HALAMAN
JUDUL............................................................................................................................ i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................65
ii
BAB I
A. Pengertian Kualitas
Kualitas atau mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat
sesuatu, sesuatu yang berkualitas maka bisa diartikan bahawa sesuatu tersebut
mempunyai kualitas yang baik. Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini
ditandai oleh perkembangan yang cepat di segala bidang. Persaingan bukan
hanya mengenai seberapa tinggi tingkat produktivitas perusahaan dan seberapa
rendahnya tingkat harga produk maupun jasa, namun lebih pada kualitas produk
atau jasa tersebut. Kenyamanan, kemudahan, ketepatan serta kecepatan waktu
dalam pencapaiannya adalah suatu hal yang dapat dilihat dari suatu kulitas.
Semakin pendeknya umur suatu produk yang bukan disebabkan tidak
berfungsinya produk tersebut secara teknis, tetapi karena sudah ketinggalan
zaman dengan adanya perkembangan teknologi, perubahan selera konsumen dan
perubahan corak persaingan. Keanekaragaman terlihat dengan semakin
banyaknya jenis produk yang beredar di pasar yang tidak terbatas, tetapi juga
pada jenis teknologi yang ditawarkan.
Kualitas merupakan topik yang hangat di dunia bisnis dan akademik.
Namun demikian, istilah tersebut memerlukan tanggapan secara hati-hati dan perlu
mendapat penafsiran secara cermat. Faktor utama yang menentukan kinerja suatu
perusahaan adalah kualitas barang dan jasa yang dihasilkan. Produk dan jasa
yang berkualitas adalah produk dan jasa yang sesuai dengan apa yang diinginkan
konsumennya. Oleh karena itu, organisasi/perusahaan perlu mengenal konsumen
atau pelanggannya dan mengetahui kebutuhan dan keinginannya. Ada banyak
sekali definisi dan pengertian kualitas, yang sebenarnya definisi yang satu hampir
sama dengan definisi yang lain.
Pengertian kualitas menurut beberapa ahli yang banyak kenal yaitu sebagai
berikut:
Juran (1962) "kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya".
1
Crosby (1979) "kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang
meliputi availability, delivery, reliability, maintainability, dan
costeffectiveness".
Deming (1982) "kualitas harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan
sekarang dan di masa mendatang".
Feigenbaum (1991) "kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk
dan jasa yang meliputi marketing, engineering, manufacture, dan
maintenance, dimana produk dan jasa tersebut dalam pemakaiannya akan
sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan".
Scherkenbach (1991) “kualitas ditentukan oleh pelanggan; pelanggan
menginginkan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan
harapannya pada suatu tingkat harga tertentu yang menunjukkan nilai
produk tersebut".
Elliot (1993) "kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang
berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat, atau dikatakan sesuai
dengan tujuan".
Goetch dan Davis (1995) "kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang
berkaitan dengan produk, pelayanan, orang, proses, dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan"Perbendaharaan istilah
ISO 8402 dan dari Standar Nasional Indonesia (SNI19-8402-1991),
kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang
kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yangdinyatakan secara
tegas maupun tersamar. Istilah kebutuhan diartikan sebagai spesifikasi yang
terncantum dalam kontrak maupun kriteria-kriteria yang harus didefinisikan
terlebih dahulu.
2
2) Menurunkan biaya.
3) Meningkatkan pangsa pasar.
4) Dampak internasional.
5) Adanya pertanggungjawaban produk.
6) Penampilan produk atau jasa.
7) Mewujudkan kualitas yang dirasakan penting.
1. Resputasi Perusahaan
Perusahaan atau organisasi yang telah menghasilkan suatu produk atau
jasa yang berkualitas akan mendapatkan predikat sebagai organisasi yang
mengutamakan kulalitas. Oleh karena itu, perusahaan atau organisasi tersebut
dikenal oleh masyarakat luas dan mendapatkan nilai “lebih” dimata masyarakat.
Karena nilai “lebih” itulah maka perusahaan atau organisasi tersebut dapat
dipercaya oleh masyarakat luas.
2. Menurunkan Biaya
Dalam paradigma lama, untuk menghasilkan produk berkualitas selalu
membawa dampak pada peningkatan biaya. Suatu produk yang berkualitas
selalu identik dengan harga yang mahal. Hal ini jelas terjadi karena penghasil
produk atau jasa tersebut masih menganut paradigma lama, dan membuat
produk atau jasa dengan tidak melihat kebutuhan konsumen. Produk yang
dihasilkan tersebut dibuat sesuai dengan kemampuan perusahaan tersebut,
sehingga standar kualitas yang digunakan juga hanya ditetapkan oleh pihak
perusahaan tersebut. Kondisi tersebut membuat produk dan jasa yang telah
dihasilkan tidak akan laku terjual karena konsumen tidak menginginkannya.
Sementara paradigma baru mengatakan bahwa untuk menghasilkan
produk atau jasa yang berkualitas perusahaan atau organisasi tidak perlu
mengeluarkan biaya tinggi. Hal ini disebabkan perusahaan atau organisasi
tersebut berorientasi pada customer satisfaction, yaitu dengan mendasarkan
jenis, tipe, waktu, dan jumlah produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan
dan harapan pelanggan. Dengan demikian, tidak ada pemborosan yang terjadi
3
yang harus dibayar mahal oleh perusahaan atau organisasi tersebut. Sehingga
pendapat bahwa "quality has no cost" dapat dicapai dengan tidak menghasilkan
produk atau jasa yang tidak di butuhkan pelanggan.
3. Meningkatkan Pangsa Pasar
Pangsa pasar akan meningkat bila minimasi biaya tercapai, karena
organisasi atau perusahaan dapat menekan harga, walaupun kualitas tetap
menjadi yang terutama. Hal-hal inilah yang mendorong konsumen untuk
membeli dan membeli lagi produk atau jasa tersebut, sehingga pangsa pasar
meningkat. Konsumen diharapkan tidak hanya “mencoba” produk atau
pelayanan kita, namun mereka diharapkan menjadi pelanggan kita. Oleh
karena itu, semboyan “konsumen adalah raja” sangat tepat digunakan oleh
organisasi yang berorientasi pada kualitas.
4. Dampak Internasional
Bila mampu menawarkan produk atau jasa yang berkualitas. maka
selain dikenal di pasar lokal, produk atau jasa yang tawarkan juga akan dikenal
dan diterima di pasar internasional. Hal ini akan menimbulkan kesan vang baik
terhadap perusahaan atau organisasi yang menghasilkan produk atau
menawarkan jasa yang berkualitas tersebut. Kesalah pahaman pengertian
terhadap ISO 9000 yang merupakan standar sistem manajemen kualitas oleh
sebagian orang dianggap mencerminkan standar kualitas produk. Padahal tidak
demikian sebenarnya. ISO 9000 hanya menilai prosedur operasi dalam suatu
organisasi atau perusahaan. Organisasi atau perusahaan yang layak
mendapatkan sertifikasi ISO seri 9000 hanya yang proses produksi dan
operasinya standar dan ada bukti tertulisnya, bukan yang produknya
berkualitas.
5. Pertanggungjawaban Produk
Dengan semakin meningkatnya persaingan kualitas produk atau jasa
yang dihasilkan, maka organisasi atau perusahaan akan dituntut untuk semakin
bertanggung jawab terhadap desain, proses, dan pendistribusian produk
tersebut untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
4
6. Penampilan Produk atau Jasa
Kualitas akan membuat produk atau jasa dikenal, dan hal ini akan
membuat produk perusahaan atau organisasi yang menghasilkan produk atau
menawarkan jasa juga dikenal dan dipercaya masyarakat luas. Dengan
demikian, tingkat kepercayaan pelanggan dan masyarakat umumnya akan
bertambah dan organisasi atau perusahaan tersebut akan lebih dihargai. Hal ini
akan menimbulkan fanatisme tertentu dari para konsumen terhadap produk
apapun yang ditawarkan oleh perusahaan atau organisasi tersebut.
