Anda di halaman 1dari 14

KUALITAS DAN SISTEM KUALITAS MODERN

SERTA FALSAFAH TQM

Mata Kuliah: Manajemen Mutu


Dosen Pengampu: Jekti Rahayu, SE, M. Si.

Disusun oleh:
Yeni Amaliya : 2110411245
Ilham Dwi Prasetya : 2110411250
Silatur Rumsiyah : 2110411251
Lailatul Karomah : 2110411253
Aulya Nurhidayati : 2110411269
Afif Alfan M. I. M : 2110411272
Sevia Aylula Putry : 2110411274
Muhammad Nur Hafit : 2110411282

PROGAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2023
Kata Pengantar
Alhamdulillah kami ucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kita bisa menjalankan aktifitas
sebagai mana biasanya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan
kepada nabi Muhammad SWA. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Hak Atas Kekayaan Intelektual” tepat pada waktunya.
Yang kedua, tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Hukum Bisnis Perusahaan yaitu Ibu “Jekti Rahayu, SE.,
M.Si.” Yang memberikan arahan dan ajaran tentang mata kuliah Hukum Bisnis
Perusahaan.
Adapun yang terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapakan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata,
kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam kata pengantar ini. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kami.
Amin.

Terima kasih.

Penyusun

Kelompok 2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Pembahasan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kualitas
2.2 Pentingnya Kualitas
2.3 Dimensi Kualitas
2.4 Karakteristik Kualitas
2.5 Sejarah Kualitas dan Sejarah QTM
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia bisnis, kualitas dapat dikatakan sebagai alat yang sangat
ampuh dalam usaha mempertahankan bisnis suatu perusahaan. Pada dasarnya,
kualitas dapat berguna untuk memenangkan persaingan. Namun dengan
adanya kesamaan kualitas bukan lagi menjadi satu-satunya andalan dalam
persaingan. Untuk dapat memenangkan persaingan tersebut, perusahaan perlu
memperhatikan aspek kepuasaan pelanggan dengan baik. Jika dilihat lebih
lanjut, persoalan kualitas jasa dan kepuasan pelanggan menjadi hal yang
sangat penting bagi perusahaan jasa.

Oleh karena itu perusahaan jasa perlu memperhatikan beberapa hal


seperti bagaimana membangun kualitas jasa serta pengaruhnya bagi
kepuasaan konsumen, dan perilaku konsumen setelah menggunakan jasa.
Sejalan dengan kemajuan teknologi dapat diketahui bahwa konsumen
menghadapi lebih banyak alternative produk, dengan harga dan pemasok
yang berbeda. Hal ini menjadi sebuah persoalan yang harus diperhatikan
perusahaan terutama dalam hal penentuan pilihan produk yang
akandikembangkan nantinya. Jadi, Sebuah organisasi tentu diperlukannya
suatu perencanaan strategis dalam mengembangkan dan menumbuhkan
bisnisnya. Bagaimanapun juga strategi yang paling handal adalah
mengutamakan kualitas daripada kuantitas. Kualitas dari segala macam
produk dan layanan yang anda miliki sebagai nilai jual kepada pelanggan,
stakeholder atau rekan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kualitas?
2. Apa pentingnya kualitas?
3. Apa saja dimensi kualitas?
4. Apa saja perspektif kualitas?
5. Apa saja karakteristik kualitas?
6. Bagaimana Sejarah Kualitas dan Sejarah QTM?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan kualitas.
2. Untuk memahami pentingnya kualitas.
3. Untuk mengetahui apa saja dimensi kualitas.
4. Untuk mengetahui apa saja perspektif kualitas.
5. Untuk mengetahui apa saja karakteristik kualitas.
6. Untuk mengetahui bagaimana Sejarah Kualitas dan Sejarah QTM.
Bab II
Pembahasan
2.1 Pengertian Kualitas
Pengertian Kualitas Secara Umum
Secara sederhana, pengertian kualitas adalah tingkat baik atau
buruknya, mutu, taraf atau derajat sesuatu. Dalam hal ini, kata “sesuatu”
dapat mewakili banyak hal, baik itu sebuah barang, jasa, keadaan, maupun
hal lainnya. Dalam kaitannya dengan bisnis, pengertian kualitas adalah
kesesuaian antara spesifikasi suatu produk dengan kebutuhan konsumen,
atau tingkat baik buruknya sebuah produk (barang atau jasa) di mata
penggunanya.
Pengertian Kualitas Menurut Para Ahli
1. Joseph M. Juran
Menurut Joseph Juran, pengertian kualitas adalah kesesuaian untuk
penggunaan (fitness for use). Dengan kata lain, suatu produk (barang
atau jasa) hendaklah sesuai dengan apa yang dibutuhkan atau
diharapkan oleh penggunanya.
2. Philip B. Crosby
Menurut Philip B Crosby, kualitas adalah kesesuaian dengan
persyaratan atau standar yang telah ditentukan. Dengan kata lain, suatu
produk dianggap berkualitas jika spesifikasinya sesuai dengan standar
kualitas yang telah ditentukan.
3. Vincent Gaspersz
Menurut Vincent Gaspersz, kualitas adalah hal yang
menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk. Ini
mencakup performa, keandalan, kemudahaan dalam penggunaan, dan
lain-lain. Selain itu, kualitas juga dapat didefinisikan sebagai segala
sesuatu yang menentukan kepuasan pelanggan dan upaya perubahan
terus menerus.
4. W. Edwards Deming
Menurut Edwards Deming, pengertian kualitas adalah suatu tingkat
yang dapat diprediksi dari keseragaman dan kebergantungan pada
biaya rendah dan sesuai dengan pasar.
5. Soewarso Hardjosudarmo
Menurut Soewarso Hardjosudarmo, pengertian kualitas adalah
suatu penilaian subyektif dari customer, dimana penentuan ini
ditentukan oleh persepsi customer terhadap produk dan jasa.
6. David Alan Garvin dan Goetsch Davis
Menurut Garvin dan Davis, kualitas adalah suatu kondisi dinamis
yang berhubungan dengan produk, manusia/ tenaga kerja, proses dan
tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihan harapan
manusia.
7. ISO 2000
Menurut ISO 2000, pengertian kualitas adalah totalitas
karakteristik suatu produk (barang atau jasa) yang menunjang
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan
atau ditetapkan.

