Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN

PROFITABILITAS TERHADAP PENERIMAAN


OPINI AUDIT GOING CONCERN
(Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efel Indonesia)

Oleh :
SULFI SUGIANTI
NIM : 201330032

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)
MUHAMMADIYAH PALOPO
2016

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A.
B.
C.
D.

Latar Belakang..................................................................................................... 1
Rumusan Masalah................................................................................................ 2
Tujuan Penelitian................................................................................................... 3
Manfaat Penelitian................................................................................................ 3

BAB II TELAAH PUSTAKA............................................................................... 5


A. Landasan Teori......................................................................................... 5
1. Teori Agensi............................................................................................... 5
2. Opini Audit................................................................................................ 6
3. Going Concern.......................................................................................... 7
4. Opini Audit Going Concern...................................................................... 8
5. Ukuran Perusahaan.................................................................................... 10
6. Profitabilitas.............................................................................................. 11
B. Penelitian Terdahulu................................................................................. 12
C. Kerangka Konseptual............................................................................... 16
D. Hipotesis................................................................................................... 17
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................. 18
A.
B.
C.
D.

Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel................................... 19


Jenis dan Sumber Data.................................................................................... 19
Populasi dan Sampel....................................................................................... 19
Metode Pengumpulan Data............................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA

...................................................................21

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Saat ini dunia pasar modal mengalami perkembangan yang pesat. Adanya pasar
modal ini menjadikan investor memiliki alat untuk mengukur kinerja dan kondisi
keuangan perusahaan melalui laporan keuangan perusahaan yang berisi informasiinformasi berupa posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang
bermanfaat dalam pembuatan keputusan investasi. Seorang investor membeli sejumlah
saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham
ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan
risiko yang terkait dengan investasi tersebut (Tandelilin, 2001). (Udayana, 2016)
Kelangsungan hidup perusahaan merupakan hal yang penting bagi pihak- pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan terutama investor. Keberadaan entitas bisnis dalam
jangka panjang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going concern)
perusahaan. Kondisi dan peristiwa yang dialami oleh suatu perusahaan dapat memberikan
indikasi kelangsungan usaha (going concern) perusahaan, seperti kerugian operasi yang
signifikan dan berlangsung secara terus menerus sehingga menimbulkan keraguan atas
kelangsungan hidup perusahaan (Foroghi, 2012).
OReilly (2010) mengungkapkan bahwa opini audit going concern melambangkan
sinyal negatif bagi kelangsungan hidup perusahaan sehingga seharusnya dapat berguna
bagi investor, sedangkan opini non going concern melambangkan sinyal positif sebagai
penanda bahwa perusahaan dalam kondisi yang baik. Pengeluaran opini audit going
concern adalah hal yang tidak diharapkan oleh perusahaan karena akan berdampak pada
kemunduran harga saham, ketidakpercayaan investor, kreditor, pelanggan dan karyawan
terhadap manajemen perusahaan, serta perusahaan kesulitan dalam meningkatkan modal
pinjaman. Namun fenomena yang terjadi di lapangan menunjukkan banyak dari
perusahaan yang go public dimana yang seharusnya menerima opini audit going concern
malah menerima opini audit wajar tanpa pengecualian. Bahkan tidak sedikit dari auditor
yang gagal memberikan opini kepada auditee, yaitu keadaan dimana perusahaan yang
tidak sehat namun menerima pendapat qualified.

Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang dapat mengklasifikasikan perusahaan


menjadi perusahaan besar, menengah, dan kecil. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini
diukur melalui logaritma total aset. Total aset dipilih sebagai proksi atas ukuran
perusahaan dengan mempertimbangkan, bahwa nilai aset relatif lebih stabil dibandingkan
dengan nilai market capitalized dan penjualan (Rahman dan Siregar, 2012)
Susanto (2009) dan Sutedja (2010) mengatakan bahwa profitabilitas berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Juandini (2012) dan Dewi (2011) menyatakan bahwa profitabilitas tidak
berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
Sehubungan dengan penjelasan di atas, maka penulis tertarik menganalisis pengaruh
faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern yaitu ukuran
perusahaan dan profitabilitas terhadap penerimaan opini audit going concern. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang listing di Bursa
Efek Indonesia selama periode 2013-2015. Adapun alasan pemilihan perusahaan
manufakur karena transaksi perusahaan manufaktur lebih besar, lebih kompleks dan lebih
bervariasi dibanding sektor lainnya. Judul penelitian ini adalah Pengaruh Ukuran
Perusahaan dan profitabilitas terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
( Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia).
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta
referensi penelitian berikutnya berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur. Selain itu, penelitian
ini juga diharapkan sebagai masukan kepada perusahaan-perusahaan manufaktur dalam
upaya meningkatkan dan perbaikan kinerja. Bagi kantor akuntan publik terutama bagi
auditor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam memberikan
penilaian mengenai keputusan opini audit yang mengacu pada kelangsungan hidup
perusahaan di masa yang akan datang.Bagi investor, ketika akan berinvestasi dapat
melihat bagaimana kelangsungan hidup perusahaan baik atau tidak serta mempunyai
bahan pertimbangan dalam menentukan keputusan investasi.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini difokuskan pada permasalahan
mengenai:

1. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going


concern?
2. Apakah Profitabilitas berpengaruh tehadap terhadap penerimaan opini audit going
concern?
C. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menemukan bukti empiris apakah ukuran perusahaan default berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur.
2. Untuk menemukan bukti empiris apakah profitabilitas berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur.
D. MANFAAT PENELITIAN
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis Bagi pengembangan teori dan pengetahuan di bidang akuntansi,
terutama berkaitan dengan auditing, khususnya dalam bidang keputusan opini audit.
2. Manfaat Praktis
a. Pemberi Pinjaman (Kreditur) Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk
mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman dan kemudian
bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada.
b. Investor Investor saham dan obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan
tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut
atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Investor yang
menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan
untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian
mengantisipasi kemungkinan tersebut.
c. Akuntan
Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan satuan
usaha karena akuntan akan melihat kemampuan going concern suatu
perusahaan.
d. Manajemen
Mengantisipasi timbulnya biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan.

BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Teori Agensi
Jensen dan Meckling (1976), Januarti (2009) menggambarkan adanya hubungan
kontrak antara agen (manajemen) dengan pemilik (principal). Agen diberi wewenang
oleh pemilik untuk melakukan operasional perusahaan, sehingga agen lebih banyak
mempunyai informasi dibandingkan pemilik. Ketimpangan informasi ini biasa
disebut sebagai asymetri information. Baik pemilik maupun agen diasumsikan
mempunyai rasionalisasi ekonomi dan semata-mata mementingkan kepentingannya
sendiri.(AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN INDUSTRI, 2013)
Agency cost adalah risiko yang terjadi ketika seseorang (prinsipal) membayar
seseorang (agen) untuk menjalankan sebuah tugas padahal kepentingan agen
bertentangan atau tidak selaras dengan kepentingan prinsipal (Purbarini, 2007).
Contoh dari hubungan yang mengakibatkan agency cost adalah hubungan antara
pemegang saham yang memiliki saham publik dan manajer yang menjalankan
4

perusahaan tersebut. Pemilik tentu menghendaki manajer menjalankan perusahaan


dengan kaidah-kaidah yang memungkinkan maksimalisasi nilai saham, sementara di
sisi lain manajer berkepentingan membangun kerajaan bisnis melalui ekspansi secara
cepat namun kecenderungan menurunkan harga saham perusahaan. (Ekonomi &
Diponegoro, 2011)
Dalam kaitannya dengan penerimaan opini audit going concern, agen
(manajemen) bertanggung jawab secara moral terhadap kelangsungan hidup
perusahaan yang dipimpinnya. Pemilik memberi wewenang kepada agen untuk
melakukan operasional perusahaan, sehingga informasi lebih banyak diketahui oleh
agen dibandingkan pemilik. Baik prinsipal maupun agen diasumsikan orang ekonomi
rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. Agen mungkin akan
takut mengungkapkan informasi yang tidak diharapkan oleh pemilik, sehingga
terdapat kecenderungan untuk memanipulasi laporan keuangan tersebut. Maka dari
itu diperlukan pihak ketiga yang independen yaitu auditor. Auditor dianggap mampu
menghubungkan kepentingan pemilik (prinsipal) dan pihak agen (manajemen). Tugas
dari auditor adalah memberikan jasa untuk menilai laporan keuangan yang dibuat
oleh agen, mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Auditor juga harus
mempertimbangkan akan kelangsungan hidup perusahaan.(Ekonomi & Diponegoro,
2011)
2. Opini Audit
Pendapat Auditor (opini audit) merupakan bagian dari laporan audit yang
merupakan informasi utama dari laporan audit. Opini Audit diberikan oleh auditor
melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan simpulan atas opini
yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya.(Alichia, Akuntansi,
Ekonomi, & Padang, 2013)
Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor
dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan
yang diauditnya. Arens (1996, dalam Praptitorini dan Januarti, 2007) mengemukakan
bahwa laporan audit adalah langkah terakhir dari seluruh proses audit. Dengan
demikian, auditor dalam memberikan opini sudah didasarkan pada keyakinan
profesionalnya. (Tobergte & Curtis, 2013)
Menurut Halim (2009:63), terdapat lima jenis pendapat yang dapat diberikan oleh
auditor, yaitu:
5

