Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

Perwakilan Serikat Pekerja dan Perundingan Bersama

Disusun untuk memenuhi tugas Manajemen Sumber Daya Manusia

Dosen Pembimbing :
Dr. Santun Bhekti Rahimah, dr., M.Kes.
Dr. Subhan Perkasa, S.ST., MM

Penulis : Kelompok 7

1. Renasha Firda Hanannisa 20090321572


2. Chandra William Suhendar 20090321577
3. Nurma Murti Hapsari 20090321581

MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT


UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT penulis panjatkan atas rahmat-Nya penulis

dapat melakukan dan menyelesaikan studi pustaka ini mengenai Perwakilan Serikat Pekerja

dan Perundingan Bersama. Studi ini dilakukan sebagai pemenuhan tugas kelompok

Manajemen Keuangan S2 Manajemen Rumah Sakit Kelas D Universitas Islam Bandung

tahun 2021/2022. Penulis sampaikan terima kasih kepada para pembimbing, semoga dapat

menjadi ladang ibadah.

Penulis menyadari bahwa studi ini masih memiliki kekurangan namun penulis

berharap agar studi ini dapat bermanfaat sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang

ingin mempelajari atau untuk memperkaya pengetahuan mengenai materi financial

planning and forecasting financial statement.

Bandung, Oktober 2021

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
PEMBAHASAN....................................................................................................................1
1. Perwakilan Serikat Kerja (Union Representation)..................................................1
1.1 Prinsip Serikat Pekerja:..........................................................................................2
1.2 Peran dan Fungsi Serikat Pekerja.........................................................................4
1.3 Model Serikat Pekerja.............................................................................................5
2. Perundingan Kolektif (Collective Bargaining)............................................................6
3. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).........................................................................10
KESIMPULAN....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................14

iii
PEMBAHASAN

1. Perwakilan Serikat Kerja (Union Representation)

Pekerja/buruh adalah sebagian dari warga negara Indonesia yang memiliki hak

untuk tetap hidup melalui pekerjaannya. Kedudukan pekerja/buruh lebih lemah dari

kedudukan pengusaha, sehingga salah satu caranya adalah bergabung dengan serikat

pekerja/serikat buruh untuk melindungi kepentingan dan hak pekerja/buruh. Serikat

pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang demokratis dan bertanggung jawab untuk

kebebasan mandiri yang dibentuk oleh dan untuk pekerja di dalam dan di luar perusahaan

untuk melindungi hak dan kepentingan kesejahteraan pekerja dan keluarganya. Organisasi

yang demokratis dan bertanggung jawab.

Salah satu elemen ekonomi yang paling berpengaruh adalah pekerjaan. Istilah

tenaga kerja mengacu pada mereka yang bekerja atau dapat bekerja untuk menghasilkan

barang dan jasa yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhannya. Tenaga kerja adalah

pemeran utama, dan peran dalam mencapai tujuan pembangunan nasional sangat penting.

Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya untuk mengubah kehidupan masyarakat

yang adil dan makmur, dan pembangunan nasional mencapai tujuan nasional, terutama di

bidang ekonomi.

Tujuan serikat pekerja adalah dalam hal ekonomis, terutama mengenai upah, kondisi kerja,

hubungan kerja, perjanjian kerja bersama, kesejahteraan dan kelayakan jaminan sosial.

Untuk mencapai tujuan tersebut, serikat pekerja antara lain bertanggung jawab untuk

membuat kesepakatan bersama dan menyelesaikan perselisihan para pekerja. Perjanjian

1
perundingan bersama adalah perjanjian antara satu atau lebih perusahaan dengan satu atau

lebih serikat pekerja, tetapi fungsi dari perjanjian perundingan bersama adalah untuk

kepentingan pekerja.

