MANAJEMEN MUTU
PRINSIP
PENDEKATAN FACTUAL
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
(FACTUAL APPROACH TO DECISION MAKING)
DISUSUN OLEH :
SANDRI YANINGSIH
NIM : 11152030
DOSEN PENGAJAR :
1. Dr. DEWI LESTARI, MPH, MKes
2. RICCA OLIVIA N S.Kep, Ns
STIKES PERTAMEDIKA
2016
BAB I
MANAJEMEN MUTU
I.
Oleh karena itu Juran dalam Tjiptono dan Diana (1995) mengartikan
mutu adalah Fitness for use, memiliki dua aspek utama :
Ciri ciri produk yang memenuhi permintaan pelanggan. Mutu yang
lebih tinggi memungkinkan perusahaan meningkatkan kepuasan
pelanggan, membuat produk laku terjual, dapat bersaing dengan
pesaing, meningkatkan pangsa pasar dan volume penjualan, serta
dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi.
Bebas dari kekurangan. Mutu yang tinggi menyebabkan perusahaan
dapat mengurangi tingkat kesalahan, mengurangi pengerjaan
kembali dan pemborosan, mengurangi biaya garansi, mengurangi
ketidakpuasan pelanggan, mengurangi inspeksi dan pengujian,
memperpendek waktu pengiriman produk ke pasar, meningkatkan
hasil dan kapasitas, memperbaiki kinerja penyampaian produk atau
jasa.
1. Definisi Mutu
Mutu berawal dari diri kita sendiri
Mutu adalah naluri manusia
Kita selalu mengharap, bahkan menuntut mutu dari orang lain.
Tetapi orang lain juga selalu mengharap dan menuntut mutu dari
kita.
Apakah mutu itu ?
Mutu adalah paduan sifat sifat barang atau jasa, yang menunjukkan
kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan, baik
kebutuhan yang dinyatakan maupun yang tersirat. Totalitas dari
semua karakteristik yang terdapat dalam barang/jasa yang dapat
memenuhi atau melebihi keinginan/harapan kita.
2. Dasar Pemikiran Yang dianut dalam Manajemen Mutu
Setiap kali kita membeli satu barang atau jasa pelayanan tentu kita
menginginkan barang yang bagus sesuai atau melebihi dari
keinginan kita apalagi kalau harganya sedikit lebih murah dari
tempat lain. Sama halnya dengan jasa pelayanan, tentu kita
menginginkan pelayanan yang memuaskan paling tidak apa yang
kita harapkan sesuai dengan apa yang kita dapatkan di tempat
pelayanan tersebut. Artinya jika pelanggan mendapatkan manfaat,
keuntungan, kebaikan, kepuasan atas barang yang dibelinya atau
jasa pelayanan yang didapatkannya, maka jika satu saat ia
membutuhkan produk/jasa maka ia akan kembali ke tempat tersebut,
dan ia juga pasti akan memberi tahu kepada orang lain untuk
membeli produk/menggunakan jasa di tempat tersebut. Nah hal ini
sangatlah bermanfaat bagi pengusaha, karena orang tersebut secara
tidak langsung telah mempromosikan produk/jasa perusahaannya ke
masyarakat.
peran
dan
fungsi
perawat
dalam pelayanan
merupakan
ilmu
atau
seni
tentang
bagaimana
kinerja
tenaga
keperawatan
yang
berfokus
pada
Frekuensi kejadian
dan
melaksanakan
keputusan
untuk
Mutu prosedur
BAB II
8 PRINSIP MANAJEMEN MUTU ISO 9001
ISO 9001 adalah suatu standar internasional untuk Sistem Manajemen Mutu
dan juga merupakan standar internasional yang paling banyak diaplikasikan di
industri. ISO 9001 menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk
desain dan penilaian dari suatu Sistem Manajemen Mutu, yang bertujuan untuk
menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk (barang dan/atau jasa) yang
memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Persyaratan-persyaratan yang ditetapkan ini dapat merupakan kebutuhan
spesifik dari pelanggan, dimana organisasi bertanggung jawab untuk menjamin
kualitas dari produk-produk tertentu, atau merupakan kebutuhan dari pasar tertentu,
sebagaimana ditentukan oleh organisasi.
Kebanyakan orang salah kaprah dan menilai standar ISO 9001 merupakan
standar produk. ISO 9001 bukanlah merupakan standar produk karena tidak
menyatakan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh produk (barang
dan/atau jasa). Tidak ada kriteria penerimaan produk dalam ISO 9001, sehingga
kita tidak dapat menginspeksi suatu produk terhadap standar-standar produk.
ISO 9001 hanya merupakan standar Sistem Manajemen Mutu. Dengan
demikian, apabila ada perusahaan yang mengiklankan bahwa produknya telah
memenuhi standar internasional, ini merupakan hal yang salah dan keliru.
