Anda di halaman 1dari 23

IMPLEMENTASI SISTEM JUST IN TIME (JIT) DAN

BACKFLUSH COSTING DI INDONESIA


(Makalah ini dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Biaya)

Disusun Oleh :
Adinda Mirza Azzahra (01031181722033)
Aisyah Ausama Syuduri (01031181722096)
Dhita Ayu Wandira Oktarina (01031281722058)
Khabibi Khuzaini (01031381520156)
Lusiyana (01031181722032)
Maya Sari Syama Yanti (01031281722049)

Dosen Pengampuh :
Efva Octavina Donata Gozali,S.E.,M.Si.,Ak.,CA

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS EKONOMI PRODI AKUNTANSI
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Implementasi Just In Time dan BackFlush Costing di Indonesia” dengan
tepat waktu guna memenuhi tugas perkuliahan Manajemen Biaya.
Selesainya makalah ini tak lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Untuk
itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak
yang telah berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang
membangun serta dapat digunakan untuk perbaikan. Penulis berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca ataupun semua pihak yang berkepentingan.

Inderalaya, 17 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i


KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 4
2.1. Definisi dan Konsep Just In Time (JIT) ............................................. 4
2.2. Kelebihan dan Kelemahan Just In Time (JIT) ................................... 4
2.3. Pemborosan Produksi Tanpa Sistem Just In Time ( JIT) .................. 5
2.4. Penerapan Just In Time pada Perusahaan di Indonesia ..................... 8
2.5. Pengertian Backflush Costing ............................................................ 11
2.6. Tujuan Backflush Costing .................................................................. 11
2.7. Karakteristik Backflush Costing ........................................................ 11
2.8. Tahapan Trigger Points dalam Backflush Costing ............................ 12
2.9. Kondisi untuk Penerapan Backflush Costing .................................... 14
2.10. Contoh Perhitungan Backflush Costing .............................................. 15
BAB III KESIMPULAN ................................................................................... 19
3.1. Kesimpulan ........................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia, pertumbuhan perusahaan manufaktur mengalami kenaikan
setiap tahunnya. Hal ini akan membuat perusahaan membutuhkan skedul
produksi dalam menghasilkan barang yang akan dipasarkan. Perusahaan yang
menerapkan sistem tradisional dalam perkiraan produksi tentu akan
mengalami banyak kerugian karena permintaan pelanggan tidak menunjukkan
permintaan sesungguhnya, akibatnya stock digudang penyimpanan menjadi
banyak dan membuat biaya penyimpanan semakin besar, sehingga berakibat
pada pemborosan. Sistem Just In Time (JIT) lahir untuk mengatasi masalah
pemborosan ini.
Sistem JIT digunakan untuk memperkirakan produksi barang
berdasarkan permintaan di pasar sehingga produksi yang dihasilkan dapat
sesuai dan biaya penyimpanan akan semakin rendah. Hal ini tentu
menguntungkan bagi perusahaan yang menerapkannya untuk
memperhitungkan berapa besar jumlah produksi barang pada tahun
selanjutnya.
Just In Time (JIT) menerapkan implikasi penting dalam konsep
manajemen biaya. Konsepnya sederhana yaitu memproduksi hanya ketika ada
permintaan dari pelanggan dan sebanyak jumlah produksi yang diminta.
Perusahaan akan memperhatikan keuntungan potensial dalam sistem Just In
Time dari :
a) Pesanan pembelian oleh pelanggan diproduksi dalam jumlah yang sedikit
yang dengan waktu yang terus-menerus.
b) Menciptakan hubungan istimewa bisnis kepada pemasok-pemasok bahan
baku sehingga akan mempermudah proses produksi barang.
Keadaan ini akan menekan biaya penyimpanan dan meningkatkan sistem
pembelian tepat waktu (JIT) sehingga pengiriman mendahului permintaan
pelanggan ataupun penggunaan barang tersebut. Penerapan sistem JIT tentu
erat kaitannya dengan perhitungan yang akan dilakukan bagian pemasaran

