Diusulkan Oleh :
D3 TEKNIK MESIN
MEDAN
2019
KATA PENGHANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Quality Control (Pengendalian
Mutu) yang berjudul KETERKAITAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI)
DENGAN INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR STANDARDIZATION
(ISO) PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU PADA LABORATORIUM
PREPARASI PLTR-BATAN dengan baik.
Demikian laporan kerja praktek ini kami susun, kami berharap laporan ini
dapat bermanfaat bagi semua pembaca dan akhir kata kami ucapkan terimakasih
Dalam hal Jual-Beli harus diperhatikan juga Kwalitas dari suata barang
yang akan dibeli. Mutu (kualitas) dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2014
didefinisikan sebagai “ciri dan karakter menyeluruh dari suatu produk atau jasa
yang mempengaruhi kemampuan produk tersebut untuk memuaskan kebutuhan
tertentu”.
Hal ini berarti bahwa kita harus dapat mengidentifikasikan ciri dan karkter
produk yang berhubungan dengan mutu dan kemudian membuat suatu dasar tolak
ukur dan cara pengendaliannya.
Namun persaingan dalam dunia industri di era globalisasi saat ini tidak
dapat dihindari, hal itu diakibatkan karena pesatnya perkembangan industri. Agar
dapat bertahan dalam persaingan, tentunya perusahaan harus memiliki strategi
seperti diferensiasi harga produk atau jasa, waktu pengiriman dan yang tidak
kalah penting adalah standar kualitas. Penerapan sistem manajemen mutu pada
suatu perusahaan industri/manufaktur merupakan hal yang penting agar
perusahaan tetap dapat bersaing dan memiliki produk yang lebih unggul. Untuk
mengantisipasi tuntutan pelanggan dan pasar yang terus meningkat, maka
perusahaan perlu memiliki pengakuan mutu yang dapat digunakan sebagai bukti
bahwa produk yang dimiliki perusahaan telah diakui secara internasional. Salah
satunya yaitu dengan memperoleh sertifikasi dan menerapkan Sistem Manajemen
Mutu (SMM) menggunakan model ISO-9000 merupakan suatu kunci untuk
meningkatkan mutu dan produktivitas kerja yang efisien, agar mampu bersaing di
pasar global. Berdasarkan studi di Australia, dengan menambah biaya
pencegahan melalui penerapan sistem manajemen mutu sebesar 1 persen dari
biaya konstruksi, maka biaya akibat kesalahan atau penyimpangan yang
memerlukan rework dapat ditekan dari 10 persen menjadi 2 persen terhadap biaya
konstruksi (Tanudjaja, 1999).
Saat ini tolok ukur kinerja perusahaan dalam hal kualitas yang dapat
dilihat dengan mudah dan jelas adalah pengakuan ISO-9000. Para pelaku bisnis
konstruksi di Indonesia saat ini secara berkelanjutan melakukan upaya untuk
mendapatkan ISO-9000. Meskipun demikian perolehan sertifikat ISO-9000 oleh
suatu perusahaan tidak menjamin bahwa setiap produk atau jasa yang dihasilkan
perusahaan tersebut pasti memenuhi persyaratan pelanggan. Sertifikat ISO-9000
yang dimiliki oleh suatu perusahaan, hanya menunjukkan bahwa perusahaan
tersebut memiliki sistem manajemen mutu yang mampu menghasilkan produk
atau jasa sesuai persyaratan pelanggan (Santosa, 1996). Oleh karena itu
perusahaan harus secara berkesinambungan menilai apakah pelanggan terpuaskan
dan dengan terus menerus meningkatkan proses produksi secara serius. Hanya di
bawah kondisi inilah sistem tersebut dapat mengurangi pekerjaan ulang, pekerjaan
tumpang tindih maupun produk yang tidak sesuai, sehingga dapat meningkatkan
produktivitas, inovasi, keterlibatan karyawan dan meningkatkan reputasi
perusahaan yang pada akhirnya menambah profit perusahaan (Setiawan, 1998).
