Anda di halaman 1dari 48

PENGARUH KOMPLEKSITAS PERUSAHAAN,

UKURAN PERUSAHAAN, DAN UKURAN KANTOR


AKUNTAN PUBLIK TERHADAP FEE AUDIT (Studi
Empiris Pada Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di
BEI pada Tahun 2016 – 2020)

USULAN PROPOSAL SKRIPSI


Diajukan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi (S.E)

Disusun Oleh:

Faradilah Putri
01031281722063

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
DAFTAR ISI

Daftar Isi...................................................................................................... i

1. Latar Belakang ...................................................................................... 1

2. Rumusan masalah penelitian ................................................................. 7

3. Tujuan penelitian ................................................................................... 7

4. Manfaat penelitian ................................................................................. 7

5. Tinjauan pustaka ................................................................................... 9

5.1. Landasan teori ................................................................................ 9

5.1.1. Teori keagenan ........................................................................ 9

5.1.2. Fee audit ................................................................................ 12

5.1.3. Kompleksitas perusahaan ...................................................... 14

5.1.4. Ukuran perusahaan ................................................................ 14

5.1.5 Ukuran kantor akuntan publik ................................................ 16

5.2. Penelitian terdahulu ..................................................................... 18

5.3. Kerangka penelitian ..................................................................... 28

5.4. Pengembangan hipotesis .............................................................. 29

5.4.1. Pengaruh kompleksitas perusahaan tehadap fee audit ........... 29

5.4.2. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap fee audit ................... 30

5.4.3. Pengaruh ukuran kantor akuntan publik terhadap fee audit .. 31

6. Metode penelitian ................................................................................ 33

6.1. Jenis dan sumber data .................................................................. 33

6.2. Populasi dan sampel ..................................................................... 33

6.3. Definisi operasional variabel dan pengukuran ............................. 36

i
6.3.1. Variabel dependen ................................................................. 36

6.3.2. Variabel independen .............................................................. 36

6.3.2.1. Kompleksitas perusahaan .............................................. 36

6.3.2.2. Ukuran perusahaan ........................................................ 37

6.3.2.3. Ukuran kantor akuntan publik ....................................... 37

6.4. Teknik pengumpulan data ............................................................ 38

6.5. Model penelitian .......................................................................... 38

6.6. Uji asumsi klasik .......................................................................... 39

6.7. Pengujian hipotesis ...................................................................... 41

Daftar Pustaka ..................................................................................... 43

ii
1. Latar Belakang

Beragam perusahaan di Indonesia berkembang pesat seiring dengan

perkembangan ekonomi. Laporan keuangan merupakan peran penting bagi

sebuah perusahaan terutama stakeholder karena laporan keuangan adalah

gambaran kondisi keuangan sebuah perusahaan yang terjadi dalam satu

periode digunakan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan terutama

untuk investasi dan peminjaman.

Sering terjadi masalah keagenan di dalam perusahaan saat menyusun

laporan keuangan, perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan dan

manajer dapat menimbulkan konflik karena pemiliki perusahaan skeptis atau

ragu bahwa pihak manajemen akan menyajikan sebuah laporan keuangan

berdasarkan fakta. Untuk meminimalisir hal tersebut terjadi konflik maka

pemilik perusahaan memerlukan jasa audit yang merupakan pihak yang

independen dapat melakukan penilaian kewajaran terhadap laporan keuangan

sehingga dapat meningkatkan kepercayaan pihak-pihak yang berkepentingan

dalam perusahaan tersebut.

Auditor akan melaksanakan pengauditan pada laporan keuangan agar

menjadi informasi keuangan yang bermutu. Dalam proses pengauditan

memerlukan waktu yang tidak sedikit tergantung dengan kondisi yang terjadi

di lapangan proses ini terdiri dari beberapa tahapan sehingga atas jasa

pengauditan tersebut auditor berhak menerima imbalan yang disebut fee audit

(Ayu & Septiani, 2018).

1
Berkaitan dengan fee audit terdapat kasus Toshiba, dari kasus ini para

ahli akuntansi mempertanyakan rendahnya imbalan audit yang dibayar oleh

perusahaan-perusahaan jepang kepada auditornya. Hal ini juga terjadi di

perusahaan Toshiba, auditor eksternal-nya yaitu Ernst & Young (EY) yang

memiliki Imbalan audit yang rendah mengartikan bahwa auditor tidak

memiliki cukup waktu dan sumber daya audit yang memadai berkaitan dengan

audit perusahaan Toshiba. Kasus ini terdapat keterlibatan manajemen puncak

sehingga masalah audit sulit dideteksi. Partner di GMT penelitian hongkong

yaitu Robert Medd mengatakan “salah satu masalah yang terjadi di Jepang

adalah biaya audit yang dibayar oleh perusahaan sangat rendah dibandingkan

dengan rata-rata internasional”. Menurut Robert fee audit mempresentasikan

waktu yang dibutuhkan untuk mengaudit, dan fee audit dapat menjadi patokan

besarnya pendapatan perusahaan (Price, 2015)

Awal dari kasus ini adalah perdana menteri Jepang yaitu Shinzo Abe ingin

terdapat keterbukaan atau transparansi untuk perusahaan-perusahaan yang ada

di jepang sebagai daya tarik investor asing. Untuk merealisasikan keinginan

menteri Abe maka dibutuhkan pihak independen yaitu akuntan dan pengacara

untuk menyelidiki perusahaannya, saat proses penyelidikan terdapat fakta

bahwa terdapat tiga direksi yang terlibat menaikkan laba usaha perusahaan

Toshiba sejak tahun 2008 yaitu sebesar ¥151,8 miliar. Target yang besar

sebelum akhir tahun merupakan pemicu kecurangan tersebut terjadi yang

membuat tiga petinggi tersebut mempermanis laporan keuangan dengan

menaikkan laba usaha dalam waktu yang lama. CEO Toshiba dan wakilnya

2
yaitu Hisao Tanaka dan Norio Sasaki memutuskan untuk mengundurkan diri.

Pihak independen berpendapat bahwa tidak mungkin para petinggi perusahaan

Toshiba tidak mengetahui praktik kecurangan laporan keuangan yang

dilakukan secara sengaja dan sistematis (Simbolon, 2015)

Perusahaan-perusahaan Indonesia memiliki pilihan untuk mencantumkan

atau tidak besarnya fee audit yang mereka berikan kepada pihak auditor atau

masih bersifat sukarela (voluntary disclosure), mengakibatkan sedikit

perusahaan yang mencantumkan fee audit yang terdapat dalam akun

professional fee dalam laporan keuangan.

Menurut El-Gammal (2012) fee audit yaitu sejumlah imbalan yang

perusahaan berikan untuk membayar jasa auditor eksternal. Imbalan adalah

kesepakatan antara pihak stakeholder dan Kantor Akuntan Publik yang

menaungi auditor dengan memperhatikan beberapa faktor (Raymond &

Yuyetta, 2014). Peraturan penetapan fee audit telah diatur dalam sebuah

peraturan Pengurus Nomor 2 tahun 2016 tentang Penentuan Imbalan Jasa

Audit Laporan keuangan yang ditetapkan oleh institute Akuntan Publik

Indonesia (IAPI, 2016). Ng, Tronnes, & Wong (2018) mengungkapkan bahwa

penetapan imbalan jasa audit merupakan hal yang penting karena besarnya

dapat mempengaruhi Kantor Akuntan Publik (KAP). Namun besaran fee audit

masih berdasarkan hasil kesepakatan antara pihak perusahaan dan KAP. Fee

audit juga dapat berdasarkan atas beberapa faktor yaitu kompleksitas

perusahaan, ukuran perusahaan dan ukuran KAP (Cristansy & Ardiati, 2016)

3
Faktor dominan penentu besarnya fee audit yaitu kompleksitas suatu

perusahaan (Sanusi & Purwanto, 2017). Kompleksitas adalah kerumitan yang

ada di sebuah perusahaan berkaitan dengan transaksi dapat berupa dengan

adanya banyak anak perusahaan, banyaknya cabang/operasi bisnis baik di

dalam maupun di luar negri, serta penggunaan mata uang asing.

