luar operkulum tidak begitu disukai


parasit, tetapi bagian dalam merupakan bagian yang rentan dari
serangan parasit. Parasit dapat berpindah ke insang atau sebagian lain
tetap berada di operkulum. Parasit eksternal banyak yang terdapat di
perairan dan membenamkan diri dalam lendir ataupun lamellae insang.

c) Mata dan Hidung Mata dan hidung merupakan organ yang juga sering
menjadi lokus atau tempat terjadinya infeksi. Mata maupun hidung
merupakan salah satu diantara organ lainnya yang menjadi tempat ideal
dikarenakan pada mata dan lendir hidung menyediakan nutrisi yang
dibutuhkan oleh agen infeksius untuk tumbuh dan kembangnya.
Meskipun mata ikan memiliki lapisan perlindungan yang baik, akan
tetapi organ ini menjadi salah satu tempat yang sering diinfeksi. Salah
satu bentuk infeksi pada mata adalah terbentuknya exopthalmia akibat
serangan bakteri, jamur, virus, maupun parasite.
d) Lubang Tubuh Tempat lain yang dapat menjadi lokasi menguntungkan
bagi sumber penyakit ikan adalah lubang-lubang tubuh untuk fungsi
faalnya. Lubang-lubang tubuh ini merupakan jalan masuk yang baik
bagi sumber penyakit. Beberapa sumber penyakit memanfaatkan
lubang-lubang tubuh untuk masuk dan invasi menyerang organ yang
lebih dalam daripada sekedar serangan eksternal.

e) Organ Internal Organ internal dapat mengalami kerusakan yang lebih


parah daripada organ eksternal, meskipun serangan penyakit tersebut
terkadang belum tampak parah secara eksternal. Saluran pencernaan
adalah salah satu organ internal yang sangat potensial sebagai tempat
terjadinya serangan penyakit. Hal ini dikarenakan saluran pencernaan.
sangat terbuka bagi masuknya sumber penyakit parasit dari lingkungan
luar, terutama melalui pakan.

f) Sistem Peredaran Darah dan Sistem Syaraf Darah merupakan media


berupa protein yang menjadi nutrisi yang sangat diperlukan oleh
mikroorganisme untuk hidup. Hal ini menjadikan sistem peredaran
darah merupakan vektor atau jalan yang baik untuk mendistribusikan
sumber penyakit ke dalam seluruh tubuh. Di dalam konteks ini, jantung
sangat berperan di dalam peredaran darah. Apabila sistem peredaran
darah diinfeksi penyakit, maka dapat dipastikan bahwa serangan
tersebut juga mengarah ke jantung sebagai pusat kendali peredaran
darah.
Penyakit Bakterial (Bacterial Disease)

Bakteri merupakan salah satu kelompok mikroorganisme yang asal


katanya adalah bakterion (Yunani) yang berarti tongkat atau batang.
Bakteri merupakan mikroorganisme bersel tunggal (uniseluler)
berukuran antara 0,5-10 µm x 2,0-5,0 µm. Pengamatan bakteri
dilakukan dengan bantuan mikroskop melalui pemeriksaan koloni. Sel
bakteri hanya akan terlihat di bawah mikroskop pada ulasan yang
diwarnai di atas gelas preparat. Karakteristik lain dari bakteri adalah
bakteri berkembangbiak secara aseksual dengan pembelahan biner,
yaitu secara amitosis membelah menjadi dua bagian dan secara seksual.
Pada umumnya bakteri tidak berklorofil dan beberapa saja yang bersifat
fotosintetik, dapat hidup bebas, parasitik, saprofitik, beberapa jenis
membentuk spora untuk pertahanan diri dari lingkungan yang tidak
sesuai, bergerak dengan flagel, bersigat patogen, serta bebarapa jenis
bakteri berguna bagi manusia, hewan, dan tumbuhan

a. Lag Phase atau Fase Adaptasi


Fase lag dapat dikatakan sebagai fase persiapan, permulaan, adaptasi, atau
penyesuaian yang merupakan fase pengaturan suatu aktivitas dalam
lingkungan baru fase adaptasi dan pertumbuhan lambat. Pada fase lag,
bakteri belum tumbuh dengan cepat dikarenakan sel masih beradaptasi
dengan kondisi lingkungan di sekitarnya. Pada fase ini juga, pertumbuhan
sel berjalan lambat atau bahkan belum terjadi pembelahan dikarenakan
beberapa enzim belum disintesis. Kecepatan setiap jenis sel bakteri
beradaptasi dengan lingkungannya dipengaruhi oleh banyak faktor,
terutama ketersediaan nutrisi, sumber energi, pH, aktivitas air, senyawa
penghambat, kompetitor, dan sebagainya. Semakin ideal faktor-faktor
lingkungan, maka semakin cepat terjadinya fase adaptasi dan bakteri akan
tumbuh dengan baik secara eksponensial.