Seharusnya, manajemen perusahaan hanya boleh menyatakan bahwa Sistem
Manajemen Mutu yang telah memenuhi standar internasional, bukan produk
berstandar internasional, karena tidak ada kriteria pengujian produk dalam ISO
9001.
Manajemen Mutu ISO 9001 ini disusun berdasarkan delapan prinsip
manajemen mutu. Prinsip-prinsip ini dapat digunakan sebagai kerangka kerja
(framework) yang membimbing organisasi menuju peningkatan kinerja. Delapan
prinsip manajemen mutu yang menjadi landasan penyusunan ISO 9001 antara lain:
2. Prinsip 2 : Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam suatu organisasi bukanlah hal yang dapat dipandang
sepele. Pemimpin organisasi dalam hal ini bertanggung jawab dalam
menetapkan kesatuan tujuan dan arah dari organisasi. Pemimpin ini harus
menciptakan dan memelihara lingkungan organisasi agar orang-orang dapat
menjadi terlibat secara penuh dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Manfaat pokok yang dapat dirasakan oleh suatu organisasi yang menerapkan
prinsip kepemimpinana ini adalah :
Biaya menjadi lebih rendah dan waktu siklus (cycle times) menjadi lebih
pendek, melalui efektivitas penggunaan sumber daya
Pemahaman yang lebih baik tentang peranan dan tanggung jawab yang
diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan bersama dan oleh karena itu akan
mengurangi hambatan-hambatan antar fungsi dalam organisasi
Kemampuan menentukan target dan mendefinisikan bagaimana aktivitasaktivitas spesifik dalam sistem harus beroperasi
pembuatan
keputusan
berdasarkan
fakta
dan
perbaikan
Menurut Davis (1988) keputusan adalah hasil dari pemecahan masalah yang
dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaanpertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan dan seterusnya mengenai
unsur-unsur perencanaan. Keputusan dibuat untuk menghadapi masalahmasalah atau kesalahan yang terjadi terhadap rencana yang telah digariskan
Pada dasarnya pengambilan keputusan adalah suatu akibat adanya reaksi atas
sebuah masalah (problem), yang artinya ada ketidaksesuian antara perkara saat ini
dan keadaan yang diinginkan, yang membutuhkan pertimbangan untuk membuat
beberapa tindakan alternative. Namun, berpaling dari hal ini keputusan yang dibuat
haruslah keputusan yang baik, rasional, dan mengandung nilai-nilai etis dalam
batasan-batasan tertentu. Oleh karena itu haruslah ada kerangka kerja pengambilan
keputusan yang etis atau ethical decision making (EDM) Framework.
B.
Perkembangan Terkini
Skandal Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom telah menunjukkan kepada
masyarakat luas, runtuhnya pasar modal, dan pada akhirnya Sarbanes Oxley Act
2002, yang membawa reformasi tata kelola yang luas. Skandal-skandal korporasi
berikutnya, termasuk Adephia, Tyco, HealthSouth, dan skandal lainnya menyajikan
kesadaran publik yang semakin tinggi bahwa para eksekutif dapat membuat
keputusan yang lebih baik. Kasus pengadilan berikutnya terkait denda, hukuman
penjara, dan penyelesaiannya telah menggaris bawahi kebutuhan akan keputusan
untuk menghasilkan tindakan yang legal. Pengadilan pendapat umum juga telah
secara kejam berdampak pada perusahaan dan individu yang telah bertindak tidak
etis. Kehilangan reputasi akibat tindakan tidak etis atau ilegal telah menyebabkan
penurunan pendapatan dan keuntungan, merusak harga saham, dan akhir karir bagi
banyak eksekutif meskipun tindakan tersebut belum diinvestigasi secara penuh dan
tanggung jawab bagi mereka belum sepenuhnya terbukti.
Tiga
pertimbangan
pertama
dari
empat
pertimbangan
diatas,
yaitu
D.
1.
Pendekatan filosofi
a.
b.
Deontologi
Berbeda dengan konsekuensialisme, deontologi berfokus pada kewajiban dan
tanggung jawab yang memotivasi suatu keputusan atau tindakan dan bukan pada
konsekuensi dari tindakan. Tindakan yang didasarkan pada pertimbangan
kewajiban, hak, dan keadilan sangat penting bagi professional, direktur, dan
eksekutif
yang
diharapkan
memenuhi
kewajibannya.
Menambah
c.
Virtue Ethics
Kalau kedua pendekatan tadi menekankan pada konsekuensi dari tindakan atau
tanggung jawab, hak dan prinsip-prinsip sebagai panduan untuk membenarkan
kebiasaan moral, etika kebajikan berkaitan dengan aspek motivasi dari karakter
moral yang ditunjukkan oleh pengambil keputusan.