Penelitian Sanusi & Purwanto (2017) dan Chandra (2015) memiliki hasil

bahwa kompleksitas perusahaan dapat mempengaruhi fee audit. Dari hasil

tersebut disimpulkan bahwa jika sebuah perusahaan memiliki kompleksitas

yang tinggi maka perusahaan tersebut membayar imbalan jasa atas audit yang

besar pula kepada auditor. Perusahaan yang memiliki kompleksitas yang

tinggi akan semakin rumit dan memakan waktu dalam proses pengauditan.

Namun dalam penelitian Cristansy & Ardiati (2016) menyatakan bahwa

kompleksitas perusahaan tidak ada pengaruh dengan fee audit.

Ukuran perusahaan yaitu total aset yang ada di dalam perusahaan. Jika

perusahaan tersebut dikategorikan besar maka fee audit atas jasa audit di

perusahaan tersebut juga tinggi karena jika total aset yang dimiliki besar maka

semakin kompleks audit yang akan dikerjakan auditor.

Hasil penelitian dari Wibowo (2017) terdapat hasil ukuran perusahaan

mempengaruhi fee audit. Hasil tersebut dapat dipahami bahwa ukuran

perusahaan yang besar akan memakan banyak waktu, dan keterlibatan tim

audit yang tidak sedikit sehingga fee audit yang dibayar akan besar pula.

Selain itu dalam penelitian Sanusi & Purwanto (2017) ukuran perusahaan

tidak memiliki pengaruh dengan fee audit.

4
Ukuran kantor Akuntan Publik (KAP) dikategorikan besar jika KAP

tersebut memiliki reputasi yang baik dan merupakan KAP berafiliasi big 4.

KAP big 4 akan menjaga citra baiknya untuk menghasilkan laporan audit yang

bermutu sehingga KAP yang besar akan memiliki imbalan yang besar pula

dibandingkan KAP yang bukan big 4.

Penelitian Primasari & Zulaikha (2017) dan Cristansy & Ardiati (2016)

terdapat hasil ukuran KAP mempengaruhi fee audit. Sedangkan menurut

Suharli (2008) ukuran KAP tidak mempengaruhi fee audit.

Penelitian ini replikasi dari penelitian Cristansy & Ardiati (2016) terdapat

inkonsisten dari hasil penelitian sebelumnya hal tersebut menjadi dorongan

bagi peneliti untuk meneliti kembali variabel tersebut. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian Cristansy & Ardiati (2016) adalah objek penelitian yang

digunakan. Objek penelitian oleh Cristansy & Ardiati (2016) adalah

perusahaan manufaktur yang terdapat di BEI sedangkan penelitian ini

menggunakan objek penelitian yaitu perusahaan keuangan yang terdapat di

BEI tahun 2016-2020. Perusahaan sektor keuangan merupakan perusahaan

yang fokus kegiatan usahanya adalah sebagai penyalur dana masyarakat.

Alasan memilih Perusahaan sektor keuangan karena masih sedikit penelitian

yang meneliti perusahaan keuangan sebagai objek penelitian dan dalam

peraturan Otoritas jasa Keuangan nomor 13/POJK.03/2017 tentang

Penggunaan Jasa Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik dalam Kegiatan

Jasa Keuangan menyatakan bahwa “akuntan publik dan Kantor Akuntan

Publik berperan meningkatkan kualitas informasi keuangan yang disajikan

5
jasa keuangan yang diatur dan diawasi oleh otoritas jasa keuangan”. Dalam

penelitian ini, variabel dependen fee audit menggunakan pengukuran

besarnya fee audit yang dibayar oleh klien sedangkan penelitian-penelitian

sebelumnya mewakilkan besara fee audit dengan akun Professional Fee.

Professional Fee merupakan gabungan biaya-biaya yang dikeluarkan

perusahaan kepada jasa-jasa profesional, yaitu jasa audit laporan keuangan,

jasa penilai, jasa advokat, jasa konsultan dan sebagainya, berdasarkan uraian

tersebut peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Kompleksitas Perusahaan, Ukuran Perusahaan, dan Ukuran KAP

terhadap Fee Audit Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di BEI Pada

tahun 2016-2020”

6
2. Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang di atas

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh kompleksitas perusahaan terhadap fee audit?

2. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap fee audit?

3. Bagaimana pengaruh ukuran KAP terhadap fee audit?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini jika dilihat dari rumusan masalah yang telah

dibahas adalah sebagai berikut:

1. Untuk menguji secara empiris dan menganalisis pengaruh kompleksitas

terhadap fee audit.

2. Untuk menguji secara empiris dan menganalisis pengaruh ukuran

perusahaan terhadap fee audit.

3. Menguji secara empiris dan menganalisis pengaruh ukuran KAP terhadap

fee audit

4. Manfaat

Berdasarkan tujuan di atas maka manfaat yang didapatkan dari penelitian

ini adalah:

1. Bagi teoritis, untuk auditor dan perusahaan keuangan penelitian ini

menjadi referensi untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan

7
biaya audit atau fee audit dan menjadi referensi dalam pengambilan

keputusan serta menambah pengetahuan dan wawasan khususnya

mengenai fee audit yang jarang diketahui oleh mahasiswa

2. Bagi praktisi sebagai bahan evaluasi bagi perusahaan keuangan dalam

faktor yang memengaruhi fee audit sehingga manajemen tidak

memberikan imbalan yang tidak sesuai kepada auditor sebagai referensi

penelitian selanjutnya

3. Penelitian ini menjadi pedoman bagi auditor dalam menjalankan tugas dan

wewenangnya dalam menetapkan fee audit atas jasa auditing sesuai

dengan proses yang telah berlangsung

8
5. Tinjauan Pustaka

5.1. Landasan Teori

5.1.1. Teori Keagenan

Jensen dan Meckling (1976) mereka adalah pencetus pertama teori

keagenan. Teori keagenan ini menjelaskan hubungan antara principal dan

agent. Principal (pemegang saham) merupakan pihak yang memperkerjakan

agent (manajer/manajemen) dengan mendelegasikan wewenangnya kepada

agent untuk mengelola perusahaan (Godfrey, Allan, Ann, Jane, & Scott,

2010). Pihak principal merupakan pihak yang memiliki modal serta

menyediakan fasilitas untuk kegiatan operasi perusahaan yaitu pemegang

saham/pemilik perusahaan/investor. Sedangkan agent merupakan pihak yang

diberi tugas dan wewenang untuk menjalankan kegiatan operasional

perusahaan yaitu manajer/manajemen.

Teori ini berpendapat bahwa dapat terjadi konflik jika pihak pemegang

saham tidak memiliki kepercayaan dengan pihak manajer atau manajemen

karena perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak (Widiasari &

Prabowo, 2008). Asymmetric Information yaitu suatu keadaan di mana

informasi tetentu yang diketahui satu pihak tetapi pihak lain tidak

mengetahuinya (Chandra, 2015)

Semua pihak menyatukan tujuannya dan saling bekerja sama serta

membagi pekerjaan sesuai bagiannya merupakan cara teori ini mengatasi

masalah keagenan. Teori keagenan secara spesifik menjelaskan tentang suatu

hubungan keagenan di mana pihak principal mendelegasikan pekerjaan

9
kepada pihak lain (agent). Menentukan kontrak yang paling efisien merupakan

dasar dari hubungan keagenan dan fokus dari teori ini.