Standar ISO 9001 ini merupakan standar yang berisi persyaratan di bidang
sistem manajemen mutu dan jaminan mutu. Untuk membuktikan bahwa suatu
industri atau organisasi telah menerapkan dan memenuhi persyaratan ISO 9001
adalah melalui assesmen oleh lembaga pihak ketiga yang independent, kredibel
dan transparan. Lembaga pihak ketiga ini dilakukan oleh lembaga sertifikasi di
bidang sistem manajemen mutu atau yang lebih dikenal dengan Lembaga
Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM).
Sejak pertama kali ISO 9000 diterbitkan pada tahun 1987, ISO 9000 telah
beberapa kali dilakukan revisi. Dalam hal revisi ini ISO telah menetapkan siklus
revisi atau peninjauan ulang setiap lima tahun. Hal ini dilakukan guna menjamin
bahwa standar-standar ISO 9000 akan menjadi up to date dan relevan untuk
industri atau organisasi sesuai dengan perkembangan standardisasi internasional,
ilmu pengetahuan dan teknologi serta perdagangan.
Revisi pertama terhadap standar ISO 9000 telah dilakukan pada tahun
1994. Sedangkan revisi yang kedua (terakhir) dilakukan pada tahun 2000.
Dengan demikian standar ISO 9000 yang terbaru (edisi mutakhir) dikenal dengan
ISO 9000 versi 2000 menggantikan ISO 9001, ISO 9002, ISO 9003 dan ISO 9004
versi 1994.
ISO 9000 versi 2000 (ISO 9000:2000) terdiri dari tiga standar sebagai berikut :
Oleh karena itu dalam tulisan ini pembahasan hanya difokuskan pada standar ISO
9001 mutakhir yaitu ISO 9001:2000. Dari tiga standar ISO 9000 versi 2000 (ISO
9000; ISO 9001 dan ISO 9004), sebetulnya hanya ISO 9001 saja yang merupakan
standar yang diterapkan untuk keperluan sertifikasi. Sedangkan standar yang
lainnya ( ISO 9000 dan 9004 ) hanya merupakan standar pendukung.
ISO 9001:2000 merupakan standar sistem manajemen mutu yang bersifat sukarela
dan dapat diterapkan oleh berbagai jenis industri atau berbagai organisasi baik
yang menghasilkan barang maupun menyediakan jasa. ISO 9001:2000 ini
menetapkan persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu
sistem manajemen mutu yang bertujuan untuk menjamin bahwa industri atau
organisasi akan menghasilkan produk (barang dan/atau jasa) yang memenuhi
persyaratan yang ditetapkan.
ISO 9001:2000 bukan merupakan standar produk, karena standar ini tidak
menyatakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu produk. ISO 9001:2000
hanya merupakan standar sistem manajemen mutu. Artinya standar ini hanya
digunakan dalam suatu industri atau organisasi, bagaimana industri atau
organisasi tersebut memproduksi produk sehingga dapat menghasilkan suatu
produk yang memenuhi standar. Oleh karena itu jika ada suatu
industri/perusahaan yang mengiklankan bahwa produknya telah memenuhi
standar internasional (ISO 9001), maka hal ini merupakan pernyataan yang keliru.
Dalam hal ini seharusnya manajemen perusahaan hanya boleh menyatakan bahwa
dalam menghasilkan suatu produk sistem manajemen mutu perusahaannya telah
memenuhi standar ISO 9001 dan bukan produknya yang memenuhi standar ISO
9001.