5
konsumen yang hanya datang sekali untuk mencoba dan tidak pernah Kembali
lagi, melainkan mereka yang telah datang berulang-ulang untuk membeli dan
membeli lagi. Meskipun demikian, konsumen yang baru pertama kali datang juga
harus dilayani sebaik-baiknya, karena kepuasan yang pertama inilah yang akan
membuat pelanggan akan datang dan datang lagi.
Secara umum dapat dikatakan bahwa kualitas produk atau jasa itu akan
dapat diwujudkan bila orientasi seluruh kegiatan perusahaan atau organisasi
tersebut berorientasi pada kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Jika
diutarakan secara rinci, kualitas memiliki dua perspektif, yaitu perspektif produsen
dan perspektif konsumen, di mana bila kedua hal tersebut disatukan maka akan
dapat tercapai kesesuaian antara kedua sisi tersebut yang dikenal sebagai
kesesuaian untuk digunakan oleh konsumen. Suatu produk dikatakan berkualitas
mempunyai nilai subyektifitas yang tinggi antara satu konsumen dengan konsumen
lain. Hal inilah yang sering dengar sebagai dimensi kualitas yang berbeda satu dari
yang lain.
Kualitas pada industri manufaktur selain menekankan pada produk yang
dihasilkan, juga perlu diperhatikan kualitas pada proses produksi. Bahkan, yang
terbaik adalah apabila perhatian pada kualitas bukan pada produk akhir, melainkan
proses produksinya atau produk yang masih dalam proses (work in process),
sehingga bila diketahui ada cacat atau kesalahan masih dapat diperbaiki.
6
jasa. walaupun demikian, ada beberapa dimensi yang digunakan dalam mengukur
kualitas suatu industri jasa. Menurut Stebbing (1992), ada beberapa langkah yang
harus ditempuh untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan atau jasa yang
ditawarkan, antara lain:
7
E. Konsep Untuk Mewujudkan Prinsip Manajemen Kualitas
Untuk dapat mewujudkan atau merealisasikan konsep atau prinsip dalam
manajemen kualitas, maka diperlukan beberapa konsep khusus. Hal ini
disebabkan kualitas menuntut perubahan budaya yang menyangkut banyak pihak
lebih jauh Johnson dan Golomski (1999), mengidentifikasi adanya 6 (enam)
konsep yang dapat digunakan organisasi atau perusahaan yang menekankan
pada prinsip-prinsip manajemen kualitas, yaitu sebagai berikut:
1. Kepemimpinan
Pemimpin menyusun tujuan dan arah pendirian organisasi, serta
menciptakan dan mempertahankan lingkungan internal, di mana orang-orang
menjadi terlibat dalam pencapaian sasaran organisasi atau perusahaan
tersebut. Pemimpin organisasi sangat dibutuhkan dalam mengadakan
perbaikan atau perubahan. Sementara itu, kualitas, bukan semata-mata
merupakan gaya pemimpin, tetapi sistem kualitas akan berjalan bila ada
dukungan dan partisipasi pimpinan dan anak buahnya. Kepemimpinan harus
didelegasikan ke dalam prinsip-prinsip yang dianut kepada seluruh anggota
organisasi atau perusahaan. Oleh karenanya, menjadi pemimpin yang baik
pada organisasi yang berorientasi pada kualitas harus mampu memberdayakan
seluruh stafnya, untuk menyusun arah dan tujuan organisasi atau perusahaan,
yang di dalamnya menyangkut sistem nilai yang diterima bersama dan
berorientasi pada kualitas. Mereka juga harus berani memberikan jaminan
bahwa strategi, sistem, dan metode yang digunakan untuk membangun
pengetahuan, keahlian, dan sikap tersebut konsisten dengan sasaran dan
tujuan organisasi atau perusahaan. Selain itu, pemimpin harus mampu
mendorong keterlibatan semua pihak dalam continuous quality improvement
dengan cara antara lain: menyediakan praktek-praktek terbaik yang
terdokumentasi dan sistematis, menyediakan penilaian dan peninjauan
terhadap proses secara sistematis, menyediakan perbaikan proses secara
sistematis, dan bertanggung jawab mempertahankan nilai - nilai yang dimiliki.
2. Pelanggan
8
Untuk dapat mendefinisikan pelanggan suatu organisasi atau
perusahaan, harus terlebih dahulu kenal bagaimana proses produksi yang
terjadi. Dalam organisasi atau perusahaan manufaktur, bagaimana proses
produksi dan siapa yang menjadi pelanggan sudah nampak dengan jelas.
Untuk organisasi atau perusahaan jasa, terlebih dahulu harus dibuat analogi
proses produksi pada perusahaan manufaktur ke dalam proses penyampaian
jasa. Untuk dapat bisa menguraikan hal tersebut, organisasi atau perusahaan
harus dipandang sebagai suatu sistem dari sistem kemasyarakatan. Menurut
Chase et al. (1998), perbedaan utama antara industri jasa dengan industri
manufaktur adalah dalam industri jasa, pelanggan berperan sebagai konsumen
namun sekaligus sebagai input. Hal ini disebabkan hubungan antara pemberi
dengan penerima jasa sangat dekat, sehingga interaksi yang langsung tersebut
akan mempengaruhi kualitas jasa yang dihasilkan. Sementara, hubungan
pelanggan dengan pembuat produk dalam industri manufaktur jauh, sehingga
kurang berpengaruh dalam kualitas produk yang dihasilkan. Dari sini dapat
dilihat bahwa sebenarnya konsumen dapat digolongkan sebagai input dalam
proses penyampaian jasa sekaligus sebagai hasil, yaitu konsumen yang telah
memiliki pengetahuan, dapat menyelesaikan masalah, sampai ke tempat tujuan
dengan selamat.
9
dilakukan menunjukkan informasi berupa angka – angka yang akan
mengkuantitatifkan input, hasil, dan kinerja yang merupakan dimensi dari
proses, program, kegiatan, dan pelayanan seluruh organisasi atau perusahaan.
5. Pendekatan Proses
Proses produksi atau operasional jasa akan tercapai dengan lebih
efisien jika hubungan antara kegiatan dan prosesnya dikelola sebagai suatu
sistem terpadu. Proses tersebut mengubah nilai - nilai yang masuk pada
organisasi atau perusahaan. Sistem kualitas dirancang untuk pengendalian dan
perbaikan nilai, yang secara sederhana meliputi: semua pekerjaan atau
kegiatan pada organisasi atau perusahaan yang terdiri dari berbagai proses,
10
kegiatan - kegiatan dalam proses pada organisasi atau perusahaan tersebut
seringkali berinteraksi satu dengan yang lain, semua proses dalam organisasi
atau perusahaan tersebut berinteraksi satu dengan yang lain, dan hasil yang
dicapai organisasi atau perusahaan tersebut merupakan hasil suatu proses
produksi atau operasional jasa.
6. Perbaikan Secara Terus – menerus dan Berkesinambungan
(Continuous Improvement)
Continuous improvement dalam suatu proses dan hasil harus
merupakan sasaran organisasi atau perusahaan yang bersifat permanen.
Perbaikan, terutama dalam sistem kualitas meliputi dua kriteria, yaitu hasil yang
secara terus-menerus meningkat dan biaya yang secara terus-menerus
menurun dan berdasarkan teori Edward Deming, proses harus menjadi stabil
sebelum diadakan perbaikan. Kedua kriteria ini memerlukan data pada hasil,
biaya, stabilitas proses, dan kemampuan proses.
11
BAB II
12
itu, untuk melaksanakan manajemen kualitas, semua pihak dalam organisasi harus
berperan secara aktif.
13
Pada tahap ini dikenal seorang tokoh yaitu Feigenbaum (1983) yang
merupakan pelopor Total Quality Control (1960). Pada tahun 1970,
Feigenbaum memperkenalkan konsep Total Quality Control Organizationwide.
Namun pada tahun Feigenbaum (1983) memperkenalkan konsep Total Quality
System.
14
sejak awal tahun 1990-an oleh Frederick Taylor yang dikenal dengan sebutan
father of scientific management dan terkenal dengan teorinya time and motion
studies.
15
planning, goal setting, dan mobilisasi seluruh organisasi. Peran dari ahli kualitas
adalah sebagai goal setting, education and training, consultative work dengan
departemen dan program perancangan. Oleh karena itu, orientasi dan
pendekatan yang digunakan dalam era ini adalah to ‟manage in‟ quality.
