Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Tugas Manajemen Biaya
Disusun Oleh
1. Dea Eka Putri (01031281722072)
2. Ellisa Miresti (01031181722031)
3. Ivana Amelia (01031181722020)
4. Meilina Lestari (01031281722067)
5. Trisya Kurni Putri (01031181722008)
6. Widya Zahra Chairunnisa (01031181722021)
Dosen Pengampu
EFVA DONATA GHOZALI, SE, M.SI, AK
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kesempatan menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Total Quality Management” tepat pada waktunya. Semoga dengan
adanya makalah ini dapat memberikan banyak informasi, pengetahuan dan wawasan yang
lebih luas kepada kita semua, saya tahu bahwa makalah in mempunyai kelebihan dan
kekurangan maka dari itu saya mohon kritik dan saran yang membangun. Terima kasih.
Penyusun
i
Daftar Isi
Halaman Judul
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.1 Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Pengertian Total Quality Management 3
2.2 Unsur-unsur Total Quality Management 4
2.3 Prinsip Total Quality Management 6
2.4 Manfaat Total Quality Management 6
2.5 Implementasi Total Quality Management 7
2.6 Faktor Kegagalan Total Quality Management 9
2.7 Tantangan Total Quality Management 10
BAB I PENUTUP 11
3.1 Kesimpulan 11
DAFTAR PUSTAKA 12
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
TQM membuat perusahaan dapat bersaing dengan perusahaanperusahaan lain karena
konsep dasarnya yaitu perbaikan secara berkala atau terus-menerus. Selain itu, TQM juga
memiliki prinsip yang menghargai setiap entitas atau orang yang terlibat dalam memberikan
kebebasan kepada setiap entitas tersebut untuk memberikan pendapat demi perbaikan
perusahaan secara berkesinambungan. Menurut Nasution (2005:22), dalam penerapan TQM
ada 10 karakteristik yang dikembangkan oleh Goetsch dan Davis yang dapat mempengaruhi
kinerja manajer, yaitu: fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, pendekatan ilmiah,
komitmen jangka panjang, kerjasama tim, perbaikan sistem secara berkesinambungan,
pendidikan dan pelatihan, kebebasan yang terkendali, kesatuan tujuan, dan adanya
keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. Dengan adanya TQM perusahaan dapat selalu
mengevaluasi kinerjanya sehingga perusahaan dapat segera memperbaiki apabila ada sistem
yang salah dalam perusahaannya. Namun sebelumnya, perusahaan juga harus melakukan
perubahan budaya kerja yang sebelumnya keberatan apabila hasil kerjanya dievaluasi
menjadi lebih terbuka menghadapi evaluasi kinerja. Konsep TQM tersebut bertolak belakang
dengan pemikiran di negara barat dan Indonesia sendiri. Di negara barat, fokus pekerjaan
diletakkan pada profesionalisme dan spesialisasi. Oleh karena itu segala hal yang
berhubungan dengan pengendalian mutu hanya dikuasai oleh para spesialis kendali mutu.
Apabila pengendalian mutu dipertanyakan pada orang-orang yang ada di divisi lain
perusahaan, selain kendali mutu, mereka pasti tidak bisa menjawabnya (Ishikawa, 1992)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
5. Kerja Sama Tim (Teamwork)
Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional, seringkali
diciptakan persaingan antar departemen yang ada dalam organisasi tersebut
agar daya saingannya terdongkrak . Akan tetapi persaingan internal tersebut
cenderung hanya menggunakan dan menghabiskan energi yang seharusnya
dipusatkan pada upaya perbaikan kualitas, yang pada gilirannya untuk
meningkatkan daya saing eksternal.
6. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan.
Setiap produk atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-
proses tertentu didalam suatu sistem atau lingkungan. Oleh karena itu system
yang ada perlu diperbaiki secara terus menerus agar kualitas yang dihasilkan
dapat meningkat.
7. Pendidikan dan Pelatihan
Dewasa ini masih terdapat perusahaan yang menutup mata terhadap
pentingnya pendidikan dan pelatihan. Perusahaan-perusahaan seperti itu hanya
akan memberikan pelatihan-pelatihan yang sekedarnya kepada karyawannya.
Hal ini menyebabkan perusahaan tidak berkembang dan sulit bersaing dengan
perusahaan lainnya. Sedangkan dalam perusahaan yang menerapkan TQM,
pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Dalam hal ini
berlaku prinsip bahwa belajar merupakan proses yang tidak ada akhirnya dan
tidak mengenal batas usia.
8. Kebebasan yang Terkendali
Dalam TQM keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam
pengambilan keputusandan pemecahan masalah merupakan unsure yang
sangat penting. Hal ini dikarenakan unsure tersebut dapat meningkatkan “rasa
memiliki“ dan tanggungjawab karyawan terhadap keputusan yang telah
dibuat. Selain itu unsur ini juga dapat memperkaya wawasan dan pandangan
dalam suatu keputusan yang diambil, karena pihak yang terlibat lebih banyak.
9. Kesatuan Tujuan.
Supaya TQM dapat diterapkan dengan baik maka perusahaan harus
memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap usaha dapat diarahkan pada
tujuan yang sama. Akan tetapi kesatuan tujuan ini tidak berarti bahwa harus
selalu ada persetujuan/kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan
mengenai upah dan kondisi kerja.