Oleh karena itu, kontrak yang mampu menjelaskan apa saja tugas dan

wewenang dalam mengatur dan mengelola dana investor serta pembagian

keuntungan yang akan dilaksanakan oleh manajer merupakan kontrak yang

paling baik bagi manajer dan pemilik perusahaan/investor/pemegang saham

untuk menyelaraskan hal tersebut dibutuhkan pengawasan berupa jasa auditor

independen (Yulianti, Agustin, & Taqwa, 2019). Penjelasan lebih lanjut teori

ini auditor eksternal dibutuhkan oleh perusahan untuk menilai dan memeriksa

kebenaran informasi keuangan yang dibuat oleh manajer. Sedangkan bagi

manajer atau manajemen atas penilaian dan pemeriksaan tersebut mereka

diberi insentif sesuai kinerja tersebut. Bagi kreditor untuk memastikan bahwa

uang mereka benar-benar digunakan sesuai kesepakatan maka kreditor

membutuhkan auditor.

Teori keagenan berhubungan jelas dengan fee audit karena teori ini

membutuhkan pihak independen yaitu auditor untuk mengawasi dan menilai

maka atas jasa tersebut memerlukan biaya yang tidak sedikit. Biaya

Pengawasan yang dilakukan adalah mengawasi perilaku agent apakah

tindakan yang mereka lakukan telah sesuai dengan kepentingan principal.

Semua aktivitas manajer akan dilaporkan oleh auditor mengenai tugas dan

wewenang yang telah manajer jalankan. Biaya-biaya atas jasa auditor tersebut

disebut dengan fee audit, beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fee audit

10
yaitu kompleksitas perusahaan, ukuran perusahaan, dan ukuran KAP

(Cristansy & Ardiati, 2016)

Hubungan teori keagenan dengan ukuran KAP seperti hubungan principal

dan agent yang menggambarkan hubungan antara auditee dan auditor dalam

proses audit. Principal menginginkan hasil audit yang berkualitas maka

principal cenderung memilih auditor (agent) dengan independensi yang

tinggi, auditor tersebut diasumsikan merupakan auditor di dalam naungan

KAP yang besar.

Teori keagenan juga memiliki hubungan dengan ukuran perusahaan yaitu

di mana perusahaan yang besar memiliki kompleksitas yang lebih besar.

Kompleksitas tersebut mengakibatkan biaya keagenan yang dikeluarkan besar

untuk jasa auditor yang dapat menengahi konflik/perbedaan kepentingan

antara principal dan agent. Kompleksitas tersebut membuat pihak principal

sulit mengontrol dan memantau aktivitas dan perilaku agent yang

menyimpang yaitu dengan mencari keuntungan pribadi mereka. Auditor disini

berperan untuk menilai dan memeriksa kewajaran laporan keuangan yang

telah dibuat dan disusun oleh manajemen apakah telah mengikuti akuntansi

yang berlaku sesuai dengan keinginan principal yang menginginkan informasi

yang sesuai dengan fakta yang ada di perusahaan. Dalam mepertahankan

auditor perusahaan besar dibandingkan perusahaan kecil memiliki insentif

yang lebih besar alasannya analisis keuangan akan menganalisa tentang waktu

pemecatan auditor sebelum jangka waktu yang ditentukan.

11
5.1.2. Fee Audit

Menurut Agoes (2012:18) fee audit adalah sebagai berikut::

“Besaran biaya yang tergantung antara lain pada resiko penugasan,

kompleksitas jasa yang diberikan, tinggi keahlian yang diperlukan untuk

melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan

pertimbangan professional lainnya”

Menurut Arens (2014:86) menyatakan:

“Audit related fees are for service audit that can only be provided by CPA

firms.”

Menurut pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa fee audit

adalah imbalan jasa yang akan diterima auditor atas pekerjaan auditnya,

besaran biayanya tergantung dengan negosiasi antar pihak stakeholder dan

akuntan publik. Hal ini berkaitan dengan teori keagenan karena di dalam

teori keagenan menegaskan kontrak yang paling efisien yang harus sesuai

dengan apa yang telah disepakati sebelumnya.

Terdapat pernyataan bahwa fee audit yang lebih sedikit atau rendah

dari fee yang diterima auditor sebelumnya atau yang dibayarkan

auditor/akuntan lain dapat menimbulkan keraguan kemampuan anggota

mengenai penerapan standar teknis dan standar professional yang berlaku.

Fee audit yang rendah juga dapat mengakibatkan memaksimalkan

kepentingan pribadi yang cenderung tidak mematuhi kode etik profesi

akuntan publik. Pencegahan hal tersebut terjadi maka akuntan publik akan

menetapkan fee audit yang sesuai agar cukup untuk melakukan prosedur

12
audit yang sesuai dengan peraturan yang berlaku, dinyatakan dalam

peraturan pengurus No.2 tahun 2016 IAPI (2016). Penelitian Cristansy &

Ardiati (2016) menerapkan penetapan fee audit dengan

mempertimbangkan beberapa hal yaitu sebagai berikut:

a. Ruang lingkup pekerjaan dan kebutuhan klien

b. Lama waktu proses tahapan audit

c. kemampuan dan tanggung jawab terkait dengan pekerjaan

d. Tugas dan tanggung jawab menurut hukum

e. Jumlah personel dan banyaknya waktu yang diperlukan dan secara

efektif untuk menyelesaikan pekerjaan

f. Tingkat kompleksitas pekerjaan

g. Sistem pengendalian mutu kantor

h. Basis penetapan imbalan jasa yang disepakati

Fee audit diukur dengan logaritma dari besarnya fee audit seperti

dalam penelitian (Yulianti et al., 2019). Pengungkapan fee audit di

Indonesia bersifat sukarela (voluntary disclosure), sehingga pencantuman

data tentang fee audit terdapat dalam laporan tahunan perusahaan hanya

dilakukan secara sukarela (Raymond & Yuyetta, 2014). Oleh karena itu,

baru sedikit perusahaan yang mencantumkan besaran fee audit dalam

laporan tahunan perusahaan mereka

13
5.1.3. Kompleksitas Perusahaan

Auditor dalam melaksanakan tugasnya mempertimbangkan salah

satu faktor yaitu kompleksitas perusahaan (Cristansy & Ardiati, 2016).

Faktor yang dapat meningkatkan kompleksitas audit adalah adanya anak

perusahaan. Perusahaan besar memiliki anak dan cabang perusahaan yang

banyak artinya audit yang dilakukan akan menghabiskan waktu yang lama

sehingga imbalan jasa audit yang dibayarkan tidak sedikit (Wibowo,

2017).

“penelitian ini menggunakan anak perusahaan sebagai indikator

kompleksitas, mengingat kompleksitas jasa audit yang diberikan yang

merupakan ukuran rumit atau tidaknya transaksi yang dimiliki oleh klien

Kantor Akuntan Publik untuk diaudit” (Widiasari & Prabowo, 2008).

Subsidiary atau anak perusahaan masih dalam kendali perusahaan induk

karena modal anak perusahaan baik seluruh atau sebagiannya adalah milik

perusahaan induk yang bersangkutan (Raymond & Yuyetta, 2014)

Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini untuk variabel

kompleksitas seperti dalam penelitian Hay, Knechel, & Ling (2008) yaitu

anak perusahaan yang dimiliki, hal ini mengingat proses audit akan

semakin sulit jika transaksi dalam perusahaan tersebut semakin kompleks

5.1.4. Ukuran Perusahaan

Menurut Brigham (2011:4) ukuran perusahaan adalah sebagai

berikut:

14
“Ukuran perusahaan merupakan ukuran besar kecilnya sebuah perusahaan

yang ditunjukan atau dinilai oleh total aset, total penjualan, jumlah laba,

beban pajak dan lain-lain.”