1.

Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) Pendapat wajar tanpa


pengecualian dapat diberikan auditor apabila audit telah dilaksanakan atau
diselesaikan sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan tidak terdapat kondisi atau
keadaan tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan.
Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan Pendapat

2.

ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan
standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum, tetapi terdapat keadaan atau kondisi tertentu yang
memerlukan bahasa penjelasan. Kondisi atau keadaan yang memerlukan bahasa
penjelasan tambahan antara lain dapat diuraikan yaitu: Pendapat auditor sebagian
didasarkan atas laporan auditor independen lain, Adanya penyimpangan dari
prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh IAI, Laporan keuangan dipengaruhi oleh
ketidakpastian yang material, Auditor meragukan kemampuan satuan usaha dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya, Auditor menemukan adanya suatu
perubahan material dalam penggunaan prinsip dan metode akuntansi.
Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Sesuai dengan SA 508 Par. 38 dikatakan bahwa jenis pendapat ini diberikan

3.

apabila:
a. Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan lingkup
audit yang material tapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara
keseluruhan.
b. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip
akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material tetapi tidak
mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan. Penyimpangan tersebut
dapat berupa pengungkapan yang tidak memadai, maupun perubahan dalam
prinsip akuntansi. Auditor harus menjelaskan alasan pengecualian dalam satu
4.

paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat.


Pendapat tidak wajar (adverse opinion) Pendapat ini menyatakan bahwa
laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha,
dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor
harus menjelaskan alasan pendukung pendapat tidak wajar, dan dampak utama

dari hal yang menyebabkan pendapat tidak wajar diberikan terhadap laporan
5.

keuangan.
Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion) Pernyataan
auditor untuk tidak memberikan pendapat ini diberikan apabila:
a. Ada pembatasan lingkup audit yang sangat material baik oleh klien maupun

karena kondisi tertentu.


b. Auditor tidak independen terhadap klien.
3. Going Concern
Hany et.,al (2003) dalam Santosa dan Wedari (2007) mendefinisikan going concern
adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Dengan adanya going concern maka
suatu badan usaha dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam
jangka waktu yang panjang, dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek.
Going concern menurut Petronela (2004) dalam Santosa dan Wedari (2007) adalah
kelangsungan hidup suatu badan usaha dan merupakan asumsi dalam pelaporan
keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas mengalami kondisi yang
sebaliknya, entitas tersebut menjadi bermasalah.(Pudjiastuti, Akuntansi, Ekonomi, &
Gunadarma, 2011)
4. Opini Audit Going Concern
Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk
memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Dengan adanya keraguan atau ketidakpastian atas kelangsungan usaha suatu
perusahaan, maka auditor dapat memberikan opini audit going concern (Januarti,
2009). Januarti dan Fitrianasari (2008) menyatakan bahwa opini audit going concern
merupakan

opini

modifikasi

yang

dalam

pertimbangan

auditor

terdapat

ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan.


Menurut Santosa dan Wedari (2007) perusahaan yang memperoleh opini audit non
going concern berarti mempunyai kondisi keuangan yang baik sehingga mampu
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Setyarno et.,al (2006) menyatakan bahwa
laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern merupakan suatu indikasi
bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko auditee tidak dapat bertahan dalam
bisnis.(Pudjiastuti et al., 2011)
SPAP Seksi 341 memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak
kemampuan satuan usahan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap
opini auditor sebagai berikut:
7