Secara umum tujuan dibentuknya serikat pekerja adalah untuk memajukan

kepentingan pekerja/buruh dan kelangsungan hidup anggotanya, serta untuk memenuhi

kebutuhan pekerja seperti perlindungan, perlindungan hak-hak pekerja, dan kepentingan

menjadi pekerja untuk mempertahankan dan meningkatkannya pekerjaannya serta

menciptakan kebahagiaan bagi pekerja dan keluarganya. Serikat pekerja berperan dalam

melindungi hak-hak pekerja, yaitu sebagai salah satu pihak yang mampu menyelesaikan

perselisihan perburuhan melalui upaya hukum perburuhan yang disyaratkan oleh

Konstitusi, dan sebagai sarana penyampaian informasi.

Jika proses serikat pekerja telah diikuti, langkah selanjutnya adalah memberitahu

badan sumber daya manusia yang kompeten dan bertanggung jawab (Sumber Daya

Manusia dan Pemerintah Kota atau Walikota, tergantung lokasi perusahaan) secara tertulis.

Untuk tujuan pendaftaran pelatihan, serikat pekerja dapat menentukan atau menetapkan

apakah serikat pekerja telah dibentuk atau bergabung dan mengikat secara hukum. UU No.

2000 tentang Serikat Pekerja. Itu sudah memiliki aturan sendiri berdasarkan Pasal 18 (1)

dari 21.

1.1 Prinsip Serikat Pekerja:

Berdasarkan penjelasan dari Pasal 1 ayat (1) dapat dikaitkan dengan Pasal 3 dengan

undang-undang yang sama berarti serikat pekerja/serikat buruh, federasi serikat

pekerja/serikat buruh, dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh mempunyai sifat bebas,

2
terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab. Berikut adalah prinsip Serikat

Pekerja:

a. Sukarela dan Permanen

Prinsip otonomi diadopsi oleh serikat pekerja ketika mempekerjakan pekerja

sebagai anggota serikat pekerja. Pekerja memiliki tuntutan dan kepentingan untuk

dilindungi dan diperjuangkan, dan mereka perlu dan mengetahui bahwa tuntutan

dan kepentingan mereka hanya dapat ditegakkan melalui serikat pekerja.

Landasan (kekuatan) serikat pekerja adalah anggota, dan karena sifatnya

yang sukarela (menjadi anggota), pekerja sangat mendukung semua gerakan dan

kegiatan serikat pekerja. Serikat pekerja juga harus bersifat permanen (organisasi

permanen). Di semua bidang sosial, pekerja perlu melindungi diri mereka sendiri

dari ketidakadilan, pelecehan dan penyalahgunaan kekuasaan. Mereka juga berjuang

untuk status mereka, hak-hak mereka, dan standar hidup mereka. Permanen di sini

berarti keberlanjutan organisasi yang mengikuti (dan menumbuhkan) prinsip dan

nilai organisasi yang sama, serta memiliki akar kepemimpinan yang kuat.

b. Kemandirian

Serikat pekerja harus independen dan bebas dari pengaruh dan kendali

pemerintah, pengelola/pengusaha, atau partai politik. Karena serikat pekerja adalah

organisasi yang dikelola dan dilaksanakan oleh para anggotanya, dilaksanakan atas

namanya dan didanai oleh para anggotanya.

c. Demokratik

3
Serikat pekerja harus benar-benar demokratis. Serikat pekerja adalah

organisasi pekerja. Dimana mereka sendiri yang menentukan tujuan dan bentuk

tindakan dan kegiatan mereka. Ini berlaku untuk:

(1) Organisasi eksternal, hubungan eksternal (organisasi perusahaan, pemerintah,

partai politik, LSM, dll.) dan hubungan dengan anggotanya-hubungan internal

(gender, ras, atau afiliasi etnis, agama atau haknya) .

(2) Pembatasan Anggota yang Dipilih sebagai Administrator (Anggota yang dipilih

sebagai Administrator biasanya dapat bertahan dari pemilihan kembali sebagai

Administrator untuk maksimum atau setidaknya jangka waktu tertentu.

d. Kesatuan dan Solidaritas

Persatuan adalah satu-satunya kekuatan persatuan, solidaritas dan dedikasi

para anggotanya.