Bagi industri atau organisasi yang berminat untuk menerapkan ISO 9001:2000
dan sekaligus memperoleh sertifikat ISO 9001, maka sebaiknya langkah-langkah
berikut diikuti:
1. Adanya komitmen dari manajemen puncak.
Setelah selesai melakukan audit, tim audit akan membuat laporan hasil
audit yang disampaikan kepada pemohon dan lembaga sertifikasi yang memberi
tugas. Apabila hasil audit banyak ditemukan ketidaksesuaian, maka pemohon
diminta untuk memperbaikinya dan hasil perbaikannya disampaikan kepada tim
audit untuk dilakukan verifikasi, apakah tindakan perbaikan tersebut telah sesuai
dengan temuan ketidaksesuaian dan telah memenuhi persyaratan. Hasil laporan
tim audit, biasanya akan dibahas oleh suatu komite/panel di lembaga sertifikasi
untuk menentukan apakah pemohon dapat diberikan sertifikat atau tidak
berdasarkan laporan hasil audit tersebut dan informasi lain.
Sertifikat ISO 9001 biasanya berlaku selama 3 (tiga) tahun dan setelah
habis masa berlakunya sertifikat, pemohon dapat mengajukan perpanjangan
kembali kepada lembaga sertifikasi. Selama masa berlakunya sertifikat ISO 9001,
lembaga sertifikasi akan melakukan pengawasan atau yang biasa disebut dengan
surveilen secara berkala dan biasanya dilakukan minimum satu tahun sekali atau
ada juga yang dua kali dalam setahun. Tujuan surveilen adalah untuk melihat
konsistensi pemegang sertifikat dalam menerapkan sistem manajemen mutu di
industri atau organisasinya.
Berdasarkan dari hasil survei yang pernah dilakukan, hingga saat ini
sertifikat ISO 9001 yang telah diterbitkan di Indonesia sekitar 450 buah sertifikat
berdasarkan ISO 9001:1994 dan 9001:2000 sesuai dengan skema Komite
Akreditasi Nasional (KAN). Jumlah sertifikat yang telah diterbitkan tersebut
masih sangat jauh ketinggalan jika dibandingkan dengan jumlah sertifikat yang
diterbitkan di negara-negara lain di dunia.
Dari data tadi terlihat bahwa ternyata ISO 9001 banyak diterapkan oleh
industri/perusahaan di negara-negara maju. Sehingga pelaku usaha/industri di
negaranegara berkembang seperti Indonesia yang mempunyai mitra dagang
dengan industri di negara maju, diperlukan upaya untuk menerapkan ISO 9001
agar tidak kalah bersaing. Untuk itu perlu kerja keras untuk mengejar
ketertinggalan tersebut yaitu dengan mensosialisasikan pentingnya ISO 9001
kepada pelaku usaha di Indonesia bekerjasama dengan pihak-pihak yang terkait.
ISO 9001
Model sistem kualitas – Model untuk penjaminan kualitas dalam
organisasi menyangkut proses perancangan (disain), pengembangan,
produksi, instalasi dan pelayanan. Standar ini merupakan standar terlengkap
dan dituntut untuk bisa diaplikasikan dalam situasi kontraktual. Standar ini
cocok digunakan khususnya oleh perusahaan manufaktur yang merancang
dan membuat produk sendiri.
ISO 9002
Model sistem kualitas – Model untuk penjaminan kualitas
organisasi menyangkut proses produksi dan instalasi, tidak termasuk
perancangan (disain) dan pengembangan. Setelah perancangan (disain) dan
spesifikasi ditentukan, baik secara internal atau dari pelanggan, model ini
digunakan untuk memperlihatkan kemampuan dalam produksi dan
instalasi. Standar ini cocok digunakan oleh perusahaan yang menghasilkan
produk yang spesifikasinya ditentukan pihak lain.
ISO 9003
Model sistem kualitas – Model untuk penjaminan kualitas dalam
organisasi menyangkut proses inspeksi akhir dan pengujian kesesuain
produk dengan persyaratan yang ditetapkan. Model ini digunakan untuk
memperlihatkan kemampuan inspeksi dan pengujian jika produknya dipasok
oleh suatu perusahaan pemanufaktur. Standar ini khusus digunakan oleh
badan-badan seperti laboratorium pengujian, pusat kalibrasi, dan distribusi
peralatan yang melakukan pemeriksaaan dan pengujian produk-produk yang
dipasok.
