Anda di halaman 1dari 6

Mainan anak

*peraturan : Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 55 Tahun 2013 tentang Standar


Nasional Indonesia Mainan Secara Wajib.
Bahwa mainan setiap produk atau material yang dirancang atau dengan jelas
diperuktukan penggunaannya oleh anak dengan usia 14 tahun kebawah untuk bermain
dengan penggunaan yang normal maupun kemungkinan umur 14 kebawajh dengan
penggunaan yang normal maupun kemungkinan penggunaan yang tidak waja sesuai
dengan kebiasaan seorang anak.
Menurur Undang-undang Nomr 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dalam
Pasal 3 yaitu:
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarinya dari
akses negative pemakaian barangdan/atau jasa
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen
4. Menciptakan system perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian
hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha.
6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamn kelangsungan usaha
produksi barang dan/atau jasa, Kesehatan, kenyaanan., keamanan dan
keselamatan konsumen
Undang-undang perlindungan konsumen nomor 8 tahu 1999 memuat tentang
kewajiban dari pelaku usaha dalam pasal7 yaitu:
1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya
2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif
4. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku
5. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba
barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas
barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan
6. memberi kompensas, ganti rugu dan/atau penggantan atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan
7. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau
jasa yang diterima atau dimanfaatkan tida sesuai dengan perjanjian.
*Standar menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2014 tentang standarisasi dan
penilaian kesesuaian yaitu standar adalah persyaratan teknis atau sesuatu yang
dibakukan, termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan consensus
semua pihak/Pemerintah/Keputusan Internasional yang terkait dengan memperhatikan
syarat keselamatan, keamanan, Kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu
pengetahuan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standarisasi
Nasional Indonesa Pasal 2, ruang lingkup standarsasi nasional mencakup semua
kegiatan yang berkaitan dengan:
1. metrologi Teknik adalah metrologi yang mengelola satuan-satuan ukuran,
metode-metode pengukuran dan alat-alat ukur, yang menyangkut persyaratan
Teknik dan pengembangan metode pengukuran, perawatan dan pengembangan
standar nasional untuk satuan satuan ukuran dan alat ukur sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memberikan kepastan dan
kebenaran dalam pengukuran.
2. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata
cara dan metode yang disusun berdasarkan consensus semua pihak yang terkait
dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, Kesehatan,
lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.
3. Pengujian adalah kegiatan teknk yang terdiri atas penetapan, penentuan satu
atau lebih sifat atau karakteristik dari suatu produk bahan, peralatan,organisme,
fenomena fisik, proses atau jasa, sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan
4. Mutu adalah ukuran relative dari kebendaan. Secara oprasional mutu produk
atau jasa adalah sesuatu yang memenihi atau melebihi ekspektasi
pelanggan.atau lebih detailnya mutu adalah kepuasan pelanggan (barang/jasa)

