Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KASUS AUDIT PIUTANG

KASUS AUDIT BI : ALIRAN DANA YPPI

(Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Auditing 2)

Disusun Oleh:

1. Kaswati (19101021220)

2. Vindi Ayu Saputri (19101021223)

3. Ratma Lativa Nuzulia (19101021258)

4. Aeyna Azeha (19101021211)

5. Mar’rifatun Nisa (19101021215)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “KASUS AUDIT BI:
ALIRAN DANA YPPI” dapat kami selesaikan dengan baik. Tim penulis berharap makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang kasus-kasus audit. Begitu
pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga
makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun
melalui media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua
orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen pembimbing kami,
Agus Triyani,SE.,M.AK., dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang membantu kami
dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang
Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan
makalah kami selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Tim
penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya
makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Semarang, 20 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................................................i

Kata Pengantar.................................................................................................................................ii

Daftar Isi.........................................................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan...........................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1

1.3 Tujuan Masalah......................................................................................................................1

Bab II Landasan Teori.....................................................................................................................2

2.1 Deskripsi Piutang.................................................................................................................2

2.2 Jenis-Jenis Piutang..............................................................................................................2

2.3 Sifat dan Contoh Piutang.....................................................................................................2

2.4 Prinsip Akuntansi Piutang...................................................................................................3

2.5 Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Piutang.................................................................3

2.6 Dokumen atau Catatan yang Berkaitan................................................................................4

2.7 Prosedur Audit Piutang........................................................................................................5

2.8 Program Pengujian Substantif terhadap Piutang Usaha.......................................................6

Bab III Analisis Kasus.....................................................................................................................7

3.1 Contoh Kasus.......................................................................................................................7

3.2 Analisa Penanganan Kasus YPPI.........................................................................................9

3.3 Prosedur Pengujian Subtantif tentang Piutang.....................................................................9

Bab IV Kesimpulan........................................................................................................................11

iii
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan atau jasa
secara kredit. Piutang lain-lain adalah piutang yang timbul dari transaksi diluar kegiatan usaha
normal perusahaan. Perkiraan piutang pemegang saham dan piutang perusahaan afiliasi harus
dilaporkan tersendiri (tidak digabung dengan dengan perkiraan piutang) karena sifatnya yang
berbeda. Piutang dinyatakan sejumlah tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat
ditagih. Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk
piutang yang tidak dapat ditagih. Disamping itu piutang juga mempunyai tujuan dan prosedur
pemeriksaan yang dilakukan secara tersendiri.

Dengan demikian, perlu dimiliki suatu prosedur yang wajar dan cara pengelolaan yang
cukup baik terhadap piutang, bukan saja untuk keberhasilan perusahaan tetapi juga untuk
memelihara hubungan yang memuaskan dengan para konsumen. Suatu perusahaan harus selalu
menjaga keefektivitasan dalam pengelolaan piutang. Hal tersebut penting untuk dilakukan
mengingat bila terjadi sedikit saja kesalahan dalam pencatatan piutang maka akan berakibat
buruk terhadap kinerja yang dijalankan oleh perusahaan tersebut. Dalam hal ini, tugas dari
seorang akuntan publik sangat diperlukan.

Seorang akuntan publik dalam perannya sebagai auditor akan memberikan berbagai jasa
kepada kliennya. Salah satu tugas dari seorang akuntan publik adalah memberikan jasa atestasi
kepada klienya mengenai kewajaran dari laporan keuangan sebuah entitas bisnis. Jasa atestasi
akuntan publik ini terdiri dari kegiatan auditing. pemeriksaan, review, pemeriksaan internal
control dan prosedur yang disepakati. Pada kegiatan auditing, biasanya seorang akuntan publik
akan berupaya melakukan penilaian apakah laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan
adalah wajar, dalam semua hal material dan posisi keuangan serta hasil usaha sesuai dengan
prinsip akuntansi yang diterima umum. Sedangkan pada kegiatan pemeriksaan, akuntan pubik
akan melakukan pemeriksaan terhadap informasi keuangan prospektif dan pemeriksaan untuk
menentukan kesesuaian pengendalian internal kontrol yang diterapkan oleh perusahaan. Instansi
pemerintah, dan badan usaha lainya.