1
dalam memprediksi jumlah barang yang akan diproduksi pada tahun
selanjutnya. Perhitungan Bakflush costing merupakan akuntansi biaya
manufaktur yang diterapkan dalam konsep sistem Just In Time (JIT).
Backflush Costing tidak menggunakan pendekatan Job Order Costing
maupun Process Costing karena tentunya hal itu akan membuat waktu
penerimaan bahan baku sampai penyelesaian membutuhkan waktu yang lama.
Sehingga penerapan Backflush Costing mempersingkat waktu perhitungan
dalam sistem Just In Time ( JIT) bagi perusahaan yang menerapkannya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas yaitu:
1. Apa yang dimaksud pengertian dan konsep sistem Just In Time (JIT) ?
2. Apa saja kelebihan dan kelebihan dari sistem Just In Time (JIT) ?
3. Bagaimana pemborosan yang terjadi didalam perusahaan tanpa penerapan
sistem Just In Time ?
4. Bagaimana penerapan sistem Just In Time dalam perusahaan di Indonesia?
5. Apa pengertian dari Backflush Costing?
6. Apa tujuan dari adanya Backflush Costing?
7. Bagaimana karakteristik Backflush Costing?
8. Bagaimana tahapan trigger Point dalam Backflush Costing?
9. Bagaimana kondisi yang menyebabkan Backflush bisa diterapkan dalam
perusahaan?
10. Bagaimana contoh dari perhitungan Backflush Costing?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan dari rumusan masalah diatas adalah untuk:
1. Mengetahui pengertian dan konsep sistem Just In Time (JIT)
2. Mengetahui kelebihan dan kelebihan dari sistem Just In Time (JIT)
3. Mengetahui pemborosan yang terjadi didalam perusahaan tanpa penerapan
sistem Just In Time
4. Mempelajari penerapan sistem Just In Time dalam perusahaan di
Indonesia

2
5. Mengetahui pengertian dari Backflush Costing
6. Mengetahui tujuan dari adanya Backflush Costing
7. Mengetahui karakteristik Backflush Costing
8. Mengetahui tahapan trigger Point dalam Backflush Costing
9. Mempelajari kondisi yang menyebabkan Backflush bisa diterapkan dalam
perusahaan
10. Mempelajari contoh dari perhitungan Backflush Costing

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan makalah adalah:
1. Agar penulis dapat mengetahui sistem Just In Time (JIT) dan
perhitungannya melalui Backflush Costing
2. Memberikan wawasan kepada pembaca untuk dapat menerapkan sistem
Just In Time dan Backflush Costing ketika akan memproduksi barang.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Just In Time (JIT)


Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah suatu konsep dimana
bahan baku yang digunakan untuk aktifitas produksi di datangkan dari
pemasok (supplier) tepat pada waktu bahan itu dibutuhkan oleh proses
produksi sehingga akan sangat menghemat bahkan meniadakan biaya
persediaan, penyimpanan barang. Just In Time didasarkan pada konsep arus
produksi yang berkelanjutan dan mensyaratkan setiap bagian proses produksi
bekerja sama dengan komponen-komponen lainnya.

Konsep Just In Time (JIT)


Ada empat konsep pokok yang harus di penuhi dalam melaksanakan Just
In Time (JIT) :
1. Produksi Just In Time adalah memproduksi apa yang di butuhkan hanya
pada saat di butuhkan dan dalam jumlah yang di perlukan.
2. Autonomasi merupakan suatu unit pengendalian cacat secara otomatis
yang tidak memungkinkan unit cacat mengalir ke proses berikutnya.
3. Tenaga kerja fleksibel yaitu mengubah-ubah jumlah pekerja sesuai dengan
fluktuasi produksi
4. Berpikir kreatif dan menampung saran-saran orang lain.

2.2. Kelebihan dan Kelemahan Sistem Just In Time ( JIT)


Kelebihan Sistem Produksi Just In Time (JIT)
Banyak kelebihan yang dapat dinikmati dalam menerapkan sistem
produksi Just In Time, diantaranya sebagai berikut :
a) Tingkat persediaan atau stock level yang rendah sehingga menghemat
tempat penyimpanan dan biaya-biaya terkait seperti biaya sewa tempat dan
biaya asuransi.
b) Bahan-bahan produksi hanya diperoleh saat diperlukan saja sehingga
hanya memerlukan modal kerja yang rendah.

4
c) Dengan tingkat persedian yang rendah, kemungkinan terjadinya
pemborosan akibat produk yang ketinggalan zaman, lewat kadaluarsa dan
rusak atau usang akan menjadi semakin rendah.
d) Menghindari penumpukan produk jadi yang tidak terjual akibat perubahan
mendadak dalam permintaan.
e) Memerlukan penekanan pada kualitas bahan-bahan produksi yang dipasok
oleh supplier (pemasok) sehingga dapat mengurangi waktu pemeriksaan
dan pengerjaan ulang.