Stakeholder Impact Analysis alat untuk menilai keputusan dan tindakan
Sejak berkembangnya konsep utilitarianisme pada 1861, suatu pendekatan
yang diterima untuk menilai keputusan dan hasil tindakan adalah dengan
mengevaluasi hasil akhir atau konsekuensi dari tindakan, yang secara tradisional
didasarkan pada dampak keputusan terhadap kepentingan pemilik perusahaan atau
pemegang saham. Biasanya, dampak ini diukur dari keuntungan atau kerugian yang
terjadi, karena keuntungan telah menjadi ukuran keberadaan yang ingin
dimaksimalkan oleh pemegang saham. Pandangan tradisional ini sekarang berubah
dalam dua jalan. Pertama, asumsi bahwa semua pemegang saham ingin
memaksimalkan hanya keuntungan jangka pendek menunjukkan fokus yang terlalu
sempit. Kedua, hak dan tuntutan kelompok-kelompok non-pemegang saham,
seperti pekerja, konsumen/klien, supplier, pemerhati lingkungan, dan pemerintah
yang mempunyai kepentingan dalam keluaran keputusan, atau didalam perusahaan
itu sendiri, statusnya diakui dalam pengambilan keputusan perusahaan. Perusahaan
modern sekarang akuntabel terhadap pemegang saham dan kelompok nonpemegang saham, yang keduanya menjadi pemangku kepentingan, kepada siapa
respon perusahaan ditujukan. Biasanya, maksimalisasi keuntungan dalam jangka
waktu lebih dari setahun memerlukan hubungan yang harmonis dengan kelompok
pemangku kepentingan dan kepentingannya.
2.
Pendekatan 5 pertanyaan
Kerangka 5-pertanyaan adalah pendekatan berguna untuk pertimbangan tertib
masalah tanpa banyak eksternalitas dan di mana fokus khusus yang diinginkan oleh
perancang proses pengambilan untuk pengobatan yang diperluas dari pendekatan
ini.
Pendekatan 5 pertanyaan opsional dirancang untuk memfokuskan proses
pengambilan keputusan pada relevansi isu tertentu untuk organisasi atau pengambil
keputusan yang terlibat.
3.
MORAL STANDARD
QUESTION
OF
PROPOSED
DECISION
Bermanfaat
Maximaize
bersih
manfaat
bagi apakah
tindakan
memaksimalkan
hak-hak individual
Menghormati dan melindungi
Keadilan
Distribusi manfaat yang adil dan beban akan memimpin untuk ajust distribusi
manfaat dan beban?
Semua standar moral harus diterapkan ada: tidak ada adalah tes cukup dengan itu
sendiri
4.
Pendekatan Pastin
Pastin menggunakan konsep etika aturan dasar untuk apture gagasan bahwa
individu dan organisasi memiliki aturan-aturan dasar atau nilai-nilai fundamental
yang mengatur perilaku mereka atau perilaku yang diinginkan. Jika keputusan
dipandang menyinggung nilai-nilai ini, ada kemungkinan bahwa disenchamtment
atau relatiation akan terjadi. Sayangnya, hal ini dapat menyebabkan pemecatan
seorang karyawan yang bertindak tanpa pemahaman aturan dasar etika baik dari
organisasi pengusaha yang terlibat. Dalam rangka untuk memahami aturan dasar
yang berlaku untuk benar mengukur komitmen organisasi untuk proposal dan untuk
melindungi pembuat keputusan., Pastin menunjukkan bahwa pemeriksaan
keputusan masa lalu atau tindakan dibuat. Ia menyebut ini pendekatan reverse
engineering keputusan, karena upaya ini dilakukan untuk mengambil keputusan
masa lalu terpisah untuk melihat bagaimana dan mengapa mereka dibuat. Pastin
menunjukkan bahwa orang sering dijaga (secara sukarela atau tanpa sadar) tentang
mengekspresikan nilai-nilai mereka, dan bahwa reverse engineering menawarkan
cara untuk melihat, melalui tindakan masa lalu, apa nilai-nilai mereka.
Pastin menggunakan konsep etika aturan dasar untuk apture gagasan bahwa
individu dan organisasi memiliki aturan-aturan dasar atau nilai-nilai fundamental
yang mengatur perilaku mereka atau perilaku yang diinginkan. Jika keputusan
dipandang menyinggung nilai-nilai ini, ada kemungkinan bahwa disenchamtment
atau relatiation akan terjadi.
profesionalisme,
keberanian,
dan
sebagainya-tidak
cukup
diperhitungkan. Oleh karena itu akan bijaksana untuk includde penilaian harapan
etika moralitas sebagai langkah yang terpisah dalam setiap proses EDM untuk
memperkuat sistem pemerintahan dan penjaga terhadap keputusan etis.
