Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Manajemen Mutu Terpadu

ALBETRUS MARIO JONATHAN PETRO LALU


2018021075

STIE Y.A.I
KATA PENGANTAR

Sembah sujud penulis panjatkan ke hadirat Tuhan karena anugerah dan


rahmat-Nya jualah sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dalam penyusunan
makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin, yang mana telah
memakan waktu dan pengorbanan yang tak ternilai dari semua pihak yang
memberikan bantuannya, yang secara langsung merupakan suatu dorongan yang
positif bagi penulis ketika menghadapi hambatan-hambatan dalam menghimpun
bahan materi untuk menyusun makalah ini.
Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi penyajian materinya maupun dari segi bahasanya.
Karena itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif senantiasa penulis harapkan
demi untuk melengkapi dan menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ................................................................
1.1    Latar Belakang ............................................................................
1.2    Rumusan Masalah .......................................................................
1.3    Tujuan Masalah ...........................................................................
BAB II PEMBAHASAN .................................................................
2.1.Pengertian JIT......................................................
2.2.Konsep JIT dengan Sektor Jasa.........................................................
2.3.KonsepKepemimpinan,konsepteamworkdankonsepTQL...................
2.4.Konsep QA........................................................................
BAB III PENUTUP .........................................................................
3.1.Kesimpulan .................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata “Resiko” dan sudah biasa dipakai dalam
percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Resiko  merupakan bagian dari kehidupan kerja
individual maupun organisasi.  Berbagai macam resiko, seperti resiko kebakaran, tertabrak kendaraan
lain di jalan, resiko terkena banjir di musim hujan dan sebagainya, dapat menyebabkan kita
menanggung kerugian jika resiko-resiko tersebut tidak kita antisipasi dari awal.  Resiko dikaitkan
dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi. Sebagaimana kita pahami dan sepakati bersama bahwa tujuan perusahaan adalah
membangun dan memperluas keuntungan kompetitif organisasi.
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak tersedianya cukup
informasi tentang apa yang akan terjadi.  Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat
menguntungkan atau merugikan.  Menurut Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan
menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang
menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan istilah resiko (risk).  Dalam beberapa tahun
terakhir, manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam perbincangan, praktik, maupun pelatihan
kerja.  Hal ini secara konkret menunjukkan pentingnya manajemen resiko dalam bisnis pada masa
kini.
1.2.Rumusan Masalah
a.       Apa Pengertian JIT
b.      Apa Yang Dimaksud dengan JIT sebagai sektor jasa
c.       Apa Itu Konsep kepemimpinan, teamwork dan konsep TQL
d.      Apa itu konsep QA