Kelemahan Sistem Produksi Just In Time (JIT)


Meskipun banyak kelebihan yang bisa didapat, Sistem Produksi Just In
Time ini masih memiliki kelemahan, yaitu :
a) Sistem produksi Just In Time tidak memiliki toleransi terhadap kesalahan
atau “Zero Tolerance for mistakes” sehingga akan sangat sulit untuk
melakukan perbaikan/pengerjaan ulang pada bahan-bahan produksi
ataupun produk jadi yang mengalami kecacatan. Hal ini dikarenakan
tingkat persediaan bahan-bahan produksi dan produk jadi yang sangat
minimum.
b) Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap pemasok baik dalam kualitas
maupun ketepatan pengiriman yang pada umumnya diluar lingkup
perusahaan yang bersangkutan. Keterlambatan pengiriman oleh satu
pemasok akan mengakibatkan terhambatnya semua jadwal produksi yang
telah direncanakan.
c) Biaya transaksi akan relatif tinggi akibat frekuensi transaksi yang tinggi.
d) Perusahaan yang bersangkutan akan sulit untuk memenuhi permintaan
yang mendadak tinggi karena pada kenyataannya tidak ada produk jadi
yang lebih.

2.3. Pemborosan Produksi Tanpa Sistem Just In Time


Pemborosan yang tidak memberikan nilai tambah (value Added) pada
produksi meliputi ada tujuh. Berikut ini dijelaskan elemen-elemen dari
pemborosan:

5
1. Transportation (Transportasi)
Transportasi adalah perpindahan bahan dari satu tempat ke lokasi
lain. Hal ini merupakan pemborosan karena tidak ada penambahan nilai
terhadap produk. Transportasi tidak menambah nilai produk perusahaan,
untuk apa membayar orang untuk memindahkan material dari satu lokasi
ke lokasi lainnya yang tidak memberikan keuntungan untuk perusahaan.
Pemborosan transportasi dapat menjadi biaya yang sangat tinggi untuk
perusahaan. Perusahaan perlu biaya lebih mahal hanya untuk
mengoperasikan peralatan seperti truk atau forklift.
2. Inventory (Penyimpanan)
Penyimpanan memerlukan biaya yang harus dikeluarkan dalam
perusahaan. Setiap bagian dari produk yang terikat dalam bahan baku,
material dalam pekerjaan yang masih proses, maupun barang yang
berada di Finish Good hingga perusahaan benar-benar telah menjualnya
merupakan biaya tambahan yang harus dibayarkan oleh perusahaan.
Persediaan harus di simpan, hal itu membutuhkan ruang, memerlukan
tempat untuk packing dan memerlukan transportasi. Hal tersebut memliki
kemungkinan barang menjadi cacat atau rusak dalam pemindahan atau
dalam penyimpanan dan dapat membuat barang tersebut dilupakan.
Pemborosan penyimpanan menyembunyikan banyak kerugian di dalam
sistem perusahaan.
3. Motion (Gerakan Kerja)
Gerakan-gerakan kerja yang tidak diperlukan adalah gerakan-
gerakan operator atau mesin yang tidak kecil atau mudah untuk
menggerakkannya. Seperti halnya mengambil benda berat di lantai yang
berarti memberikan beban lebih terhadap pinggang dan membutuhkan
waktu lebih banyak untuk mengambil. Perpindahan yang berlebihan
antara stasiun kerja, pergerakan mesin dan gerakan gerakan yang tidak
seharusnya dilakukan merupakan lembah dari gerakan. Semua
Pemborosan ini merupakan biaya yang harus perusahaan bayarkan dan
dapat menyebabkan stress pada karyawan dan membutuhkan peralatan
yang lebih.