1.1 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Terjadinya Kasus Audit BI: Aliran Dana YPPI?


2. Bagaimana Penanganan Kasus Audit BI: Aliran Dana YPPI?
3. Bagaimana Prosedur Audit Piutang Pada Kasus Audit BI: Aliran Dana YPPI?

1.2 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui Terjadinya Kasus Audit BI: Aliran Dana YPPI?
2. Untuk mengetahui Penanganan Kasus Audit BI: Aliran Dana YPPI?
3. Untuk mengetahui Prosedur Audit Piutang Pada Kasus Audit BI: Aliran Dana
YPPI
1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Piutang

Untuk mengetahui dengan jelas pengertian auditing, maka berikut ini akan dikemukakan
definisi definisi pengauditan yang di ambil dari beberapa sumber:

1. Konrath (2002:5) dalam Sukrisno Agoes (2004:1) mendefinisikan audit sebagai "suatu
proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai
asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan
tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan."

2. Menurut Sukrisno Agoes (2004:3), audit adalah "Suatu pemeriksaan yang dilakukan
secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang
telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan tersebut."

Piutang adalah tuntutan (claims) terhadap pihak tertentu yang penyelesaiannya diharapkan
dalam bentuk kas selama kegiatan normal perusahaan. Klaim timbul karena berbagai sebab,
misalnya penjualan secara kredit, pemberian pinjaman kepada karyawan, porsekot dałam kontrak
pembelian, porsekot kepada karyawan, dan lain-lain. Piutang usaha timbul karena adanya
penyerahan barang atau jasa dalam rangka menjalankan kegiatan usaha normal perusahaan.

2.2 Jenis-jenis Piutang

1. Piutang dagang
Piutang dagang terjadi akibat kegiatan normal suatu perusahaan melalui penjualan secara
kredit, misalnya notes receivable.
2. Piutang non dagang
Merupakan piutang lainnya yang berasal bukan dari kegiatan utama perusahaan, misalnya
penjualan surat berharga.

2.3 Sifat dan Contoh Piutang

1. Sifat Piutang, menurut SAK:


 Digolongkan menurut sumber terjadinya
a) Piutang Usaha > timbul dari penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit
b) Piutang Lain-lain → timbul dari transaksi diluar kegiatan usaha normal
 perusahaan > Piutang Usaha dan Piutang Lain-lain yang diharapkan bisa ditagih
dalam waktu satu tahun > Piutang Lancar
2
 Piutang dinyatakan sebesar > jumlah tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang
tidak dapat ditagih
 Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca, diikuti penyisihan untuk
piutang yang tidak dapat ditagih
 Perkiraan piutang pemegang saham dan piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan
tersendiri (tidak digabung dengan perkiraan piutang), karena sifatnya yang berbeda.
2. Contoh rekening yang digolongkan piutang :
a. Piutang Usaha
b. Wesel Tagih
c. Piutang Pegawai
d. Piutang Bunga
e. Uang Muka
f. Refundable Deposit (uang Jaminan)
g. Piutang Lain-lain
h. Allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih)

2.4 Prinsip Akuntansi Piutang

Prinsip akuntansi piutang usaha:

a. Piutang usaha disajikan dalam neraca sebesar netto, yaitu piutang usaha dikurangi
penyisihan kerugian piutang.
b. Metode penyisihan kerugian piutang usaha harus dijelaskan secukupnya.
c. Piutang usaha disajikan terpisah dengan piutang lain-lain.
d. Piutang yang bersaldo kredit disajikan sebagai kewajiban lancar dalam akun uang muka
penjualan
e. Piutang usaha yang dijadikan jaminan harus dijelaskan.

2.5 Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Piutang

1. Untuk memeriksa apakah terdapat pengendalian intern (internal control) yang cukup baik
atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas, dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
a) Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab yang melakukan penjualan,
mengirimkan barang, melakukan penagihan, memberikan otorisasi atas penjualan
kredit, membuat faktur penjualan dan melakukan pencatatan.
b) Formulir yang digunakan ber nomor urut tercetak (prenumbered).
c) Digunakan price list (daftar harga jual).
d) Diadakannya sub buku besar piutang atau kartu piutang (account receivable subledger
card).