W. Edwards Deming
16
7. Mengajarkan dan melembagakan kepemimpinan.
8. Menjauhkan rasa ketakutan, ciptakan kepercayaan, ciptakan iklim yang
mendukung inovasi.
9. Mengoptimalkan tujuan perusahaan, tim, atau kelompok.
10. Menghilangkan desakan atau tekanan-tekanan yang menghambat
perkembangan karyawan.
11. Menghilangkan kuota berdasarkan angka-angka, tetapi secara terus-
menerus melembagakan metode perbaikan. Menghilangkan manajemen
berdasarkan sasaran (management by objective), tetapi mempelajari
kemampuan proses dan bagaimana memperbaikinya.
12. Menghilangkan hambatan yang membuat karyawan tidak merasa bangga
akan pekerjaan atau tugasnya.
13. Mendukung pendidikan dan perbaikan atau peningkatan prestasi setiap
orang.
14. Melaksanakan tindakan atau kegiatan untuk mencapai semua tujuan atau
sasaran itu.
Philip B. Crosby
17
pembuangan dan pengerjaan ulang terhadap produk yang cacat, biaya
persediaan, biaya inspeksi dan pengujian.
18
d) Menyusun sasaran kualitas yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan
dan pemasok sehingga dapat meminimalkan biaya.
e) Mengembangkan proses yang dapat menghasilkan produk yang sesuai
dengan karakteristik tertentu.
f) Memperbaiki atau meningkatkan kemampuan proses.
19
Perhatian untuk Menciptakan budaya Manajemen
menciptakan sistem kualitas mendukung
Tanggung jawab kualitas secara perencanaan,
manajemen senior menyeluruh pengendalian, dan
perbaikan kualitas
Menciptakan struktur Perbaikan kualitas Dewan kualitas
untuk perbaikan secara terstruktur memberikan petunjuk
Pendekatan strategik
terus-menerus untuk proses
terhadap sistem
perbaikan terus-
kualitas
menerus
Secara terus-menerus Perbaikan proses, Pendekatan proyek
dan bukan program
berkesinambungan dengan sasaran pada
Dasar perbaikan
untuk mengurangi perbaikan
penyimpangan
Menghilangkan cacat Menghilangkan cacat Kualitas adalah
dan menurunkan dan kualitas adalah mengukur berbagai
Pengukuran kualitas
biaya kualitas bebas cacat penyimpangan
Continuous Quality Continuous Quality Continuous Quality
Improvement dengan Improvement Improvement dalam
Perbaikan proses P-D-C-A perencanaan,
terus-menerus pengendalian, dan
perbaikan kualitas
Mendukung Mendukung Mendukung
pendidikan dan pendidikan dan pendidikan dan
pelatihan dalam pelatihan dengan 8 pelatihan secara
Pendidikan dan
Deming’s 14 Points langkah mengenai implisit dan eksplisit
pelatihan
pendidikan kualitas dalam
langkahlangkah Juran
Memisahkan Harus diambil Memisahkan
penyebab umum tindakan perbaikan penyebab umum
(yang tidak dapat bila ada kesalahan (yang tidak dapat
dihilangkan) dan dihilangkan) dan
Menghilangkan penyebab khusus penyebab khusus
penyebab masalah (dapat dihilangkan) (dapat dihilangkan)
dan digunakan teknik- dan digunakan
teknik statistika untuk teknikteknik statistika
identifikasi untuk identifikasi
20
Dengan menekankan Sasaran baru dapat Pendekatan yang
pada Continuous tercapai setelah 30, sesuai dengan
Quality Improvement 60, atau 90 tahun Management by
Penyusunan tujuan/
dan tidak melihatnya Objective
sasaran
sebagai sasaran
jangka pendek
Deming’s 14 Points Menekankan pada Menekankan pada
untuk Quality perubahan budaya quality improvement
Improvement dan dengan pendekatan
Rencana struktural
menekankan proyek demi proyek
penggunaan alat
Partisipasi karyawan Tim Quality Pendekatan tim dan
dalam pengambilan Improvement, dewan gugus kendali kualita
Kerja Tim
keputusan kualitas
Tidak ada yang Biaya Kualitas tidak bebas,
optimum, perbaikan ketidaksesuaian, ada suatu yang
Biaya Kualitas terus-menerus dan Kualitas adalah bebas optimum
berkesinambungan
Dari tabel di atas nampak bahwa di antara ketiga ahli manajemen kualitas
tersebut terdapat kesamaan pandangan, baik dalam pengertian kualitas, filosofi
yang dianut, pandangan terhadap perbaikan yang continuous improvement,
perencanaan kualitas yang bersifat strategik, biaya kualitas, perlunya pendidikan,
pelatihan, dan kerja tim, usaha mencari penyebab kesalahan, dan masih banyak
lagi kesamaan pandangan dalam manajemen kualitas.
21
BAB III
22
karyawan, kerjasama efektif antar karyawan, kepuasan pelanggan, serta
komunikasi memadai. Namun, untuk menerapkannya diperlukan waktu untuk
dilakukannya proses pelatihan kepada karyawannya. Dalam hal ini, company perlu
menyiapkan dana untuk proses pelatihan panjang. Akan tetapi, pelatihan yang
diberikan merupakan bentuk investasi jangka panjang bagi company.
23
BAB IV
Customer Focussed
Customer merupakan pihak yang menentukan apakah kualitas produk
maupun jasa yang dihasilkan company dalam memenuhi kebutuhan atau
tingkatan kualitas tujuannya. Apapun yang dilakukan oleh sebuah
organisasi/company seperti pelatihan karyawan, perbaikan proses, penggunaan
mesin canggih ataupun adopsi teknologi terbaru yang pada akhirnya tetap
24
customer yang menentukan apakah upaya-upaya yang dilakukan tersebut
bermanfaat atau tidak.
Process – centered
Perhatian pada peningkatan proses merupakan pondasi dasar dalam sistem
manajemen TQM. Proses merupakan serangkaian langkah-langkah yang
dimulai dari penerimaan INPUT dari supplier (internal maupun eksternal) dan
meng-transformasi-nya menjadi OUTPUT yang akan dikirimkan ke pelanggan
(internal maupun Eksternal).
Integrated System
Kesatuan banyak keahlian dan ruang lingkup kerja dalam suatu perusahaan
yang membentuk departementalisasi secara vertikal maupun horizontal,
semuanya memerlukan suatu sistem yang terintegrasi dengan baik agar visi,
misi, strategi, kebijakan, tujuan dan sasaran perusahaan dapat dikomunikasikan
dengan baik dan jelas kepada semua karyawan.
25
ataupun Manajemen Strategi yang melakukan perumusan dan perencanaan
strategi dalam mengintegrasikan konsep kualitas ke dalam Strategi Perusahaan
secara keseluruhan.
Continual Improvement
26
BAB V
27
JIT memiliki konsep untuk memproduksi jenis-jenis barang yang diminta oleh
konsumen sejumlah barang yang di pesan dan ketika barang tersebut dibutuhkan
oleh konsumen. Oleh karena itu Just in Time (JIT) memiliki kunci utama yaitu what
(jenis barang pesanan), how much (berapa banyak barang yang dipesan), dan
when (kapan barang tersebut dipesan) sehingga produksi hanya akan dilakukan
sesuai dengan ketiga konsep di atas bertujuan untuk meningkatkan produktivitas
dan mengurangi pemborosan. Produktivitas akan meningkat karena perusahaan
hanya berfokus atas barang-barang yang dipesan oleh konsumen sehingga tidak
terkecoh oleh hal yang tidak diperlukan. Sedangkan pemborosan dapat disebabkan
ketika memproduksi barang terlebih dahulu baru di distribusikan pada konsumen.
Probabilitas konsumen yang tidak membeli produk tersebut mungkin terjadi
sehingga produk yang tak laku di pasaran akan menjadi beban yang merugikan
perusahaan dalam bentuk over produksi, waktu, transportasi, pemrosesan, tingkat
persediaan barang yang tidak diperlukan, gerak yang tidak diperlukan dan juga
cacat produksi.