Standar nasional Indonesia SNI dirumuskan dengan memenuhi “WTO Code of


Good Practice” agar diterima secara luas oleh para stakeholder,yaitu:
1. Openess (Keterbukaan), yaitu terbuka bagi semua stakeholder yang
berkepentingan agar dapat berpartisipasi dalam pengembangan SNI
2. Transparency (Transparasi), yaitu agar semua stakeholder yang
berkepentingan dapat mengikuti sampai ke tahap penetapannya. Selain itu SNI
juga dapat dengan mudah memperoleh semua informasi yang berkaitan dengan
pengembangan SNI.
3. Consensus nad Impartiality (Konsensus dan tida memihak), yaitu agar semua
stakeholder dapat menyalurkan kepentingannya dan diperlakukan secara adil
4. Efectiveness and Relevance, yaitu efektif dan relevan sehingga dapat
memfasilitasi perdagangan karena memperhatikan kebutuhan pasar dan tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undagan yang berlaku
5. Coherence (Berhubungan), yaitu berhungungan dengan pengembangan standar
internasional agar pengembangan pasar negara kita tidak terisolasi dari
perkembangan pasar global dan memperlancar perdagangan internasional
6. Development Dimension (Berdimensi Pengembangan), yaitu memperhatikan
kepentingan public dan kepentingan nasional dalam meningkatkan daya saing
perekonomian nasional.
Standarisasi Nasional bertujuan untuk:
1. Meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja dan
masyarakat lainnya baik untuk keselamatan, keamanan, Kesehatan, maupun
pelestarian fungsi lingkungan hidup
2. Membantu kelancaran perdagangan
3. Mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan
Tujuan pemberlakukan SNI secara wajib yaitu:
1. Memberikan perlindungan bagi konsumen, pelaku usaha, masyarakat dalam
aspel K3L Kesehatan, keselamatan dan keamanan serta Kelestarian Lingkungan
hidup)
2. Memperlancar arus perdagangan
3. Mengefisienkan industry dalam negeri, sehingga mempunyai daya saing yang
kuat di pasar dalam negeri maupun luar negeri
4. Menciptakan persaingan usaha yang sehat, transparan, memacu kemampuan
inivasi, serta meningkatkan kepastian usaha
5. Meningkatkan kepastian dan efisiensi transaksi perdagangan
6. Memberikan acuan bagi pelaku usaha dan membentuk persaingan pasar yang
trasparan
7. Mencegah masuknya produk impor dengan kualitas rendah
8. Meningkatkan efisien pasar dan kelancaran perdagangan internasional
Untuk mencapai tujuan dari standarisasi itu, menuru Gandi, yang perlu dimasukkan
dalam standar produk adalah:
a. Terminology dan definisi yang dapat dipakai sebagai Bahasa yang sama-sama
dimengerti oleh produsen, penjual, distributor, dan konsumen.
b. Perlu ditetapkan tingkat minimal bagi keselamat, yang ditetapkan secara ahli,
yang memperhitungkan resiko yang dapat diterima
c. Perlu ditetapkan cara dan produsen untuk menentukan apakah memenuhi
persyaratan keselamatan minimum
d. Perlu ditetapkan kategori atau deret ukur yang cocok bagi konsumen, dan juga
kemungkinan produsen untuk menghilangkan ragam produk yang tidk perlu
e. Perlu ditetapkan kategori atau deret ukur yang cocok bagi konsumen: dan juga
kemungkinan produsen untuk menghilangkan ragam produk yang tidak perlu
f. Perlu dikembangkan seperangkat cara dan prosedr yang lengkap bagi
pengukuran kemampuan dan mutu
Melalui sertifikasi produk ini akan diperoleh manfaat dan keuntungan, bak bagi
produsen, pemakai professional, maupun konsumen, yaitu sebagai berikut:
a. bagi produsen, lebih memberikan bobot dan membuktikan bahwa hasil
produksinya memenuhi persyratan standar secara konsisten dan memberikan
bantuan dalam meningkatkan penjualannya di pasar dalam dan luar negeri
b. bagi pemakai professional atau konsumen umum, memberikan indikasi yang
dapat dipercaya bahwa barang-barang sesuai dengan persyaratan standar
secara konsisten
c. transaksi lebih lancer karena pemakai atau konsumen tidak perlu menguji dulu
barang-barang yang akan dibelinya.
*penerapan standar adalah kegiatan menggunakan SNI sebagaimana yang ditetapkan
oleh Menteri. Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 102 tahun
2000 tentang Standarisasi Nasional pada butir a dan b menjelaskan bahwa penerapan
dari Standar Nasional Indonesia adalah:
1. bahwa Indonesia telah ikut serta dalam persetujuan pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia (World Trade Organization) yang di dalamnya mengatur pula
masalah standarisasi berlanjut dengan kewajiban untuk menyesuaikan peraturan
perundang-undangan nasional di bidang standarisasi
2. bahwa dalam rangka mendukung peningkatan produktibitas, daya guna produksi,
mutu barang, jasa, proses, system dan atau personel, yang dimaksudkan untuk
meningkatkan daya saing, perlindungan konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja dan
masyaratak khususnya di bidang keselamatan, keamanan, Kesehatan dan lingkungan
hidup, maka efektivitas pengaturan di bidang standarisasi perlu lebih ditingkatkan.

Pemberlakuan SNI secara wajib adalah regulasi teknis atas barang dan atau jasa
yang ditetapkan oleh Menteri dan diberlakukan secara wajib di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Namun, Sebagian SNI dapat diwajibkan penerapannya
apabila ia berhubungan erat dengan keamanan, keselamatan, Kesehatan kerja dan
kelestarian lingkungan hidup.
Pemberlakuan SNI secara sukarela, penerapan SNI oleh pelaku usaha bersifat
sukarela dan dilakukan dalam rangka mendapatkan pengkuan atas jaminan mutu dari
produk yang dihasilkan. Sertifikasi dalam penerapan SNI suka rela lebih bersifat
pengkuan bagi pelaku usaha bahwa produknya telah memenuhi spesifikasi atau
ketentuan SNI.
dasar hukum pemberlakuan SNI wajib pada produk mainan Anak
1. undang-undang Nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian
2. undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
3. Peraturan Pemerintah Nomor 102 tahun 2000 tentang standarisasi nasional
4. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 86 tahun 2009 tentang standar nasional
indonesa bidang industry
5. Peraturan Menteri perindustrian nomor 55 tahun 2013 tentang standar nasional
Indonesia (SNI) mainan secara wajib
6. Peraturan Menteri perindustrian nomor 85 tahun 2015 tentang penunjukan
Lembaga penilaian kesesuaian dalam rangka pemberlakuan dan Pengawasan
Standar Nasional Indonesia (SNI) mainan secara wajib
7. Peraturan jenderal basis industry manufaktur nomo2 tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemberlakuan dan Pengawasan Penerapan SNI
mainan secara wajib

Jenis-jenis pengelompokkan mainan anak


Pengelompokkan mainan anak berdasarkan umur penggunaannya ialah:
1. Mainan anak untuk usia 0-18 bulan
2. Mainan anak untuk usia 18-36 bulan
3. Mainan anak untuk usia 36-96 bulan
4. Mainan anak tanpa klasifikasi usia
Pengelompokkan berdasarkan bentuk phisik ialah:
1. Soft Toys (Mainan yang berisi bahan yang lunak)
2. Hard toys (mainan dari bahan yang keras seperti kayu, plastic, metal, dll)
3. Mainan elektrikal (mainan yang digerakkan dengan listrik, baterai)
Pengelompokan berdasarkan fungsi dan penggunaan ialah:
1. Mainan rakitan
2. Miniature dari boneka , hewan, dan kendaraan
3. Puzzle
4. Mainan yang melibatkan aktivitas fisik
5. Mainan koleksi
Pengelompokan berdasarkan kriteria bahan baku utama yang digunakan:
1. Kain
2. Karet
3. Plastic
4. Logam
5. Kayu
6. Batu
7. Kulit
8. Kertas
9. Serat gelas

Anda mungkin juga menyukai