Gambaran proses audit yang akan dilewati auditor dapat dilihat

dari ukuran perusahaan yang diaudit. ukuran perusahaan merupakan total

aset, penjualan serta kapitalitas pasar dalam perusahaan tersebut

merupakan pertimbangan imbalan audit yang akan dibayarkan (Shafira &

Ghozali, 2017). ukuran perusahaan yang besar akan memakan waktu lebih

lama dalam proses audit karena di dalam perusahaan tersebut terdapat

transaksi yang kompleks (Cristansy & Ardiati, 2016).

Ukuran perusahaan diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kategori

dalam UU No. 20 Tahun 2008 yaitu sebagai berikut:

1. Usaha Mikro adalah perusahaan atau badan usaha perorangan yang

memiliki kriteria tertentu untuk dikategorikan sebagai usaha mikro

dalam undang-undang. Perusahaan ini memiliki aset sekitar Rp

50.000.000 tidak termasuk aset tetap dan total penjualan Rp

300.000.000

2. Usaha Kecil adalah perusahaan atau badan usaha perorangan yang

memiliki kriteria tertentu untuk dikategorikan sebagai usaha kecil

dalam undang-undang. Perusahaan ini memiliki aset sekitar Rp

50.000.000 saampai dengan Rp 500.000.000 tidak termasuk aset tetap

dan total penjualan Rp 300.000.000 sampai Rp 2.500.000.000

15
3. Usaha Menengah adalah perusahaan atau badan usaha perorangan

yang memiliki kriteria tertentu untuk dikategorikan sebagai usaha

menengah dalam undang-undang. Perusahaan ini memiliki aset sekitar

Rp 500.000.000 sampai dengan Rp 10.000.000.000 tidak termasuk

aset tetap dan total penjualan Rp 2.500.000.000 sampai

50.000.000.000

4. Usaha Besar yaitu perusahaan atau badan usaha perorangan yang

memiliki kriteria tertentu untuk dikategorikan sebagai usaha besar

dalam undang-undang. Perusahaan ini memiliki aset sekitar Rp

10.000.000.000 tidak termasuk aset tetap dan total penjualan Rp

50.000.000.000

Ukuran perusahaan akan diukur dengan seperti dalam

penelitian Cristansy & Ardiati (2016) yaitu dengan logaritma natural

total aset perusahaan, total aset dilihat dari semua aset lancar dan tidak

lancar yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan.

5.1.5. Ukuran Kantor Akuntan Publik

Pengertian Kantor Akuntan Publik terdapat dalam“Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 Dan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor: 17/Pmk.01/2008 Tentang Jasa Akuntan Publik 2008”

menyatakan:

16
“Kantor Akuntan Publik adalah badan usaha dalam praktek akuntan publik

di bidang pemberian jasa professional yang memperoleh izin sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

Menurut Arens (2012:32) mengkategorikan ukuran KAP yaitu:

a) Kantor internasional big four yaitu kantor akuntan publik terbesar di

amerika hampir seluruh perusahaan besar atau kecil di amerika

maupun dunia diaudit oleh KAP big our

b) Kantor nasional yaitu kantor yang bersaing langsung dengan kantor

big four. Kantor ini dapat bertaraf internasional karena memiliki

kemampuan berafiliasi dengan kantor negara lain.

c) Kantor regional dan kantor lokal yang besar. KAP ini rata-rata hanya

melakukan audit kepada klien yang dekat dan KAP yang memiliki

cabang di luar negara dapat mengaudit klien yang lebih jauh

d) Kantor lokal kecil. Kantor ini rata-rata hanya melakukan audit

kepada usaha kecil dan memiliki kurang dari 25 staff ahli dan hanya

terdapat satu cabang.

Sedangkan menurut (Simunic, 1980) Kantor Akuntan Publik

dikategorikan antara lain:

“Kantor akuntan publik sering dikategorikan berdasarkan ukuran.

Kantor yang terbesar adalah kantor akuntan publik Big 4.”

dalam Buku Direktori Ikatan Akuntan Publik Indonesia (2011), IAPI

mengklasifikasikan KAP yang beroperasi di Indonesia menjadi dua,

yaitu:

17
1. KAP yang melakukan kerjasama dengan KAP asing.

2. KAP yang tidak melakukan kerjasama dengan KAP asing.

Pengukuran yang digunakan untuk variabel ukuran KAP seperti

dalam penelitian Chandra (2015) yaitu diukur dengan variabel dummy,

untuk KAP big four diberi angka 1 dan KAP non big four diberi angka 0

5.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Cristansy & Ardiati (2016) merupakan

salah satu penelitian yang meneliti faktor-faktor yang mempegaruhi fee audit

dengan variabel lain dengan judul “Pengaruh Kompleksitas Perusahaan,

Ukuran Perusahaan, Dan Ukuran Kap Terhadap Fee Audit Pada Perusahaan

Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2012-2016” dalam penelitian fee

audit merupakan variabel dependen sedangkan kompleksitas perusahaan,

ukuran perusahaan dan ukuran KAP merupakan variabel independen. Hasilnya

adalah hanya variabel kompleksitas perusahaan yang tidak berpengaruh

terhadap fee audit. Berikut ini terdapat tabel penelitian terdahulu pada tabel 1

18
Tabel 1

Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian


1 Chandra (2015) pengaruh good Independensi Variabel yang

corporate Dewan berpengaruh terhadap

governance, Komisaris, fee audit adalah rapat

karakteristik Ukuran Dewan dewan komisaris,

perusahaan dan Komisaris, ukuran perusahaan,

ukuran kap terhadap Intensitas anak perusahaan, dan

fee audit eksternal Pertemuan ukuran KAP.

Dewan Sedangkan variabel

Komisaris , yang tidak berpengaruh

Intensitas terhadap fee audit

Pertemuan adalah independensi

Komite Audit dewan komisaris,

dan, Ukuran jumlah dewan

Perusahaan, komisaris, rapat komite

Anak audit, dan risiko

Perusahaan,

Ukuran KAP,

Risiko

Perusahaan

2 Cristansy & pengaruh kompleksitas Kompleksitas

19
Ardiati (2016) kompleksitas perusahaan, perusahaan tidak

perusahaan, ukuran ukuran berpengaruh terhadap

perusahaan, dan perusahaan, dan fee audit, Ukuran

ukuran kap ukuran kap perusahaan

terhadap fee berpengaruh positif

audit pada terhadap fee audit,

perusahaan Ukuran KAP

manufaktur yang berpengaruh terhadap

terdaftar di bei fee audit

tahun 2012-2016

3 Sanusi & analisis faktor Profitabilitas Ukuran perusahaan

Purwanto (2017) yangmempengaruhi Perusahaan, ,profitabilitas

biaya audit eksternal Risiko perusahaan, audit

Perusahaan, report lag, ukuran

Kompleksitas komite, dan piutang

Perusahaan, perusahaan tidak

Jenis Industri berpengaruh terhadap

Perusahaan, biaya audit, sedangkan

Ukuran Kantor risiko perusahaan,

Akuntan Publik, kompleksitas

Audit Report perusahaan, jenis

Lag, Ukuran industri, ukuran KAP,

Komite Audit, audit report lag,

20
Piutang persediaan perusahaan

Perusahaan, berpengaruh terhadap

Persediaan biaya audit.

