Anda di halaman 1dari 15

TOTAL QUALITY MANAGEMENT

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Tugas Manajemen Biaya

Disusun Oleh
1. Dea Eka Putri (01031281722072)
2. Ellisa Miresti (01031181722031)
3. Ivana Amelia (01031181722020)
4. Meilina Lestari (01031281722067)
5. Trisya Kurni Putri (01031181722008)
6. Widya Zahra Chairunnisa (01031181722021)

Dosen Pengampu
EFVA DONATA GHOZALI, SE, M.SI, AK

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS EKONOMI
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kesempatan menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Total Quality Management” tepat pada waktunya. Semoga dengan
adanya makalah ini dapat memberikan banyak informasi, pengetahuan dan wawasan yang
lebih luas kepada kita semua, saya tahu bahwa  makalah in mempunyai kelebihan dan
kekurangan maka dari itu saya mohon kritik dan saran yang membangun. Terima kasih.

Palembang, 18 Maret 2020

Penyusun

i
Daftar Isi

Halaman Judul
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.1 Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Pengertian Total Quality Management 3
2.2 Unsur-unsur Total Quality Management 4
2.3 Prinsip Total Quality Management 6
2.4 Manfaat Total Quality Management 6
2.5 Implementasi Total Quality Management 7
2.6 Faktor Kegagalan Total Quality Management 9
2.7 Tantangan Total Quality Management 10
BAB I PENUTUP 11
3.1 Kesimpulan 11

DAFTAR PUSTAKA 12

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan perusahaan sangat pesat pada masa perdagangan bebas seperti saat
sekarang. Persaingan global ini memberikan banyak pilihan kepada konsumen, dimana
konsumen semakin mempertimbangkan biaya, nilai dan manfaat dari sebuah produk.
Perkembangan perdagangan dunia menuntut perusahaan-perusahaan yang sudah ada untuk
tetap dapat bertahan agar dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang akan
bermunculan dan tetap terus memperoleh keuntungan. Perusahan yang dulu bersaing hanya
pada tingkat lokal, regional atau nasional kini harus pula bersaing dengan perusahaan-
perusahaan dari seluruh dunia. Hanya perusahaan yang mampu menghasilkan barang yang
berkualitas yang dapat bersaing dalam pasar global. Agar suatu perusahaan dapat memiliki
keunggulan dalam skala global, maka perusahaan tersebut harus mampu melakukan secara
lebih baik dalam rangka menghasilkan barang atau jasa yang berkualitas tinggi dengan harga
yang wajar dan bersaing. Dengan kata lain, dalam pasar global yang modern, kunci untuk
meningkatkan daya saing adalah kualitas. Hal ini menjadi acuan suatu perusahaan untuk lebih
meningkatkan produktivitas dan mutu usahanya agar tujuan perusahaan yang telah
dicanangkan dapat tercapai. Agar perusahaan memiliki daya saing yang tinggi dalam skala
global, maka perusahaan tersebut harus mampu melakukan pekerjaan lebih baik, efektif dan
efisien dalam menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas tinggi dan dengan harga yang
bersaing.
Perusahaan dapat menggunakan tiga ide dasar untuk menghasilkan produk yang
berkualitas, yaitu : (1) setiap tindakan perusahaan dalam proses menghasilkan produk selalu
berorientasi pada pelanggan, (2) melibatkan seluruh entitas yang berkaitan dengan jalannya
perusahaan, baik pihak internal (karyawan), maupun pihak eksternal (pemasok dan
pelanggan), (3) menggunakan data dan alasan ilmiah dalam memperbaiki kinerja yang
efeknya akan memberikan keuntungan untuk perusahaan, (Tjiptono: 2001). Sampai saat ini,
sistem yang dianggap paling cocok sebagai alat untuk membuat perusahaan tetap going
concern adalah Total Quality Management (TQM) atau di Indonesia dikenal dengan istilah
Pengendalian Mutu Terpadu (PMT). TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan
usaha untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya

1
TQM membuat perusahaan dapat bersaing dengan perusahaanperusahaan lain karena
konsep dasarnya yaitu perbaikan secara berkala atau terus-menerus. Selain itu, TQM juga
memiliki prinsip yang menghargai setiap entitas atau orang yang terlibat dalam memberikan
kebebasan kepada setiap entitas tersebut untuk memberikan pendapat demi perbaikan
perusahaan secara berkesinambungan. Menurut Nasution (2005:22), dalam penerapan TQM
ada 10 karakteristik yang dikembangkan oleh Goetsch dan Davis yang dapat mempengaruhi
kinerja manajer, yaitu: fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, pendekatan ilmiah,
komitmen jangka panjang, kerjasama tim, perbaikan sistem secara berkesinambungan,
pendidikan dan pelatihan, kebebasan yang terkendali, kesatuan tujuan, dan adanya
keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. Dengan adanya TQM perusahaan dapat selalu
mengevaluasi kinerjanya sehingga perusahaan dapat segera memperbaiki apabila ada sistem
yang salah dalam perusahaannya. Namun sebelumnya, perusahaan juga harus melakukan
perubahan budaya kerja yang sebelumnya keberatan apabila hasil kerjanya dievaluasi
menjadi lebih terbuka menghadapi evaluasi kinerja. Konsep TQM tersebut bertolak belakang
dengan pemikiran di negara barat dan Indonesia sendiri. Di negara barat, fokus pekerjaan
diletakkan pada profesionalisme dan spesialisasi. Oleh karena itu segala hal yang
berhubungan dengan pengendalian mutu hanya dikuasai oleh para spesialis kendali mutu.
Apabila pengendalian mutu dipertanyakan pada orang-orang yang ada di divisi lain
perusahaan, selain kendali mutu, mereka pasti tidak bisa menjawabnya (Ishikawa, 1992)

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, permasalahan yang akan di bahas adalah
sebagai berikut:
1.Bagaimana pengaruh TQM terhadap kasus Mustika Ratu ?

1.3. Tujuan Makalah


Adapun tujuan dilakukannya analisis ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan TQM
terhadap kasus Mustika Ratu.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian TQM (Total Quality Management)


Dalam hal ini, para ahli dalam mendefinisikan TQM terdapat beberapa
perbedaan diantaranya yaitu:
1. Tobin (1990) mendefinisikan TQM sebagai usaha terintegrasi total untuk
mendapatkan manfaat kompetitif dengan cara secara terus-menerus memperbaiki
setiap fase budaya organisasional.
2. F.W. Taylor (1856-1915) Seorang insiyur mengembangkan satu seri konsep yang
merupakan dasar dari pembagian kerja. Analisis dengan pendekatan gerak dan
waktu untuk pekerjaan manual memperoleh gelar “Bapak Manajemen Ilmiah”
Management).
3. Witcher (1990) menekankan pada pentingnya aspek-aspek TQM menggunakan
penjelasan berikut: Total: Menandakan bahwa setiap orang dalam perusahaan
harus dilibatkan (bahkan mungkin pelanggan dan para pemasok), Quality:
Mengindikasikan bahwa keperluan-keperluan pelanggan sepenuhnya dipenuhi,
dan Management: Menjelaskan bahwa eksekutif senior pun harus komit secara
penuh.
Dalam pengertian mengenai TQM, penekanan utama adalah pada kualitas
yang didefinisikan dengan mengerjakan segala sesuatu dengan baik sejak awal dengan
tujuan untuk memenuhi kepuasan pelanggan.
TQM juga dapat di artikan sebagai strategi manajemen yang ditujukan untuk
menanamkan kesadaran kualitas pada semua proses dalam organisasi. Sesuai dengan
definisi dari ISO, TQM adalah "suatu pendekatan manajemen untuk suatu organisasi
yang terpusat pada kualitas, berdasarkan partisipasi semua anggotanya dan bertujuan
untuk kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan serta memberi
keuntungan untuk semua anggota dalam organisasi serta masyarakat.
Mutu terpadu atau disebut juga Total Quality Management (TQM) dapat
didefinisikan dari tiga kata yang dimilikinya yaitu: Total (keseluruhan), Quality
(kualitas, derajat/tingkat keunggulan barang atau jasa), Management (tindakan, seni,
cara menghendel, pengendalian, pengarahan).Dari ketiga kata yang dimilikinya,
definisi TQM adalah: “sistem manajemen yang berorientasi pada kepuasan pelanggan
(customer satisfaction) dengan kegiatan yang diupayakan benar sekali (right first
3
time), melalui perbaikan berkesinambungan (continous improvement) dan memotivasi
karyawan “ (Kid Sadgrove, 1995).