1.3.Tujuan
a.       Untuk Mengethui Apa itu JIT
b.      Untuk Mengethui Apa Yang Dimaksud konsep JIT dengan Sektor jasa
c.       Untuk Mengethui Apa Itu Konsep Kepemimpinan
d.      Untuk Mengethui Apa itu konsep teamwork dan konsep TQl
e.       Untuk Mengethui Apa Itu konsep QA
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian JIT
.Just In Time adalah sebuah filosofi manajemen yang berasal dari Jepang yang telah diaplikasikan
secara nyata sejak awal tahun 1970 pada perusahaan manufaktur di Jepang. Pada awalnya Toyota
Motor, Taichi Ono dan tangan kanannya Shigeo Shingo mengadaptasi strategi Henry Ford yang
disesuaikan dengan etos kerja masyarakat Jepang sehingga lahirlah sebuah filosofi yang disebut
sebagai Just In Time. (Mulla, 2009, hal. 115)
Just In Time pertama kali dikembangkan di negara Jepang oleh perusahaan Toyota pada dekade
yang lalu, dan kemudian diadopsi oleh banyak Perusahaan Manufaktur di Jepang dan Amerika Serikat
seperti: Hewlet Packard, IBM, dan Harley Davidson. Salah satu pendekatan untuk mengeliminasi
pemborosan dalam perusahaan manufaktur telah muncul yaitu suatu filosofi operasi yng disebut Just
In Time. Just In Time merupakan suatu filosofi operasi manajemen, yaitu sumber daya, termasuk
material personel, dan fasilitas yang digunakan dalam keadaan tepat waktu.
Latar belakang munculnya just in time dapat ditelusuri pada keadaan negara Jepang yang mengalami
kekurangan sumber daya alam dan mempunyai ruang terbatas. Jepang sangat tidak menyukai
adanya pemborosan. Bertolak belakang dengan negara Jepang, industri Barat melakukan
penyimpanan barang yang berlebihan, mempunyai lingkungan operasi yang kurang efisien,
mengerjakan pekerjaan pencatatan akuntansi yang berlebihan dengan menggunakan metode yang
kurang efisien dalam memecahkan masalah yang timbul dalam produksi. Akibatnya jumlah waktu
yang diperlukan untuk memproduksi suatu produk menjadi lama, biaya operasi yang tinggi dan produk
yang dihasilkan kurang baik mutunya. Pemborosan diartikan sebagai barang yang cacat,
memproduksi kembali suatu produk dan bahan yang terbuang.
Menurut just in time pemborosan diartikan sebagai setiap penggunaan bahan yang tidak dibutuhkan
atau penggunaan bahan yang berlebihan dalam memproduksi suatu produk seperti, cadangan
persediaan, jam kerja, tenaga kerja produksi yang tidak diperlukan, jamkerja ulang yang diperlukan
untuk memperbaiki hasil produksi yang kurang baik mutunta, hasil produksi yang sedikit, tata letak
produk yang kurang baik, pekerjaan pencatatan akuntansi yang berlebihan, bahan baku yang rusak,
kebanyakan pemasok, kebanyakan pesanan pembelian, kecepatan atau keterlambatan penerimaan
bahan, fasilitas penyimpanan yang terlalu besar, perencaan bahan yang tidak baik, mengganti
pemasok dan lain-lain.
Just In Time tidak mentoleransi adanya pemborosan. Just In Time merupakan suatu sistem produksi
yang didesain untuk mengeliminasi pemborosan dalam lingkungan produksi. Menurut just in time
pemborosan adalah sesuatu yang tidak memberi nilai tambah secara langsung kepada nilai suatu
produk. (Santoso, 2001, hal. 5)
Just In Time adalah sebuah filosofi pemecahan masalah secara berkelanjutan dan memaksa yang
mendukung produksi yang ramping (lean). Produksi yang ramping (lean Production) memasok
pelanggan persis sesuai dengan keinginan pelanggan ketika pelanggan menginginkannya, tanpa
pemborosan, melalui perbaikan berkelanjutan. Sasaran utama just in time adalah meningkatkan
produktivitas system produksi atau operasi dengan cara menghilangkan semua macam kegiatan
yang tidak menambah nilai (pemborosan) bagi suatu produk. Sasaran just in time menitikberatkan
pada continuos improvement untuk mencapai biaya produksi yang rendah, tingkat produktivitas yang
lebih tinggi, kualitas dan reabilitas produk yang lebih baik, memperbaiki waktu penyerahan produk
akhir dan memperbaiki hubungan kerja antara pelanggan dengan pemasok. Definisi Just In Time
didefinisikan sebagai sistem manajemen pabrikasi dan persediaan komprehensif dimana bahan baku
dan berbagai suku cadang dibeli dan diproduksi pada saat diproduksi pada saat (just in time) akan
digunakan dalam setiap tahap proses produksi/pabrikasi.
Just In Time adalah suatu sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan kualitas, menekankan
biaya, dan mencapai waktu penyerahan seefisien mungkin dengan menghapus seluruh jenis
pemborosan yang terdapat dalam proses produksi sehingga perusahaan mampu menyerahkan
produknya (baik barang maupun jasa) sesuai kehendak konsumen tepat waktu. Untuk mencapai
sasaran dari sistem ini, perusahaan memproduksinya hanya sebanyak jumlah yang dibutuhkan,
sehingga dapat mengurangi biaya pemeliharaan maupun menekan kemungkinan kerusakan atau
kerugian akibat menimbun barang. Tujuan utama dari JIT adalah menghilangkan pemborosan dan
konsisten dalam meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu penggunaan istilah JIT seringkali
diartikan dengan “zero inventories”. JIT pada dasarnya berusaha menghilangkan semua biaya
(pemborosan) yang tidak memberikan nilai tambah terhadap produk yang dihasilkan. (Efrianti, 2014,
hal. 101)
JIT merupakan suatu metode pemikiran produksi yang diprakarsai oleh Jepang, konsep JIT adalah
memproduksi item yang dibutuhkan pada saat yang tepat dan dalam jumlah yang cermat. Dengan
diterapkannya JIT melalui mekanisme kanban, diharapkan dapat memecahkan permasalahan dalam
penanganan persediaan bahan baku sehingga dapat mencapai efisiensi biaya produksi dan
meningkatkan laba perusahaan. Penerapan Just In Time dapat memperbaiki aset produktivitas,
pertumbuhan penjualan, karakteristik perusahaan pada dunia bisnis modern. Just In Time hanya
meminta unit yang dibutuhkan tersedia dalam jumlah yang dibutuhkan dan pada saat yang
dibutuhkan. (Dania, 2015, hal. 2)
Ide-ide yang mendukung Just In Time adalah sebagai berikut: (a) Sederhana adalah lebih baik, (b)
Penekanan pada kualitas dan perbaikan yang berkesinambungan, (c) Mempertahankan persediaan