b. Log Phase atau Fase Eksponensial Pada fase log, sel membelah dengan
cepat dimana pertambahan jumlahnya mengikuti kurva logaritmik.
Keberadaan faktor-faktor pertumbuhan yang ideal mempercepat bakteri
untuk tumbuh dan berkembang. Pada fase ini sel bakteri juga
membutuhkan energi lebih banyak dibandingkan dengan fase lainnya dan
sel sangat sensitif dengan keadaan lingkungannya
c. Stasionary Phase atau Fase Stagnan Pada fase ini, pertumbuhan populasi
melambat, stagnan, atau stasioner. Hal ini dikarenakan oleh beberapa
faktor, antara lain zat nutrisi sudah berkurang, adanya hasil-hasil
metabolisme yang mungkin beracun dan dapat menghambat pertumbuhan,
adanya kompetitor, dan sebagainya. Meskipun masih menunjukkan
peningkatan jumlah sel, tetapi sudah lambat dan bahkan dapat terjadi
stagnasi pertumbuhan dimana jumlah sel yang tumbuh sama dengan
jumlah sel yang mati.

d. Death Phase atau Fase Kematian Pada fase ini, populasi mikroorganisme
mulai mengalami kematian yang dikarenakan oleh kehabisan nutrisi di
dalam lingkungan dan energi cadangan di dalam sel juga sudah habis.
Jumlah sel yang mati semakin lama akan semakin banyak dan kecepatan
kematian ini sangat dipengaruhi oleh kondisi nutrisi, lingkungan, dan jenis
mikroorganisme tersebut.

Penyakit Bakterial Pada Ikan


Penyakit bakterial merupakan salah satu masalah utama di dalam usaha budidaya,
terutama berkaitan dengan penurunan produksi. Perlakuan untuk mengurangi
infeksi penyakit bakterial dalam kegiatan budidaya dapat dilakukan dengan
tindakan pencegahan melalui penanganan yang baik dan mempertahankan
kondisi lingkungan yang optimal bagi inang, tetapi tidak cukup baik bagi
perkembangan bakteri. Penyakit bakterial pada ikan biasanya menunjukkan
gejal-gejala klinik yang hampir serupa. Infeksi bakteri akan menunjukkan
perubahan abnormal (lesi) pada kulit atau sirip, jaringan otot, dan organ-organ
internal.
A. Penyakit Aeromonas sp
Aeromonas merupakan salah satu contoh bakteri yang sering dijumpai
menyerang ikan sehingga mengakibatkan kematian masal pada ikan
budidaya. Bakteri Aeromonas yang sering diidentifikasi menyebabkan
penyakit pada ikan berasal dari spesies A. hydrophila dan A. salmonicida.
Bakteri A. hydrophila dimasukkankan ke dalam kelompok bakteri gram
negatif dengan ciri-ciri berbentuk batang, motil, terdapat di perairan tawar,
opurtunis pada ikan yang mengalami stress atau pada pemeliharaan padat
tebar tinggi. Bakteri ini dapat menyerang semua jenis ikan air tawar dan
bersifat laten.
B. Penyakit Vibrio sp
Bakteri Vibrio sp merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang,
sebagian besar hidup di perairan laut dan payau, penyebab penyakit pada
ikan air payau dan laut. Bakteri ini penyebab penyakit vibriosis atau
dikenal juga dengan red pest, salt water furunculosis, red boil, atau pike
pest. Gejala klinis serangan Vibrio anguillarum ditandai dengan gerakan
latergik, kehilangan nafsu makan, kulit mengalami pemucatan (discolor),
terjadi peradangan dan nekrotik, dilanjutkan dengan kulit melepur dan
borok, di sekitar mulut dan insang terjadi bercak darah (erythema), jika
infeksi berlanjut ke tingkat sistemik, terjadi exopthalmia serta pendarahan
pada saluran pernafasan dan muara pengeluaran, necrosis pada jaringan
otot, dan beberapa lainnya mirip seperti infeksi bakteri A. salmonicida dan
A. hydrophila.
Jenis ikan yang terinfeksi antara lain kerapu (Epinephelus sp), beronang
(Siganus sp), bandeng (Chanos chanos), kakap putih (Lates calcarifer).
Vibriosis pada umumnya timbul seiring dengan tingginya padat penebaran,
salinitas, dan bahan organik. Ikan stres akan lebih mudah terserang oleh
Vibrio sp. Pada saat wabah terjadi, pada ikan muda tingkat kematian dapat
mencapai 50% atau lebih.