2.2 Unsur-unsur utama TQM


Komponen ini memiliki 10 unsur utama yang masing-masing akan dijelaskan
sebagai berikut:
1. Fokus Pada Pelanggan
Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal
merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa
yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan
besar dalam menentukan kualitas manusia, proses, dan lingkungan yang
berhubungan dengan produk atau jasa.
2. Obsesi terhadap Kualitas
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, penentu akhir kualitas
pelanggan internal dan eksternal. Dengan kualitas yang ditetapkan tersebut,
organisasi harus terobsesi untuk memulai atau melebihi apa yang ditentukan
tersebut. Hal ini berarti bahwa semua karywan pada setiap level berusaha
melaksanakan setiap aspek pekerjaannya gberdasarkan perspektif”bagaimana
kita dapat melakukannya dengan lebih baik?” bila suatu organisasi terobsesi
dengan kualitas,maka berlaku prinsip’good enough is never good enough’.
3. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah sangat di perlukan dalam penerapan TQM,terutama
untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tesebut.
Dengan demikian data di perlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok
duga (benchmark), memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan.
4. Komitmen Jangka Panjang
TQM merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis.
Untuk itu dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu
komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan perubahan agar
penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses.

4
5. Kerja Sama Tim (Teamwork)
Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional, seringkali
diciptakan persaingan antar departemen yang ada dalam organisasi tersebut
agar daya saingannya terdongkrak . Akan tetapi persaingan internal tersebut
cenderung hanya menggunakan dan menghabiskan energi yang seharusnya
dipusatkan pada upaya perbaikan kualitas, yang pada gilirannya untuk
meningkatkan daya saing eksternal.
6. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan.
Setiap produk atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-
proses tertentu didalam suatu sistem atau lingkungan. Oleh karena itu system
yang ada perlu diperbaiki secara terus menerus agar kualitas yang dihasilkan
dapat meningkat.
7. Pendidikan dan Pelatihan
Dewasa ini masih terdapat perusahaan yang menutup mata terhadap
pentingnya pendidikan dan pelatihan. Perusahaan-perusahaan seperti itu hanya
akan memberikan pelatihan-pelatihan yang sekedarnya kepada karyawannya.
Hal ini menyebabkan perusahaan tidak berkembang dan sulit bersaing dengan
perusahaan lainnya. Sedangkan dalam perusahaan yang menerapkan TQM,
pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Dalam hal ini
berlaku prinsip bahwa belajar merupakan proses yang tidak ada akhirnya dan
tidak mengenal batas usia.
8. Kebebasan yang Terkendali
Dalam TQM keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam
pengambilan keputusandan pemecahan masalah merupakan unsure yang
sangat penting. Hal ini dikarenakan unsure tersebut dapat meningkatkan “rasa
memiliki“ dan tanggungjawab karyawan terhadap keputusan yang telah
dibuat. Selain itu unsur ini juga dapat memperkaya wawasan dan pandangan
dalam suatu keputusan yang diambil, karena pihak yang terlibat lebih banyak.
9. Kesatuan Tujuan.
Supaya TQM dapat diterapkan dengan baik maka perusahaan harus
memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap usaha dapat diarahkan pada
tujuan yang sama. Akan tetapi kesatuan tujuan ini tidak berarti bahwa harus
selalu ada persetujuan/kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan
mengenai upah dan kondisi kerja.
5
10. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan
Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting
dalam penerapan TQM. Usaha untuk melibatkan karyawan membawa 2
manfaat utama. Pertama, hal ini akan meningkatkan kemungkinan
dihasilkannya keputusan yang baik, rencana yang lebih baik, atau perbaikan
yang lebih efektif karena juga mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak-
pihak yang langsung berhubungan dengan situasi kerja. Kedua, keterlibatan
karyawan juga meningkatkan ‘rasa memiliki” dan tanggung jawab atas
keputusan dengan melibatkan orang-orang yang harus melaksanakannya.