Perusahaan

4 Wibowo (2017) faktor–faktor yang Ukuran Ukuran perusahaan,

mempengaruhi biaya Perusahaan, kompleksitas dan

audit eksternal Kompleksitas ukuran perusahaan

dengan risiko litigasi Perusahaan, audit berpengaruh

sebagai variabel Ukuran positif dan signifikan

intervening Perusahaan terhadap biaya audit

Audit, dan eksternal, Ukuran

biaya audit perusahaan,

variabel kompleksitas

intervening: perusahaan, dan ukuran

risiko litigasi perusahaan tidak

mempunyai pengaruh

tidak langsung terhadap

biaya audit eksternal

dengan risiko litigasi

sebagai variabel

intervening, Risiko

litigasi berpengaruh

negatif tidak signifikan

21
terhadap biaya audit

eksternal

5 Ramadanti et al. pengaruh risiko risiko audit, Variabel yang

(2020) audit, ukuran ukuran berpengaruh terhadap

perusahaan, dan perusahaan, dan fee audit adalah Risiko

manajemen laba manajemen laba audit dan ukuran

terhadap audit fee perusahaan sedangkan

variabel yang tidak

berpengaruh terhadap

fee audit adalah

manajemen laba

6 Primasari & Pengaruh Manajemen Variabel

Zulaikha (2017) Manajemen Laba, Laba, Ukuran yangberpengaruh

Ukuran Kap dan Kap dan terhadap fee audit

Leverage Terhadap Leverage adalah manajemen laba

Biaya Audit Pada dan ukuran

Perusahaan Sedangkan variabel

Manufaktur Di yang tidak berpengaruh

Indonesia terhadap fee audit

adalah leverage

7 Raymond & Analisis Faktor- audit fees, tipe Tipe kepemilikan

Yuyetta (2014) Faktor yang kepemilikan perusahaan BUMN dan

Mempengaruhi perusahaan, swasta, serta

22
Penetapan Audit ukuran manajemen laba tidak

Fees perusahaan, berpengaruh terhadap

(Studi Empirik Pada keberadaan penetapan audit fees,

Perusahaan anak sedangkan Ukuran

Manufaktur di BEI) perusahaan, perusahaan, keberadaan

ukuran KAP, anak perusahaan dan

dan manajemen ukuran KAP

laba. berpengaruh terhadap

penetapan audit fees,

Keberadaan anak

perusahaan memiliki

pengaruh signifikan

terhadap penetapan

audit fees, Ukuran

kantor akuntan publik

memiliki pengaruh

signifikan terhadap

penetapan audit fees.

8 Yulianti et al Pengaruh Ukuran Pengaruh Ukuran perusahaan,

(2019) Perusahaan, Ukuran kompleksitas audit, dan

Kompleksitas Audit, Perusahaan, ukuran KAP

Risiko Perusahaan, Kompleksitas berpengaruh positif dan

dan Ukuran KAP Audit, signifikan terhadap fee

23
Terhadap Fee Audit Risiko audit, Risiko

(Studi Empiris Pada Perusahaan, dan perusahaan

Perusahaan Non Ukuran KAP, berpengaruh positif

Keuangan yang Fee Audit namun tidak signifikan

Terdaftar di BEI terhadap fee audit.

pada Tahun 2014 –

2017)

9 Widiasari & Pengaruh Fee audit, Keberadaan fungsi

Prabowo (2008) Pengendalian Internal Audit, internal audit

Internal Perusahaan Pemegang dan komite audit tidak

dan Struktur Saham berpengaruh yang

Corporate Mayoritas, signifikan terhadap fee

Governance Komite Audit, audit. Pemegang saham

Terhadap Fee Audit Komisaris mayoritas dan

Independen, dewan komisaris

independen perusahaan

berpengaruh terhadap

fee audit dengan arah

positif

10 Ayu & Septiani Pengaruh Ukuran Pengaruh Dewan Komisaris,

(2018) Dewan Komisaris, Ukuran Dewan ukuran Komite Audit,

Komite Audit, dan Komisaris, dan ukuran KAP

Kap Terhadap Fee Komite Audit, berpengaruh terhadap

24
Audit Eksternal dan Kap fee audit eksternal pada

Terhadap Fee perusahaan jasa sektor

Audit Eksternal keuangan yang

terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) tahun

2014—2016.

11 Hay et al. Bukti Pengaruh Ukuran peningkatan kontrol

(2008) Pengendalian (LNASSETS), dan tata kelola

Internal dan Tata kompleksitas perusahaan secara

Kelola Perusahaan (SQSUB), positif terkait dengan

terhadap Audit Fee resiko bawaan permintaan untuk

(INVREC), layanan audit eksternal

kondisi tetapi hanya jika ada

keuangan variasi yang cukup

(CASCLS), dalam pengaturan tata

iuran firma kelola perusahaan. Pola

audit besar keseluruhan hasil

(BIG), aset luar mendukung teori yang

negri (FOR), mendasari bahwa ada

Perubahan hubungan positif dan

terbaru dari kompleks antara

perusahaan elemen kontrol yang

audit berbeda karena

25
(SWITCH) hubungan agensi antara

pemangku kepentingan,

sifat risiko yang

relevan, dan kontrol

yang tersedia.

12 DeAngelo Ukuran auditor Ukuran auditor kualitas audit tidak

(1981) kualitas audit kualitas audit tergantung pada ukuran

auditor

13 Ng et al., (2018) Audit musiman dan audit "musim Dari sudut pandang

imbalan jasa audit: sibuk" dan auditor, tahun kalender

Teori dan bukti dari "musim sepi". dapat dibagi menjadi

meta-analisis musim sibuk dan

musim sepi. Konsisten

dengan kerangka

teoritis ekonomi kami,

musim sibuk

menyebabkan

peningkatan

permintaan audit tetapi

pasokan terbatas dan

tidak elastis, yang pada

gilirannya

meningkatkan harga

26
jasa audit.

14 El-Gammal Penentu Biaya Ukuran Hasil penelitian ini

(2012) Audit: Bukti dari perusahaan dan adalah ditekankan

Lebanon Ukuran bahwa menjadi salah

perusahaan satu dari big four

audit ditemukan menjadi

faktor paling penting

dalam mempengaruhi

penentuan jumlah biaya

audit dari sudut

pandang kedua

kelompok responden.

15 Liu, Lobo, & Apakah Kompensasi Biaya audit dan kami menemukan bukti

Yu, 2020) Ekuitas Komite kompensasi yang menunjukkan

Audit Terkait dengan ekuitas bahwa kompensasi

Biaya Audit? ekuitas mendorong

anggota AC untuk

mengkompromikan

independensi mereka

dengan membayar

biaya audit yang lebih

rendah. Kami

selanjutnya

27
menunjukkan bahwa

kompensasi ekuitas

yang lebih besar

dikaitkan dengan

kualitas laba yang lebih

rendah.

5.3. Kerangka Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian dan juga

berdasarkan tinjauan teoritis serta tujuan penelitian, maka variabel independen

penelitian ini adalah Kompleksitas Perusahaaan (𝑋1), Ukuran perusahaan (𝑋2 )

dan Ukuran KAP (𝑋3) dan variabel dependen adalah Fee Audit (Y). Berikut

gambar kerangka penelitian pada gambar 1

Kompleksitas
Perusahaaan
(𝑋1 ) 𝐻1

28
𝐻2
Ukuran Perusahaaan Fee Audit
(𝑋2 ) (𝑌)

Ukuran KAP 𝐻3
(𝑋3 )

Gambar 1

Skema Kerangka Penelitian

5.4. Pengembangan Hipotesis

5.4.1. Pengaruh Kompleksitas Perusahaan terhadap Fee Audit

Kompleksitas adalah kerumitan yang ada di sebuah perusahaan

berkaitan dengan transaksi dapat berupa dengan adanya banyak anak

perusahaan, banyaknya cabang/operasi bisnis baik di dalam dan di luar

negri, serta penggunaan mata uang asing. Jika perusahaan mempunyai

anak perusahaan maka perusahaan tersebut wajib untuk menyusun laporan

keuangan konsolidasian. Laporan keuangan konsolidasian lebih sulit

dilakukan audit dibandingkan laporan keuangan biasa maka klien atau

perusahaan tersebut akan memberikan fee audit yang lebih besar pula jika

memiliki anak perusahaan.

