Aspek yang paling terlihat dari JIT adalah usaha untuk mengurangi
persediaan barang dalam proses (WIP) dan bahan baku. Kebanyakan tulisan
mengenai JIT berkonsentrasi pada suatu aspek ini, yang disebut produksi
tanpa persediaan, produksi ramping atau produksi dengan
persediaan sama dengan nol (zero inventory production-ZIP). Ketika
komponen – komponen digunakan diperakitan final, produksi untuk
mengganti komponen – komponen tersebut diotorisasi. Proses ini diulang
disemua lokasi kerja berikutnya sehingga “menarik” bahan baku dari
pemasok. Hal ini beda dengan sistem tradisional, dimana persediaan WIP
dalam jumlah umumnya disimpan dibanyak lokasi kerja. JIT yang ideal
adalah untuk mengeliminasi persediaan WIP ini dan memproduksi komponen
sesuai dengan kebutuhan.
Karena WIP adalah aktiva mahal yang harus dibiayai dan dipelihara
seperti aktiva – aktiva lainnya, manfaat nyata dari pengurangan WIP adalah
adalah bahwa total investasi dikurangi, sehingga menghasilkan
penghematan dalam biaya penyimpanan persediaan. Biasanya hal ini dicapai
dengan memproduksi sejumlah besar batch – batch kecil, sehingga hanya
ada WIP yang lebih sedikit disetiap tahapan proses, dan kecepatan semua
unit dan batch ditingkatkan.
= $120.000
= $20 x 24 x 500
= $240.000
Karena hubungan antara kerugian dan tingkat WIP, banyak penerapan JIT
yang berhasil mengurangi kerugian produksi secara drastis sehingga
memberikan kontribusi bagi perbaikan kualitas.
Karena JIT berlaku tidak hanya untuk WIP tetapi juga untuk persediaan
bahan baku, fungsi pembelian sangat terlibat dalam penerapan JIT.
Tujuannya adalah baik persediaan bahan baku, maupun persediaan WIP
berada pada tingkat yang benar-benar minimum. Pendekatan JIT untuk
pembelian menekankan pada penggaguran jumlah pemasok serta
memperbaiki mutu bahan baku maupun fungsi pembelian. Tujuannya untuk
memindahkan bahan baku secara langsung dari pemasok keruang produksi
dengan sedikit atau tanpa inspeksi sama sekali, dan untuk menghilangkan
kebutuhan ruang penyimpanan kecuali untuk jangka pendek langsung
diruang produksi.
Jika seluruh pabrik diatur menjadi unit JIT, hasilnya adalah hilangnya
departemen produksi tradisional, maupun hamper semua departemen jasa.
Fungsi tradisional dari departemen jasa, termasuk penyimpanan bahan
baku, penyimpanan WIP, penyimpanan barang jadi, inspeksi penerimaan,
dan percepatan, mungkin sama sekali tidak dibuthkan.
Dampak akhir dari JIT atas pengaturan pabrik adalah pada kebutuhan
akan luas lantai pabrik. Banyak pihak yang menerapkan JIT terkejut atas
besarnya luas lantai pabrik yang tidak lagi diperlukan. Penghematan dalam
luas lantai adalah cukup besar dalam beberapa kasus sehingga
memungkinkan konsolidasi operasi kedalam lebih sedikit bangunan,
sehingga mengurangi biaya fasilitas.
Diantara usaha untuk mengurangi WIP yang besar, sukses parsial tetap
saja menyalahi norma. Tingkat WIP mungkin saja diturunkan menjadi
separuh atau seperempat dari sebelumnya, sehingga menyebabkan
perbaikan besar-besaran dalam kecepatan, kerugian produksi, dan
kebutuhan akan ruang, tetapi tetap saja sisa WIP yang ada adalah cukup
besar. Salah satu alasan umum untuk hal tersebut adalah timbulnya
perasaan frustasi yang kontinu karena harus menghentikan produksi di suatu
lokasi kerja atau lainnya karena tidak ada pekerjaan dan tidak ada
persediaan pengaman WIP di lokasi kerja tersebut.
BACKFLUSHING
Kedua, meskipun jika seorang manajer ingin menelusuri biaya WIP secara
hati-hati dalam situasi seperti ini, tidak ada teknologi pemrosesan data saat
ini yang dapat melakukannya.
Soal.
Hila manufacturing company memproduksi barang jadi dalam dua hari setelah
penerimaan bahan baku. Akun persediaan terdiri dari akun perlengkapan untuk
bahan baku tidak langsung, akun barang jadi, dan akun RIP. Semua biaya konversi
dibebankan kea kun harga pokok produksi. Di akhir setiap bulan, semua persediaan
dihitung, komponen biaya konversinya di estimasi, dan slado akun persediaan
disesuaikan. Biaya bahan baku di backflush dari RIP ke barang jadi dan harga
pokok penjualan. Informasi berikut ini adalah ikhtisar transaksi pilihan dan informasi
lainnya untuk bulan juni.
RIP $ 41.600
Barang jadi 370.000
Perlengakapan 31.000
Saldo RIP tanggal 30Juni terdiri atas biaya bahan baku sebesar $ 40.000, yang
hamper seluruhnya belum diproses, plus $ 1.600 estimasi biaya konversi yang
dibebankan ke pekerjaan yang telah diproses sebagian. Saldo barang jadi terdiri
atas biaya bahan baku sebesar $ 190.000 dan estimasi biaya konversi sebesar $
180.000.
RIP $ 47.900
Perlengkapan 17.000
Saldo RIP tanggal 30 juni terdiri atas biaya bahan baku sebesar $ 46.000, yang
hamper seluruhnya belum diproses, plus $ 19.000 estimasi biaya konversi yang
dibabankan ke pekerjaan yang telah diproses sebagian. Saldo barang jadi terdiri
atas biaya bahan baku sebesar $ 182.000 dan estimasi biaya konversi sebesar $
177.000
a. Bahan baku yang diterima dan dibeli secara kredit sebesar $ 177.000
Penyusutan $ 668.000
Asuransi 13.000
Diminta:
Dijawab
Perlengkapan 13.000
Kas 400.000
Kas 54.000
RIP 844.000
892.900 1.214.000
47.900 360.000
(g) 917.000
(I) 852.000
1.829.000
1.826.700
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS AIRLANGGA