1.2 Peran dan Fungsi Serikat Pekerja

a. Perlindungan

Sebagai anggota, pekerja dilindungi dari kehilangan hak untuk hidup dan

memberikan jaminan kerja. Serikat pekerja menjamin bahwa pekerja tidak akan

diganggu, dipermainkan dan menjadi korban, dilecehkan atau diberhentikan tanpa

alasan yang jelas.

b. Peningkatan akan kondisi dan syarat kerja

Serikat pekerja berusaha untuk meningkatkan kondisi kerja dan kehidupan para

anggotanya sesuai dengan tuntutan perkembangan teknologi modern dan kebutuhan

akan kondisi kerja modern.

4
c. Perjanjian kerja bersama

Salah satu peran dan fungsi serikat pekerja yang paling penting adalah untuk

melindungi kepentingan anggotanya melalui perjanjian perundingan bersama.

Melalui kesepakatan perundingan bersama, serikat pekerja mencari upah yang lebih

baik, kondisi dan kondisi kerja yang lebih baik, dan kehidupan yang lebih baik bagi

anggota dan keluarga mereka. Dan melalui perjanjian kerja bersama, banyak

karyawan menjadi anggota karena melihat dan merasakan manfaat dan keuntungan

menjadi anggota.

d. Sebagai suara pekerja

Serikat pekerja mewakili pekerja dan mengekspresikan serta menyampaikan

pandangan, masalah, dan kondisi sosial mereka saat ini. Serikat pekerja tanpa

sadar mencoba untuk mendapatkan kembali nilai yang hilang; Keamanan, keadilan,

kebebasan, dan kepercayaan. Nilai-nilai tersebut secara tegas dan hakiki melekat

pada mereka yang menemukan harkat dan martabat manusia.

e. Menyediakan suara komunikasi

Komunikasi adalah cara paling efektif untuk menyampaikan pengetahuan dan

informasi. Komunikasi di dalam serikat harus selalu didorong dan dikembangkan

untuk mengembangkan hubungan dengan anggota serikat. Rapat, majalah atau

buletin, surat kabar, pamflet, lembaga pendidikan, dan komunikasi pribadi antara

pengurus dan anggota.

1.3 Model Serikat Pekerja

Ada dua model.

5
a. Service Model Union di mana serikat pekerja melakukan segalanya untuk

anggotanya.

b. Organising Model Union yaitu dimana anggota berpartisipasi dan berbagi tanggung

jawab bersama-sama dengan pemimpin serikat pekerja dalam menjalankan

organisasi.

Organisasi paling relevan dengan perubahan kondisi dunia, mencerminkan

kepentingan semua pekerja dan masyarakat yang terlibat dalam layanan mereka, dan

memastikan bahwa serikat pekerja terus berpartisipasi dalam pekerja di masa mendatang.

Ini mencerminkan visi kami untuk masa depan. Model pengorganisasian didasarkan pada

organisasi aktual dan yayasan (pekerja/anggota) yang tahu tentang kolektivisme sebagai

cara terbaik untuk mencapai keadilan dan martabat pekerja.

2. Perundingan Kolektif (Collective Bargaining)

Sistem hubungan ketenagakerjaan terdiri atas tiga unsur, yaitu pekerja, manajemen,

dan serikat pekerja. Ketiga unsur ketenagakerjaan tersebut seringkali tidak seiring sejalan,

sehingga muncul hubungan bermusuhan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar

dari masing-masing pihak.

Perundingan kolektif (collective bargaining) adalah suatu proses dimana para wakil

(representatif) dari dua kelompok bertemu dan bermaksud merundingkan (negosiasi) satu

perjanjian yang mengatur hubungan- hubungan kedua belah pihak di waktu yang akan

datang. Kepentingan pekerja biasanya disampaikan oleh perwakilan dari serikat dari tempat

pekerja tersebut berada. Kesepakatan bersama yang dicapai dari negosiasi ini biasanya

6
menetapkan skala upah, jam kerja, pelatihan, kesehatan dan keselamatan, lembur,

mekanisme pengaduan, dan hak untuk berpartisipasi dalam urusan tempat kerja atau

perusahaan.