Penjelasan di atas dapat dipahami suatu perusahaan yang

mempunyai banyak anak perusahaan maka akan semakin sulit proses

pengauditan-nya yang akan berpengaruh terhadap besaran fee audit yang

akan dibayarkan perusahaan tersebut sejalan dengan penelitian milik

29
Suryajaya (2016) yang hasilnya menuliskan kompleksitas mempengaruhi

secara positif terhadap fee audit audit yang artinya jika perusahaan

memiliki banyak anak perusahaan maka fee audit atas jasa profesional

pengauditan yang akan diterima auditor akan semakin besar dan sejalan

dengan hasil penelitian Raymond & Yuyetta (2014) dan Yulianti et al.,

(2019) yang menyatakan bahwa Keberadaan anak perusahaan memiliki

pengaruh terhadap penetapan audit fee. Hipotesis yang diajukan

berdasarkan uraian di atas adalah:

H1: Kompleksitas perusahaan berpengaruh terhadap fee audit

5.4.2. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Fee Audit

Menurut Wibowo (2017) Ukuran perusahaan dapat dilihat dari

total aset yang ada di dalam perusahaan, penjualan serta kapitalisasi pasar

perusahaan bersangkutan. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini

ditunjukkan dengan total aset suatu perusahaan. Perusahaan yang besar

cenderung akan memakan banyak waktu serta membutuhkan banyak tim

audit alasannya transaksi di dalam perusahaan besar jauh lebih kompleks

dibandingkan perusahaan kecil. Jika suatu perusahaan itu besar maka fee

audit yang dibayarkan juga akan tinggi karena akan semakin rumit audit

yang akan dikerjakan auditor.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Cristansy & Ardiati

(2016) dan Chandra (2015)yang menyatakan ukuran perusahaan

mempengaruhi fee audit. Hasil penelitian tersebut dapat dipahami jika

30
ukuran perusahaan yang besar membutuhkan waktu lama proses audit

dalam memeriksa bukti-bukti audit maka fee audit yang harus dibayarkan

oleh perusahaan semakin besar. Maka hipotesis yang dapat dirumuskan

dari uraian di atas adalah:

H2: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap fee audit

5.4.3. Pengaruh Ukuran KAP terhdadap Fee Audit

Ukuran kantor Akuntan Publik (KAP) dapat dikategorikan besar

jika KAP tersebut memiliki reputasi yang baik dan merupakan KAP

berafiliasi big 4. Menurut DeAngelo, (1981) KAP big four memiliki

hasil audit lebih berkualitas dibandingkan KAP non big four karena

pengalamam dan pelatihan yang lebih banyak serta reputasi yang lebih

baik sesuai dengan teori agensi. Mereka cenderung akan berusaha

menghindari hal-hal yang mencoreng citra KAP-nya.

KAP big four memiliki keuangan yang kuat, mereka melakukan

banyak pelatihan serta mengembangkan terknologi penunjang untuk

meningkatkan kinerja mereka oleh karena itulah Auditor yang berasal

dari KAP big four memasang harga atas jasa audit yang lebih tinggi.

Ukuran KAP besar (big four) maka hasil audit yang dihasilkan lebih

bermutu dibandingkan non big four sehingga fee audit yang diberikan

perusahaan lebih besar kepada auditor yang bernaung di dalam KAP big

four. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Chandra (2015) dan Ayu &

Septiani (2018) yang hasilnya mengungkapkan ukuran KAP akan

31
mempengaruhi fee audit. Hipotesis yang dapat diambil dari uraian di

atas adalah:

H3: Ukuran KAP berpengaruh terhadap fee audit

6. Metode Penelitian

6.1. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis data penelitian ini adalah menggunakan jenis penelitian kuantitatif.

Penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berfokus pada

32
penggunaan data numerik dan diproses dengan metode statistik, sedangkan

data yang digunakan adalah data sekunder. Menurut Uma & Roger (2017)

Data sekunder adalah data yang telah ada dan peneliti tidak harus

mengumpulkannya. Data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari

laporan tahunan yang diaudit Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di BEI

pada Tahun 2016 – 2020 di situs Bursa Efek Indonesia yaitu

www.Invesnesia.com dan www.idx.co.id

6.2. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan semua objek penelitian yang berdasarkan kategori

tertentu yang ditetapkan peneliti. Populasi dari penelitian ini adalah

perusahaan keuangan yang terdapat pada Bursa Efek Indonesia dari tahun

2016-2020 berjumlah 90 perusahaan. Sampel yaitu wakil dari populasi,

metode yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah teknik purposive

sampling dari teknik tersebut ditemukan sampel sebanyak 25 perusahaan.

Menurut Sugiyanto (2013:85) dalam Widianti (2019) purposive sampling

merupakan “...teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”.

Teknik purposive sampling digunakan karena mungkin kriteria sampel

tidak semuanya sesuai dengan yang telah penulis tentukan, oleh karena itu

peneliti memilih teknik ini. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan

teknik ini dengan menetapkan kriteria-kriteria khusus yang sesuai dengan

tujuan penelitian. Berikut ini kriteria-kriteria yang harus dipenuhi pada tabel 2

33
Tabel 2

Kriteria Sampel

NO. Kriteria Jumlah

1. Jumlah seluruh perusahaan sektor keuangan 90

yang listing di BEI berturut-turut 2016-2020

2. Perusahaan yang tidak mengungkapkan (65)

besarnya fee audit dalam Rupiah selama

periode pengamatan

3. Perusahaan yang tidak menyajikan laporan 0

keuangan dalam Rupiah

4. Jumlah perusahaan sampel 25

5. Tahun pengamatan (2016-2020) 5

6. Jumlah perusahaan sampel selama tahun 125

pengamatan

Sumber: Data sekunder yang diolah

Berdasarkan kriteria pengambilan sampel di atas, jumlah perusahaan

sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 25 perusahaan

selama 5 tahun penelitian yaitu tahun 2016-2020, sehingga sampel observasi

peneliti berjumlah 125 sampel. Tabel 3 berikut ini menujukkan daftar sampel

perusahaan

Tabel 3
Daftar Sampel Perusahaan

34
No. Kode Nama Perusahaan Subsektor
Perusahaan Perusahaan
1. AGRO Bank Rakyat Indonesia Perbankan
Agroniaga Tbk
2. BABP Bank MNC International Tbk Perbankan
3. BBCA Bank Central Asia Tbk Perbankan
4. BBNI Bank Negara Indonesia Perbankan
(Persero) Tbk
5. BBRI Bank Rakyat Indonesia Perbankan
(Persero) Tbk
6. BBTN Bank Tabungan Negara Perbankan
(Persero) Tbk
7 BJTM Bank Pembangunan Daerah Perbankan
Jawa Timur Tbk
8. BKSW Bank QNB Indonesia Tbk Perbankan
9. BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk Perbankan
10. BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk
11. BNGA Bank CIMB Niaga Tbk Perbankan
12. BTPN Bank Tabungan Pensiunan Perbankan
Nasional Tbk
13. BVIC Bank Victoria International Perbankan
Tbk
14. PNBS Bank Panin Dubai Syariah Tbk Perbankan
15. ABDA Asuransi Bina Dana Arta Tbk Asuransi
16. PNIN Paninvest Tbk Asuransi
17. TUGU Asuransi Tugu Pratama Asuransi
Indonesia Tbk
18. CFIN Clipan Finance Indonesia Tbk Lembaga
Pembiayaan
19. IMJS Indomobil Multi Jasa Tbk Lembaga
Pembiayaan
20. POLA Pool Advista Fiance Lembaga
Pembiayaan
21. VRNA Verena Multi Finance Tbk Lembaga
Pembiayaan
22. PANS Panin Sekuritas Tbk Perusahaan
Sekuritas
23. TRIM Trimegah Sekuritas Indoensai Perusahaan
Tbk Sekuritas
24. CASA Capital Financial Indonesia Lainnya
Tbk
25. PNLF Panin Financial Tbk Lainnya
Sumber: www.idx.co.id