2.2 Pentingnya Kualitas


Kualitas sangat penting bagi suatu organisasi atau perusahaan. Ada
beberapa alasan perlunya kualitas bagi suatu organisasi. Russel dan Taylor
(1996) mengidentifikasi enam peran pentingnya kualitas, yaitu:
1) Reputasi Perusahaan Perusahaan atau organisasi
Suatu perusahaan atau organisasi yang telah menghasilkan
suatu produk atau jasa yang berkualitas akan mendapat predikat
sebagai organisasi yang mengutamakan kualitas. Oleh karena itu,
perusahaan atau organisasi tersebut dikenal oleh masyarakat luas dan
mendapatkan nilai “lebih” di mata masyarakat. Karena nilai “lebih”
itulah maka perusahaan atau organisasi tersebut dipercaya
masyarakat.
2) Penurunan Biaya
Paradigma lama, untuk menghasilkan produk berkualitas
selalu membawa dampak pada peningkatan biaya. Suatu produk
yang berkualitas selalu identik dengan harga mahal. Hal ini jelas
terjadi karena penghasil produk atau jasa tersebut masih menganut
paradigma lama, dan membuat produk atau jasa dengan tidak
melihat kebutuhan konsumen. Sementara paradigma baru
mengatakan bahwa untuk menghasilkan produk atau jasa yang
berkualitas perusahaan atau organisasi tidak perlu mengeluarkan
biaya tinggi. Hal ini disebabkan perusahaan atau organisasi tersebut
berorientasi pada customer satisfaction, yaitu dengan mendasarkan
jenis, tipe, waktu, dan jumlah produk yang dihasilkan sesuai dengan
kebutuhan dan harapan pelanggan.
3) Peningkatan Pangsa Pasar Pangsa pasar
Mampu meningkatkan apabila minimasi biaya tercapai,
karena organisasi atau perusahaan dapat menekan harga, walaupun
kualitas tetap menjadi yang terutama. Hal-hal inilah yang mendorong
konsumen untuk membeli dan membeli lagi produk atau jasa
tersebut sehingga pangsa pasar meningkat.
4) Pertanggungjawaban Produk
Semakin meningkatnya persaingan kualitas produk atau jasa
yang dihasilkan, maka organisasi atau perusahaan akan dituntut
untuk semakin bertanggung jawab terhadap desain, proses, dan
pendistribusian produk tersebut untuk memenuhi kebutuhan dan
harapan pelanggan.
5) Dampak Internasional
Berdampak internasional mampu menawarkan produk atau
jasa yang berkualitas, maka selain dikenal di pasar lokal, produk atau
jasa yang tawarkan juga akan dikenal dan diterima di pasar
internasional. Hal ini akan menimbulkan kesan yang baik terhadap
perusahaan atau organisasi yang menghasilkan produk atau
menawarkan jasa yang berkualitas tersebut.
6) Penampilan Produk atau Jasa Kualitas
Penampilan akan membuat produk atau jasa dikenal, dan hal
ini akan membuat perusahaan atau organisasi yang menghasilkan
produk atau menawarkan jasa juga dikenal dan dipercaya masyarakat
luas.