ISO 9004
Elemen-elemen manajemen kualitas dan sistem kualitas – Panduan
yang berkaitan dengan organisasi. ISO 9004 tidak dimaksudkan untuk
kepentingan kontraktual, tetapi merupakan suatu dokumen untuk
kepentingan internal organisasi.
ISO 9004-1 memberikan panduan terhadap elemen manajemen kualitas
dan sistem kualitas. Elemen sistem kualitas ini cocok dan berguna
dalam pengembangan dan implementasi secara menyeluruh sistem
kualitas internal dengan titik pandang memastikan kepuasan pelanggan,
karena aktivitas di dalamnya mencakup seluruh fase siklus kehidupan
produk atau layanan (jasa). Setiap organisasi tergantung pada berbagai
factor yang dihadapi, seperti pasar yang dilayani, sifat produk, proses
produk, pelanggan dan kebutuhan pelanggan.
Oleh karena itu, untuk penerapannya pada organisasi yang lebih
spesifik disediakan bagian berikutnya dari seri ISO 9004, yaitu:
- ISO 9004-2 Panduan bagi jasa
- ISO 9004-3 Panduan bagi bahan yang diproses
- ISO 9004-4 Panduan bagi peningkatan kualitas
- ISO 9004-5 Panduan bagi perencanaan penjaminan kualitas
- ISO 9004-6 Panduan untuk penjaminan kualitas untuk manajemen
proyek
- ISO 9004-7 Panduan untuk manajemenkonfigurasi
- ISO 9004-8 Panduan untuk prinsip-prinsip kualitas dan
penerapannya dalam praktek manajemen
Hasil penelitian di atas diperkuat oleh peneliti-peneliti lain, seperti yang telah
dirangkum oleh Chow-Chua, et al. (2002). Informasi lebih lengkap tentang hasil-
hasil penelitian manfaat sertifikasi ISO 9000 disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Manfaat Sertifikasi ISO 9000
Manfaat Sumber Referensi
Goetch dan Davis (1998), Johnson (1997), Tsiotras dan
Citra (image) perusahaan lebih baik.
Gotzamani (1996) Vloeberghs dan Bellens (1996).
Brown dan Van der Wiele (1995a,b), Brown, et al. (1998),
Kesadaran terhadap kualitas lebih besar. Dale (1994), Dick (2000), Goetch dan Davis (1998), Quazi
dan Padibjo (1998), Tsoitras dan Gotzamani (1996).
Goetch dan Davis (1998), Jones, et al. (1997), McLachlan
Prosedur dokumentasi lebih baik. (1996), Santos dan Escanciano (2002), Tsiotras dan
Gotzamani (1996).
Instruksi dan prosedur kerja lebih jelas. Santos dan Escanciano (2002), Tsiotras dan Gotzamani
(1996).
Pertanggungjawaban pekerjaan lebih McLachan (1996), Santos dan Escanciano (2002).
jelas.
Menghilangkan kelebihan
Lloyd’s Register Quality Assurance Ltd (1994), McLachan
pekerjaan/mengurangi pekerjaan yang
(1996).
tidak penting.
Memberi peluang akses, pelacakan, dan Dale (1994), Dick (2000), Lloyd’s Register Quality
pemeriksaan prosedur kerja yang Assurance Ltd (1994).
mudah.
Brown dan Van der Wiele (1995a, b), Brown, et al. (1998),
Layanan konsumen lebih baik. Jones, et al. (1997), McLachlan (1996), Raynor dan Porter
(1991).
Brown, et al. (1998), Dale (1994), Dick (2000), Garvin
(1998),
Mengurangi pemborosan dan inefisiensi.
Gotzamani dan Tsiotras (2002), Lee (1998), Mo dan Chan
(1997), Raynor dan Porter (1991).