2.3 Prinsip-prinsip TQM


Ada beberapa tokoh yang mengemukakan prinsip-prinsip TQM. Salah satunya
adalah Bill Crash, 1995, mengatakan bahwa program TQM harus mempunyai empat
prinsip bila ingin sukses dalam penerapannya. Keempat prinsip tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Program TQM harus didasarkan pada kesadaran akan kualitas dan
berorientasi pada kualitas dalam semua kegiatannya sepanjang
program, termasuk dalam setiap proses dan produk.
b. Program TQM harus mempunyai sifat kemanusiaan yang kuat dalam
memberlakukan karyawan, mengikutsertakannya, dan memberinya
inspirasi.
c. Progran TQM harus didasarkan pada pendekatan desentralisasi yang
memberikan wewenang disemua tingkat, terutama di garis depan,
sehingga antusiasme keterlibatan dan tujuan bersama menjadi
kenyataan.
d. Program TQM harus diterapkan secara menyeluruh sehingga semua
prinsip, kebijaksanaan, dan kebiasaan mencapai setiap sudut dan celah
organisasi.

2.4 Manfaat Program TQM


TQM sangat bermanfaat baik bagi pelanggan, institusi, maupun bagi staf organisasi.
A. Manfaat TQM bagi pelanggan adalah:
1) Sedikit atau bahkan tidak memiliki masalah dengan produk atau
pelayanan.
6
2) Kepedulian terhadap pelanggan lebih baik atau pelanggan lebih
diperhatikan.
3) Kepuasan pelanggan terjamin.
B. Manfaat TQM bagi institusi adalah:
1) Terdapat perubahan kualitas produk dan pelayanan
2) Staf lebih termotivasi
3) Produktifitas meningkat
4) Biaya turun
5) Produk cacat berkurang
6) Permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat.
C. Manfaat TQM bagi staf Organisasi adalah:
1) Pemberdayaan
2) Lebih terlatih dan berkemampuan
3) Lebih dihargai dan diakui

2.5 Implementasi TQM


Pihak manajemen PT Mustika Ratu telah menerapkan prinsip TQM, yang
pada dasarnya adalah untuk meningkatkan mutu produk agar para konsumen merasa
puas dengan produk yang mereka beli. Berpatokan pada hal inilah, PT Mustika
Ratu selalu berusaha untuk meningkatkan mutu produk, melakukan inovasi-
inovasi, melakukan penelitian penelitian tentang keinginan konsumen dan hal-hal
lain yang turut mendukung terciptanya kepuasan pelanggan. PT Mustika Ratu
menerapkan tiga prinsip dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan, yaitu:
1. Fokus utama dengan customer
Konsumen merupakan pihak yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan suatu produk yang dijual di pasar bebas. Dengan banyaknya
produsen-produsen yang bergerak di bidang kosmetik dan jamu tradisional,
maka konsumen memiliki banyak sekali pilihan dan sudah tentu pilihan
konsumen jatuh kepada produk yang bermutu tinggi, harganya bersaing,
kemasannya menarik, dan Faktor-faktor pendukung lainnya. Dengan dasar itulah
PT Mustika Ratu melakuan penelitian-penelitian terhadap keinginan konsumen
dengan cara melalui kuesioner-kuesioner, konsultasi melalui beauty advisor
mempromosikan dan menjual produk, serta menilai keluhan-keluhan pelanggan
yang masuk.Untuk meningkatkan pelayanan kepada para konsumen, maka
7
perusahaan melaksanakan pelatihan khusus bagi para beauty advisor maupun
beauty consultant yang diselengarakan setiap bulannya, yang berupa:

1. Kemampuan berkomunikasi dengan konsumen


2. Cara menata rias dan perawatan wajah serta tubuh
3. Bersikap ramah dan sopan dalam berpakaian dan melayani
pelanggan.
2. Proses perbaikan dan peningkatan produksi
Prinsip TQM yang berkaitan dengan proses produksi berorientasi pada
pencegahan agar proses dapat berlangsung tanpa hambatan dapat menghasilkan
produk sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka PT
Mustika Ratu selalu melakukan perubahan- perubahan maupun modifikasi-
modifikasi yang dianggap dapat mendukung peningkatan mutu produk.
Manajemen PT Mustika Ratu menetapkan beberapoa syarat
untuk mendukung hal tersebut diatas, yaitu:
1) Dokumentasikan hasil kegiatan
2) Meningkatkan pelatihan dan pendidikan kepada setiap karyawan.
3) Menetapkan suatu ukuran kinerja bagi perusahaan yang berfungsi untuk
memonitor kinerja proses dan setiap karyawan harus mengerti hal ini
dengan baik.
3. Keterlibatan Seluruh Karyawan Dalam Usaha Untuk Meningkatkan Mutu
Produk
Dalam menerapkan prinsip ini, pihak manajemen perusaaan menerapkan
suatu komitmen bersama agar seluruh kayawan ikut merasa terlibat dalam
kegiatan perusahaan. Para karyawan PT Mustika Ratu diberika kebebasan
untuk menerima suatu tantangan untuk mengerjakan sesuatu dengan baik,
memecahkan masalah yang dihadapi, mengajukan usul serta memberikan saran-
saran yang berguna bagi perusahaan. Dengan demikian, para karyawan
mempunyai rasa percaya diri dan saling memiliki. Hal ini dapat dilihat pada
departemen produksi dalam mengatasi masalah ketidaksesuaian mutu
produk dengan melaksanakan Gugus Kendal Mutu (GKM).

8
2.6 Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan TQM
TQM merupakan suatu pendekatan suatu pendekatan baru dan menyeluruh
yang membutuhkan perubahan total atas paradigama manajemen tradisional,
komitmen jangka panjang, kesatuan tujuan, dan pelatihan-pelatihan khusus. Beberapa
kesalahan yang sering dilakukan antar lain :
1. Delegasi dan kepemimpinan yang tidak baik dari manajemen senior.
Inisiatif upaya perbaikan kualitas secara berkesinambungan sepatutnya simulai
dari pihak manajemen dimana mereka harus terlibat secara langsung dalam
pelaksanaannya. Bila tanggungjawab itu didelegasikan kepada pihak laik maka
peluang terjasinya kegagalan sangat besar.
2. Proses penyebarluasan
Ada organisasi yang mengembangkan inisiatif kualitas tanpa secara
berbarengan mengembangkan rencana untuk menyatukan kedalam seluruh
elemen-elemen organisasi. Seharusnya pengembangan inisiatif tersebut
melibatkan para manajer, serikat pekerja, pemasok, dan bidang produksi lainnya,
karena usaha itu meliputi pemikiran mengenai struktur, penghargaan,
pengembangan keterampilan, pendidikan dan kesadaran.
3. Menggunakan pendekatan yang terbatas dan dogmatis
Ada pula organisasi yang hanya menggunakan pendekatan Deming,
pendekatan Juran, atau Pendekatan Crosby dan hanya menerapkan prinsip-prinsip
yang ditentukan disitu. Padahal tidak ada satupun pendekatan yang disarankan
oleh ketiga pakar tersebut maupun pakar-pakar kualitas lainnya yang merupakan
satu pendekatan yang cocok untuk segala situasi.
4. Harapan yang terlalu berlebihan dan tidak realistis
Bila hanya mengirimkan karyawan untuk mengikuti suatu pelatihan selama
beberapa hari, bukan berarti telah membentuk waktu untuk mendidik, mengilhami
dan membuat karyawan sadar akan pentingnya kualitas. Selain itu dibutuhkan
waktu yang sangat lama pula untuk mengimplementasikan perubahan-perubahan
proses baru, bahkan seringkali perubahan proses baru, bahkan seringkali
perubahan tersebut memakan waktu yang sangat lama untuk sampai terasa
pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas dan daya saing perusahaan.
5. Emprowerment yang bersifat premature
Banyak perusahaan yang kurang memahami makna dari pemberian
emprowerment kepada karyawan. Mereka mengira bahwa bila karyawan telah
9
dilatih dan diberi wewenang baru dalam mengambil suatu tindakan, maka para
karyawan tersebut akan dapat menjadi self-directed dan meberikan hasil-hasil
positif. Seringkali dalam praktik, karyawan tidak tahu apa yang harus dikerjakan
setelah suatu pekerjaan diselesaikan. Oleh karena itu sebenarnya mereka
membutuhkan sasaran dan tujuan yang jelas sehingga tidak salah dalam
melakukan sesuatu.