2.3 Dimensi Kualitas


Mutu bisa diukur dengan beberapa dimensi, sehingga dengan
dimensi ini bisa dianalisis apakah suatu produk itu bermutu ataukah tidak.
Ada delapan dimensi mutu, seperti yang dinyatakan oleh Garvin dalam M.
N. Nasution (2001) bahwa delapan dimensi mutu adalah sebagai berikut:
1. Performa (Performance) berkaitan dengan aspek fungsional dari
produk dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan
pelanggan ketika ingin membeli suatu produk.
2. Features, merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah
fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan dan pengembanganya.
3. Kehandalan (reliability), berkaitan dengan kemungkinan suatu produk
berfungsi secara berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah
kondisi tertentu.
4. Konformansi (conformance), berkaitan dengan tingkat kesesuaian
produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan. Sebelumnya
berdasarkan keinginan pelanggan.
5. Daya tahan (durability), merupakan ukuran masa pakai suatu produk.
Karakteristik ini berkaitan dengan daya tahan dari produk itu.
6. Kemampuan pelayanan (Service ability), merupakan karakteristik
yang berkaitan dengan kecepatan/kesopanan, kompetensi, kemudahan
serta akurasi dalam perbaikan.
7. Estetika (aesthetics), merupakan karakteristik mengenai keindahan
yang bersifat subjektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan
pribadi dan refleksi dari preferensi atau pilihan individual.
8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), bersifat subyektif,
berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam mengonsumsi produk,
seperti meningkatkan harga diri.
2.4 Perspektif Kualitas
Ada lima perspektif kualitas yang dapat digunakan dalam menilai suatu
produk.
1. Transcendental Approach
Pendekatan kualitas yang pertama ini lebih berfokus pada kualitas
yang dapat dirasakan dan juga dapat diketahui. Artinya dalam
transcendental approach kualitas bisa dirasakan atau diketahui. Akan
tetapi sulit untuk dioperasionalkan. Penerapan perspektif ini biasanya
ada dalam seni musik, seni tari, seni rupa dan juga drama. Perusahaan
dapat melakukan promosi produk dengan suatu pernyataan, misalnya
tepat belanja menyenangkat (pada supermarket), kecantikan wajah
(pada kosmetik) dan elegan (pada mobil). Hal ini membuat fungsi
perencanaan produksi dan pelayanan sulit menggunakan definisi
seperti ini sebagai dasar manajemen kualitas karena sulitnya
mendesain suatu produk secara tepat.
2. Product-based Approach
Selanjurnya, ada pendekatan product-based approach.Perspektif ini
menganggap bahwa kualitas dapat diukur secara kuantitatif dengan
karakteristik dan atribut tertentu sesuai standar yang sudah
ditetapkan.Unsur dan atribut yang berbeda akan mempengaruhi
kualitas produk.Akibat dari perspektif ini membuat perbedaan selera,
kebutuhan dan juga preferensi individu tidak dapat dijelaskan.
3. User-based Approach
Perspektif ini menyatakan bahwa tolak ukur kualitas didasarkan pada
individu. Artinya, suatu kualitas produk bergantung kepada siapa yang
menggunakannya. Pendekatan ini sangatlah subjektif dan bergantung
kepada preferensi setiap individu yang tidak selalu sama karena
konsumen memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda.
4. Manufacturing-based Approach
Menurut perspektif ini, kualitas ditentukan oleh standar pada
perusahaan, bukan pelanggan yang menggunakan.Pendekatan ini
memiliki sifat supply-based dan memperhatikan praktik perekayasaan
dan manufakturing dan juga mengartikan kualitas sama dengan
persyaratannya. Dalam bidang jasa, perspektif ini mempunyai sifat
operations-driven. Pendekatan ini lebih berfokus pada penyesuaian
spesifikasi yang dikembangkan secara internal, seringkali didorong
oleh tujuan peningkatan produktivitas dan penekanan biaya.
5. Value-based Approach
Terakhir adalah perspektif kualitas yang didasarkan pada nilai dan
harga. Sesuatu dianggap berkualitas jika memiliki nilai dan harga
yang tinggi karena dalam hal ini ada pertimbangan trade-off antara
kinerja produk dan harga.Produk yang mempunyai kualitas tinggi
belum tentu produk yang bernilai. Namun, yang paling bernilai adalah
produk yang paling tepat dibeli (best-buy).