6
4. Waiting (Menunggu)
Kita cenderung untuk menghabiskan sejumlah besar waktu
menunggu untuk hal-hal dalam kehidupan kerja (termasuk kehidupan
pribadi). Hal ini merupakan Pemborosan yang terlihat jelas. Pemborosan
dari menunggu dapat mempengaruhi aliran proses dalam perusahaan.
5. Over Production (Produksi yang Berlebihan)
Hal yang paling difokuskan dari semua bentuk pemborosan adalah
pemborosan dari kelebihan produksi. Pemborosan produksi dapat berarti
membuat produk yang berlebih atau membuat produk yang terlalu cepat.
Hal ini dapat terjadi ketika membuat produk dengan bacth yang cukup
besar dengan jangka waktu yang panjang yang memliki hubungan lemah
dengan supplier, waktu yang cukup lama, dan alasan lainnya. Kelebihan
produksi mengarah ke tingkat penyimpanan yang berlebihan, yang
dimana dapat menghasilkan masalah yang berlebih terhadap perusahaan.
Tujuannya adalah mengharuskan perusahaan hanya menghasilkan apa
yang diperlukan oleh pelanggan. Filosofi JIT (Just In Time) merupakan
hal yang baik, namun banyak perusahaan menggunakan hal ini hanya
untuk kasus tertentu.
6. Over Processing (Proses yang Berlebihan)
Pemborosan dari proses yang berlebihan adalah dimana operator
menggunakan teknik dan atau cara yang tidak akurat, peralatan yang
tidak sesuai, toleransi yang terlalu dibuat-buat, melakukan kegiatan atau
proses yang tidak di perlukan oleh pelanggan dan sebagainya. Semua hal
tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
7. Defect (Kecacatan)
Barang yang cacat merupakan pemborosan yang jelas terlihat,
meskipun tidak dapat selalu dapat untuk di deteksi sebelum itu mencapai
pelanggan. Kecacatan kualitas dapat menyebabkan pembengkakan biaya
yang jauh lebih besar dari yang diharapkan. Setiap barang yang rusak
memerlukan pengerjaan atau penggantian barang. Hal tersebut
merupakan pemborosan sumberdaya dana bahan, membuat dokumen

7
baru dana dapat mengecewakan pelanggan sehingga dapat kehilangan
pelanggan.
Tujuh Pemborosan atau seven Waste ini disingkat dalam bahasa
Inggris menjadi “TIMWOOD” menjadi :
T ransportation → Transportasi
I nventory → Persediaan
M otion → Gerakan
W aiting → Menunggu
O verprocessing → Proses yang berlebihan
O verproduction → Produksi yang berlebihan
D efect → Kerusakan

2.4. Penerapan Just In Time (JIT) pada Perusahaan di Indonesia


Profil Perusahaan
Nama Perusahaan : PT Astra Honda Motor
Status Perusahaan : Perseroan Terbatas
Status Investasi : PMA (Penanaman Modal Asing)
Alamat : Kantor Pusat – Jl Laksda Yos Sudarso Sunter I
Jakarta 14350
Tanggal Pendirian : 11 Juni 1971 sebagai PT Federal Motor 31 Okt
2000 merger menjadi PT Astra Honda Motor
Jenis Perusahaan : Manufaktur
Jenis Produk : Sepeda Motor
Kepemilikan : 50% PT Astra International Tbk
50 % Honda Motor Co.,Ltd
Kapasitas Produksi : Terpasang 4.200.000 unit/Tahun
Aktivitas : Agen Tunggal Pemegang Merek, Manufaktur,
Perakitan dan Distribusi sepeda Motor HONDA
Jumlah Karyawan : 19.630 Orang
Website : Http://www.astra-honda.com

8
Alasan Penerapan Just In Time di PT Astra Honda Motor
PT Astra Honda Motor merupakan salah satu perusahaan otomotif
besar yang memiliki biaya produksi sepeda motor yang tinggi, daerah atau
pangsa pasar yang luas dan konsumen yang banyak diseluruh Indonesia.
Sehingga apabila PT Astra Honda Motor tidak menggunakan sistem Just In
Time (JIT) didalam kegiatan perusahaannya maka akan terjadi banyak
pemborosan. PT Astra Honda Motor telah menggunakan sistem Just In Time
(JIT) untuk kegiatan operasi perusahaan sejak tahun 1980. PT Astra Honda
Motor dapat menerapkan Sistem JIT lebih maksimal karena adanya
perkembangan teknologi informasi yang lebih maju disetiap jalur yang akan
melakukan proses perencanaan produksi, proses produksi, pemasaran barang
dan pengawasan.