5
10. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan
Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting
dalam penerapan TQM. Usaha untuk melibatkan karyawan membawa 2
manfaat utama. Pertama, hal ini akan meningkatkan kemungkinan
dihasilkannya keputusan yang baik, rencana yang lebih baik, atau perbaikan
yang lebih efektif karena juga mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak-
pihak yang langsung berhubungan dengan situasi kerja. Kedua, keterlibatan
karyawan juga meningkatkan ‘rasa memiliki” dan tanggung jawab atas
keputusan dengan melibatkan orang-orang yang harus melaksanakannya.
8
2.6 Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan TQM
TQM merupakan suatu pendekatan suatu pendekatan baru dan menyeluruh
yang membutuhkan perubahan total atas paradigama manajemen tradisional,
komitmen jangka panjang, kesatuan tujuan, dan pelatihan-pelatihan khusus. Beberapa
kesalahan yang sering dilakukan antar lain :
1. Delegasi dan kepemimpinan yang tidak baik dari manajemen senior.
Inisiatif upaya perbaikan kualitas secara berkesinambungan sepatutnya simulai
dari pihak manajemen dimana mereka harus terlibat secara langsung dalam
pelaksanaannya. Bila tanggungjawab itu didelegasikan kepada pihak laik maka
peluang terjasinya kegagalan sangat besar.
2. Proses penyebarluasan
Ada organisasi yang mengembangkan inisiatif kualitas tanpa secara
berbarengan mengembangkan rencana untuk menyatukan kedalam seluruh
elemen-elemen organisasi. Seharusnya pengembangan inisiatif tersebut
melibatkan para manajer, serikat pekerja, pemasok, dan bidang produksi lainnya,
karena usaha itu meliputi pemikiran mengenai struktur, penghargaan,
pengembangan keterampilan, pendidikan dan kesadaran.
3. Menggunakan pendekatan yang terbatas dan dogmatis
Ada pula organisasi yang hanya menggunakan pendekatan Deming,
pendekatan Juran, atau Pendekatan Crosby dan hanya menerapkan prinsip-prinsip
yang ditentukan disitu. Padahal tidak ada satupun pendekatan yang disarankan
oleh ketiga pakar tersebut maupun pakar-pakar kualitas lainnya yang merupakan
satu pendekatan yang cocok untuk segala situasi.
4. Harapan yang terlalu berlebihan dan tidak realistis
Bila hanya mengirimkan karyawan untuk mengikuti suatu pelatihan selama
beberapa hari, bukan berarti telah membentuk waktu untuk mendidik, mengilhami
dan membuat karyawan sadar akan pentingnya kualitas. Selain itu dibutuhkan
waktu yang sangat lama pula untuk mengimplementasikan perubahan-perubahan
proses baru, bahkan seringkali perubahan proses baru, bahkan seringkali
perubahan tersebut memakan waktu yang sangat lama untuk sampai terasa
pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas dan daya saing perusahaan.
5. Emprowerment yang bersifat premature
Banyak perusahaan yang kurang memahami makna dari pemberian
emprowerment kepada karyawan. Mereka mengira bahwa bila karyawan telah
9
dilatih dan diberi wewenang baru dalam mengambil suatu tindakan, maka para
karyawan tersebut akan dapat menjadi self-directed dan meberikan hasil-hasil
positif. Seringkali dalam praktik, karyawan tidak tahu apa yang harus dikerjakan
setelah suatu pekerjaan diselesaikan. Oleh karena itu sebenarnya mereka
membutuhkan sasaran dan tujuan yang jelas sehingga tidak salah dalam
melakukan sesuatu.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam pasar global yang modern, kunci untuk meningkatkan daya saing
adalah kualitas. Hal ini menjadi acuan suatu perusahaan untuk lebih meningkatkan
produktivitas dan mutu usahanya agar tujuan perusahaan yang telah dicanangkan
dapat tercapai. Agar perusahaan memiliki daya saing yang tinggi dalam skala
global, maka perusahaan tersebut harus mampu melakukan pekerjaan lebih baik,
efektif dan efisien dalam menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas tinggi
dan dengan harga yang bersaing. Sampai saat ini, sistem yang dianggap paling
cocok sebagai alat untuk membuat perusahaan tetap going concern adalah Total
Quality Management (TQM) atau di Indonesia dikenal dengan istilah
Pengendalian Mutu Terpadu (PMT).
11
Daftar Pustaka
Gasperz, Vincent. 2001.Total Quality Management. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
http://septiadiah.wordpress.com/2013/11/03/pengalaman-tes-di-pt-hm-sampoerna-
tbk/, diakses pada tanggal 17 maret 2020
Ishikawa, Kaoru. 2005. What is Total QualityControl?. New Jersey: Prentice-Hall Inc,
Englewood Cliff
Hansen & Mowen. 2004. Manajemen Biaya, Edisi Bahasa Indonesia. Buku Kedua. Jakarta:
Salemba Empat
Nasution, M. N.(2005). Manajemen Mutu Terpadu: Total Quality Management, Edisi Kedua,
Ghalia Indonesia, Bogor.
Tjiptono, F. dan Diana, A. (2001).Total Quality Management Edisi Revisi.Yogyakarta:
Penerbit Andi.
12