3
e) Setiap akhir bulan : dibuat aging schedule piutang (analisa umur piutang). saldo
piutang setiap pelanggan dibandingkan (direconcile) dengan saldo piutang menurut
buku besar dan setiap pelanggan dikirim monthly statement of account.
f) Uang kas, check atau giro yang diterima dari pelanggan harus disetor dalam jumlah
seutuhnya (intact).
g) Mutasi kredit diperkiraan piutang (buku besar dan sub buku besar) yang berasal dari
retur penjualan dan penghapusan harus diotorisasi oleh pejabat berwenang.
h) Setiap pinjaman yang diberikan kepada pegawai, direksi, pemegang saham dan
perusahaan afiliasi harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang.
2. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan auhenticity (ke ontetikan) piutang:
a. Validity > apakah piutang itu sah, masih berlaku (diakui oleh yang mempunyai
utang).
b. Authenticity > apakah piutang itu didukung oleh bukti yang otentik yang ditandatangi
pelanggan.
3. Untuk memeriksa collectibility dan cukup tidaknya perkiraan allowance for bad debts :
a. Collectibility > kemungkinan tertagihnya piutang (dalam neraca).
b. Allowance for bad debts > jumlah yang diperkirakan tidak bisa ditagih, harus
dibuatkan penyisihan dalam jumlah yang cukup, jika sudah pasti tidak bisa ditagih
harus dihapuskan.
c. Allowance terlalu besar > piutang disajikan terlalu kecil (understated), biaya
penyisihan piutang terlalu besar (overstated), laba rugi understated.
d. Allowance terlalu kecil > piutang yang disajikan overstated, biaya penyisihan piutang
understated, laba rugi overstated.
4. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang timbul
karena pendiskontoan wesel tagih (notes receivable) → Wesel tagih yang di diskontokan
ke bank sebelum tanggal jatuh tempo, harus diungkapkan sebagai contingent liability
pada tanggal neraca.
5. Untuk memeriksa apakah penyajian di Neraca sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia, sebagai berikut :
a. Piutang usaha, wesel tagih dan piutang lain-lain harus disajikan secara terpisah.
b. Piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan dikurangi taksiran jumlah yang tidak
dapat ditagih.
c. Saldo kredit piutang individual, jika jumlahnya material harus disajikan dalam
kelompok kewajiban.

2.6 Dokumen atau Catatan yang Berkaitan

1. Pesanan pelanggan (customer order)


2. Pesanan penjua lan (sales order)
3. Faktur penjualan
4. File transaksi penjualan
4
5. Jurnal penjualan (sales journal)
6. Credit note
7. Neraca saldo piutang usaha
8. Laporan bulanan
9. File induk piutang usaha

2.7 Prosedur Audit Piutang

Prosedur audit dilakukan dalam rangka mendapatkan bahan-bahan bukti (audit evidence)
yang cukup untuk mendukung pendapat auditor atas kewajaran laporan keuanga. Menurut
Sukrisno Agoes (2004:176). Prosedur audit piutang usaha antara lain:

1. Pelajari dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan
penerimaan.
2. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule piutang pertanggal neraca. Minta aging
shedule dari piutang usaha per tanggal neraca yang antara lain menunjukkan nama
pelanggan (customer), saldo piutang, umur piutang dan kalau bisa subsequent collections-
nya.
3. Periksa mathematical accuracy-nya dan check individual balance ke subledger lalu
totalnya ke general ledger.
4. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales invoice.
5. Kirimkan konfimasi piutang: Konfirmasi Piutang adalah surat yang ditandatangani klien,
ditunjukkan ke pelanggannya untuk meminta penegasan (konfirmasi) menegenai saldo
utang pelanggan tersebut pertanggal tertentu (biasanya tanggal neraca).
a) Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirim surat konfirmasi.
b) Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif atau konfirmasi negatif. Pada
konfirmasi positif, pelanggan diminta untuk memberikan jawaban baik saldonya
cocok maupun tidak cocok. Pada konfirmasi negative, pelanggan diminta untuk
memberikan jawaban hanya jika saldonya tidak cocok, sehingga jika pelanggan tidak
menjawab akan dianggap bahwa saldonya cocok.
c) Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule piutang maupun di surat konfirmasi.
d) Jawaban kofirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien untuk dicari
perbedaannya.
e) Buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi. Tujuannya untuk mengetahui beberapa
banyak konfirmasi yang dijawab dengan saldo yang sesuai maupun yang berbeda,
yang akan mempengaruhi keyakinan auditor terhadap kewajaran saldo piutang.
6. Periksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti penerimaan kas
untuk periode sesudah tanggal neraca sampai mendekati tanggal penyelesaian
pemeriksaan lapangan (audit field work). Perhatikan bahwa yang dicatat sebagai
subsequent collections hanyalah yang berhubungan dengan penjualan dari periode yang
sedang diperiksa.
5
7. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang di diskontokan untuk mengetahui
kemungkinan adanya contingent liability.
8. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang
disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan terlalu kecil.
9. Test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-lain, lebih
kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca. Periksa apakah barang-
barang yang dijual melalui invoice sebelum tanggal neraca, sudah dikirim per tanggal
neraca. Kalau belum cari tahu alasannya. Periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun
yang diperiksa, yang dibatalkan dalam periode berikutnya.
10. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan
correspondence file untuk mengetahi apakah ada piutang yang dijadikan sebagai jaminan.
11. Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia/SAK.
12. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.

2.8 Program Pengujian Substantif Terhadap Piutang Usaha

1. Prosedur Audit Awal

2. Prosedur Analitis

3. Pengujian terhadap rincian transaksi

4. Pengujian rincian saldo

5. Prosedur Penyajian dan pengungkapan

6
BAB III

ANALISIS KASUS

3.1 Contoh Kasus

a. Deskripsi Singkat

Kasus audit BI atas aliran dana YPPI merupakan salah satu kasus keuangan paling
controversial pada tahun 2008, tim IT indonesia meneliti adanya penyimpangan yg dilakukan
para petinggi negeri ini. terutama karena melibatkan serentetan nama anggota dewan gubernur
BI dan anggota DPR terkemuka. Sebagai hasil dari laporan BPK, kasus aliran dana YPPI kini
telah terangkat ke meja hijau.dalam kasus ini tim IT dibuat kebingungan karena sampai tidak
mengetahui adanya penyimpangan tersebut.

Kasus Aliran dana YPPI atau YLPPI adalah murni temuan tim audit BPK. Tim
tersebutlah yang menentukan rencana kerja, metode, teknik pemeriksaan, analisis maupun
penetapan opini pemeriksaan kasus tersebut sesuai dengan standar pemeriksaan yang berlaku.

Perintah pemeriksaan BI dan YPPI ini dikeluarkan oleh Anggota Pembina Keuangan
Negara II (Angbintama II) dan Kepala Auditorat Keuangan Negara II (Tortama II) yang
membawahi pemeriksaan BI. Selama periode bulan Februari hingga Mei 2005, Tim Audit BPK
melakukan pemeriksaan atas Laporan Keuangan BI Tahun 2004. Tim Audit BPK juga
memeriksa Yayasan Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (YLPPI) yang berdiri pada
tahun 1977, karena afiliasi lembaganya dengan BI.

Pada bulan Maret 2005, Tim Audit BPK di BI menemukan adanya asset/tanah BI yang
digunakan oleh YLPPI, Berdasarkan pemeriksaan lebih lanjut oleh Kantor Akuntan Publik
Muhammad Thoha atas perbandingan kekayaan YLPPI per 31 Desember 2003 dengan posisi
keuangannya per Juni 2003, diketahui adanya penurunan nilai asset sebesar Rp 93 miliar.

b. Kronologis

1) Pada bulan Maret 2005, Tim Audit BPK menemukan bahwa terdapat aset/ tanah yang
digunakan oleh YLPPI. BI juga menyediakan modal awal YLPPI, memberikan
bantuan biaya operasionalnya serta mengawasi manajemennya.
2) Berkaitan dengan dibuatnya peraturan tahun 1993 tentang penggunana asset/tanah
oleh YLPPI serta hubungan terafiliasi antara YLPPI dengan BI, maka Tim Audit
BPK meminta laporan keuangannya agar dapat diungkapkan dalam Laporan
Keuangan BI.