Sasaran Impelementasi Just In Time di PT Astra Honda Motor


Persediaan:
Sasaran utama dalam penerapan Sistem JIT adalah untuk
meminimalisasi persediaan barang karena ketika persediaan ada atau
belebihan maka akan membutuhkan biaya penyimpanan. PT Astra Honda
Motor telah berhasil untuk meminimalisasi persediaan yang dimiliki.
Sehingga kelebihan dari hasil produksi minim terjadi karena proses produksi
yang dilakukan diukur berdasarkan permintaan dari konsumen atau pemasok
bukan berdasarkan permintaan yang di antipasi perusahaan. Produksi yang
dilakukan PT Astra Honda Motor berdasarkan informasi dari bagian
pemasaran yang menggunakan Enterprise Resource Planning (ERP) sehingga
didapatkan data yang tepat mengenai berapa banyak jumlah produk yang
akan diproduksi untuk periode selanjutnya. Dimana setiap hasil produksi
langsung disalurkan ke pemasok sepeda motor sehingga meminimalisasi
bahkan meniadakan jumlah hasil produksi sepeda motor yang tertahan di
gudang persediaan barang jadi yang tentunya hal ini akan mengatasi
pemborosan biaya penyimpanan. Pesanan untuk pembelian suku cadang
sepeda motor dilakukan secara online melalui aplikasi atau situs tertentu.
Sementara itu, pemesanan sepeda motor dilakukan ke main dealer melalui

9
telepon atau datang langsung ke main dealer. Ketika ada pesanan PT Astra
Honda Motor akan memasok bahan baku dari vendor yang dilakukan tepat
waktu, jadi ketika bahan baku sampai makan akan langsung diproses dan
setelah jadi maka akan langsung dikirim ke main dealer
Waktu Siklus:
PT Astra Honda Motor berhasil memangkas pemrosesan menjadi
lebih efisien karena proses produksi dilakukan dalam satu lot. PT Astra
Honda Motor memproduksi 1 unit motor dalam waktu 13 menit karena
adanya dukungan kemampuan teknologi yang dipakai PT Astra Honda Motor
dalam proses produksi. Produksi dilakukan dengan mesin sehingga tenaga
manusia dialihkan untuk mengawasi dan menganalisis jalannya produksi.
Sistem JIT telah memangkas waktu tunggu dan membuat setiap aliran produk
menjadi lebih efisien. Maka dengan dukungan teknologi dan sumber daya
yang dimiliki oleh PT Astra Honda Motor, produksi tidak akan menimbulkan
waktu menunggu karena semua rangkaian produksi berdasarkan perhitungan
yang tepat. Semakin tinggi kecepatan produksi suatu perusahaan maka akan
semakin kecil pula waktu menunggu untuk suatu produk mengalami proses
selanjutnya begitupun sebaliknya.
Perbaikan Berkesinambungan:
PT Astra Honda Motor bisa berkembang dengan pesat karena adanya
perbaikan yang berkesinambungan. Kinerja operasional diukur tiap-tiap
bagian dengan mengaplikasikan business intelligent dan software.
Pengambilan keputusan atas laporan perkembangan yang berasal dari
database lebih mudah karena terintegrasi dengan sistem yang dimiliki para
pengambil keputusan. Pemantauan barang yang cacat dan tahapan produksi
bisa dipantau karena setiap bahan baku telah terpasang Bar Code Text.
Produk gagal atau barang cacat adalah pemborosan terbesar pada perusahaan
manufaktur. Perusahaan akan mengeluarkan biaya yang sangat besar apabila
barang cacat tersebut tidak mendeteksi selama produksi sehingga sampai ke
tangan konsumen dan baru diketahui ketika ada keluhan karena mau tidak
mau perusahaan harus menarik atau mengganti produk tersebut sehingga
dapat dibayangkan besarnya kerugian yang akan dialami, belum lagi citra

10
produk di mata konsumen akan menurun dan akan menurunkan permintaan
terhadap sepeda motor yang diproduksi.
Penghapusan Pemborosan:
Penghapusan pemborosan dapat dilakukan karena PT Astra Honda
Motor telah memenuhi kondisi sebagai berikut:
 Produksi tidak menyisakan persediaan
 Waktu tunggu minimum, bahkan hampir tidak ada
 Meminimalisasi biaya terhadap barang cacat, beban kerja yang seimbang
dan merata
 Tidak ada interupsi karena kehabisan persediaan dan kualitas buruk
Hal paling penting dalam penerapan JIT adalah penggunaan persediaan
se-efisien mungkin dan menghindari pemborosan.

2.5. Pengertian Backflush Costing


Backflushing biasa disebut Backflush Costing atau backflush accounting
merupakan pendekatan yang dipersingkat atas akuntansi pada aliran biaya
manufaktur. Backflushing dapat diterapkan ke sistem Just In Time yang sudah
matang dimana diperlukan kecepatan begitu tinggi sehingga akuntansi
tradisional tidak lagi praktis.