1. Jika auditor yakin terdapat keraguan mengenai kemampuan satuan usaha dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas, maka
auditor harus:
a. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditunjukkan untuk
mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.
b. Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut

secara

efektif

dilaksanakan.
2. Jika manajemen tidak memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi dan
peristiwa

terhadap

kemampuan

satuan

usaha

dalam

mempertahankan

kelangsungan hidupnya, maka auditor mempertahankan untuk memberikan


pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion).
3. Jika manajemen memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi dan
peristiwa di atas, maka auditor menyimpulkan (berdasarkan pertimbangannya)
atas efektivitas rencana tersebut, dan:
a. Jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut tidak efektif, maka auditor
menyatakan tidak memberikan pendapat.
b. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien mengungkapkan
dalam catatan laporan keuangan, auditor menyatakan pendapat wajar tanpa
pengecualian.
c. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien tidak
mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor memberikan
pendapat tidak wajar.
Bagaimanapun juga hampir tidak ada panduan yang jelas atau hasil penelitian
yang dapat dijadikan pemilihan tipe going concern report yang dipilih. Karena
pemberian status going concern bukanlah tugas yang mudah (Koh dan Tan, 1999).
Jika auditor menyimpulkan keragu-raguan atas kemampuan perusahaan untuk
melanjutkan usahanya, pendapat wajar dengan pengecualian dengan paragraf penjelas
perlu dibuat, terlepas dari pengungkapan dalam laporan keuangan. PSA 30
mengijinkan tetapi tidak menganjurkan pernyataan tidak memberikan pendapat
karena adanya kesangsian atas kelangsungan hidup.
Mc Keown et al. (1991) berpendapat bahwa auditor mungkin saja gagal untuk
memberikan pendapat tentang adanya indikasi kebangkrutan pada suatu perusahaan
yang ternyata mengalami kebangkrutan dalam beberapa tahun ke depan atau

mendatang. Hal ini disebabkan karena perusahaan tersebut sedang dalam posisi
ambang batas antara kebangkrutan dengan kelangsungan usaha.
Signifikan atau tidaknya kondisi atau peristiwa tersebut akan bergantung atas
keadaan, dan beberapa diantaranya kemungkinan hanya menjadi signifikan jika
ditinjau bersama-sama dengan kondisi atau peristiwa yang lain. Berikut ini beberapa
contoh, namun tidak terbatas pada kondisi dan peristiwa tersebut ( Tisnawati, 2008
1.

dalam Fanny dan Saputra, 2005):


Tren negatif, sebagai contoh, kerugian operasi yang berulang terjadi, kekurangan
modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio keuangan penting yang

2.

buruk.
Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, sebagai conctoh,
kegagalan dalam memenuhi kewajiban utang atau perjanjian serupa, penunggakan
pembayaran deviden, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan
pembelian kredit biasa, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber

3.

atau metode pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar aktiva.


Masalah intern, sebagi contoh, pemogokan kerja atau kesulitan hubungan
perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses proyek tertentu,
komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk secara

4.

signifikan memperbaiki operasi.


Masalah luar yang telah terjadi, sebagai contoh, pengaduan gugatan pengadilan,
keluarnya undang-undang atau masalah-masalah lain yang kemungkinan
membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi, kehilangan franchise,
lisensi atau paten penting, kehilangan pelanggan atau pemasok utama, kerugian
akibat bencana besar.
Beberapa faktor yang menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup
(Arens, 2003):
1. Kerugian usaha yang besar secara berulang atau kelangsungan modal kerja.
2. Ketidakmampuan perusahaan membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo
dalam jangka pendek.
3. Kehilangan pelanggan utama, terjadinya bencana yang tidak diasuransikan
seperti gempa bumi atau banjir atau masalah perburuhan yang tidak biasa, dan
4. Perkara pengadilan, gugatan hukum atau masalah serupa yang sudah terjadi
dapat membahayakan kemampuan perusahaan untuk beroperasi. (Ekonomi &