7
3) Dari perbandingan kekayaan YLPPI per 31 Desember 2003 dengan posisi
keuangannya per Juni 2003, diketahui adanya penurunan nilai aset sebesar Rp 93
miliar (Informasi mengenai kekayaan YPPI per 31 Desember 2003 ini diperoleh dari
Laporan Keuangannya yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Mohammad Toha)
4) Juni 2005-0Oktober 2006: Tim Audit BPK melakukan pendalaman dengan kasus
dengan menetapkan sendiri metode, teknik, objek pengungkapan kasus, analisis, serta
penetapan opini pemeriksaan.
5) Mei 2005: Tim Audit BPK melaporkan kasus Aliran Dana YPPI kepada Ketua BPK,
Anwar Nasution.

c. Temuan Penyimpangan

1) Manipulasi pembukuan, baik buku YPPI maupun buku Bank Indonesia. Pada saat
perubahan status YPPI dari UU Yayasan Lama ke UU No 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan, kekayaan dalam pembukuan YPPI berkurang Rp 100 miliar. Jumlah Rp 100
miliar ini lebih besar dari penurunan nilai aset YPPI yang diduga semula sebesar Rp
93 miliar. Sebaliknya, pengeluaran dana YPPI sebesar Rp 100 miliar tersebut tidak
tercatat pada pembukuan BI sebagai penerimaan atau utang.
2) Menghindari Peraturan Pengenalan Nasabah Bank serta UU tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang. Dimana dana tersebut dipindahkan dulu dari rekening YPPI di
berbagai bank komersil, ke rekening yang terdapat BI, baru kemudian ditarik
keseluruhan secara tunai.
3) Penarikan dan penggunaan dana YPPI untuk tujuan berbeda dengan tujuan pendirian
yayasan semula. Ini bertentangan dengan UU Yayasan, dan putusan RDG tanggal 22
Juli 2003 yang menyebutkan bahwa dana YPPI digunakan untuk pembiayaan
kegiatan sosial kemsyarakatan.
4) Penggunaan dana Rp 31,5 miliar yang diduga untuk menyuap oknum anggota DPR.
Sisanya, Rp 68,5 miliar disalurkan langsung kepada individu mantan pejabat BI, atau
melalui perantaranya. Diduga, dana ini digunakan untuk menyuap oknum penegak
hukum untuk menangani masalah hukum atas lima orang mantan Anggota Dewan
Direksi/ Dewan Gubernur BI. Padahal, kelimanya sudah mendapat bantuan hukum
dari sumber resmi anggaran BI sendiri sebesar Rp 27,7 miliar. Bantuan hukum secara
resmi itu disalurkan kepada para pengacara masing-masing. Dan dana Rp 68,5 miliar.

d. Dasar Pengambilan Dana YPPI

8
1) Keputusan Rapat Dewan Gubernur BI (RDG) tanggal 3 Juni 2003 menetapkan agar
Dewan Pengawas YLPPI menyediakan dana sebesar Rp 100 milar untuk keperluan
insidentil dan mendesak di BI.
2) Salah satu dari dua RDG yang dilakukan tanggal 22 Juli 2003 adalah menetapkan
pembentukan Panitia Pengembangan Sosial kemasyarakatan (PPSK) untuk
melakukan "penarikan, penggunaan dan penata usahaan" dana yang diambil dari
YPPI tersebut. PPSK dibentuk untuk melakukan berbagai kegiatan dalam rangka
membina hubungan sosial kemayarakatan.
3) RDG yang kedua dilakukan pada tanggal 22 Juli 2003 menetapkan agar BI mengganti
atau mengembalikan dana Rp 100 miliar yang diambilnya dari YPPI.

3.2 Analisa Penanganan Kasus YPPI

 Ketua BPK, Anwar Nasution (AN) memanggil Gubernur BI, Burhanuddin Abdullah
(BA). AN meminta yang bersangkutan untuk dapat menyelesaikan kasus tersebut
dengan baik agar tidak menimbulkan gejolak politik maupun mengganggu karirnya
sendiri atau karir semua pihak yang terkait.

 Ketua BPK memberikan himbauan yang sama pada Paskah Suzetta (PS). Kala itu, PS
menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi XI DPR-RI dan kemudian diangkat menjadi
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dalam Kabinet Indonesia Bersatu.