Konflik kepentingan
Perkiraan/prasangka bukan satu-satunya alasan untuk menunjukkan penilaian
tindakan yang diusulkan. Penghakiman dapat diliputi oleh konflik kepentingan kepentingan pribadi dari pembuat keputusan terhadap kepentingan terbaik
perusahaan
atau
sekelompok
pengambilan
keputusan
adalah
atau meniup peluit bila diperlukan. Akuntan profesional yang mengabaikan nilainilai yang diharapkan dari mereka cenderung lupa bahwa mereka diharapkan untuk
melindungi koleksi publik.
masing-masing
2.
3.
4.
5.
6.
Menetapkan konsekuensinya
7.
Membuat keputusan
BAB III
CONTOH KASUS ATAU APLIKASI DARI PRINSIP
PENDEKATAN FACTUAL DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN
Keputusan yang diambil adalah hasil akhir dari pemilihan sejumlah alternatif yang
terbaik, yang paling kecil risikonya.
Dalam menghadapi pilihan itu, setiap alternatif perlu ditunjang oleh informasi
selengkap-lengkapnya agar wawasannya menjadi luas dan dalam sehingga
keputusan yang diambil tidak akan begitu meleset, dibandingkan dengan kalau
tidak mengusahakan informasi selengkap-lengkapnya.
BAB IV
PERAN PERAWAT DALAM PRINSIP
PENDEKATAN FACTUAL DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan merupakan salah satu langkah dalam proses
keperawatan, dimana dalam pengambilan keputusan sangat diperlukan proses
berpikir. Pengambilan keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual,
dimana keputusan yang ada memerlukan tindakan nyata dalam menentukan pilihan
dari beberapa alternatif pemecahan masalah yang ada.
Pengambilan keputusan ini berdasarkan analisis dari data-data dan informasi
yang dikumpulkan dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang paling
menguntungkan dengan menggunakan logika dan rasional. Keputusan yang
diambil dengan memperhatikan prioritas masalah yang paling penting untuk diatasi
terlebih dahulu, waktu yang dibutuhkan, biaya, kemampuan, dan kemungkinan
keberhasilan yang paling tinggi.
Komponen yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan :
1) Tanda/ gejala yang ditimbulkan
laboratorium.
2) Hipotesis (dugaan sementara) misalnya kemungkinan alergi, infeksi, kelainan
ginjal, kelainan jantung dll.
3) Pengetahuan dasar berhubungan dengan informasi, literatur, pernyataan yang
didukung dengan logika dan rasionalisasi.
4) Tindakan keperawatan ditentukan dari beberapa alternatif yang diajukan.
5) Penyelidikan/ pemeriksaan, hal ini dilakukan untuk memperkuat/ memvalidasi
dan mendukung keputusan yang akan diambil.
6) Pendapat/ perkiraan awal sebelumnya.
Semakin cepat informasi keluar dan diterima oleh orang, semakin cepat orang
menyerapnya, mengkombinasikan dan merekombinasikannya untuk menciptakan
konsep, teori, fakta dan penemuan baru yang lebih banyak lagi.
Pengelompokkan kreativitas berdasarkan 4P, yaitu :
1) Product yaitu hasil suatu kerja yang diterima sangat berguna dan dapat
memuaskan sekelompok orang dalam waktu tertentu.
2) Press artinya mempunyai dorongan atau tekanan yang dapat membuat
orang lain termotivasi untuk mengikuti dan mengakui pendekatan pemecahan
masalah dengan mengemukakan ide/ pendapatnya untuk mewujudkan hasil
yang kreatif.
3) Process yaitu proses yang dilakukan mulai dari awal sampai akhir sebagai
suatu sistem yang baru dan dianggap baik serta dapat diterima secara disadari
ataupun tidak.
4) Person artinya pribadi/ individu yang mempunyai keunikan yang berbeda
dengan orang lain dalam berfantasi, berekspresi, berkreasi dan kebebasan
dalam menyatakan sikap dan perbuatannya terhadap sesuatu.
Dalam berkreativitas juga sering mengalami hambatan, antara lain :
1)
DAFTAR PUSTAKA
http://bahankuliahkesehatan.blogspot.co.id/2011/02/manajemen-mutu.html
http://nersferdinanskeperawatan.wordpress.com/2010/01/21/manajemenmutu-dalam-pelayanan-keperawatan/
http://www.premysisconsulting.com/2013/09/19/8-prinsip-manajemen-mutu-iso9001-2/
https://maryamspkom.wordpress.com/2012/09/27/ho-hub-pemecahan-masalah-dgnberpikir-kritis/