Diponegoro, 2011)
5. Ukuran Perusahaan
9

Menurut Ferry dan Jones dalam Sujianto (2001), ukuran perusahaan


menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aset,
jumlah penjualan, ratarata total penjualan dan ratarata total aset.(Alichia et al.,
2013).
Mutchler (1985) menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini
going concern pada perusahaan dengan aset yang lebih kecil. Maka semakin besar
aset perusahaan akan semakin kecil kemungkinan perusahaan menerima opini going
concern.(Santosa & Wedari, 2007)
Ukuran perusahaan dapat dilihat dari kondisi keuangan perusahaan misalnya
besarnya total aset. Sujiyanto (2001) dalam penelitiannya mengunakan penjualan atau
asset untuk mengukur besarnya perusahaan, jika pertumbuhannya bernilai positif
maka dapat mencerminkan besarnya ukuran perusahaan. Menurut Widyantari (2011)
ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva yang dimiliki. Perusahaan dengan
total aktiva yang besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap
kedewasaan karena dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap
memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif panjang. Mutchler
(dalam Santosa dan Wedari, 2007), menyatakan bahwa auditor lebih sering
mengeluarkan modifikasi opini audit going concern pada perusahaan yang lebih kecil,
hal ini dimungkinkan karena auditor mempercayai bahwa perusahaan yang lebih
besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada
perusahaan yang lebih kecil.Januarti dan Fitrianasari (2008), Junaidi dan Jogiyanto
Hartono (2010) menemukan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern, sedangkan Santosa dan Wedari (2007)
menemukan bukti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh pada opini going concern.
Hal ini menunjukkan semakin besar ukuran perusahaan akan semakin kecil
kemungkinan menerima opini audit going concern.(Harjito, 2015)
6. Profitabilitas
Profitabilitas menunjukkan keuntungan yang diperoleh perusahaan selama
periode tertentu (Susanto,2009). Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian
ini adalah return on assets. ROA (return on assets) digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan keseluruhan dana yang
ditanamkan dalam aktiva yang dipergunakan untuk operasi perusahaan. Susanto

10

(2009) membuktikan bahwa return on assets mempengaruhi auditor dalam


memberikan opini audit going concern. Dalam penelitiannya tersebut Susanto (2009)
membuktikan bahwa return on assets yang rendah membuat auditor cenderung
memberikan opini audit going concern.(Pudjiastuti et al., 2011)
B. PENELITIAN TERDAHULU
Beberapa penelitian terdahulu yang mengkaji tentang

faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap opini audit going concern pada perusahaan dapat dilihat dalam
tabel berikut:
RINGKASAN PENELITIAN TERDAHULU
PENELITI
(TAHUN)

VARIABEL
ALAT
DEPENDEN INDEPENDE
ANALISIS
N
Yashinta putri Penerimaan
Pengaruh
Regresi
alichia (2008)
Opini
Audit ukuran
Logistik
Going
perusahaan,
Concern
pertumbuhan
Perusahaan, dan
opini
audit
tahun
sebelumnya

Retno
Pudjiastuti
Jurusan (2011)

HASIL
PENELITIAN

Ukuran
perusahaan
berpengaruh
signifikan negatif
terhadap
opini
audit
going
concern,
Pertumbuhan
perusahaan tidak
berpengaruh
signifikan negatif
terhadap
opini
audit
going
concern, Opini
audit
tahun
sebelumnya
berpengaruh
signifikan positif
terhadap
opini
audit
going
concern,
Pemberian
Opini
audit binary logistic opini audit tahun
Opini
Audit tahun
regression
sebelumnya,
Going
sebelumnya,
kualitas
audit,
Concern
kualitas audit,
kondisi
kondisi
keuangan,
11

keuangan,
pertumbuhan
perusahaan,
ukuran
perusahaan,
profitabilitas
dan likuiditas

Suriani Ginting, Opini


Audit Ukuran
Regresi
dkk (2014)
Going
Perusahaan,
Logistik
Concern
Kondisi
Keuangan,
Pertumbuhan
Perusahaan dan
Reputasi

Eko
Budi Opini
Audit Kualitas audit, Regresi
Setyarno, dkk Going
kondisi
Logistik
(2006)
Concern
keuangan
perusahaan,
opini
audit
tahun
sebelumnya,
pertumbuhan
perusahaan

12

pertumbuhan
perusahaan,
ukuran
perusahaan,
profitabilitas,
dan
likuiditas
secara bersamasama mempunyai
pengaruh
terhadap
pemberian opini
audit
going
concern
Ukuran
Perusahaan,
Kondisi
Keuangan,
Pertumbuhan
Perusahaan dan
Reputasi Auditor
berpengaruh
terhadap Opini
Audit
Going
Concern
kondisi keuangan
perusahaan dan
opini audit tahun
sebelumnya
berpengaruh
signifikan
terhadap
penerimaan opini
audit
going
concern. Untuk
kualitas
audit
dan pertumbuhan
perusahaan tidak
menunjukkan
pengaruh yang
signifikan
terhadap

penerimaan opini
audit
going
concern

Soliyah
Wulandar
(2014)