Kanban
Kanban merupakan sistem penjadwalan yang mentrigger untuk
memproduksi barang dan berapa banyak yang akan diproduksi sesuai dengan
permintaan pasar. Jadi bukan merupakan sistem untuk mengatur jumlah
persediaan atau inventory dimana bila stock habis harus segera di lakukan order
kembali untuk re-stock. Kanban adalah alat yang efektif untuk melakukan
produksi secara keseluruhan. Sistem manufaktur akan dioperasikan bila masuk
order dalam jumlah tertentu. Tujuannya untuk memproduksi finish goods tepat
waktu dan pada batas jumlah yang akan di konsumsi (Just in Time). Proses
produksi menghasilkan barang sebanyak yang dibutuhkan konsumen dan
sepecatnya dikirim untuk menekan holding cost.
Meminimalisir waste
28
Scrap, waiting time, overproduction perlu diminimalisir dalam setiap proses
produksi. Semua bahan - bahan mentah harus digunakan secara effisien untuk
memenuhi target produksi.
Produksi Lot size bertujuan untuk menghindari waiting time dan lead time
yang kompleks dan juga perencanaan produksi dalam jumlah besar maka
jadwal produksi dibagi - bagi dalam jumlah kecil yang berpetak - petak, dengan
hal ini industri dapat lebih efisien terhadap produksi dan lebih fleksibel guna
menyesuaikan perubahan order maupun permintaan dalam pasar.
Dalam sistem Just in Time (JIT), aliran kerja dikendalikan di setiap stasiun
kerja (work station) dengan cara menarik output dari stasiun kerja sebelumnya
29
sesuai kebutuhan. Cara ini dapat disebut sebagai Pull System (sistem tarik) karena
system yang bekerja menarik output. Jadwal produksi diterima oleh final assembly
line sedangkan pesanan produksi akan diterima oleh stasiun – stasiun kerja yang
lain juga oleh pemasok untuk keperluan produksi produk. Singkatnya, stasiun kerja
pertama (pemasok) dilanjutkan dengan stasiun kerja kedua (lalu produk akan di
pasok sesuai kuantitas kebutuhan pada waktu yang tepat dan juga dengan
spesifikasi yang tepat. Sebagai tambahan, untuk stasiun kerja kedua, bila stasiun
kerja kedua menghentikan produksi karena belum ada konsumen yang memesan
produk atau alasan tertentu maka secara otomatis stasiun kerja pertama akan
berhenti memasok produk, karena tidak menerima pesanan produksi.
Empat hal pokok yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan dari konsep JIT yaitu:
1. Memproduksi apa yang dibutuhkan saat dibutuhkan dan dalam jumlah yang
diperlukan.
2. Autonomasi sebagai unit pengendalian cacat secara otomatis yang tidak
memungkinkan unit cacat mengalir ke proses berikutnya.
3. Tenaga kerja fleksibel, dengan maksud mengubah jumlah pekerja sesuai
dengan fluktuasi permintaan.
4. Berpikir kreatif, inovatif serta selalu menerima masukan atau saran dari
karyawan.
BAB VI
Menurut Hansen & Mowen (2005:478), Just in Time (JIT) memiliki dua
tujuan strategis, yaitu untuk meningkatkan laba dan untuk memperbaiki posisi
bersaing perusahaan. Kedua tujuan ini dapat dicapai dengan mengendalikan biaya
30
(yang memungkinkan persaingan harga yang lebih baik dan peningkatan laba),
memperbaiki kinerja pengiriman dan meningkatkan kualitas.
31
Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap area operasi yang ada.
Semua pemakaian sumber-sumber input (material, energi, jam kerja mesin atau
orang, dan lain-lain) tidak boleh melebihi batas minimal yang diperlukan untuk
mencapai target produksi.
d. Perbaikan aliran produk secara terus-menerus (continuous product flow
improvement)
Tujuan pokoknya adalah menghilangkan proses-proses yang tidak
produktif yang bisa menghambat kelancaran aliran produksi.
e. Penyempurnaan kualitas produk (product quality perfection)
Kualitas produk merupakan tujuan dari aplikasi Just In Time (JIT) dalam
sistem produksi. Disini selalu diupayakan untuk mencapai kondisi “Zero Defect”
dengan cara melakukan pengendalian secara total dalam setiap langkah proses
yang ada. Segala bentuk penyimpangan haruslah bisa diidentifikasi dan
dikoreksi sedini mungkin.
f. Respek terhadap semua orang / karyawan (respect to people)
Dengan metode Just In Time (JIT) dalam sistem produksi setiap pekerja
akan diberi kesempatan dan otoritas penuh untuk mengatur dan mengambil
keputusan apakah suatu aliran operasi bisa diteruskan atau harus dihentikan
karena dijumpai adanya masalah serius dalam satu stasiun kerja tertentu.
g. Mengurangi segala bentuk ketidak-pastian
Persediaan yang ide dasarnya diharapkan bisa mengantisipasi permintaan
yang berfluktuasi dan segala kondisi yang tidak terduga, justru akan berubah
menjadi waste bilamana tidak segera digunakan. Begitu pula rekruitmen tenaga
kerja dalam jumlah besar secara tidak terkendali seperti halnya yang umum
dijumpai dalam aktivitas proyek akan menyebabkan terjadinya pemborosan
bilamana tidak dimanfaatkan pada waktunya. Oleh karena itu dalam
perencanaan dan penjadwalan produksi harus bisa dibuat dan dikendalikan
secara teliti.Segala bentuk yang memberi kesan ketidak-pastian harus bisa
dieliminasi dan harus sudah dimasukkan dalam pertimbangan.
h. Perhatian dalam jangka panjang
Ketujuh prinsip pelaksanaan Just In Time (JIT) dalam sistem produksi di
atas bukanlah suatu komitmen perusahaan yang diaplikasikan dalam jangka
32
waktu pendek. Melainkan harus dibangun secara berkelanjutan dan merupakan
komitmen semua pihak dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, ada
kemungkinan aplikasi Just In Time (JIT) dalam sistem produksi justru akan
menambah biaya produksi mengikuti konsekuensi proses terbentuknya kurva
belajar.
33
d) Ketelusuran biaya overhead
Suatu sistem pembiayaan menggunakan tiga metode untuk membebankan
biaya pada produk individual: penelusuran langsung, penelusuran penggerak,
dan alokasi. Dari ketiga metode, penelusuran langsung adalah yang paling
akurat dan, sehingga, lebih disukai daripada dua metode lainnya.
e) Pengaruh persediaan
Just In Time (JIT) umumnya menurunkan persediaan hingga tingkat yang
sangat rendah. Pencapaian terhadap tingkat yang tidak signifikan dari
persediaan adalah vital bagi kesuksesan Just In Time. Just In Time (JIT)
menolak untuk menggunakan persediaan sebagai solusi dari masalah-masalah
ini. Bahkan, persediaan tidak hanya dipandang sebagai pemborosan namun
sebagai sesuatu yang langsun berhubungan dengan kemampuan perusahaan
untuk bersaing.
BAB VII
Apa itu arti dan konsep kepemimpinan? Arti dari kepemimpinan itu sendiri
adalah kapabilitas seseorang untuk mempengaruhi individu atau masyarakat agar
bisa meraih tujuan tertentu. Ini bisa menyangkut pada sebuah tujuan dari organisasi
atau golongan. Pendapat ini berasal dari Stephen P. Robbins.Sementara istilah
34
pemimpin sendiri merupakan individu yang diberi kesempatan untuk menjadi ketua
suatu organisasi untuk bisa mencapai tujuan dari sebuah organisasi.
A. Pengertian
35
Karena kepemimpinan hanya bisa dipakai hanya pada suatu waktu dan bisa dipakai
oleh setiap orang dalam lingkup golongan atau organisasi.