yang menjadi sumber pemborosan dan pekerjaan jelek yang tersembunyi, (d) Setiap aktivitas atau
fungsi yang tidak menambah nilai harus dihilangkan, (e) Barang diproduksi apabila dibutuhkan, (f)
Pekerja harus berketerampilan banyak dan berpartisipasi dalam memperbaiki efisiensi dan kualitas
produk. Sasaran utama just in time adalah meningkatkan produktivitas system produksi atau operasi
dengan cara menghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menambah nilai (pemborosan) bagi
suatu produk. Sasaran just in time menitikberatkan pada continous improvement untuk mencapai
biaya produksi yang rendah, tingkat produktivitas yang tinggi, kualitas dan realibitas produk yang lebih
baik, memperbaiki waktu penyerahan produ akhir dan memperbaiki hubungan kerja antara pelanggan
dengan pemasok.
JIT memiliki 8 prinsip dasar, yaitu: (a) Seek a produce-to order production schedule, (b) Seek unitary
production, (c) Seek eliminate waste, (d) Seek continous product flow improvement, (e) Seek product
quality perfection, (f) Respect people, (g) Seek to eliminate contingencies, (h) Maintain long term
emphasis. Berdasarkan berbagai pengertian tersebut dapat diketahui bahwa eliminasi pemborosan
merupakan jantung dari IT. Dengan mengeliminasi pemborosan, maka perusahaan akan
menghasilkan produk yang lebih baik dengan biaya yang lebih rendah. Berdasarkan uraian diatas
maka indikator JIT yang dimunculkan adalah biaya produksi yang rendah, tingkat produktivitas yang
lebih tinggi, hubungan antara pelanggan dengan pemasok.
JIT adalah suatu filosofi bisnis yang khusus membahas bagaimana mengurangi waktu produksi
sekaligus mengurangi kegagalan produksi baik dalam proses manufaktur maupun proses non-
manufaktur. Istilah lain JIT adalah short-cycle atau lean manufacturing. (Witjaksono, 2013, hal. 221).
JIT adalah filosofi yang berfokus pada kegiatan pekerjaa yang dibutuhkan atau yang diminta pada
saat itu juga. JIT merupakan suatu pendekatan manufaktur yang mempertahankan bahwa produk-
produk harus ditarik dari seluruh sistem dengan adanya permintaan, dan bukannya mendorong
seluruh sistem dengan skedul yang tetap untuk mengantisipasi permintaan (a pull system). JIT
berpengaruh dalam hal mengurangi persediaan sampai pada tingkat yang sangat rendah. Usaha
untuk mencapai tingkat persediaan sampai tingkat yang tidak signifikan sangat vital
2.2. Konsep JIT dengan Sektor Jasa
Tujuan Just In Time (JIT)
Menurut Hansen & Mowen (2005:478), Just In Time (JIT) memiliki dua
tujuan strategis, yaitu untuk meningkatkan laba dan untuk memperbaiki
posisi bersaing perusahaan. Kedua tujuan ini dapat dicapai dengan
mengendalikan biaya (yang memungkinkan persaingan harga yang lebih
baik dan peningkatan laba), memperbaiki kinerja pengiriman dan
meningkatkan kualitas.
Menurut Gaspersz (2001:23; dalam Kuszatmono, 2008) tujuan Just In
Time (JIT) adalah “... untuk menghasilkan produk pada tingkat kualitas dan
kuantitas yang prima, melalui cara yang paling efisien dan ekonomis, serta
tepat waktu yaitu pada saat produk tersebut dibutuhkan oleh konsumen”.
Manfaat Just In Time (JIT)
Manfaat Just In Time (Indiscribd, 2009):
a) Berkurangnya persediaan – Biaya “berkurang”, investasi pada
persediaan.
b) Meningkatnya pengendalian mutu – Pemasok lebih komit.
Prinsip Dasar Just In Time (JIT)
Untuk menghasilkan metode Just In Time (JIT) maka harus ada delapan
prinsip yang harus dijadikan dasar pertimbangan di dalam menentukan
sistem strategi produksi, yaitu (Jaelani, 2009):
a) Berproduksi sesuai dengan pesanan jadwal produksi induk
Sistem manufaktur baru akan dioperasikan untuk menghasilkan produk
menunggu setelah diperoleh kepastian adanya order dalam jumlah
tertentu masuk. Tujuan utamanya untuk memproduksi finished goods
tepat waktu dan sebatas pada jumlah yang ingin dikonsumsikan saja,
ntuk itu proses produksi akan menghasilkan sebanyak yang diperlukan
dan secepatnya dikirim ke pelanggan yang memerlukan untuk
menghindari terjadinya stok serta untuk menekan biaya penyimpanan.
b) Produksi dalam jumlah kecil
Produksi dilakukan dalam jumlah lot (lot size) yang kecil untuk
menghindari perencanaan dan jeda waktu yang kompleks seperti halnya
dalam produksi jumlah besar. Fleksibilitas aktivitas produksi akan bisa
dilakukan, karena hal tersebut memudahkan untuk melakukan
penyesuaian-penyesuaian dalam rencana produksi terutama
menghadapi perubahan permintaan pasar.
c) Mengurangi pemborosan (eliminate waste)
Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap area operasi yang
ada. Semua pemakaian sumber-sumber input (material, energi, jam
kerja mesin atau orang, dan lain-lain) tidak boleh melebihi batas
minimal yang diperlukan untuk mencapai target produksi.
d) Perbaikan aliran produk secara terus-menerus (continuous product flow
improvement)
Tujuan pokoknya adalah menghilangkan proses-proses yang tidak
produktif yang bisa menghambat kelancaran aliran produksi.
e) Penyempurnaan kualitas produk (product quality perfection)
Kualitas produk merupakan tujuan dari aplikasi Just In Time (JIT)
dalam sistem produksi. Disini selalu diupayakan untuk mencapai
kondisi “Zero Defect” dengan cara melakukan pengendalian secara
total dalam setiap langkah proses yang ada. Segala bentuk
penyimpangan haruslah bisa diidentifikasi dan dikoreksi sedini
mungkin.
f) Respek terhadap semua orang / karyawan (respect to people)
Dengan metode Just In Time (JIT) dalam sistem produksi setiap pekerja
akan diberi kesempatan dan otoritas penuh untuk mengatur dan
mengambil keputusan apakah suatu aliran operasi bisa diteruskan atau
harus dihentikan karena dijumpai adanya masalah serius dalam satu
stasiun kerja tertentu.
g) Mengurangi segala bentuk ketidak-pastian
Persediaan yang ide dasarnya diharapkan bisa mengantisipasi permintaan yang
berfluktuasi dan segala kondisi yang tidak terduga, justru akan berubah menjadi
waste bilamana tidak segera digunakan. Begitu pula rekruitmen tenaga kerja dalam