Dalam perundingan kolektif ada dua tipe dasar perundingan, yaitu:

1. Perundingan tradisional → menyangkut masalah distribusi “Benefits”, yaitu

pengupahan, kondisi kerja, promosi, pemutusan hubungan kerja, hak-hak

manajemen dan lain sebagainya.

2. Perundingan integratif → perundingan ini jarang terjadi, karena perundingan ini

berkaitan dengan berbagai masalah timbal balik kedua belah pihak yang lebih besar,

terutama menyangkut upaya pemecahan masalah atau pendamaian konflik-konflik

yang terjadi. Perundingan integratif banyak dikatakan cocok untuk pengalokasian

sumber daya dan beban kerja, perancangan pekerjaan-pekerjaan yang menarik,

pelaksanaan pengendalian karyawan atau “kualitas kehidupan kerja”. Tipe ini juga

hendaknya digunakan dalam penentuan jam kerja, penggajian, kompensasi

tambahan, prosedur promosi, dan keamanan kerja. Dalam pelaksanaan tipe

integratif, hendaknya pihak serikat pekerja dan manajemen harus memandang pihak

lain sebagai pihak yang dapat dipercaya dan kooperatif, keduanya harus memegang

komitmen.

Menurut Randall S. Schuler, da lima jenis perundingan yang dilaksanakan dalam negosiasi,

yaitu:

1. Perundingan distributif → terjadi bila perselisihan antara masing-masing pihak,

dan hasilnya memberikan kemenangan bagi satu pihak dan memberikan kekalahan

7
bagi pihak lainnya, masing-masing pihak berusaha mendapatkan hasil yang paling

menguntungkan. Contoh mengenai permasalahan upah.

2. Perundingan integratif → terjadi bila terdapat lebih dari satu permasalahan yang

harus dipecahkan dan mendapatkan kesepakatan integratif. Perundingan integratif

berfokus pada solusi kreatif yang memadukan kepentingan masing-masing pihak,

dan memberikan keuntungan bersama.

3. Perundingan konsesioner → biasanya terkait dengan kondisi ekonomi organisasi,

untuk terus hidup dan berkembang organisasi berusaha memperoleh konsesi dari

serikat pekerja, dan menjanjikan keamanan kerja sebagai imbalannya. Perjanjian

seperti ini merupakan solidaritas serikat pekerja, kredibilitas kepemimpinan,

pengendalian serta pengaruh dan efektivitas serikat pekerja.

4. Perundingan berkesinambungan → sebagai tindakan kesepakatan, kewajiban

memelihara keselamatan kerja, serta peraturan pemerintah lainnya, kemudian

membuat situasi bertambah rumit baik bagi serikat pekerja maupun organisasi, dan

seiring dengan perubahan lingkungan yang terus meningkat, maka negosiator

berpaling pada perundingan yang berkesinambungan.

5. Perundingan intraorganisasi → perundingan dengan pihak- pihak terkait atas

perubahan-perubahan dalam posisi perundingan.

Dalam pelaksanaan perundingan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, karena akan

mempengaruhi sikap, proses dan hasil perundingan. Faktor yang dapat mempengaruhi

perundingan, yaitu:

1. Cakupan perundingan → cakupan pekerja yang akan terkena hasil perundingan atau

perjanjian kerja.

8
2. Tekanan-tekanan perundingan serikat pekerja → beberapa strategi yang digunakan

untuk memaksa kelonggaran- kelonggaran dari organisasi, (1) pemogokan (strikes),

(2) picketing (mencegah atau menghalangi karyawan- karyawan yang ingin masuk

kerja sewaktu diadakan pemogokan, dan (3) boycotts.

3. Peranan Pemerintah → dalam perundingan biasanya lebih menyukai intervensi dari

pemerintah untuk menyelesaikan masalah-masalah mereka, dalam bentuk

perundang-undangan dan peraturan perburuhan.