B. Sifat Kepemimpinan
Sifat Kepemimpinan Menurut Para Ahli konsep kepemimpinan
Konsep kepemimpinan berdasarkan traits theory of leadership ini
mengungkapkan bahwa pemimpin mempunyai karakter khusus yang bisa membuat
mereka diikuti karena kecakapan memimpinnya
Akan susah bila merumuskan satu-satu apa saja sifat pemimpin yang harus
dimiliki. Karena kepemimpinan adalah sebuah sikap dan perilaku yang menjadi
bawaan seseorang. Namun Abu Ahmadi (2007:122-123) berpendapat terdapat
beberapa sifat pemimpin, yakni: Cakap, memiliki rasa tanggung jawab, berani,
memiliki visi yang jelas, percaya diri, rajin dan tangkas.
Setelah mengungkapkan beberapa konsep tentang karakter pemimpin, dari
apa yang telah diteliti. Ada pendapat lain mengenai karakter pemimpin berdasarkan
pendapat Keith Davis, berikut merupakan empat karakter utama pemimpin (konsep
kepemimpinan), yakni:
Kecerdasan
Instrumen ini merupakan sebuah barang wajib bila ingin menjadi pemimpin
efektif, karena dengan instrumen ini kerja dari sebuah organisasi/
kelompok/perusahaan akan semakin terarah dan tepat dalam mencapai tujuan.
Matang dan Sosial
Instrumen lain yang bisa menentukan pemimpin efektif adalah kematangan
mental dan emosinya ketimbang anggota lain di organisasinya. Kematangan
emosi bisa membuat masalah bisa diatasi dengan tenang. Sementar Instrumen
berupa kecakapan sosial ini berfungsi untuk meyakinkan setiap tujuan yang ada
di masyarakat/kelompok untuk bernegosiasi dan meyakinkan dalam mencapai
tujuan.
Motivasi
Instrumen ini berupa keinginan yang kuat untuk berprestasi pada suatu individu
pemimpin sehingga keinginan tersebut bisa menyebar/menular ke orang lain
36
terutama golongan atau organisasi yang dipimpin. Dengan begitu suatu
organisasi bisa lebih bersemangat dalam memperoleh misi yang telah
dicanangkan. Motivasi merupakan dorongan yang kuat dalam diri untuk bisa
mencapai target dengan sukses.
Empati
Instrumen ini adalah cara pemimpin untuk bisa memahami apa yang orang lain
rasakan. Karena dalam sebuah mencapai tujuan, pemimpin tahu bahwa
organisasi membutuhkan kerja sama dan kekompakan anggota. Empati pada
pemimpin bisa membuat lingkungan lebih stabil dalam mencapai tujuan.
Prinsip Kepemimpinan
Untuk membantu seorang individu agar bisa memahami dan mengetahui apa itu
kepemimpinan. Maka kami sajikan beberapa panduan kepemimpinan berupa
prinsip dan cara menerapkannya berdasarkan (Angkatan Darat A.S., 1983).
Kenali diri sendiri dan usahakan untuk adanya peningkatan diri – Untuk bisa
mengenal diri sendiri, maka individu diharuskan tahu mengenai kecenderungan,
atribut yang ada di dalam diri. Hal tersebut bisa diraih dengan cara belajar mandiri,
refleksi mengikuti kelas formal dan berkomunikasi dengan orang lain.
Mencari tanggung jawab dan mengambil tanggung jawab atas tindakan yang
dilakukan. – Cari cara untuk mengarahkan organisasi yang dipimpin ke arah atau
tingkat yang baru. Jika semuanya telah sampai, cepat atau lambat pasti ada
masalah baru dan jangan menyalahkan orang lain. Analisis situasi, ambil tindakan
korektif dan lanjutkan ke arah selanjutnya.
Berikan contoh – Jadilah panutan yang baik bagi anggota. Mereka tidak
hanya mendengar apa yang diharapkan tetapi juga melihat apa yang harus
dilakukan.
37
Kenali anggota dan perhatikan kesejahteraan mereka – Ketahui sifat
manusia dan pentingnya merawat pekerja dengan tulus.
Selalu memberi tahu – Pahami cara berinteraksi dengan anggota tetapi juga
dengan orang penting lainnya.
Cara menuju kepemimpinan keren dan hebat, bagi pemimpin yang sukses
terdiri dari (Kouzes, Posner, 1987):
Menginspirasi tujuan bersama – Berikan dan bagikan tujuan atau visi yang
dipunyai dengan kata-kata yang mudah dipahami oleh setiap anggota.
38
Contohkan caranya/metode – Ketika proses menjadi sulit buat terobosan
bersama. Seorang bos akan memberitahu anggota apa yang harus lakukan,
sedangkan pemimpin menunjukan cara melakukannya.
Motivasi dan dorongan hati – Jika terjadi masalah dorong anggota dan
semangati mereka, meskipun hati Anda tidak tenang atau hancur.
D. Konsep Teamwork
Kerja sama adalah kunci untuk membangun bisnis yang lebih baik. Tanpa
kerja sama, bukan tidak mungkin bisnis tidak akan berjalan secara maksimal. Maka
dari itu, di setiap perusahaan bisnis perlu mengelola teamwork. Sebab, teamwork
adalah kemampuan yang harus dimiliki karyawan dalam perusahaan. Namun,
beberapa perusahaan bisnis tampaknya abai terhadap teamwork. Padahal, untuk
mengeluarkan ide atau gagasan, perlu adanya diskusi dan itu hanya akan terjadi
jika melakukan teamwork. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk
melakukannya karena teamwork adalah bagian dari kesuksesan bisnis.
1. Pengertian Teamwork
2. Manfaat Teamwork
39
Setelah memahami pengertian dari teamwork, Anda perlu mempelajari
manfaatnya. Apa saja itu?
Saling Memotivasi
40
Jika ada tanggung jawab yang gagal pada salah satu karyawan, biasanya
akan dihujat. Namun, hal tersebut tidak akan terjadi apabila di perusahaan yang
baik dalam mengelola karyawannya. Dari situ justru setiap karyawan atau divisi
saling memotivasi satu sama lain agar hal tersebut tidak terulang lagi. Dengan
teamwork yang baik, pengambilan risiko pun bisa didistribusikan kepada setiap
karyawan dengan adil. Dukungan dan kepercayaan antar karyawan dapat
menjadi momen kebersamaan. Hal-hal seperti itulah yang mampu menjadikan
perusahaan lebih sehat secara mental. Imbasnya, strategi apa pun yang
dicanangkan cenderung berhasil ke depannya.
41
Dengan demikian, karyawan bisa tampak ceria dan bahagia ketika
melaksanakan suatu pekerjaan. Tidak ada rasa canggung sehingga pekerjaan
pun bisa segera selesai.
Lakukan Evaluasi
Abai terhadap evaluasi bukanlah sesuatu yang baik di perusahaan. Setiap
pekerjaan, baik kecil maupun besar, perlu adanya evaluasi. Dari evaluasi maka
akan terlihat mana yang menjadi kekurangan sehingga perlu diperbaiki. Evaluasi
adalah salah satu unsur dalam mengelola teamwork. Maka penting bagi
perusahaan untuk melakukannya.
E. Konsep TQL
42
BAB VIII
KONSEP QA
Salah satu faktor yang sangat penting dalam persaingan pasar adalah
kualitas suatu produk maupun layanan. Kualitas sering dijadikan sebagai suatu
tolok ukur dan pembeda untuk suatu produk dan layanan antara satu produsen
dengan produsen lainnya. Oleh karena itu, semua produsen dan penyedia layanan
selalu mencari cara untuk meningkatkan kualitas produk ataupun kualitas
layanannya. Kualitas dapat diartikan sebagai tingkat baik atau buruknya suatu
produk yang dihasilkan dan apakah produk yang dihasilkan tersebut sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan ataupun kesesuaiannya terhadap kebutuhan.
43
Seperti : pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kualifikasi.
Quality Assurance (QA) dapat didefinisikan secara umum mencakup uji, tes,
monitoring, dan memeriksa semua proses produksi yang terlibat dalam suatu
produksi produk. Selain itu, tugas dari Quality Assurance (QA) yaitu memastikan
semua standar kualitas dipenuhi oleh setiap komponen dari produk atau layanan
yang disediakan oleh perusahaan untuk memberikan jaminan kualitas sesuai
standar yang diberikan oleh perusahaan. Jadi, secara umum, tugas dan tanggung
jawab dari Quality Assurance (QA) yaitu terkait dengan peran jaminan kualitas
suatu produk. Meskipun sifat yang tepat dari pekerjaan jaminan kualitas akan
berbeda berdasarkan pada industri tertentu, tugas utama dan kompetensi terkait
dengan memastikan bahwa produk tersebut memenuhi standar kualitas yang
diperlukan atau diberikan sesuai standar perusahaan.