jumlah besar secara tidak terkendali seperti halnya yang umum dijumpai dalam
aktivitas proyek akan menyebabkan terjadinya pemborosan bilamana tidak
dimanfaatkan pada waktunya. Oleh karena itu dalam perencanaan dan penjadwalan
produksi harus bisa dibuat dan dikendalikan secara teliti.Segala bentuk yang
memberi kesan ketidak-pastian harus bisa dieliminasi dan harus sudah dimasukkan
dalam pertimbangan.
h) Perhatian dalam jangka panjang
Ketujuh prinsip pelaksanaan Just In Time (JIT) dalam sistem produksi di atas
bukanlah suatu komitmen perusahaan yang diaplikasikan dalam jangka waktu
pendek. Melainkan harus dibangun secara berkelanjutan dan merupakan komitmen
semua pihak dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, ada kemungkinan
aplikasi Just In Time (JIT) dalam sistem produksi justru akan menambah biaya
produksi mengikuti konsekuensi proses terbentuknya kurva belajar.
Karakteristik Dasar Just In Time (JIT)
Hansen & Mowen (2005:479) menyatakan ada beberapa karakteristik
dasar Just In Time (JIT):
a) Tata letak pabrik
Just In Time (JIT) mengganti tata letak pabrik tradisional ini dengan
suatu pola sel manufaktur. Sel manufaktur terdiri dari mesin-mesin
yang dikelompokkan dalam kumpulan, biasanya dalam bentuk setengah
lingkaran. Mesin-mesin diatur sehingga mereka dapat digunakan untuk melakukan
berbagai operasi secara berurutan. Tiap sel dipersiapkan untuk menghasilkan
produk atau kumpulan produk tertentu. Produk dipindah dari satu mesin ke yang
lainnya dari awal hingga selesai. Para pekerja ditugaskan pada sel-sel dan dilatih
untuk mengoperasikan semua mesin dalam sel.
b) Pengelompokkan dan pemberdayaan karyawan
Pelatihan pekerja sel untuk melakukan tugas-tugas ganda juga memiliki pengaruh
pada relokasi dukungan pelayanan pada sel. Sebagai tambahan dari pekerjaan
produksi langsung, para pekerja sel dapat melakukan tugas persiapan,
memindahkan barang setengah jadi dari bagian ke bagian lain dalam sel, melakukan
perawatan pencegahan dan perbaikan kecil, melakukan inspeksi kualitas, dan
melakukan tugas pembersihan. Kemampuan multitugas ini secara langsung
berhubungan pada pendekatan tarikan melalui produksi.
c) Total quality control
Just In Time (JIT) perlu memberikan tekanan yang lebih kuat pada pengelolaan
kualitas. Total quality control pada intinya adalah suatu pengerjaan tanpa henti untuk
suatu kualitas sempurna, usaha untuk mendapatkan suatu desain produk dan
proses manufaktur tanpa cacat.
d) Ketelusuran biaya overhead
Suatu sistem pembiayaan menggunakan tiga metode untuk membebankan biaya
pada produk individual: penelusuran langsung, penelusuran penggerak, dan alokasi.
Dari ketiga metode, penelusuran langsung adalah yang paling akurat dan, sehingga,
lebih disukai daripada dua metode lainnya.
e) Pengaruh persediaan
Just In Time (JIT) umumnya menurunkan persediaan hingga tingkat yang sangat
rendah. Pencapaian terhadap tingkat yang tidak signifikan dari persediaan adalah
vital bagi kesuksesan Just In Time. Just In Time (JIT) menolak untuk menggunakan
persediaan sebagai solusi dari masalah-masalah ini. Bahkan, persediaan tidak hanya
dipandang sebagai pemborosan namun sebagai sesuatu yang langsun berhubungan
dengan kemampuan perusahaan untuk bersaing.
2.3. Konsep Kepemimpinan,Konsep Teamwork dan Konsep TQL
.Konsep Kepemimpinan
Apa itu arti dan konsep kepemimpinan? Arti dari kepemimpinan itu sendiri adalah kapabilitas
seseorang untuk mempengaruhi individu atau masyarakat agar bisa meraih tujuan tertentu. Ini bisa
menyangkut pada sebuah tujuan dari organisasi atau golongan. Pendapat ini berasal dari Stephen P.
Robbins.Sementara istilah pemimpin sendiri merupakan individu yang diberi kesempatan untuk
menjadi ketua suatu organisasi untuk bisa mencapai tujuan dari sebuah organisasi.
Pengertian
Kepemimpinan adalah proses di mana seseorang bisa mempengaruhi orang lain untuk meraih tujuan
dan mengarahkan organisasi dengan lebih berkesinambungan, terhubung, efektif dan koheren.
Berikut merupakan beberapa definisi atau pengertian populer mengenai konsep kepemimpinan:
-.Merupakan sebuah proses di mana individu bisa mempengaruhi sekelompok individu untuk meraih
tujuan bersama (Northouse, 2007, p3).
Kepemimpinan merupakan proses untuk menginspirasi orang lain untuk meraih visi suatu individu
yang telah direncanakan. Sehingga menjadi usaha bersama, tujuan bersama dan kesuksesan
bersama. (Zeitchik, 2012).
-.Kepemimpinan adalah proses pengaruh sosial, yang mengoptimalkan usaha orang lain untuk meraih
pencapain (Kruse, 2013).
Berdasarkan teori dari M. Josephson, konsep tentang kepemimpinan itu sendiri adalah:
Kepemimpinan adalah buah dari hubungan tiap individu dalam organisasi atau golongan.
Kepemimpinan lahir bukan karena adanya status atau derajat seseorang. Karena status bisa saja
menghancurkan kepemimpinan itu sendiri ataupun sebaliknya.
Setiap individu dalam suatu golongan atau organisasi memiliki potensi dan kapasitas untuk
memimpin dan bisa menunjukan perilaku kepemimpinan.
Jika individu menjadi pemimpin dalam suatu waktu bukan berarti pada waktu yang akan datang juga
akan menjadi pemimpin. Itu juga berlaku dengan jenis kepemimpinan lain yang memiliki waktu
temporal (sementara) berganti seiring waktu.
Kepemimpinan bisa dinilai dari seberapa kualitas pemimpin bisa merencanakan dan meraih tujuan
tertentu, serta bisa dinilai dari kekompakan pada suatu golongan atau organisasi yang dipimpin.
Berlandaskan teori yang telah diungkapkan bisa dikatakan dengan jelas bahwa kepemimpinan itu
sangat terbatas. Karena kepemimpinan hanya bisa dipakai hanya pada suatu waktu dan bisa dipakai
oleh setiap orang dalam lingkup golongan atau organisasi.
Sifat Kepemimpinan
Sifat Kepemimpinan Menurut Para Ahli konsep kepemimpinan
Konsep kepemimpinan berdasarkan traits theory of leadership ini mengungkapkan bahwa pemimpin
mempunyai karakter khusus yang bisa membuat mereka diikuti karena kecakapan memimpinnya.