Brown dan Van der Wiele (1995a, b), Dale (1994), Lee
(1998),
Meningkatkan kepuasan konsumen. McLachlan (1996), Mo dan Chan (1997), Morgan dan
Pierce (1992), Gotzamani dan Tsiotras (2002), Quazi and
Padibjo (1998), Raynor dan Porter (1991).
Brown dan Van der Wiele (1995a, b), Corrigan (1994),
Keunggulan bersaing lebih besar. Dick (2000), Gotzamani dan Tsiotras (2002), McLachlan
(1996), Quazi dan Padibjo (1998).
Membantu peningkatan yang kontinyu. Brocka dan Borcka (1994), Dick (2000), and McLachan
(1996).
Brown, et al. (1998), Gotzamani dan Tsiotras (2002),
Daya ingat/retensi staf lebih besar.
McLachan (1996), Mo dan Chan (1997).
Dick (2000), Gotzamani dan Tsiotras (2002), Haversjo
(2000),
Meningkatkan profitabilitas.
Jones, et al. (1997), Lee (1998), Mo dan Chan (1997),
Scotto (1996), Santos dan Escanciano (2002).
Brown, et al. (1998), Dick (2000), Lloyd’s Register Quality
Memperbesar pangsa pasar. Assurance Ltd (1994), John, et al. (1997), McLachlan
(1996) Santos dan Escanciano (2002).
Peluang ekspor lebih besar. Brown, et al. (1998), Dick (2000), Gotzamani dan Tsiotras
(2002).
Ekspansi ke pasar internasional. Brown, at al. (1998) and Lloyd’s Register Quality
Assurance Ltd (1994).
Sumber: Chow-Chua, et al (2002)
Mengacu hasil penelitian Ek dan Cheng (1995) dan rangkuman hasil-hasil
penelitian yang disampaikan Chow-Chua, et al. (2002) semakin memberikan
keyakinan bahwa sertifikasi ISO memberikan manfaat besar bagi perusahaan
dalam banyak hal. Manfaat-manfaat tersebut bisa dikelompokkan ke dalam
manfaat yang bersifat internal dan ekternal.
Manfaat Internal
Manfaat internal merupakan manfaat yang dirasakan dan bisa dilihat di dalam
lingkup internal organisasi, meliputi:
Kesadaran terhadap kualitas semakin besar
Prosedur dokumentasi lebih baik
Instruksi dan prosedur kerja lebih jelas
Pertanggungjawaban pekerjaan semakin jelas
Menghilangkan kelebihan pekerjaan/mengurangi pekerjaan yang
tidak penting
Memberi peluang akses, pelacakan, dan pemeriksaan prosedur
kerja yang mudah
Mengurangi pemborosan dan inefisiensi
Membantu perbaikan yang kontinyu
Daya ingat/retensi staf lebih besar
Meningkatkan profitabilitas
Manfaat Eksternal
Manfaat eksternal merupakan manfaat yang berkaitan dengan kondisi factor
eksternal, meliputi:
Citra (image) perusahaan lebih baik
Layanan konsumen lebih baik
Kepuasan konsumen meningkat
Keunggulan bersaing lebih besar
Memperbesar pangsa pasar
Peluang ekspor lebih besar
Ekspansi ke pasar internasional
Seperti halnya penerapan sistem kualitas yang lain, penerapan ISO 9000 juga
menghadapi beberapa hambatan, baik pada saat proses memperoleh sertifikasi
ISO 900 maupun setelah memperoleh sertifikasi ISO 9000. Hambatan yang
dihadapi dalam ISO 9000 dapat diidentifikasi selama implementasi dan sesudah
memperoleh sertifikasi ISO 9000. Hambatan selama implementasi terjadi
kemungkinan karena perusahaan harus melakukan adaptasi atau perubahan-
perubahan sesuai persyaratan yang ditetapkan ISO 9000. Sedangkan hambatan
yang dihadapi setelah mendapatkan sertifikasi ISO terjadi karena perusahaan
seringkali merasa bahwa sudah tidak ada lagi control langsung yang dihadapi.