44
pelanggan yang akan merugikan reputasi perusahaan serta pengeluaran biaya-
biaya akibat kualitas yang buruk. Quality Assurance merupakan proses yang pro-
aktif yaitu melakukan penekanan terhadap perencanaan, dokumentasi dan
penentuan panduan kualitas pada awal proyek dimulai untuk memahami
persyaratan dan standar kualitas yang diharapkan. Setelah semua persyaratan dan
standar kualitas yang diinginkan tersebut teridentifikasi, maka diperlukan
pengembangan perencanaan untuk memenuhi persyaratan dan standar kualitas
yang diinginkan tersebut.
45
BAB IX
Saat ini, banyak perusahaan yang memperebutkan sertifikat ISO 9000. ISO
9000 merupakan suatu standar yang terdiri dari elemen yang mengatur mulai dari
tanggung jawab manajemen terhadap mutu, sampai kepada hal yang lebih teknis
seperti pembelian bahan baku, perencanaan mutu pengendalian proses, pengujian
produk akhir, pelayanan pelanggan, dan sebagainya (Endih, 2015). Inti dari ISO
9000 adalah spesifikasi, baik untuk komponen yang dibeli, proses atau hasil akhir
dan langkah-langkah kunci yang dikontrol secara ketat yang dapat mempengaruhi
mutu produk atau jasa akhir. Membutuhkan banyak dokumen untuk menjalankan
sistem ISO 9000. Ada tiga tingkatan dokumentasi yang dibutuhkan dalam sistem
ISO 9000, yakni: tingkat paling atas adalah manual mutu, tingkat kedua dokumen
spesifik yang diperlukan untuk mengendalikan masalah-masalah mendasar dalam
hal mutu, seperti rencana mutu, pengukuran rutin, catatan inspeksi dan pengujian,
spesifikasi pelanggan, spesifikasi pemasok dan prosedur order penjualan, dan
tingkat ketiga Standart Operational Procedure (SOP).
46
Standar Internasional ISO 9000 adalah suatu pendekatan dalam pengolahan
kegiatan organisasi dengan mengembangkan mekanisme pengendalian yang
mengacu pada sejumlah persyaratan yang secara eksplisit tertulis dalam standar
tersebut, yang dibangun atas dasar delapan prinsip mutu yaitu: fokus pelanggan,
kepemimpinan, partisipasi seluruh karyawan, pengendalian proses, pengendalian
melalui sistem, perbaikan terus menerus, pendekatan faktual dalam mengambil
keputusan, serta hubungan timbal balik saling menguntungkan dengan pemasok.
Lain hal dengan TQM, TQM (Total Quality Manajement) muncul pada
tertengahan tahun 1980-an sebagai respon atas serangan Jepang terhadap pasar
AS dengan produk elektronik dan otomotif yang berkualitas tinggi dan murah. TQM
dapat didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan performa secara terus
menerus (countinous performance improvement) pada setiap level operasi atau
proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan
semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia. TQM adalah filosofi
manajemen yang mempunyai tujuan utama bagi kepuasan pelanggan terhadap
barang dan jasa. Tujuan ini hanya dapat dicapai melalui keterlibatan manajemen
dalam seluruh tingkatan, perbaikan yang berkelanjutan (continuous improvement)
dari produk jasa dan proses, pendidikan dan latihan bagi karyawan dan partisipasi
dari seluruh karyawan dalam pemecahan masalah. TQM merupakan suatu
penerapan metode kuantitatif dan sumber daya manusia untuk memperbaiki
produk, baik dalam penyediaan bahan baku maupun pelayanan bagi perusahaan,
yang meliputi semua proses dalam perusahaan pada tingkatan tertentu di mana
kebutuhan pelanggan terpenuhi sekarang dan dimasa yang akan datang. TQM
lebih merupakan sikap dan perilaku berdasarkan kepuasan atas pekerjaannya dan
kerja tim atau kelompoknya.
47
Pandangan ISO 9000 dan TQM. ISO 9000 diciptakan tahun 1987 dengan
tujuan untuk memberikan pemahaman tentang sistem kualitas. Dalam ISO 9000
menjelaskan sebuah proses pengendalian statistik yang terkendali, sedangkan
TQM lebih fokus pada program kerja untuk perbaikan berkelanjutan berbasis pada
pengendalian statistik (Phan et al., 2016; Faritsy, 2014). Keduanya dirancang
untuk memperolah data tentang kualitas. Perbedaannya, ISO 9000 tidak
membutuhkan analisa terhadap data sedangkan TQM membutuhkan kumpulan
data untuk diolah dan hasilnya untuk mengembangkan kualitas. ISO 9000 bisa
menjadi kekuatan perusahaan dalam pengawasan produk-produk yang diterima
dari suplier, sedangkan TQM mengendalikan dan mengolah hubungan dengan
suplier atas dasar kepercayaan. ISO dan TQM memiliki program kerja yang
berbeda, namun keduanya mempunyai tujuan yang sama yakni kepuasan
pelanggan. Ini dapat menjadi alasan, mengapa banyak perusahaan
mempertimbangkan ISO 9000 sebagai langkah awal menuju TQM.
ISO 9000 dengan TQM merupakan satu kesatuan yang dapat dijadikan
pedoman perusahaan dalam melaksanakan perbaikan mutu organisasi. Keduanya
memiliki kesamaan dalam tahap penerapanya. ISO 9000 dapat memberikan pesan
yang aktual dan potensial kepada pelanggan bahwa perusahaan menggunakan
standar mutu yang legal ditaraf internasional. Jadi, dapat dikatakan hubungan
antara ISO 9000 dengan TQM adalah komplementer artinya ISO 9000 dan TQM
merupakan sistem manajemen yang terpadu serta bekerja sama untuk mencapai
sasaran yakni kepuasan pelanggan. Karena hubungan diantara keduanya adalah
komplementer, maka keduanya penting untuk diadopsi oleh suatu perusahaan.
48
BAB X
49
Seiring dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat saat ini tidak hanya
industri manufaktur yang perlu melakukan sertifikasi pada sistem manajemennya.
Dewasa ini sektor jasa mengalami peningkatan yang dramatis yang dikenal sebagai
“great leap forward” atau kemajuan yang luar biasa dalam dunia jasa. Peningkatan
ini menuntut industri jasa agar menerapkan standar internasional sebagai bukti
bahwa perusahaan mampu menghasilkan jasa yang berkualitas. Penggunaan
standar tersebut juga dapat membantu perusahaan meningkatkan daya saingnya.
Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 dalam perusahaan jasa
merupakan suatu langkah yang tepat untuk memenangkan persaingan.
Bagi Organisasi
Kepercayaan konsumen, Implementasi dan sertifikasi ISO 9001: 2015 menyebabkan penilaian
mempertinggi posisi positif dari terhadap reputasi perusahaan. Sistem ISO 9001: 2015
50
menekankan pula proses bisnis yang focus pada pelanggan,
organisasi dalam
memahami kebutuhan pelanggan dan meningkatkan kepuasan
persaingan di pasar
pelanggan.
Bagi Karyawan
51
Sertifikasi ISO 9001: 2015 merupakan salah satu sarana bagi
perusahaan untuk menanamkan kepercayaan dan reputasi
Kepercayaan yang tinggi, yang tinggi bagi pelanggan. Pengelolaan proses- proses sistem
risiko transaksi yang manajemen yang efektif menghasilkan masalah terhadap
rendah kualitas tidak ditentukan oleh pelanggan, namun telah
dikendalikan secara efektif oleh perusahaan.