Akan susah bila merumuskan satu-satu apa saja sifat pemimpin yang harus dimiliki. Karena
kepemimpinan adalah sebuah sikap dan perilaku yang menjadi bawaan seseorang. Namun Abu
Ahmadi (2007:122-123) berpendapat terdapat beberapa sifat pemimpin, yakni: Cakap, memiliki rasa
tanggung jawab, berani, memiliki visi yang jelas, percaya diri, rajin dan tangkas.

Setelah mengungkapkan beberapa konsep tentang karakter pemimpin, dari apa yang telah diteliti. Ada
pendapat lain mengenai karakter pemimpin berdasarkan pendapat Keith Davis, berikut merupakan
empat karakter utama pemimpin (konsep kepemimpinan), yakni:

Kecerdasan
Instrumen ini merupakan sebuah barang wajib bila ingin menjadi pemimpin efektif, karena dengan
instrumen ini kerja dari sebuah organisasi/kelompok/perusahaan akan semakin terarah dan tepat
dalam mencapai tujuan.

Matang dan Sosial


Instrumen lain yang bisa menentukan pemimpin efektif adalah kematangan mental dan emosinya
ketimbang anggota lain di organisasinya. Kematangan emosi bisa membuat masalah bisa diatasi
dengan tenang. Sementar Instrumen berupa kecakapan sosial ini berfungsi untuk meyakinkan setiap
tujuan yang ada di masyarakat/kelompok untuk bernegosiasi dan meyakinkan dalam mencapai tujuan.

Motivasi
Instrumen ini berupa keinginan yang kuat untuk berprestasi pada suatu individu pemimpin sehingga
keinginan tersebut bisa menyebar/menular ke orang lain terutama golongan atau organisasi yang
dipimpin. Dengan begitu suatu organisasi bisa lebih bersemangat dalam memperoleh misi yang telah
dicanangkan. Motivasi merupakan dorongan yang kuat dalam diri untuk bisa mencapai target dengan
sukses.

Empati
Instrumen ini adalah cara pemimpin untuk bisa memahami apa yang orang lain rasakan. Karena
dalam sebuah mencapai tujuan, pemimpin tahu bahwa organisasi membutuhkan kerja sama dan
kekompakan anggota. Empati pada pemimpin bisa membuat lingkungan lebih stabil dalam mencapai
tujuan.

Prinsip Kepemimpinan
Untuk membantu seorang individu agar bisa memahami dan mengetahui apa itu kepemimpinan.
Maka kami sajikan beberapa panduan kepemimpinan berupa prinsip dan cara menerapkannya
berdasarkan (Angkatan Darat A.S., 1983).
Kenali diri sendiri dan usahakan untuk adanya peningkatan diri – Untuk bisa mengenal diri sendiri,
maka individu diharuskan tahu mengenai kecenderungan, atribut yang ada di dalam diri. Hal tersebut
bisa diraih dengan cara belajar mandiri, refleksi mengikuti kelas formal dan berkomunikasi dengan
orang lain.
Ahli dalam hal teknis – Sebagai seorang pemimpin, individu harus mengetahui keahliannya dan apa
yang harus dilakukan, serta memiliki keakraban yang kuat dengan tugas-tugas dari anggota yang
dipimpin.
Mencari tanggung jawab dan mengambil tanggung jawab atas tindakan yang dilakukan. – Cari cara
untuk mengarahkan organisasi yang dipimpin ke arah atau tingkat yang baru. Jika semuanya telah
sampai, cepat atau lambat pasti ada masalah baru dan jangan menyalahkan orang lain. Analisis
situasi, ambil tindakan korektif dan lanjutkan ke arah selanjutnya.
Membuat keputusan yang tepat – Pakailah alat atau metode pemecahan masalah, pengambilan
keputusan dan perencanaan yang baik.
Berikan contoh – Jadilah panutan yang baik bagi anggota. Mereka tidak hanya mendengar apa yang
diharapkan tetapi juga melihat apa yang harus dilakukan.
Kenali anggota dan perhatikan kesejahteraan mereka – Ketahui sifat manusia dan pentingnya
merawat pekerja dengan tulus.
Selalu memberi tahu – Pahami cara berinteraksi dengan anggota tetapi juga dengan orang penting
lainnya.
Kembangkan rasa tanggung jawab kepada anggota – Bantu mereka untuk mengembangkan karakter
yang baik sehingga mereka bisa melakukan tanggung jawab profesional mereka.
Pastikan bahwa tugas dimengerti, diawasi dan diselesaikan – komunikasi adalah kunci dari tanggung
jawab jenis ini.
Berlatih sebagai tim – Walaupun dalam organisasi menyebut mereka bagian, departemen dll. Tapi
mereka tidak bekerja sebagai tim namun mereka hanya sekelompok orang yang melakukan pekerjaan
mereka masing-masing.
Gunakan kemampuan penuh organisasi – Dengan memotivasi diri dan tim maka individu bisa
menggerakan organisasi, departemen, bagian dll, kedalam tahap yang maksimal.
Proses Kepemimpinan yang Hebat
Cara menuju kepemimpinan keren dan hebat, bagi pemimpin yang sukses terdiri dari (Kouzes, Posner,
1987):

Tantang prosesnya – Pertama, tentukan dan temukan proses yang sangat tentukanuntuk
ditingkatkan.
Menginspirasi tujuan bersama – Berikan dan bagikan tujuan atau visi yang dipunyai dengan kata-kata
yang mudah dipahami oleh setiap anggota.
Dorong anggota untuk bertindak – Berikan anggota semangat, cara dan metode untuk memecahkan
masalah.
Contohkan caranya/metode – Ketika proses menjadi sulit buat terobosan bersama. Seorang bos
akan memberitahu anggota apa yang harus lakukan, sedangkan pemimpin menunjukan cara
melakukannya.
Motivasi dan dorongan hati – Jika terjadi masalah dorong anggota dan semangati mereka, meskipun
hati Anda tidak tenang atau hancur.
.Konsep Teamwork
Kerja sama adalah kunci untuk membangun bisnis yang lebih baik. Tanpa kerja sama, bukan tidak
mungkin bisnis tidak akan berjalan secara maksimal. Maka dari itu, di setiap perusahaan bisnis perlu
mengelola teamwork. Sebab, teamwork adalah kemampuan yang harus dimiliki karyawan dalam
perusahaan.Namun, beberapa perusahaan bisnis tampaknya abai terhadap teamwork. Padahal, untuk
mengeluarkan ide atau gagasan, perlu adanya diskusi dan itu hanya akan terjadi jika melakukan
teamwork. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk melakukannya karena teamwork adalah
bagian dari kesuksesan bisnis.
Untuk mengetahuinya lebih lengkap, Anda perlu mempelajari pengertian dari teamwork, manfaat serta
tips membangunnya.
Pengertian Teamwork
Secara umum, teamwork adalah kemampuan yang dimiliki setiap karyawan dalam perusahaan untuk
saling bersinergi. Hal ini menjadi penting karena untuk mencapai tujuan perusahaan dibutuhkan
teamwork yang kompak. Maka dari itu, softskill di dalam perusahaan perlu dihadirkan selain hardskill.