2.6. Tujuan Backflush Costing


Tujuan backflushing adalah mengurangi jumlah kejadian yang diukur dan
dicatat dalam sistem akuntansi. Perbedaan backflushing dengan Job Order
Costing dan Process Costing adalah kurangnya penelusuran terinci atas biaya
work in process (WIP), akun persediaan tidak lagi disesuaiakan selama
periode akuntansi, tetapi saldonya dikoreksi menggunakan ayat jurnal pada
akhir periode.

2.7. Karakteristik Backflushing Costing


Adapun Karakteristik Backflushing Costing yaitu :
a) Bahan baku yang diterima dari pemasok, dicatat di debet akun RIP ( Raw
and in Process )

11
b) Penggunaan tenaga kerja langsung, dicatat di debet akun Harga Pokok
Penjualan
c) Komponen biaya bahan baku atas produk selesai di backflush dari RIP
d) Komponen biaya bahan baku atas produk terjual di backflush dari Barang
Jadi
e) Diperlukan penyesuaian biaya konversi

Backflush Costing menunda pencatatan beberapa jurnal hingga akhir


masa produksi atau akhir siklus penjualan, sehingga biaya untuk
penerapannya lebih rendah dibandingkan dengan sistem Job Order dan
Process Costing. Perbedaan Backflush Costing dgn job order & process
costing adalah kurangnya penelusuran biaya terinci atas biaya work in
process (WIP). Akun persediaan (inventory) tidak lagi disesuaikan selama
periode akuntansi, tetapi saldonya dikoreksi menggunakan ayat jurnal pada
akhir periode. Perbedaan lainnya adalah sistem normal costing dan standar
menggunakan penelusuran biaya secara berurutan dengan 4 tahapan/trigger
points, Sistem normal melakukan pencatatan jurnal dalam 4 tahapan mulai
dari pembelian material, work in process, pencatatan finished goods sampai
ke penjualan. Dalam sistem Backflush Costing akan menyederhanakan sistem
costing tanpa harus kehilangan informasi yang relevan dalam pembebanan
biaya produk.

2.8. Tahapan Trigger Points


Ada beberapa alternatif dalam Backflush Costing dengan penekanan yang
berbeda pada tahapan dalam trigger points nya, yaitu :
a) Tiga trigger points, dengan pencatatan jurnal pembelian material,
penyelesaian finished goods, dan penjualan produk jadi backflush.
Dengan metode tiga trigger points, menggabungkan pencatatan jurnal
pembelian material dengan work in process dalam satu akun. Maka
dalam tiga trigger points hanya akan ada dua akun inventory yaitu : Raw
and In-process dan Finished goods

12
b) Dua trigger points, dengan pencatatan jurnal pembelian material dan
penjualan produk jadi dimana hanya akan ada 1 akun inventory yaitu
Inventory control.
c) Dua trigger points, dengan pencatatan penyelesaian finished goods dan
penjualan produk jadi.

Backflush Costing menekankan pada penjualan bukan penyelesaian


produk untuk mendorong manajer fokus pada penjualan produk. Pencatatan
akuntansi dengan metode Backflush Costing adalah :
a) Penggabungan Raw material dengan work in process menjadi Raw and
in-process
b) Adanya akun Raw In-Process (RIP) karena perusahaan menerapkan zero
inventory
c) Komponen biaya bahan baku atas pekerjaan yang telah selesai di-
backflush dari RIP
d) Komponen biaya bahan baku atas pekerjaan yang telah terjual di-
backflush dari Finished Goods
e) Saldo akhir ditetapkan dalam akun persediaan dengan melakukan
penyesuaian terhadap bagian conversion cost
f) Biaya tenaga kerja langsung dibebankan ke akun Cost Of Goods Sold
(Harga Pokok Penjualan)
g) Biaya Overhead pabrik dibebankan ke FOH control, dari FOH control
dibebankan ke COGS (Cost Of Goods Sold)

Penentuan harga pokok backflush dari mengeliminasi akun work in


process dan membebankan biaya produksi secara langsung pada finished
goods. Backflush Costing ini berkaitan dengan sistem Just In Time
Purchasing (JIT), perusahaan yang menerapkan JIT menggunakan metode
Backflush Costing. JIT yaitu suatu sistem tepat waktu yang dirancang untuk
mendapatkan kualitas, menekan biaya, dan mencapai waktu penyerahan
seefisien mungkin. Dengan menghapus seluruh jenis pemborosan yang
terdapat dalam proses produksi sehingga perusahaan meyerahkan produk
sesuai permintaan konsumen. Jadi, dengan metode Backflush Costing