Penerimaan
Opini Audit
Going
Concern

reputasi
KAP, Regresi
kondisi
Logistik
keuangan
perusahaan,
opini audit tahun
sebelumnya,
ukuran
perusahaan,
rasio
pertumbuhan
perusahaan,
rasio likuiditas,
rasio
profitabilitas,
rasio aktivitas,
dan
rasio
leverage

Monica
Krissindiastuti,
dkk (2016)

Opini Audit Audit


Tenure, Regresi
Going
Pertumbuhan
Logistik
Concern
Perusahaan,
Ukuran
Perusahaan,
Reputasi KAP,
Opinion
Shopping, Opini
Audit
Sebelumnya
13

opini audit tahun


sebelumnya
berpengaruh
terhadap auditor
dalam
memberikan
opini audit going
concern, reputasi
KAP,
kondisi
keuangan
perusahaan,
ukuran
perusahaan, rasio
pertumbuhan,
rasio likuiditas,
rasio
profitabilitas,
rasio aktivitas,
dan
rasio
leverage
berpengaruh
terhadap auditor
dalam
memberikan
opini audit going
concern.
Audit
tenure
berpengaruh
negatif
pada
opini audit going
concern.
Pertumbuhan
perusahaan
berpengaruh
negatif
pada
opini audit going

Yunus
(2015)

Harjito Penerimaan
Opini Audit
Going
Concern

kualitas
Regresi
audit,
kondisi Logistik
keuangan
perusahaan,
pertumbuhan
perusahaan,
opini audit tahun
sebelumnya,
ukuran
perusahaan, dan
debt to equity
ratio

14

concern. Ukuran
perusahaan tidak
berpengaruh
pada opini audit
going concern.
Reputasi
KAP
berpengaruh
positif pada opini
audit
going
concern. Opinion
shopping
berpengaruh
positif pada opini
audit
going
concern. Opini
audit sebelumnya
tidak bepengaruh
pada opini audit
going concern
kualitas
auditberpengaruh
negatif signifikan
terhadap
penerimaan opini
audit
going
concern,
sedangkan ondisi
keuangan
perusahaan
),
pertumbuhan
perusahaan,
opini audit tahun
sebelumnya,
ukuran
perusahaan , dan
debt to equity
ratio
berpengaruh
tidak signifikan
terhadap
penerimaan opini

Putri
Karina Penerimaan
Alamanda
Opini Audit
(2013)
Going
Concern

Ukuran
Regresi
Perusahaan,
Logistik
Profitabilitas,
Solvabilitas Dan
Debt Default

audit
going
concern.
Ukuran
Perusahaan,
profitabilitas
tidak
berpengaruh
terhadap
penerimaan opini
audit
going
concern
sedangkan
solvabilitas, debt
default
berpengaruh
signifikan
terhadap
penerimaan opini
audit
going
concern.

C. KERANGKA KONSEPTUAL
Berdasarkan urutan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu, maka variabel
independen penelitian adalah ukuran perusahaan dan profitabilitas sedangkan variabel
dependennnya adalah penearimaan opini audit going concern . Hubungan antara
perusahaan dan profitabilitas terhadap penerimaan opini audit going concern dapat
digambarkan dalam kerangka sebagai berikut:

PROFITABILITAS
OPINI AUDIT GOING
CONCERN

(ROA)
UKURAN
D. HIPOTESIS
PERUSAHAAN
15

Berdasarkan landasan teori diatas, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis
sebagai berikut :
H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
H2 : Profitabiltas berpengaruh terhadap pemnerimaan opini audit gong concern.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
Di dalam penelitian ini variabel-variabel penelitian diklasifikasikan menjadi dua
kelompok variabel, yaitu variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebas
(independent variable). Variabel terikat pada penelitian ini adalah opini audit going
concern, dan yang menjadi variabel bebas adalah ukuran perusahaan dan profitabilitas
1. Variabel Dependent
a. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala, yaitu dapat diklasifikasikan besar
kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aktiva, log size,
nilai pasar saham, dan lain-lain. Secara umum biasanya ukuran perusahaan
diproksi dengan total aset. Karena nilai total aset biasanya sangat besar
dibandingkan variabel keuangan lainnya, variabel aset diperhalus menjadi Ln
(aset).
Pengukuran variabel ukuran perusahaan dihitung dengan menggunakan
total aktiva dalam rupiah dan data di log/natural logaritma (Ln) agar dapat
menyederhanakan perhitungan.
Ukuran Perusahaan = Ln dari Total Aset
16