C. Penyakit Flexibacter columnaris


Bakteri Flexibacter columnaris adalah penyebab penyakit columnaris.
Penyakit columnaris disebut cotton woll disease atau saddle-back disease
yang merupakan penyakit serius dan mudah menyebar pada ikan-ikan
salmonid, catfish, dan ikan air tawar lainnya pada tingkat juvenil. Bakteri
Flexibacter columnaris merupakan bakteri gram negatif dan berbentuk
batang dengan ukuran panjang 12 µm dan lebar 0,5 µm. Bakteri ini
menyukai perairan yang bersuhu relatif tinggi dan bersifat aerobik, dan
tergolong bakteri gram negatif.
Gejala klinis serangan berupa terjadi peradangan kulit yang disertai dengan
bintik-bintik putih kecil pada sirip ekor dan selanjutnya meluas ke arah
kepala. Selain itu, sirip ekor dan sirip anal dapat mengalami kerusakan
berat, kulit mengalami borok berwarna putih keruh atau kelabu, insang
mengalami kerusakan ditandai dengan necrosis di ujung distal lamellae
insang dan menyebar ke seluruh lamellae insang, serta sering berkaitan
dengan kondisi ikan stress.
D. Penyakit Pseudomonas sp
Pseudomonas aeruginosa merupakan salah satu bakteri gram negatif dari
Keluarga Pseudomonadaceae yang menjadi penyebab penyakit pada ikan.
Bakteri ini memiliki sifat tidak fermentatif, aerob, dan berbentuk batang
pendek, motil dengan flagella polar, serta adanya flagellum yang terikat
kuat di ujung sel. Di lingkungan perairan seperti laut, air payau, sungai,
danau, dan kolam, beberapa spesies dari Pseudomonas yang juga banyak
ditemukan adalah P. fluorescens, P. putida, dan P. anguilliseptica dengan
bentuk serangan penyakit diantaranya hemorragic bacterial septicaemia
akibat bakteri P. fluorescens, red spot disease akibat bakteri P.
anguilliseptica, infeksi pada hampir semua jaringan dalam tubuh inang
dengan jalan menyebar dari bagian lesi setempat melalui saluran darah
mengakibatkan lesi pada jaringan lain, dan menyebabkan kematian ikan
nila hingga 30% akibat serangan jenis bakteri P. aeruginosa dengan
kelimpahan bakteri sebanyak 192 ×106 CFU/ml.
Bakteri ini merupakan patogen opurtunistik yang menyerang ikan air tawar
dan digolongkan ke dalam kelompok bakteri perusak sirip (bacterial fin
rot). Gejala klinis serangan bakteri Pseudomonas sp seperti kebanyakan
infeksi bakteri lainnya, yaitu mirip seperti infeksi A. hydrophila, terjadi
hemorrhage pada insang dan ekor, borok pada kulit, dan septicemia.

E. Penyakit Edwardsiella sp
Bakteri Edwardsiella sp merupakan salah satu jenis bakteri yang
memerlukan kewaspadaan tinggi untuk mencegah penyebaran dan
infeksinya di perairan. Bakteri ini tergolong bakteri gram negatif yang
berbentuk batang melengkung pleomorfik. Bakteri Edwardsiella sp
merupakan penyebab penyakit edwardsilosis dan dikenal sebagai agen
penyebab infeksi pada ikan Ictalurus punctatus (septicemia enteric).
Sejumlah kejadian ditemukan pada ikan air tawar, yaitu Carassius auratus,
Notemigonus crysoleucas (golden shiner), Micropterus salmoides
(langermouth bass), dan Ictalurus nebulosus (brown bullhead). Gejala
klinis serangan bakteri Edwardsiella sp mirip infeksi oleh bakteri A.
hydrophila berupa seperti borok-borok kecil di kulit dan kerusakan
jaringan otot yang biasanya disertai dengan pembentukan gas yang
terjebak di antara jaringan yang rusak (malodorous). Ikan yang sakit akan
kehilangan kendali separuh tubuh bagian posterior meskipun tetap makan
serta terjadi kerusakan jaringan (tonjolan atau borok) terbuka pada tulang
kepala depan di antara kedua mata (hole in the head disease atau penyakit
kepala berlubang) dan septicemia pada catfish (enteric septicemia of
catfish)
F. Penyakit Yersinia ruckeri
Bakteri Yersinia ruckeri merupakan bakteri gram negatif, berbentuk
batang, dan motil. Bakteri ini penyebab penyakit enteric red mouth (ERM)
pada ikan-ikan salmonid, terutama riainbow trout. Gejala klinis serangan
Yersinia ruckeri antara lain septicemia disertai exopthalmia, ascites,
hemorrhage, serta borok yang terjadi di rahang, langit-langit rongga mulut,
insang, dan operkulum. Hemorrhage terjadi pada jaringan otot dan
permukaan serosal intestinum, pembengkakan pada limpa dan ginjal. Pada
sejumlah kasus ERM, dari muara pengeluaran sering keluar cairan kuning
saat perut ditekan, serta necrosis terjadi pada jaringan hati, ginjal, dan
limpa

Anda mungkin juga menyukai