BAB XI
Dalam kegiatan pengendalian harian mutu secara rutin, ada beberapa alat
yang sering digunakan dalam memperbaiki kondisi perusahaan untuk dapat
meningkatkan kualitas produk atau jasa yang dihasilkannya. Alat dan teknik
tersebut sebenarnya lebih merupakan alat dan teknik penyelesaian masalah yang
berkaitan dengan peningkatan kualitas perusahaan atau organisasi. Alat dan teknik
tersebut biasanya digunakan untuk menemukan kesalahan, mencari penyebab
kesalahan, dan memutuskan cara penyelesaiannya atau menghilangkan penyebab
kesalahan-kesalahan tersebut. bahwa teknik dan alat tersebut dapat berwujud dua
jenis, yaitu yang menggunakan data verbal atau kualitatif dan yang menggunakan
data numerik atau kuantitatif. Teknik yang menggunakan data kualitatif antara lain :
Flow chart, Brainstorming, Diagram sebab akibat, Affinity diagram, Diagram pohon,
sedangkan yang menggunakan data kuantitatif antara lain : Lembar periksa,
Diagram pareto, Histogram, Scatter diagram, Grafik kendali, Run chart.
1. Flow Chart
52
b) Membandingkan proses sesungguhnya dengan proses ideal 3) Mengetahui
langkah yang duplikatif dan.
d) Mengetahui dimana atau dalam bagian proses yang mana pengukuran dapat
dilakukan.
2. Brainstorming
53
4. Affinity Diagram
Affinity diagram dikembangkan oleh Jiro Kawakita pada tahun 1950-an
dan sering menggunakan hasil brainstorming untuk mengorganisasikan
informasi sehingga mudah dipahami untuk mengadakan perbaikan proses.
Affinity diagram ini sangat berguna untuk menyaring data yang berjumlah besar
dan menciptakan pola pikir baru.
5. Diagram Pohon (Tree Diagram)
Tree diagram atau diagram pohon, merupakan alat yang digunakan untuk
menghubungkan tujuan yang harus ditempuh dengan tugas yang harus
dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.
6. Lembat Periksa (Checksheet)
Checksheet adalah alat yang sering digunakan untuk menghitung
seberapa sering sesuatu itu terjadi dan sering digunakan dalam pengumpulan
dan pencatatan data. Data yang sudah terkumpul tersebut kemudian
dimasukkan kedalam grafik seperti diagram pareto ataupun histogram
untuk kemudian dilakukan analisis terhadapnya. Selain Checksheet,
penggumpulan data dapat juga menggunakan datasheet. Pada datasheet, data
khusus dicatat dalam ruangan pada lembar kerja (Ariani, 1999).
7. Diagram Pareto (Pareto Diagram)
Pereto diagram yang merupakan diagram yang dikembangkan oleh
seorang ahli bernama Vilfredo Pareto adalah alat yang digunakan untuk
menentukan pentingnya atau prioritas kategori kejadian yang disusun menurut
ukurannya atau sebab-sebab yang akan dianalisis, sehingga kita dapat
memusatkan perhatian pada sebab-sebab yang mempunyai dampak terbesar
terhadap kejadian tersebut.
8. Histogram
Histogram adalah alat yang digunakan untuk menunjukkan variasi data
pengukuran dan variasi setiap proses. Berbeda dengan pareto chart yang
penyusunannya menurut urutan yang memiliki proporsi terbesar kekiri hingga
proporsi terkecil, histogram ini penyusunannya tidak menggunakan urutan
apapun.
9. Scatter Diagram
54
Scatter Diagram adalah gambaran yang menunjukkan kemungkinan
hubungan (korelasi) antara pasangan dua macam variabel dan menunjukkan
keeratan hubungan antara dua variabel tersebut yang sering diwujudkan
sebagai koefisien korelasi. Diagram ini berupa titik yang menghubungkan paling
tidak dua variabel, X dan Y yang menunjukkan keeratannya, sehingga dapat
dilihat apakah suatu kesalahan dapat disebut berhubungan atau terkait dengan
masalah atau kesalahan yang lain.
10.Run Chart
Run chart adalah grafik yang menunjukkan variasi ukuran sepanjang
waktu, kecenderungan, daur, dan pola-pola lain dalam suatu proses dan
memperbandingkan performansi beberapa kelompok, tetapi tanpa menyebutkan
sebab-sebab terjadinya kecenderungan, daur, atau pola-pola tersebut.
11.Grafik Kendali
Grafik kendali adalah grafik yang digunakan untuk menentukan apakah
suatu proses berada dalam keadaan in control atau out control. Batas
pengendalian yang meliputi batas atas (upper control limit) dan batas bawah
(lower control limit) dapat membantu untuk menggambarkan performansi.
55
BAB XII
Dalam kegiatan pengendalian harian mutu secara rutin, ada beberapa alat
yang sering digunakan dalam memperbaiki kondisi perusahaan untuk dapat
meningkatkan kualitas produk atau jasa yang dihasilkannya. Alat dan teknik
tersebut sebenarnya lebih merupakan alat dan teknik penyelesaian masalah yang
berkaitan dengan peningkatan kualitas perusahaan atau organisasi. Alat dan teknik
tersebut biasanya digunakan untuk menemukan kesalahan, mencari penyebab
kesalahan, dan memutuskan cara penyelesaiannya atau menghilangkan penyebab
kesalahan-kesalahan tersebut. Apabila hal tersebut berhasil dilakukan, maka
56
perbaikan kualitas atau continuous quality improvement dapat tercapai. Teknik dan
alat tersebut dapat berwujud dua jenis, yaitu yang menggunakan data verbal atau
kualitatif dan yang menggunakan data numerik atau kuantitatif.
1. Check Sheet
Check sheet adalah alat yang sering digunakan untuk menghitung
seberapa sering sesuatu itu terjadi dan sering digunakan dalam
pengumpulan dan pencatatan data. Data yang sudah terkumpul tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam grafik, seperti pareto chart ataupun
histogram untuk kemudian dilakukan analisis terhadapnya. Check sheet ini
dapat digunakan sebagai alat bantu dalam tahap pelaksanaan (do) dalam
plan-do-check-actuon cycle. di sektor pelayanan atau jasa, check sheet ini di
lakukan dengan mengumpulkan pendapat pelanggan mengenai proses
penyampaian jasa atau pelayanan.
2. Pareto Diagram
Pareto diagram yang merupakan diagram yang dikembangkan oleh
seorang ahli yang bernama Vilfredo Pareto adalah alat yang digunakan
untuk membandingkan berbagai kategori kejadian yang disusun menurut
ukurannya untuk menentukan pentingnya atau prioritas kategori kejadian-
kejadian atau sebab-sebab kejadian yang akan dianalisis, sehingga kita
dapat memusatkan perhatian pada sebab-sebab yang mempunyai dampak
terbesar terhadap kejadian.
3. Histogram
Histogram adalah alat yang digunakan untuk menunjukkan variasi
data pengukuran dan variasi setiap proses, Berbeda dengan pareto chart
yang penyusunannya menurut urutan yang memiliki proporsi terbesar ke kiri
hingga proporsi terkecil, histogram ini penyusunannya tidak menggunakan
urutan apapun.
4. Scatter Diagram
57
Scatter diagram adalah gambaran yang menunjukkan kemungkinan
hubungan (korelasi) antara pasangan dua macam variabel dan menunjukkan
keeratan hubungan antara dua variabel tersebut yang sering diwujudkan
sebagai koefisien korelasi. Scatter diagram juga dapat digunakan untuk
mencek apakah suatu variabel dapat digunakan untuk mengganti variabel
yang lain.
5. Control Chart
Control chart adalah grafik yang digunakan untuk menentukan apakah
suatu proses berada dalam keadaan in control atau out of control. Control
limit yang meliputi batas atas (upper control limit) dan batas bawah (lower
control limit) dapat membantu kita untuk menggambarkan performansi yang
diharapkan dari suatu proses, yang menunjukkan bahwa proses tersebut
konsisten. Dengan mengetahui kondisi proses, maka kita dapat mengetahui
sumber variasi proses, apakah merupakan common cause atau special
cause. Apabila merupakan special cause. kita dapat mengadakan perubahan
tanpa mengubah proses secara keseluruhan. tetapi bila merupakan common
cause maka kita tidak dapat mengadakan perubahan.