Softskill yang dimaksud adalah kemampuan untuk berkomunikasi. Tidak hanya mendengar melainkan
juga berbicara karena agar seluruh pekerjaan dapat terkoordinasi dengan baik.

Manfaat Teamwork
Setelah memahami pengertian dari teamwork, Anda perlu mempelajari manfaatnya. Apa saja itu?

1. Bekerja Lebih Efektif


Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa teamwork adalah kemampuan karyawan untuk saling
bersinergi. Maka dari itu, apabila sinergi antar karyawan dapat terjalin dengan baik, pekerjaan pun
cepat selesai.

Segala permasalahan yang ada di dalam perusahaan pun segera terselesaikan. Sebab, ada diskusi
yang baik antar karyawan. Hal ini juga akan menimbulkan dampak positif bagi perusahaan.

2. Mendapatkan Lebih Banyak Gagasan


Satu hal yang perlu diketahui dengan hadirnya teamwork dalam bisnis adalah muncul banyak
gagasan. Ada diskusi yang mengalir sehingga lahir ide dan gagasan yang masif dan sistematis. Hal
ini akan berdampak baik karena dengan seringnya tukar pikiran maka akan muncul sesuatu yang
menarik. Misal, strategi promosi atau jenis pelayanan kepada konsumen.

Jika pun ada masalah, segala sesuatunya bisa terselesaikan dengan cepat. Ada pembicaraan dan
respons yang baik merupakan bagian dari teamwork.

3. Percaya Satu dengan Lainnya


Tidak semua perusahaan berkomitmen untuk membangun rasa percaya antar karyawan. Padahal, jika
dapat membangun rasa percaya antar karyawan, itu akan membawa dampak positif di internal
perusahaan. Setiap karyawan percaya bahwa setiap pekerjaan bisa diselesaikan di masing-masing
divisi. Tidak ada keraguan sehingga pekerjaan pun cepat selesai.

Hal seperti ini tumbuh ketika perusahaan mau bersama-sama karyawan membangun visi dan misi
menjadi satu kesatuan. Dengan demikian, nama baik perusahaan tetap terjaga dan brand
engagement kepada konsumen bisa meningkat.

4. Saling Memotivasi
Jika ada tanggung jawab yang gagal pada salah satu karyawan, biasanya akan dihujat. Namun, hal
tersebut tidak akan terjadi apabila di perusahaan yang baik dalam mengelola karyawannya. Dari situ
justru setiap karyawan atau divisi saling memotivasi satu sama lain agar hal tersebut tidak terulang
lagi.

Dengan teamwork yang baik, pengambilan risiko pun bisa didistribusikan kepada setiap karyawan
dengan adil. Dukungan dan kepercayaan antar karyawan dapat menjadi momen kebersamaan. Hal-hal
seperti itulah yang mampu menjadikan perusahaan lebih sehat secara mental. Imbasnya, strategi apa
pun yang dicanangkan cenderung berhasil ke depannya.

Tips Membangun Teamwork


teamwork adalah

Teamwork adalah satu kesatuan dalam kinerja karyawan sehingga mampu menciptakan suasana
kerja lebih kondusif. Lalu, bagaimana cara membangun suasana seperti itu? Ikuti beberapa tips
menariknya di bawah ini:

Bangun Komunikasi secara Terbuka


Ada beberapa hal yang perlu dilakukan ketika hendak membangun teamwork yang baik. Salah
satunya dengan membangun komunikasi secara terbuka. Dari setiap karyawan di berbagai divisi perlu
saling terbuka untuk situasi dan kondisi apa pun di perusahaan. Misal, ada kendala atau hambatan,
segala sesuatunya lebih baik dibicarakan sebelum diputuskan.

Hal ini untuk mengantisipasi apabila ada tumpang tindih keputusan. Akhirnya, justru akan muncul
polemik yang nantinya berdampak buruk pada kinerja karyawan. Jika komunikasi dibangun secara
terbuka, tidak akan terjadi pengambilan keputusan ganda.

Ciptakan Lingkungan Kerja yang Kondusif


Apa hal-hal yang membuat karyawan bisa bertahan lama di satu perusahaan? Salah satunya adalah
lingkungan kerja yang kondusif. Tidak dapat dimungkiri bahwa ketika lingkungan kerja baik, hubungan
antar karyawan pun saling terbuka. Cara yang bisa pebisnis lakukan seperti mengadakan outing
kantor tiap dua atau tiga bulan sekali.

Dengan demikian, karyawan bisa tampak ceria dan bahagia ketika melaksanakan suatu pekerjaan.
Tidak ada rasa canggung sehingga pekerjaan pun bisa segera selesai.