13
membantu perusahaan dalam proses produksi yang tepat waktu. Selain itu
juga diterapkan oleh perusahaan manufaktur dengan tingkat produksinya
yang sangat cepat.
2.9. Kondisi untuk Penggunaan Backflush Costing
Perusahaan menggunakan Backflush Costing jika terdapat kondisi
sebagai berikut :
a) Perusahaan menerapkan sistem Just In Time (JIT)
b) Manajemen ingin sistem akuntansi yang sederhana
c) Setiap produk ditentukan biaya standarnya
d) Metode ini menghasilkan penentuan harga pokok produk yang kira-kira
menghasilkan informasi keuangan yang sama dengan penelusuran secara
berurutan.

Backflush Costing tidak hanya terbatas pada perusahaan yang


menerapkan JIT. Perusahaan yang tidak menerapkan JIT pun dapat
menggunakan Backflush Costing. Terutama untuk perusahaan dengan lead
time produksi yg singkat atau perusahaan yg tingkat inventory nya cukup
stabil. Namun Backflush Costing juga memiliki kelemahan yaitu kesulitan
dalam penelusuran jejak audit, dan kurangnya penelusuran rinci atas biaya
WIP. Namun demikian, ketiadaan inventory dalam jumlah besar akan
mendorong manajemen untuk fokus pada pengelolaan operasional sistem
produksi yaitu melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja, pengendalian
dengan sistem komputer, dan pengembangan ukuran kinerja non financial.
Konsep Backflush Accounting adalah ketika pencatatan segala sesuatu
yang berhubungan dengan persediaan dilakukan setelah pembuatan produk
telah selesai. Tujuan dari backflushing ini adalah mengurangi jumlah kejadian
yang diukur dan dicatat dalam akuntasi. Perhitungan biaya backflush
menghilangkan langkah akuntansi atau menggabungkannya dengan langkah
lain, dan beberapa akun buku besar juga dapat digabungkan. Dalam
penerapan JIT, perhitungan biaya backflush kemungkinan besar digunakan,
dan semua langkah akan memberikan hasil yang hampir sama, karena hanya
sedikit unit yang ada dalam persediaan di setiap waktu.

14
2.10. Contoh Perhitungan Backflush Costing
Saldo perkiraan persediaan pada tanggal 1 Januari adalah sebagai berikut:

Perkiraan RIP terdiri dari biaya material yang belum diproses Rp20.100
dan biaya konversi Rp900. Perkiraan FG terdiri dari biaya material
Rp84.000 dan biaya konversi Rp86.000. Saldo perkiraan persediaan pada
tanggal 31 Januari setelah perhitungan fisik adalah sebagai berikut:

Perkiraan RIP terdiri dari biaya material yang belum diproses Rp 21.600
dan biaya konversi Rp 1.400. Perkiraan FG terdiri dari biaya material Rp
85.800 dan biaya konversi Rp 88.200. Transaksi yang terjadi selama
Januari:
1. Pembelian bahan baku secara kredit dari supplier sebesar Rp 406.000.

2. Pemakaian bahan tidak langsung (supplies) sebesar Rp 15.000.

3. Gaji dan upah sebesar Rp 160.000 dicatat dan dibayar.

4. Distribusi gaji dan upah untuk tenaga kerja langsung Rp 25.000, tenaga
kerja tidak langsung Rp 45.000, gaji bagian penjualan dan pemasaran
Rp 50.000 serta gaji bagian umum dan administrasi Rp 40.000.

15
5. Beban penyusutan pabrik sebesar Rp 290.000 dan beban asuransi
pabrik sebesar Rp 9.000.

6. Biaya overhead pabrik lain-lain yang dibayar secara tunai sebesar Rp


17.000 dan Rp 4.000 secara kredit.

7. Biaya overhead pabrik yang diakumulasikan ke dalam factory overhead


control dibebankan ke harga pokok penjualan.

8. Komponen biaya material dari barang yang telah selesai dipindahkan


dari raw and in process.

9. Komponen biaya material dari barang yang dijual dipindahkan dari


barang jadi.

16
10. Saldo akhir persediaan ditetapkan dengan menyesuaikan komponen
biaya konversi.