 Ketua BPK, AN, menyarankan untuk dapat menyelesaikan kasus Aliran Dana YPPI
sesuai dengan aturan hukum, termasuk UU tentang Yayasan dan sistem pembukuan
BI sendiri. Saran AN secara spesifik adalah:

o agar seluruh uang YPPI dapat dikembalikan

o agar pembukuan YPPI dapat dikoreksi kembali

 Toleransi yang diberikan AN:

o Memberikan jangka waktu penyelesaian oleh BI yang sama dengan


tenggang waktu yang diperlukan Tim Audit BPK untuk mendalami kasus
YPPI, termasuk melengkapi data dan bukti.

o Bila uang YPPI dikembalikan dan pembukuannya dikoreksi, AN akan


menulis surat kepada penegak hukum bahwa tidak ada lagi kerugian
negara.

o Toleransi AN ini tidak dpenuhi oleh para pihak tergugat.

9
3.3 Prosedur Pengujian Subtantif tentang Piutang

1) Prosedur Audit Awal


Dalam prosedur audit awal, auditor membuktikan keandalan catatan akuntansi
piutang usaha yang diselenggarakan oleh klien, dengan cara mengusut saldo piutang
usaha yang dicantumkan di neraca ke dalam akun piutang usaha yang diselenggarakan di
dalam buku besar, membuktikan ketelitian penghitungan saldo akun piutang usaha di
dalam buku besar, dan membuktikan sumber pendebitan dan pengkreditan akun piutang
usaha di dalam buku besar ke dalam jurnal penjualan keluar dan jurnal retur penjualan,
dan jurnal umum.

2) Prosedur Analitis
Dalam prosedur analitis, auditor menghitung berbagai ratio: tingkat perputaran
piutang usaha, ratio piutang usaha dengan aktiva lancar, rate of return on net sales, ratio
kerugian piutang usaha dengan pendapatan penjualan bersih, ratio kerugian piutang usaha
dengan piutang usaha yang sesungguhnya tidak tertagih.

3) Pengujian terhadap rincian transaksi


Dalam pengujian atas rincian transaksi, auditor melaksanakan prosedur audit berikut
ini :
 Memeriksa sampel transaksi piutang usaha yang tercatat ke dokumen yang
mendukung timbulnya piutang usaha
 Melakukan pengujian pisah batas (cut off) transaksi penjualan, retur penjualan,
dan transaksi penerimaan kas.

4) Pengujian rincian saldo


Dalam pengujian rincian saldo, auditor melakukan konfirmasi piutang usaha secara
langsung antara pelanggan dan auditor.

5) Prosedur Penyajian dan pengungkapan


Dalam prosedur penyajian dan pengungkapan, auditor membandingkan penyajian
laporan dengan prinsip akuntansi berterima umum (GAAP). Informasi mengenai hal ini
diperoleh auditor dengan cara:
 Memeriksa klasifikasi piutang usaha di neraca ke dalam kelompok aktiva lancar
dan aktiva tidak lancar
 Memeriksa jawaban konfirmasi bank
 Memeriksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok piutang usaha dan piutang non
usaha
10
 Memeriksa kecukupan pengungkapan dan akuntansi untuk piutang antar pihak
yang memiliki hubungan istimewa, piutang yang digadaikan atau dibebankan
 Memeriksa surat representasi klien mengenai piutang

BAB IV

KESIMPULAN

Dalam kasus ini, Tim Audit BPK menghadapinya dengan cara menentukan
rencana pemeriksaan, menetapkan metoda dan teknik pengungkapan kasus Aliran Dana
YPPI, melakukan analisis dan menarik kesimpulan serta penentuan opini pemeriksaan
atas kasus tersebut sesuai dengan standar pemeriksaan yang berlaku.

Oleh karena semakin banyaknya kasus yang berhubungan dengan audit, maka
perlu adanya internal auditing yang bertujuan untuk membantu pimpinan perusahaan
(manajemen) dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa,
penilaian, saran, serta komentar mengenai kegiatan yang diaudit. Karena jika terjadi
kecurangan dalam internal auditor, maka kasus-kasus seperti ini menjadi sulit terungkap.

11

Anda mungkin juga menyukai