4. Kesediaan organisasi → kesediaan organisasi untuk berunding secara terbuka

ditentukan oleh kemampuan atau kekuatan organisasi, filsafat kepemimpinan, gaya

manajerial dan penggunaan alat- alat pemaksa, seperti pemecatan, skorsing, demosi

dan sebagainya.

Proses perundingan kolektif mempunyai tiga tahapan:

1. Tahap persiapan negosiasi → mencakup kegiatan memonitor lingkungan, menyusun

rencana perundingan, memilih negosiator (tim perunding), mendapat persetujuan

top manajemen.

2. Tahap perundingan → sebagai tahap tatap muka antara pihak manajemen dengan

serikat pekerja, dalam negosiasi biasanya mencakup persoalan: pengupahan, jam

kerja dan kondisi kerja.

3. Tahap administrasi kontrak → setelah perjanjian diterima kedua belah pihak, isi

perjanjian disampaikan melalui program-program pelatihan, dan juga menyusun

perjanjian kerja (kontrak) untuk menjamin bahwa baik manajemen dan pegawai

(serikat pekerja) menaati segala ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja.

9
3. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

Ikatan kerja berlangsung selama kedua belah pihak masih saling membutuhkan,

saling patuh dan taat akan perjanjian kerja yang disepakati bersama. Apabila tidak lagi

saling membutuhkan maka terjadilah pemutusan hubungan kerja.

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah suatu proses pelepasan keterikatan

kerjasama antara perusahaan (organisasi) dengan tenaga kerja (pegawai), baik atas

permintaan pegawai bersangkutan atau atas kebijakan organisasi, karena pegawai

dipandang sudah tidak mampu memberikan produktivitas kerja atau karena kondisi

perusahaan yang tidak memungkinkan.dan berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja

Republik Indonesia Nomor: PER-150/Men/2000, tentang Penyelesaian Pemutusan

Hubungan Kerja dan Penetapan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja dan Ganti

Rugi di Perusahaan Swasta, maka PHK adalah pengakhiran hubungan kerja antara antara

pengusaha dengan pekerja berdasarkan izin Panitia Daerah atau Pusat. PHK dapat

dilakukan secara besar-besaran. massal), yang berarti pemutusan hubungan kerja terhadap

10 (sepuluh) orang pekerja atau lebih pada suatu perusahaan dalam satu bulan atau terjadi

rentetan PHK yang dapat menggambarkan suatu iktikad pengusaha untuk melakukan

pemutusan kerja secara besar-besaran.

Pemutusan hubungan kerja harus mendapat izin dari panitia daerah (pemutusan

perorangan), dan mendapat izin dari pusat untuk pemutusan masal. Perusahaan dapat

10
melakukan pemutusan hubugan kerja tanpa izin dari daerah dan pusat, bila kondisnya

sebagai berikut:

1. Pekerja dalam masa percobaan, masa percobaan ini selama 3 bulan dan dinyatakan

secara

tertulis.

2. Pekerja mengajukan pengunduran diri secara tertulis atas kemauan sendiri tanpa

mengajukan

syarat.

3. Pekerja telah mencapai usia pensiun yang ditetapkan dalam perjanjian kerja atau

peraturan

perusahaan.

4. pekerja terikat oleh masa waktu (kerja kontrak).

PHK tidak dapat diberikan apabila berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:

1. Hal-hal yang berhubungan dengan kepengurusan atau keanggotaan serikat pekerja yang

terdaftar dalam Departemen /Dinas Tenaga Kerja atau dalam proses pembentukan serikat

pekerja.

2. Pengaduan pekerja kepada yang berwajib kepada pengusaha yang melanggar aturan

negara.

3. Paham, Agama, Aliran, Suku, Golongan, atau Jenis Kelamin.

Dan PHK juga tidak dapat dilakukan dalam kondisi sebagai berikut:

1. Pekerja berhalangan karena sakit menurut keterangan dokter selama waktu tidak

melebihi 12

bulan berturut turut.

11
2. Pekerja berhalangan karena tugas negara yang diatur dalam undang-undang, atau

menjalankan

ibadah yang disetujui pemerintah.