35
6.3. Definisi Operasional Variabel dan pengukuran

6.3.1. Variabel Dependen

Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu fee audit. Fee

audit merupakan imbalan yang diterima auditor dari perusahaan/klien atas

jasa audit yang telah dilakukan. Fee audit dapat dilihat dalam laporan

keuangan perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa efek Indonesia dari

tahun 2016-2020. Namun belum banyak perusahaan yang mengungkapkan

besaran fee audit di dalam laporan keuangan karena perusahaan bebas

untuk mengungkapkannya atau tidak.

Pengukuran variabel fee audit dengan rumus logartima natural dari

besarnya fee audit yang ada pada bagian tata kelola perusahaan atau di

bagian lembaga atau profesi penunjang pasar modal dalam annual report

perusahaan. Berikut ini rumus pengukuran variabel fee audit:

Fee audit = Ln (Fee Audit)

6.3.2. Variabel Independen

6.3.2.1. Kompleksitas perusahaan

Kompleksitas adalah kerumitan yang ada di sebuah

perusahaan berkaitan dengan transaksi dapat berupa dengan adanya

banyak anak perusahaan, banyaknya cabang/operasi bisnis baik di

36
dalam maupun di luar negri, serta penggunaan mata uang asing.

Auditor dalam proses auditing auditor membutuhkan keahlian dan

menghabiskan waktunya. Indikator pengukuran penelitian ini adalah

banyaknya jumlah anak perusahaan. Skala nominal digunakan untuk

mengukur variabel kompleksitas. Untuk perusahaan yang memiliki

anak perusahaan diberi angka 1 dan untuk perusahaan yang tidak

memiliki anak perusahaan diberi angka 0 (Widiasari & Prabowo,

2008).

6.3.2.2. Ukuran Perusahaan

Menurut Brigham (2011:4) ukuran perusahaan adalah

sebagai berikut:

“Ukuran perusahaan merupakan ukuran besar kecilnya sebuah

perusahaan yang ditunjukan atau dinilai oleh total aset, total penjualan,

jumlah laba, beban pajak dan lain-lain.”

Pengukuran variabel ukuran perusahaan merujuk dari

penelitian Cristansy & Ardiati (2016) yaitu diukur dengan rumus log

total aset yang ada dalam perusahaan. Berikut ini rumus pengukuran

variabel ukuran perusahaan:

Ukuran perusahaan = Ln (Total Aset)

6.3.2.3. Ukuran KAP

37
Pengertian KAP terdapat di IAPI dalam PP Nomor 2 Tahun

2016 yaitu “suatu badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan dan mendapatkan izin usaha

berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan

Publik”. KAP akan diasumsikan besar jika KAP tersebut berafiliasi big

four, maka pengukuran ukuran kap berdasarkan big four atau non big

four dengan variabel dummy, KAP big four diberikan angka 1 dan

KAP non big four diberikan angka 0 (Chandra, 2015)

6.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini

adalah menggunakan metode documenter. Metode dokumenter dilakukan

dengan menghimpun informasi annual report perusahaan keuangan yang

terdapat di BEI melalui sumber internet, jurnal, dan publikasi dari instansi.

6.5. Model Penelitian

Penelitian ini terdapat lebih dari satu variabel independen maka untuk

menganalisis pengaruh variabel dependen terhadap variabel independen

menggunakan analisis regresi linear berganda yaitu untuk mngetahui besarnya

hubungan fee audit dengan kompleksitas perusahaan, ukuran perusahaan, dan

ukuran KAP (Ghozali, 2011)

𝐿𝑁𝐴𝑈𝐷𝐹𝐸𝐸𝑖𝑡 = α0 + b1𝑆𝑈𝐵𝑆𝐷𝑅𝑖𝑡 + Ɛb2𝐿𝑁𝑆𝐼𝑍𝐸𝑖𝑡 + b3𝐾𝐴𝑃𝑖𝑡

38
𝐿𝑁𝐴𝑈𝐷𝐹𝐸𝐸𝑖𝑡 = Fee yaitu imbalan jasa yang diterima auditor.

variabel ini diukur dengan logaritma natural dari fee

audit

α0 = konstanta

b = koefisian regresi

b1𝑆𝑈𝐵𝑆𝐷𝑅𝑖𝑡 = Kompleksitas dilihat dari jumlah anak

perusahaan, angka 1 untuk untuk perusahaan yang

memiliki anak perusahaan dan angka 0 untuk

perusahaan yang tidak memiliki anak perusahaan

Ɛb2𝐿𝑁𝑆𝐼𝑍𝐸𝑖𝑡 = Ukuran Perusahaan dihitung menggunakan

logaritma natural dari aset perusahaan

b3𝐾𝐴𝑃𝑖𝑡 = Ukuran KAP menggunakan variabel dummy,

angka 1 untuk KAP big four dan angka 0 untuk non

big four

Ɛ = koefisian error (Cristansy & Ardiati, 2016)

6.6. Uji Asumsi Klasik

Penelitian ini perlu melakukan uji asumsi klasik karena menggunakan

analisis regresi berganda. Selain itu uji asumsi klasik dilakukan untuk

memastikan persamaan regresi konsisten dan tidak bias. Beberapa uji asumsi

39
klasik yang dilakukan adalah uji normalitas, uji autokorelasi, uji

multikolinieritas, dan uji heteroskedastitas.

a) Uji Normalitas

Jika nilai residual terdistribusi atau penyebarannya normal maka model

regresi tersebut baik. Untuk mengetahui hal tersebut dilakukan pengujian

uji normalitas. Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat nilai

kolmogrov-smirnov dengan ketentuan nilai signifikansi di atas 0,05

menunjukkan distribusi data normal sedangkan nilai signifikansi di bawah

0,05 berarti distribusi data tidak normal. Terdapat dua cara untuk

melakukan uji normalitas yaitu uji statistic dan analisis grafik. Analisis

grafik menggunakan grafik histogram dengan tujuan melihat normalitas

residual. Sedangkan uji statistik untuk melihat normalitas residual dengan

nilai kurtosis dan skewness (Ghozali, 2011)

b) Uji autokorelasi

Model regresi linear diuji apakah terjadi korelasi di antara kesalahan

penganggu satu periode dengan periode sebelumnya (t-1) dengan

pengujian autokorelasi (Ghozali, 2011). Uji Durbin-watson dilakukan

untuk melihat apakah ada autokorelasi.

c) Uji Multikolinearitas

Pada model regresi berganda bisa terjadi korelasi antar variabel bebas

untuk mngetahui hal tersebut uji multikolinearitas perlu dilakukan. Jika

40
terdapat korelasi hal tersebut akan mengganggu hubungan antara variabel

bebas dan terikat. Menurut Ghozali (2011) “uji multikolonieritas ini

bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya

kolerasi antar variabel bebas (variabel independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi kolerasi di antara variabel independennya”.