b. Profitabilitas
Profitabilitas menunjukkan keuntungan yang diperoleh perusahaan selama
periode tertentu (Susanto,2009). Rasio profitabilitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah return on assets. ROA (return on assets) digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang dipergunakan untuk
operasi perusahaan. Susanto (2009) membuktikan bahwa return on assets
mempengaruhi auditor dalam memberikan opini audit going concern. Dalam
penelitiannya tersebut Susanto (2009) membuktikan bahwa return on assets
yang rendah membuat auditor cenderung memberikan opini audit going
concern.
Dalam penelitian ini, pengukuran profitabiltas yang digunakan adalah
menggunakan proksi ROA (Return On Assets). Perhitungan ROA sebagai
berikut:
LABA BERSIH
ROA (Return On Assets) =
TOTAL ASSETS
2. Variabel Independent
Dalam penelitian ini, variabel dependen yang digunakan adalah opini audit
going concern (GC), yaitu opini audit modifikasi yang dalam pertimbangan
auditor

terdapat

ketidakmampuan

atau

ketidakpastian

signifikan

atas

kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya. Pada opini GC


diberi kode 1, sedangkan opini NGC diberi kode 0.
B. JENIS DAN SUMBER DATA
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder dalam
penelitian ini berupa data laporan keuangan tahunan perusahaan dan laporan auditor
independen perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
periode 2013-2015. Data tersebut diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory
(ICMD) dan situs Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id.
C. POPULASI DAN SAMPEL
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
listing (dari tahun 2013-2015) di BEI.
17

Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Adapun kriteria yang


perlu diperhatikan dalam penentuan sampel adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum 1 Januari 2013.
2. Perusahaan manufaktur yang tidak di delisting di BEI tahun 2013- 2015.
3. Menerbitkan laporan keuangan secara lengkap selama tahun 2013-2015.
4. Mengalami laba bersih setelah pajak negatif sekurang-kurangnya dua periode laporan
keuangan selama periode pengamatan (2013-2015) karena auditor cenderung tidak
memberikan opini audit going concern pada perusahaan yang memperoleh laba
positif.
5. Perusahaan manufaktur menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh
auditor independen dengan lengkap di BEI tahun 2013-2015.
D. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini yaitu studi
pustaka dan studi dokumentasi. Metode studi pustaka yaitu metode yang digunakan
dengan memahami literature yang memuat pembahasan berkaitan dengan penelitian
dengan mempelajari artikel, jurnal serta penelitian terdahulu. Metode dokumentasi ini
dilakukan dengan cara mengumpulkan laporan keuangan dan data lain yang
dipublikasikan oleh BEI melalui ICMD dan situs BEI (www.idx.co.id)

18

DAFTAR PUSTAKA
Alichia, Y. P., Akuntansi, P. S., Ekonomi, F., & Padang, U. N. (2013). Pengaruh Ukuran
Perusahaan , Pertumbuhan Perusahaan , Dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap
Opini Audit Going Concern.
AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN INDUSTRI. (2013).
Ekonomi, F., & Diponegoro, U. (2011). PENERIMAAN OPINI AUDIT.
Harjito, Y. (2015). Analisiskecenderungan Penerimaan Opini Audit Going, XIX(01), 3149.
Pudjiastuti, R., Akuntansi, J., Ekonomi, F., & Gunadarma, U. (2011). ANALISIS FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDITOR DALAM PEMBERIAN OPINI AUDIT
GOING CONCERN ( Studi Empiris: Perusahaan Sektor Infrastruktur , Utilitas dan
Transportasi Yang Terdaftar di BEI 2007-2011 ).
Santosa, A. F., & Wedari, L. K. (2007). Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi
kencenderungan penerimaan Opini Audit Going Concern. Jaai, 11(2), 141158.
Tobergte, D. R., & Curtis, S. (2013). No Title No Title. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 16891699. http://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Udayana, E. A. U. (2016). E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI OPINI AUDIT GOING CONCERN Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana ( Unud ), Bali , Indonesia Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana ( Unud ), Bali , Indonesia ABSTRAK. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,
14, 451481.
Wulandari, S. (2014). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Auditor Dalam Memberikan
Opini Audit Going Concern. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 3, 531558.

19

Anda mungkin juga menyukai