2.5 Karakteristik Kualitas


Goetsch dan Davis mengungkapkan sepuluh unsur utama (karakteristik)
total quality management, sebagai berikut:
1. Fokus Pada Pelanggan
Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal
merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk
atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan
internal berperan besar dalam menentukan kualitas manusia, proses,
dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.
2. Obsesi Terhadap Kualitas
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, penentu akhir kualitas
pelanggan internal dan eksternal. Dengan kualitas yang ditetapkan
tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa
yang ditentukan tersebut.
3. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama
untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan
dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang
didesain tersebut. Dengan demikian data diperlukan dan dipergunakan
dalam menyusun patok duga (benchmark), memantau prestasi, dan
melaksanakan perbaikan.
4. Komitmen jangka Panjang
TQM merupakan paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk
itu dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu
komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan
perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses.
5. Kerja sama Team (Teamwork)
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerja sama tim, kemitraan
dan hubungan dijalin dan dibina baik antar karyawan perusahaan
maupun dengan pemasok lembaga-lembaga pemerintah, dan
masyarakat sekitarnya.
6. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan
Setiap poduk atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses
tertentu di dalam suatu sistem atau lingkungan. Oleh karena itu, sistem
yang sudah ada perlu diperbaiki secara terus menerus agar kualitas
yang dihasilkannya dapat meningkat.
7. Pendidikan dan Pelatihan
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan
merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan
didorong untuk terus belajar, yang tidak ada akhirnya dan tidak
mengenal batas usia. Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan
dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.
8. Kebebasan Yang Terkendali
Dalam TQM, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur
yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat
meningkatkan "rasa memiliki" dan tanggung jawab karyawan terhadap
keputusan yang dibuat. Selain itu unsur ini juga dapat memperkaya
wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan yang diambil, karena
pihak yang terlibat lebih banyak. Meskipun demikian, kebebasan yang
timbul karena keterlibatan tersebut merupakan hasil dari pengendalian
yang terencana dan terlaksana dengan baik.
9. Kesatuan Tujuan
Agar TQM dapat diterapkan dengan baik, maka perusahaan harus
memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap usaha dapat
diarahkan pada tujuan yang sama. Namun hal ini tidak berarti bahwa
harus selalu ada persetujuan atau kesepakatan antara pihak manajemen
dan karyawan mengenai upah dan kondisi kerja.
10. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan
Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang
penting dalam penerapan TQM. Pemberdayaan bukan sekedar
melibatkan karyawan tetapi juga melibatkan mereka dengan
memberikan pengaruh yang sungguh berarti.