17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Just In Time (JIT) merupakan suatu konsep dimana bahan baku yang
digunakan untuk aktifitas produksi di datangkan dari pemasok (supplier)
tepat pada waktu bahan itu dibutuhkan oleh proses produksi.
2. Kelebihan JIT yaitu tingkat persediaan atau stock level yang rendah,
bahan-bahan produksi hanya diperoleh saat diperlukan saja, kemungkinan
produk yang ketinggalan zaman, lewat kadaluarsa dan rusak atau usang
akan menjadi semakin rendah, menghindari penumpukan produk jadi yang
tidak terjual, mengurangi waktu pemeriksaan dan pengerjaan ulang.
Sedangkan kelemahan JIT adalah sangat sulit untuk melakukan
perbaikan/pengerjaan ulang pada bahan-bahan produksi ataupun produk
jadi yang mengalami kecacatan, ketergantungan yang sangat tinggi
terhadap pemasok baik, biaya transaksi akan relatif tinggi, perusahaan sulit
untuk memenuhi permintaan yang mendadak tinggi.
3. Pemborosan pada perusahaan tanpa sistem JIT terdiri dari 7 elemen, yakni
transportasi, persediaan, gerakan, menunggu, proses yang berlebihan,
produksi yang berlebihan, dan kerusakan.
4. Penerapan JIT di Indonesia dilakukan oleh berbagai perusahaan, salah
satunya adalah PT Astra Honda Motor.
5. Backflushing atau Backflush Costing merupakan pendekatan yang
dipersingkat atas akuntansi pada aliran biaya manufaktur.
6. Tujuan Backflush Costing adalah mengurangi jumlah kejadian yang diukur
dan dicatat dalam sistem akuntansi.
7. Karakteristik Backflush Costing yaitu bahan baku yang diterima dari
pemasok dicatat di debet akun RIP ( Raw and in Process ), penggunaan
tenaga kerja langsung dicatat di debet akun Harga Pokok Penjualan,
komponen biaya bahan baku atas produk selesai di-backflush dari RIP,
komponen biaya bahan baku atas produk terjual di-backflush dari Barang
Jadi, dan penyesuaian biaya konversi.

18
8. Tahapan trigger points terdiri dari : a) Tiga trigger points, dengan
pencatatan jurnal pembelian material, penyelesaian finished goods, dan
penjualan produk jadi backflush, b) Dua trigger points, dengan pencatatan
jurnal pembelian material dan penjualan produk jadi dimana hanya akan
ada 1 akun inventory yaitu Inventory control, dan c) Dua trigger points,
dengan pencatatan penyelesaian finished goods dan penjualan produk jadi.
9. Perusahaan menggunakan Backflush Costing jika terdapat kondisi sebagai
berikut : Perusahaan menerapkan sistem Just In Time (JIT), Manajemen
ingin sistem akuntansi yang sederhana, Setiap produk ditentukan biaya
standarnya, Metode ini menghasilkan penentuan harga pokok produk yang
kira-kira menghasilkan informasi keuangan yang sama dengan
penelusuran secara berurutan.
10. Contoh perhitungan Backflush Costing terdiri dari beberapa jurnal yang
disederhanakan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Sigit, Miko. 2015. Penerapan Just In Time Pada PT ASTRA HONDA MOTOR.
https://www.academia.edu/5188011/JUST_IN_TIME_di_AHM ( Diakses 18
Maret 2020)
Dictio. 2017. Apa Yang Dimaksud dengan Backflush Costing atau Backflush
Accounting. https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-backflush-
costing-atau-backflush-accounting/14063 ( Diakses 19 Maret 2020)
Jaya, Hendri. 2014. Analisis Pengaruh Sistem Just In Time Dalam Menujang
Kelancaran Proses Produksi. file:///C:/Users/X441NA/Downloads/Jit-
%20Jaya.pdf ( Diakses 18 Maret 2020)
Kho, Budi. 2016. Pengertian 7 waste dalam lean manufacturing.
https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-7-waste-dalam-lean-
manufacturing/ (diakses 19 Maret 2020)
IPQI. 2017. Pengertian Sistem Produksi Just In Time (JIT).
https://ipqi.org/pengertian-sistem-produksi-just-in-time-jit/ (Diakses 17 Maret
2020)
Tharika, Riska. 2020. Manajemen Biaya.
https://www.academia.edu/38688544/MANAJEMEN_BIAYA (Diakses 19
Maret 2020)
Purnomo, K. 2018. Makalah Just In Time.
https://www.academia.edu/35370056/Makalah_Just_in_TIme (Diakses 17
Maret 2020)

20

Anda mungkin juga menyukai