6. Runcharts
Run chart adalah grafik yang menunjukkan variasi ukuran sepanjang
waktu, kecenderungan, daur, dan pola-pola lain dalam suatu proses,
misalnya perubahan dalam proses dan memperbandingkan performansi
beberapa kelompok, tetapi tanpa menyebutkan sebab-sebab terjadinya
kecenderungan, daur, atau pola-pola tersebut.
58
2. Menggunakan informasi tersebut dan berdasarkan pendapat profesional
untuk mengambil tindakan atau memilih berbagai alternatif tindakan yang
harus diambil.
BAB XIII
59
organisasi harus sama atau lebih baik dari lingkungan, bila tidak demikian
organisasi akan mati, dan (2) untuk mencapai keunggulan organisasi. Di masa
sekarang ini keunggulan akan membuat organisasi dapat melangsungkan
kehidupanya. Untuk melangsungkan kehidupan tersebut, organisasi harus unggul
baik dalam lingkungan atau dengan pengaya untuk tetap unggul dan
mempertahankan kelangsungan hidupnya, organisasi tidak hanya dituntut adaptif
atau reaktif terhadap perubahan yang terjadi, melainkan proaktif dengan
membangun visi jauh ke depan.
Selain itu, organisasi belajar mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dan lebih
luas daripada pembelajaran organisi. Untuk menjadi organisasi belajar maka setiap
individu harus melaksanakan pembelajaran dalam organisasi. Menurut Huysman
(2000), dalam kaitannya dengan proses pembelajaran organisasi, pembelajaran
dapat dianalisis sebagai berikut:
Dari ketiga hal tersebut dapat dilihat bahwa pembelajaran dalam organisasi
menuntut usaha anggota organisasi secara individu sebagai agen pembelajaran
dan perubahan yang mendukung terlaksananya organisasi belajar. Pembelajaran
dalam organisasi dapat meliputi pembelajaran adaptif, dengan asumsi dasar
organisasi mempertahankan dirinya sendiri dan lingkungannya atau pembelajaran
generatif, yang merupakan kemampuan organisasi untuk menanyakan persepsinya
terhadap hubungan secara internal dan eksternal (Barker dan Camarata, 1998).
60
BAB XIV
Kasus 1
Pengalaman PT. Aqua Golden Mississippi Dalam Menjalani Sertifikasi 150 9000
Pada bagian berikut ini adalah kasus pada salah satu perusahaan di
Indonesia untuk penerapan konsep dan metode dalam bab 5 mengenai ISO 9000
Kajian pengalaman di IT Aqua Golden Missippi ini adalah referensi dan hasil
penelitian yang dilaksanakan Howard Tindrasa sebagai karya akhir Program
MMBAT-ITB yang berjudul Kapan Kesiapan PT Big Fashion Garmentama
Industry untuk Implementasi ISO 9002 (1996). Kajian pengalaman ini digunakan
oleh peneliti tersebut sebagai kajian pengalaman di perusahaan lain yang telah
melaksanakan dan mendapat sertifikat ISO 9002.
61
9000, masa persiapan sampai diperolehnya sertifikat ISO 9002 dan penerapannya
dalam seluruh aktivitas perusahaan tidaklah cepat dan mudah. Proses ini memakan
waktu, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit, sementara dampak positif yang didapat
baru akan terasa di maso vang akan datang. Namun semua itu dapat diatasi karena
adanya komitmen yang kuat dari pihak manajemen serta dukungan dari semua
pihak sehingga pada akhirnya proses sertifikasi ISO 9002 pada PT. AGM dapat
berhasil diperoleh.
Berikut ini adalah proses memperoleh sertifikasi ISO 9002 di PT. AGM yang
dibagi menjadi empat tahap, yaitu:
Pada tahap ini manajemen dihadapkan pada pemilihan seri standar ISO
9000 yang akan digunakan agar sesuai dengan kepentingan perusahaan.
Setelah melalui pemahaman ISO seri 9000 untuk memilih ISO 9001, ISO
9002, atau ISO 9003 maka diperoleh kesepakatan bahwa PT AGM akan
melakukan persiapan untuk memperoleh sertifikat ISO 9002 (SNI 19-9002-
1992).
2. Tahap Perumusan Sistem Manajemen Kualitas ISO 9002 pada tahap ini
dilakukan empat langkah penting, yaitu:
62
a. pembentukan tim ISO 9000.
b. internal quality audit I.
c. sistem dokumentasi.
d. internal quality audit II.
63
Kemudian dilakukan preaudit atau preassessment berupa tindakan
perbaikan setelah proses sertifikasi. Kemudian external auditor (assessor)
dari lembaga sertifikasi tersebut datang untuk melakukan preaward audit,
yaitu pemeriksaan terakhir yang dilakukan dalam masa registrasi untuk
mendapatkan sertifikat. Bila masih terdapat kekurangan kekurangan harus
segera diperbaiki. Dari semua audit tersebut. PT AGM telah berhasil dan
dinyatakan lulus audit pada bulan November 1994, sedangkan sertifikat baru
diberikan pada tanggal 22 November 1994.
64
Faktor penghambat dalam tahap impelementasi. Secara umum faktor-faktor
yang menghambat implementasi ISO 9000 adalah:
1. biaya yang cukup mahal yang harus dibayarkan kepada konsultan ISO 9000
dan Badan Sertifikasi dan Akreditasi ISO 9000.
2. jadwal pelatihan yang dilakukan oleh konsultan yang dangat padat di mana
tentunya akan berpengaruh terhadap pekerjaan utama.
3. sulit merubah kebiasaan lama di mana sistem manajemen kualitas ISO 9000
menuntut tertib administrasi serta banyak melakukan pencatatan dan
pendokumentasian berbagai aktivitas pekerjaan.
4. program pelatihan harus diikuti oleh pimpinan perusahaan dan hasinya harus
segera diteruskan kepada bawahannya Hal ini sangat memberatkan bagi
pimpinan yang tidak terbiasa memberikan pelatihan bagi bawahannya.
5. sikap para atasan yang sulit menerima, di mana mereka yang lebih senior
harus secara sukarela diberi pelajaran oleh yang lebih muda untuk dapat
menerapkan gaya manajemen baru.
6. sikap beberapa orang yang menolak sistem baru yang akan diterapkan ini
dan selalu mempunyai alasan untuk berkata sibuk serta tidak sempat mela-
kukan pelatihan juga sikap mencari-cari kelemahan sistem ini dan selalu
mempertanyakan kegunaan dan efektivitas sistem yang baru ini.
65
DAFTAR PUSTAKA
Dorothea Wahyu Arini, SE., M.T. 2003. Manajemen Kualitas: Pendekatan Sisi Kualitatif. Jakarta:
PT. Ghalia Indonesia.
Mega. Putri. 2021. https://www.academia.edu/49398958/Makalah_Manajemen_Kualitas. 27
Oktober 2022
Ni. Luh. Wayan. Diah. Dwi. Lestari.
2017.https://www.academia.edu/35129535/Manajemen_Kualitas. 27 Oktober 2022
https://proxsisgroup.com/pq/pengertian-total-quality-management-tqm/
https://repository.uir.ac.id/401/2/bab2.pdf
https://students.warsidi.com/2017/06/pengertian-dan-mekanisme-just-in-time.html
https://www.jtanzilco.com/blog/detail/528/slug/penerapan-just-in-time
http://kalisat-berbagi.blogspot.com/2017/04/manajemen-mutu terpadu .html
https://gaharuchromeblogspot.wordpress.com/2010/07/19/makalah-manajemen- mutu terpadu/
http://myblognophy.blogspot.com/2014/04/manajemen%20mutu%20terpadu%20html
Fajrin Fitriana Ramadhany & Supriono. Analisis Penerapan Sistem Manajemen Mutu Iso
9001:2015 Dalam Menunjang Pemasaran (Studi Pada Pt Tritama Bina Karya Malang). Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017.
Padmantyo Sri dan Utami Ayu Sri. Iso 9000 Dengan Total Quality Management (Tqm): Mana Yang
Lebih Tepat Diadopsi?. Prosiding ISBN: 978-602-361-067-9 Seminar Nasional Riset Manajemen &
Bisnis 2017 “Perkembangan Konsep dan Riset E-Business di Indonesia.
Organisasi belajar - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
66