Lakukan Evaluasi
Abai terhadap evaluasi bukanlah sesuatu yang baik di perusahaan. Setiap pekerjaan, baik kecil
maupun besar, perlu adanya evaluasi. Dari evaluasi maka akan terlihat mana yang menjadi
kekurangan sehingga perlu diperbaiki. Evaluasi adalah salah satu unsur dalam mengelola teamwork.
Maka penting bagi perusahaan untuk melakukannya.
.Konsep TQL
Pengertian Total Quality Management (TQM) – Total Management System atau disingkat dengan
TQM adalah suatu sistem manajemen kualitas yang berfokus pada Pelanggan (Customer focused)
dengan melibatkan semua level karyawan dalam melakukan peningkatan atau perbaikan yang
berkesinambungan (secara terus-menerus). Total Quality Management atau TQM menggunakan
strategi, data dan komunikasi yang efektif untuk meng-integrasikan kedisplinan kualitas ke dalam
budaya dan kegiatan-kegiatan perusahaan. Singkatnya, Total Quality Management (TQM) adalah
pendekatan manajemen untuk mencapai keberhasilan jangka panjang melalui Kepuasan Pelanggan
(Customer Satisfaction).

Dalam TQM (Total Quality Management), semua anggota organisasi atau karyawan perusahaan
harus berpartisipasi aktif dalam melakukan peningkatan proses, produk, layanan serta budaya dimana
mereka bekerja sehingga menghasilkan kualitas terbaik dalam Produk dan Layanan yang pada
akhirnya dapat mencapai tujuan kepuasan pelanggan.

8 Elemen Pokok TQM


Terdapat 8 Elemen Pokok dalam Sistem Manajemen TQM (Total Quality Management). Kedelapan
elemen pokok tersebut diantaranya adalah :

1. Fokus pada Pelanggan (Customer Focussed)


Pelanggan merupakan pihak yang menentukan apakah kualitas produk maupun jasa yang dihasilkan
perusahaan tersebut memenuhi kebutuhan atau tingkatan kualitas yang diinginkannya. Apapun yang
dilakukan oleh sebuah organisasi/perusahaan seperti pelatihan karyawan, perbaikan proses,
penggunaan mesin canggih ataupun adopsi teknologi terbaru yang pada akhirnya Pelangganlah yang
menentukan apakah upaya-upaya yang dilakukan tersebut bermanfaat atau tidak.

2. Keterlibatan Karyawan secara keseluruhan (Total Employee Involvement)


Karyawan merupakan sumber daya perusahaan yang penting dalam mencapai tujuan yang
direncanakannya. Oleh karena itu, keterlibatan karyawan secara keseluruhan dapat mendukung
perusahaan dalam melakukan peningkatan proses dan kualitas yang berkesinambungan yang
kemudian menghasilkan produk dan layanan yang terbaik untuk pelanggannya. Dalam pemberdayaan
karyawan, diperlukan pelatihan dan peningkatan terhadap keterampilan karyawan dalam mengerjakan
tugasnya.

3. Pemusatan perhatian pada Proses (Process-centered)


Perhatian pada peningkatan proses merupakan pondasi dasar dalam sistem manajemen TQM.
Proses merupakan serangkaian langkah-langkah yang dimulai dari penerimaan INPUT dari supplier
(internal maupun eksternal) dan meng-transformasi-nya menjadi OUTPUT yang akan dikirimkan ke
pelanggan (internal maupun Eksternal).

4. Sistem yang Terintegrasi (Integrated System)


Meskipun terdapat banyak keahlian dan ruang lingkup kerja dalam suatu perusahaan yang
membentuk departementalisasi secara vertikal maupun horizontal. Semuanya memerlukan suatu
sistem yang terintegrasi dengan baik agar visi, misi, strategi, kebijakan, tujuan dan sasaran
perusahaan dapat dikomunikasikan dengan baik dan jelas kepada semua karyawan.

5. Pendekatan Strategi dan Sistematik (Strategy and Systematic Approach)


Salah satu bagian yang penting dalam Manajemen Kualitas adalah pendekatan Strategi dan
Sistematik dalam mencapai Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan. Proses tersebut biasanya disebut
dengan Perencanan Strategi ataupun Manajemen Strategi yang melakukan perumusan dan
perencanaan strategi dalam mengintegrasikan konsep kualitas ke dalam Strategi Perusahaan secara
keseluruhan.

6. Peningkatan yang berkesinambungan (Continual Improvement)


Peningkatan yang berkesinambungan mendorong perusahaan untuk melakukan analisis dan
menciptakan cara-cara yang lebih bersaing dan efektif dalam mencapai tujuan perusahaan dan
memenuhi harapan semua pihak yang berkepentingan.

7. Keputusan berdasarkan Fakta (Fact-based decision making)


Untuk mengetahui sejauh mana kinerja suatu perusahaan, diperlukan data untuk mengukurnya. TQM
mewajibkan perusahaan tesebut untuk mengumpulkan dan melakukan analisis data secara
berkesinambungan agar keputusan ataupun kebijakan yang diambil benar-benar akurat dan tepat
sasaran. Dengan adanya data, kita dapat menarik kesimpulan berdasarkan kejadian ataupun hasil
sebelumnya.

8. Komunikasi (Communications)
Dalam operasional sehari-hari, perusahaan pasti akan mengalami perubahan baik perubahan dalam
strategi, kebijakan, jadwal maupun metode pelaksanaan. Perubahan tersebut perlu dikomunikasikan
dengan baik kepada semua karyawan yang bersangkutan. Komunikasi yang baik juga akan
menimbulkan motivasi dan semangat kerja dalam mencapai tujuan perusahaannya.
.Konsep QA
Quality Control dan Quality Assurance Bagi Perusahaan

Salah satu faktor yang sangat penting dalam persaingan pasar adalah kualitas suatu produk maupun
layanan. Kualitas sering dijadikan sebagai suatu tolok ukur dan pembeda untuk suatu produk dan
layanan antara satu produsen dengan produsen lainnya. Oleh karena itu, semua produsen dan
penyedia layanan selalu mencari cara untuk meningkatkan kualitas produk ataupun kualitas
layanannya. Kualitas dapat diartikan sebagai tingkat baik atau buruknya suatu produk yang dihasilkan
dan apakah produk yang dihasilkan tersebut sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan ataupun
kesesuaiannya terhadap kebutuhan.