2.7 Tantangan TQM bagi Akuntan Manajemen


Peran akuntan manajemen dalam TQM yaitu mengumpulkan semua informasi
kualitas yang relevan, berpartisipasi secara aktif dalam semua fase program kualitas,
dan mereviewserta menyebarkan laporan biaya kualitas. Akuntan manajemen harus
dilibatkan secara total dalam aktifitas perbaikan perusahaan seperti:
a. Memastikan perwakilan akuntan manajemen pada komisi pengendalian kualitas
utama dan tim perbaikan kualitas
b. Berpartisipasi secara aktif dalam mengidentifikasi daerah-daerah yang
membutuhkan perbaikan kualitas atau merupakan peluang perbaikan kualitas
terbesar
c. Terlibat dalam keputusan penentuan supplier
d. Mereview dan mengefakuasi efektifitas pengendalian dan nilai-nilai khursus
pelatihan untuk personil pengendalian kualitas dan staf sumber daya manusia
e. Mengumpulkan dan melakukan review secara terus-menerus terhadap sisa
produksi dan biaya-biaya perbaikan

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam pasar global yang modern, kunci untuk meningkatkan daya saing
adalah kualitas. Hal ini menjadi acuan suatu perusahaan untuk lebih meningkatkan
produktivitas dan mutu usahanya agar tujuan perusahaan yang telah dicanangkan
dapat tercapai. Agar perusahaan memiliki daya saing yang tinggi dalam skala
global, maka perusahaan tersebut harus mampu melakukan pekerjaan lebih baik,
efektif dan efisien dalam menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas tinggi
dan dengan harga yang bersaing. Sampai saat ini, sistem yang dianggap paling
cocok sebagai alat untuk membuat perusahaan tetap going concern adalah Total
Quality Management (TQM) atau di Indonesia dikenal dengan istilah
Pengendalian Mutu Terpadu (PMT).

11
Daftar Pustaka
Gasperz, Vincent. 2001.Total Quality Management. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
http://septiadiah.wordpress.com/2013/11/03/pengalaman-tes-di-pt-hm-sampoerna-
tbk/, diakses pada tanggal 17 maret 2020
Ishikawa, Kaoru. 2005. What is Total QualityControl?. New Jersey: Prentice-Hall Inc,
Englewood Cliff
Hansen & Mowen. 2004. Manajemen Biaya, Edisi Bahasa Indonesia. Buku Kedua. Jakarta:
Salemba Empat
Nasution, M. N.(2005). Manajemen Mutu Terpadu: Total Quality Management, Edisi Kedua,
Ghalia Indonesia, Bogor.
Tjiptono, F. dan Diana, A. (2001).Total Quality Management Edisi Revisi.Yogyakarta:
Penerbit Andi.

12

Anda mungkin juga menyukai