3. karena alasan menikah, hamil, atau melahirkan bagi wanita.

Menurut sifatnya pemutusan hubungan kerja dapat dibedakan menjadi tiga,

pemutusan hubungan kerja secara hormat (seperti: permintaan sendiri, habis masa waktu

kontrak, akibat ekonomi perusahaan, perkembangan teknologi, kondisi fisik-psikologis,

meninggal dunia), pemutusan hubungan kerja sementara (seperti: pekerja dikenakan

tahanan sementara akibat merugikan individu, kelompok, organisasi dan negara), dan

pemutusan hubungan kerja dengan tidak hormat (seperti: pegawai melanggar kontrak kerja,

bertindak dan berperilaku merugikan organisasi, melakukan tindak pidana, dan

kemangkiran terus menerus)

12
KESIMPULAN

Organisasi para karyawan yang dibentuk untuk mempromosikan atau menyatakan

pendapat, melindungi dan memperbaiki, melalui kegiatankegiatan kolektif,kepentingan-

kepentingan sosial, ekonomi dan politik anggotanya. Merupakan wadah bagi karyawan

sebagai wahana untuk berpartisipasi dalam perusahaan. Hubungan Kerja Sama Antar

semua pihak yang terlibat di dalam proses produksi. Menyangkut 3 dimensi, serikat

pekerja, karyawan, dan perusahaan. Penerapan hubungan kerjasama merupakan

perwujudan dan pengakuan atas hak dan kewajiban sebagai partner pengusaha yang

menjamin kelangsungan dan keberhasilan perusahaan perusahaan untuk mewujudkan

eksistensi perusahaan yang kompetitif.

Pengaturan hubungan kerja adalah kesepakatan yang disetujui oleh pihak pemberi

kerja dan penerima kerja dalam berkomunikasi. Kerangka hubungan serikat karyawan dan

manajemen terdiri dari para pekerja dan wakil-wakil mereka (pengurus serikat), Para

manajer (manajemen). Wakil-wakil pemerintah dalam bidang legislatif, yudikatif dan

eksekutif, Dasar Pemeliharaan Serikat Kerja ,Meningkatkan kualitas hidup pekerja (quality

of work life) yang lebih baik, Bagaimana manajemen dan Departemen SDM mempengaruhi

kualitas hidup pekerja, Peran Departemen SDM berkomunikasi, Mengkaji kemungkinan

perbedaan antara disiplin preventif dan disiplin korektif., Pentingnya Serikat Pekerja bagi

Karyawan, Mendapatkan kompensasi yang layak, Mendapatkan kondisi kerja yang baik,

Mendapatkan haknya secara adil., Melindungi diri mereka dari tindakan sewenang-wenang

manajemen, Mendapatkan kepuasan kerja dan peluang untuk berprestasi.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. PRATIWI, Charina Lucky. Pencatatan Serikat Pekerja/Serikat Buruh Berdasarkan

Asas Kebebasan Berserikat. INTERDISCIPLINARY JOURNAL ON LAW,

SOCIAL SCIENCES AND HUMANITIES, [S.l.], v. 2, n. 1, p. 1-25, may 2021.

ISSN 2775-5045.

2. Agusmidah, G Heerma van Voss & Surya Tjandra, eds, Bab-bab tentang hukum

perburuhan Indonesia, edisi pertama ed, Seri unsur-unsur penyusun bangunan

negara hukum (Denpasar Bali: Pustaka Larasan bekerja sama dengan Universitas

Indonesia, Universitas Leiden, Universitas Groningen, 2012).

3. Suhartoyo, Suhartoyo, “Orientasi Pengaturan Organisasi Serikat Buruh atau Serikat

Pekerja Dalam Konteks Hukum Nasional” [2019] 2:4 Adm Law Gov J 661–671.

4. Indonesia, Republik, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat

Pekerja/Serikat Buruh.

5. Asyhadie, Z. (2007). Hukum kerja: hukum ketenagakerjaan bidang hubungan kerja.

14

Anda mungkin juga menyukai