Untuk menjaga dan meningkatkan kualitas, perusahaan (produsen) umumnya akan menggunakan 2
(dua) teknik yaitu teknik pengendalian kualitas (Quality Control) dan teknik penjaminan kualitas
(Quality Assurance). Kedua teknik tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa produk akhir atau
layanan memenuhi persyaratan dan standar kualitas yang ditetapkan. Dalam rekayasa dan
manufaktur, pengendalian mutu atau pengendalian kualitas (Quality Control) melibatkan
pengembangan sistem untuk memastikan bahwa produk dan jasa dirancang dan diproduksi untuk
memenuhi atau melampaui persyaratan dari pelanggan maupun produsen sendiri. Sistem-sistem ini
sering dikembangkan bersama dengan disiplin bisnis atau rekayasa lainnya dengan menggunakan
pendekatan lintas fungsional.

Pengendalian mutu (Quality Control) atau QC untuk akronimnya, merupakan suatu proses yang pada
intinya adalah menjadikan entitas sebagai peninjau kualitas dari semua faktor yang terlibat dalam
kegiatan produksi.

Terdapat 3 (tiga) aspek yang ditekankan pada pendekatan ini, yaitu :

Unsur-unsur. Seperti : kontrol, manajemen pekerjaan, proses-proses yang terdefinisi dan telah
terkelola dengan baik, kriteria integritas dan kinerja, dan identifikasi catatan.
Seperti : pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kualifikasi.
Elemen lunak. Seperti : kepegawaian, integritas, kepercayaan, budaya organisasi, motivasi, semangat
tim, dan hubungan yang berkualitas.
Lingkup kontrol termasuk pada inspeksi produk, di mana setiap produk diperiksa secara visual, dan
biasanya pemeriksaan tersebut menggunakan alat mikroskop stereo untuk mendapatkan detail halus
sebelum produk tersebut dijual ke pasar eksternal. Penekanan Quality Control (QC) terletak pada
pengujian produk untuk mendapatkan produk yang cacat. Dalam pemilihan produk yang akan diuji,
biasanya dilakukan pemilihan produk secara acak (menggunakan teknik sampling). Setelah menguji
produk yang cacat, hal tersebut akan dilaporkan kepada manajemen pembuat keputusan, apakah
produk dapat dirilis atau ditolak. Hal ini dilakukan guna menjamin kualitas dan merupakan upaya
untuk meningkatkan dan menstabilkan proses produksi (dan proses-proses lainnya yang terkait)
untuk menghindari atau setidaknya meminimalkan, isu-isu yang mengarah kepada kecacatan-
kecacatan di tempat pertama, yaitu pabrik.

Quality Assurance (QA) dapat didefinisikan secara umum mencakup uji, tes, monitoring, dan
memeriksa semua proses produksi yang terlibat dalam suatu produksi produk. Selain itu, tugas dari
Quality Assurance (QA) yaitu memastikan semua standar kualitas dipenuhi oleh setiap komponen dari
produk atau layanan yang disediakan oleh perusahaan untuk memberikan jaminan kualitas sesuai
standar yang diberikan oleh perusahaan. Jadi, secara umum, tugas dan tanggung jawab dari Quality
Assurance (QA) yaitu terkait dengan peran jaminan kualitas suatu produk. Meskipun sifat yang tepat
dari pekerjaan jaminan kualitas akan berbeda berdasarkan pada industri tertentu, tugas utama dan
kompetensi terkait dengan memastikan bahwa produk tersebut memenuhi standar kualitas yang
diperlukan atau diberikan sesuai standar perusahaan.

Quality Assurance (QA) merupakan suatu pendekatan yang berbasis PROSES (process base approach)
yang tujuan utamanya adalah mencegah produk cacat mulai dari tahap perencanaan (planning)
hingga tahap pengiriman produk ke pelanggan sehingga menghindari terjadi pengerjaan ulang
(rework) dan keluhan pelanggan yang akan merugikan reputasi perusahaan serta pengeluaran biaya-
biaya akibat kualitas yang buruk. Quality Assurance merupakan proses yang pro-aktif yaitu melakukan
penekanan terhadap perencanaan, dokumentasi dan penentuan panduan kualitas pada awal proyek
dimulai untuk memahami persyaratan dan standar kualitas yang diharapkan. Setelah semua
persyaratan dan standar kualitas yang diinginkan tersebut teridentifikasi, maka diperlukan
pengembangan perencanaan untuk memenuhi persyaratan dan standar kualitas yang diinginkan
tersebut.

BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Just In Time adalah suatu sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan kualitas,
menekankan biaya, dan mencapai waktu penyerahan seefisien mungkin dengan menghapus seluruh
jenis pemborosan yang terdapat dalam proses produksi sehingga perusahaan mampu menyerahkan
produknya (baik barang maupun jasa) sesuai kehendak konsumen tepat waktu. Untuk mencapai
sasaran dari sistem ini, perusahaan memproduksinya hanya sebanyak jumlah yang dibutuhkan,
sehingga dapat mengurangi biaya pemeliharaan maupun menekan kemungkinan kerusakan atau
kerugian akibat menimbun barang. Tujuan utama dari JIT adalah menghilangkan pemborosan dan
konsisten dalam meningkatkan produktivitas. JIT pada dasarnya berusaha menghilangkan semua
biaya (pemborosan) yang tidak memberikan nilai tambah terhadap produk yang dihasilkan.
Konsep kepemimpinan Good leaders are made, not born maksudnya adalah pemimpin yang baik
itu dibuat bukan dilahirkan. Pemimpin yang baik akan berkembang melalui proses belajar mandiri,
pelatihan, pengalaman dan pendidikan yang terus menerus dan tidak pernah berakhir (Jago, 1982).

DAFTAR PUSTAKA

http://kalisat-berbagi.blogspot.com/2017/04/manajemen-mutu terpadu .html


https://gaharuchromeblogspot.wordpress.com/2010/07/19/makalah-manajemen-
mutu terpadu/
http://myblognophy.blogspot.com/2014/04/manajemen mutu terpadu html'

Anda mungkin juga menyukai