Pengujian ini dilakukan dengan cara pengukuran tolerance value dan

pengukuran Variance Inflation Factor (VIF).

d) Uji Heteroskedastisitas

Suatu model regresi berganda bisa terjadi perbedaan varian dari

residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Ghozali (2011) menyatakan

bahwa “Model regresi yang baik adalah data yang tidak mengandung

heteroskedastisitas, di mana ini berarti bahwa data ini menghimpun data

yang mewakili berbagai ukuran”. Pengujian ini dilakukan dengan grafik

scatter plot dan uji glejser.

6.7. Pengujian Hipotesis

a) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Stastistik t)

Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen secara parsial maka dilakukan

41
pengujian statistic dengan ukuran tertentu yaitu p-value dibandingkan

0,05. Jika Jika sig-t < 0.05, maka terdapat pengaruh variabel bebas

secara parsial dan sebaliknya Jika sig-t ≥ 0.05, maka tidak terdapat

pengaruh variabel bebas secara parsial (Ghozali, 2011)

b) Koefisien Determinasi

Untuk melihat besarnya pengaruh variabel bebas berikan pada

variabel terikat maka dilakukan pengujian ini dalam model regresi.

Menurut Ghozali (2011) “Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari

koefisien korelasi sebagai ukuran untuk mengetahui kemampuan dari

masing masing variabel yang digunakan. Koefisien determinasi (R²)

mengukur seberapa jauh kemampuan model yang dibentuk dalam

menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi

(R²). Nilai R² yang kecil mengindikasikan variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

dilakukannya prediksi”

Daftar Pustaka

Agoes, S. (2012). Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akutan


Publik. Edisi keempat. Jakarta: Salemba Empat.

Arens, Alvin A. Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. (2012). Jasa Audit dan

42
Assurance. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Arens, Alvin A. Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. (2014). Auditing dan Jasa
Assurance (terjemahan). Edisi Kelimabelas. Jakarta: Erlangga.

Ayu, P. P., & Septiani, T. (2018). Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Komite
Audit, Dan Kap Terhadap Fee Audit Eksternal. Jurnal Akuntansi, 12(1), 1–
15. https://doi.org/10.25170/jara.v12i1.55

Brigham, Eugene F. Dan Joel F. Houston. (2011). Dasar–dasar Manajemem


Keuangan. Edisi 11. penerjemah A. A. Yulianto. Jakarta: Salemba Empat.

Chandra, marcella octavia. (2015). Jurnal Akuntansi Bisnis, Vol. Xiii No. 26
Maret 2015 Pengaruh Good Corporate Governance , Karakteristik
Perusahaan Dan Ukuran Kap Terhadap Fee Audit Eksternal. XIII (26), 174–
194.

Cristansy, J., & Ardiati, A. Y. (2016). Pengaruh kompleksitas perusahaan, ukuran


perusahaan, dan ukuran kap terhadap fee audit pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di bei tahun 2012-2016. Modus, 30(2), 198–211.

DeAngelo, L. E. (1981). Auditor size and audit fees. Journal of Accounting and
Economics, 3(3), 183–199.

El-Gammal, W. (2012). Determinants of Audit Fees: Evidence from Lebanon.


International Business Research, 5(11).
https://doi.org/10.5539/ibr.v5n11p136

Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Godfrey, J., Allan, H., Ann, T., Jane, H., & Scott, H. (2010). Accounting Theory.
New York: McGraw Hill.

Hay, D., Knechel, W. R., & Ling, H. (2008). Evidence on the Impact of Internal
Control and Corporate Governance on Audit Fees. International Journal of
Auditing, 12(1), 9–24. https://doi.org/10.1111/j.1099-1123.2008.00367.x

IAPI. (2016). Peraturan Pengurus Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Penentuan


Imbalan Jasa Audit Laporan Keuangan.

Ikatan Akuntan Publik Indonesia. (2011). Standar Professional Akuntan Publik.


Jakarta: Salemba Empat.

Liu, X., Lobo, G. J., & Yu, H. C. (2020). Is Audit Committee Equity

43
Compensation Related to Audit Fees?*. Contemporary Accounting Research.
https://doi.org/10.1111/1911-3846.12632

Ng, H. Y., Tronnes, P. C., & Wong, L. (2018). Audit seasonality and pricing of
audit services: Theory and evidence from a meta-analysis. Journal of
Accounting Literature, 40(November 2017), 16–28.
https://doi.org/10.1016/j.acclit.2017.11.003

Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17/Pmk.01/2008 Tentang Jasa Akuntan


Publik (pp. 2–5). (2008).

Price, M. (2015). Toshiba scandal puts focus on Japan’s cut-price company audits.
Retrieved from https://www.reuters.com/article/us-toshiba-accounting-
auditor-idUSKCN0Q32OY20150729

Primasari, A., & Zulaikha, Z. (2017). Pengaruh manajemen laba, ukuran KAP dan
leverage terhadap biaya audit pada perusahaan manufaktur di Indonesia.
Diponegoro Journal of Accounting, 6(1976), 104–110.

Raymond, I., & Yuyetta, E. N. A. (2014). Analisis Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi. 3(1989), 1–12.

Sanusi, M. A., & Purwanto, A. (2017). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi


Biaya Audit Eksternal. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Biaya Audit
Eksternal, 6(3), 372–380.

Shafira, A. R., & Ghozali, I. (2017). Pengaruh Risiko Audit, Ukuran Perusahaan,
dan Manajemen Laba Terhadap Audit Fee. Diponegoro Journal Of
Accounting, 6(3), 1–8.

Simbolon, H. A. (2015). Toshiba Accounting Scandal: Runtuhnya Etika Bangsa


Jepang Yang Sangat Diagungkan Itu. Retrieved July 22, 2015, from
akuntansiterapan.com.

Simunic, D. A. (1980). The Prici Theory and Eviden Audit Nervices : Journal of
Accounting Research, 18(1), 161–190.

Suharli, M. (2008). Konsentrasi Auditor Dan Penetapan Fee Audit : Investigasi


Pada Bumn. 133–148.

Suryajaya, Y. W. (2016). Pengaruh Konvergensi Ifrs, Komite Audit, dan


Kompleksitas Perusahaan Terhadap Fee Audit. Jurnal Akuntansi Bisnis,
147(29), 11–40.

Uma, S., & Roger, B. (2017). Metode Penelitian Untuk Bisnis (D. A. Halim & A.

44
N. Hanifah, Eds.). Jakarta Selatan: Salemba Empat.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2011. (2011).

UU No. 20 Tahun 2008. (2008). UU No. 20 Tahun 2008. UU No. 20 Tahun 2008,
(1), 1–31.

Wibowo, A. S. (2017). Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Biaya Audit Eksternal


Dengan Risiko Litigasi Sebagai Variabel Intervening. Diponegoro Journal of
Accounting, 6(4), 275–284.

Widianti. (2019). Pengaruh Kompleksitas Perusahaan, Ukuran Perusahaan dan


Ukuran Kantor Akuntan Publik terhadap Fee Audit. 2018.

Widiasari, E., & Prabowo, T. J. W. (2008). Pengaruh Pengendalian Internal


Perusahaan Dan Struktur Corporate Governance Terhadap Fee Audit. Jurnal
Akuntansi Dan Investasi, 9(2), 125–137.

Yulianti, N., Agustin, H. &, & Taqwa, S. (2019). Pengaruh ukuran perusahaan,
kompleksitas audit, risiko perusahaan, dan ukuran kap terhadap fe e
audit(Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di BEI
pada Tahun 2014 – 2017). Jurnal Eksplorasi Akuntansi, 1(1), 217–235.

45

Anda mungkin juga menyukai