2.6 Sejarah Kualitas dan Sejarag QTM


a. Sejarah Kualitas
Manajemen kualitas telah dimulai sejak awal tahun 1920 yang
dimotori oleh beberapa ahli di bidang kualitas. Periode ini dapat
dikatakan sebagai periode awal yakni 1920-1940. Pada periode awal
manajemen kualitas fokusnya masih sebatas pada inspeksi atau
pengawasan. Pandangan saat itu menyatakan bahwa bila inspeksi
dilakukan dengan baik, maka hasil kerja akan baik pula. Bila hasil
kerja baik dalam arti sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan, maka
disebut berkualitas. Berdasarkan pandangan yang demikian, maka
posisi inspektor menjadi penting. Mereka melakukan pengawasan
dengan mengukur hasil produksi berdasarkan spesifikasi.
Periode kedua (1940-1985). Manajemen kualitas pada periode
awal yang berfokus semata pada inspeksi, ternyata dalam
perkembangannya tidak mampu mengatasi persoalan-persoalan terkait
kualitas, sehingga juga tidak membuat perusahaan menjadi lebih
berdaya saing. Persoalan-persoalan kualitas yang tak dapat diatasi
oleh manajemen kualitas yang semata berfokus pada inspeksi telah
mendorong perubahan pandangan. Yang dulu dikatakan bahwa
persoalan peningkatan kualitas dapat diatasi dengan inspeksi, Pada
periode ini tidak lagi demikian. Pada periode ini muncul kesadaran
bahwa persoalan peningkatan kualitas tidak dapat diatasi semata
dengan inspeksi, namun perlu suatu pengendalian kualitas.
Berdasarkan pandangan yang demikian, maka tanggung jawab
kualitas dialihkan ke bagian quality control yang independen.
Periode ketiga (1985-1990). Pada masa ini muncul kesadaran
bahwa manajemen kualitas hanya akan efektif bila dilaksanakan
secara komprehensif dan holistik. Mulai dari awal proses hingga hasil
akhir, mulai dari manajemen puncak hingga pekerja di shop floor.
Pada periode ini pula diperkenalkan konsep total quality management.
Selanjutnya Total Quality Management berkembang menjadi learning
organization yang menggunakan filosofi continous quality
improvement dan menggunakan konsep manajemen pengetahuan.
Periode keempat (Abad XX-sekarang). Perkembangan pesat di
bidang teknologi informasi, juga berimbas pada perkembangan pesat
di bidang manajemen kualitas. Saat ini, konsep manajemen kualitas
berkembang bersama dengan berkembangnya konsep e-learning atau
electronics learning. Aplikasi manajemen kualitas menjadi lebih
canggih dengan memanfaatkan teknologi informasi. Mulai dari
bagaimana persoalan kualitas diidentifikasi, bagaimana perencanaan
kualitas disusun hingga bagaimana pengendalian kualitas dilakukan,
semuanya dapat dilakukan dengan cepat dan akurat.

b. Sejarah TQM (Total Quality Management)


Total Quality Management (TQM). TQM merupakan sistem
manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan
berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh
anggota organisasi.
Pengertian TQM lain menyebutkan bahwa TQM merupakan
suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk
memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus
menerus berkaitan dengan produk, jasa, manusia, proses dan
lingkungannya.

Sejarah TQM
1. Pada tahun 1946 - 1950 adalah periode perintisan atau periode
penelitian dan penelaahan (Research and Study). Pada periode ini,
yaitu pada bulan Juli 1950, Dr. W. E. Deming menyampaikan
seminar delapan hari mengenai kualitas pada para ilmuwan,
insinyur dan para eksekutif perusahaan Jepang.
2. Tahun 1951 - 1954 adalah periode pengendalian mutu statistik
(Statistical Quality Control). Pada bulan Juli 1954 diadakan
seminar tentang manajemen pengendalian mutu (Quality Control
Mangement Seminar) dengan pembicara Dr. J. M. Juran.
3. Tahun 1955 - 1960 adalah periode pengendalian mutu secara
sistematik. Kelompok belajar pengendalian mutu (Quality Control
Study Group,) memperkenalkan pengendalian mutu menyeluruh
dalam perusahaan (Company Wide Quality Control atau CWQC).
4. Tahun 1961 sampai sekarang dikatakan sebagai periode peman-
tapan dan pengembangan (New Quality Creation). Pada tahun
1962, Prof. DR. Kaoru Ishikawa memperkenalkan Gugus Kendali
Mutu (Quality Control Circle).
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Pengertian kualitas adalah tingkat baik atau buruknya, mutu, taraf
atau derajat sesuatu. Dalam hal ini, kata “sesuatu” dapat mewakili banyak
hal, baik itu sebuah barang, jasa, keadaan, maupun hal lainnya. Dalam
kaitannya dengan bisnis, pengertian kualitas adalah kesesuaian antara
spesifikasi suatu produk dengan kebutuhan konsumen, atau tingkat baik
buruknya sebuah produk (barang atau jasa) di mata penggunanya.
Ada lima perspektif kualitas yang dapat digunakan dalam menilai
suatu produk.
1. Transcendental Approach
2. Product-based Approach
3. User-based Approach
4. Manufacturing-based Approach
5. Value-based Approach
DAFTAR
PUSTAKA

Ariani.Wahyu (2020) “Modul Manajemen Mutu Kualitas” Di akses pada 12


Maret 2023 pukul 16.30 WIB.
N.N (2019) “Seberapa Pentingnya Kualitas pada Perusahaan dan Organisasi ”
https://wqa.co.id/seberapa-pentingnya-kualitas/. Diakses pada 12 Maret
2023 pukul 17.00 WIB.
Wahyuni.MI (2018) “Manajemen Mutu” Di akses pada 12 Maret 2023 pukul
17.05 WIB.

Anda mungkin juga menyukai