Hasil penelitian Chow-cua, et al (2002) tentang hambatan selama implementasi
ISO 9000 dan sesudah memperoleh sertifikasi disajikan pada Tabel 3. Hambatan
terbesar selama implementasi ISO 9000 adalah organisasi gagal dalam
mendefinsikan pertanggungjawaban dan wewenang personal (51,4%), sedangkan
hambatan terbesar setelah memperoleh sertifikasi ISO 9000 adalah organisasi
gagal membawa tinjauan manajemen terhadap sistem kualitas untuk mencapai
efektivitas sistem (37,1%).
D. PEMBAHASAN
Setiap langkah tindakan yang akan kita lakukan sebaiknya sudah jelas dan
tegas kemana arah yang akan dituju serta apa yang akan dicapai, lebih-lebih bila
tindakan atau kegiatan itu saling berkaitan, saling bergantung satu sama lain
dalam suatu kesatuan organisasi. Kebanyakan organisasi mencapai
hasil/”performance”nya dengan menetapkan secara spesifik goal atau tujuan yang
digunakan sebagai dasar perencanaan yang biasa disebut dengan sasaran. Sasaran
yang dikaitkan dengan mutu dapat diarahkan sebagai sasaran bagi peningkatan
yaitu : Berharap dapat unggul dalam mutu (Quality leadership), berusaha untuk
meningkatkan citra perusahaan di mata
pelanggan. Untuk meningkatkan daya saing terhadap kompetitor maka
perusahaan berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan dan berusaha untuk
mendapatkan sertifikasi dari pihak KAN ( Komite Akreditasi Nasional ) sehingga
dengan mengantongi sertifikat dari lembaga yang diberikan kewenangan tersebut,
maka lebih menarik bagi pihak pelanggan untuk menggunakan jasa dari
laboratorium tersebut. Permasalahan yang dihadapi oleh pihak PTLRBATAN
(Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - Badan Tenaga Nuklir Nasional) adalah
belum adanya sertifikasi dari pihak yang berhak mengeluarkan sertifikat sehingga
dalam pelaksanaannya mengalami kendala dalam pemasaran produk jasa
laboratorium. Untuk laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi maka
untuk mendapatkan akreditasi dari pihak KAN harus mengacu pada standar
internasional ISO/IEC 17025 : 2005 (International Organization for
Standardization / International Electrotechnical Commission) , dokumen tentang
Persyaratan Umum Kompetensi yaitu dokumen yang digunakan sebagai
persyaratan akreditasi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi dalam
system akreditasi laboratorium Komite Akreditasi Nasional. Berkaitan dengan
hal tersebut, BSN (Badan Standarisasi Nasional) melakukan revisi SNI 1917025 :
2000 menjadi ISO/IEC 17025 : 2005 dan mensyaratkan kepada semua
laboratorium pengujian dan kalibrasi untuk menyesuaikan diri dengan standar
ISO/IEC 17025 : 2005. Salah satu persyaratan yang mendasar adalah manajemen
laboratorium harus menetapkan struktur organisasi dengan uraian yang jelas
mengenai susunan, fungsi, tugas dan tanggung jawab serta wewenang bagi para
pelaksananya. Fishbone diagram adalah suatu diagram yang menunjukkan
hubungan antara sebab dan akibat. Diagram sebabakibat digunakan untuk
mencari penyebab terjadinya masalah atau akar permasalahan yang terjadi. Pada
penelitian ini diagram sebab akibat digunakan untuk menganalisa dan mencari
akar permasalahan yang terjadi di Laboratorium Preparasi dan Analisis PTLR-
BATAN yaitu tentang sulitnya memperoleh Sertifikat ISO/IEC 17025 : 2005.