Anda di halaman 1dari 23

Makalah Auditing II

“PEMERIKSAAN EKUITAS DAN LABA”

OLEH:

KELOMPOK 7

NURSIN B1C118065

NURHAYATI B1C118079

NUR FATMAWATI B1C118081

MULIANTI B1C118087

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul
“Pemeriksaan Ekuitas dan Laba”. Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi
tugas dari pada mata kuliah Auditing II.

Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen pada mata kuliah
Auditing II yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.

Ada banyak kendala yang kami hadapi dalam penulisan makalah ini, terutama dalam hal
pengetahuan, referensi dan sumber materi. Kami menyadari sepenuhnya, makalah yang
kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangunakan kami perlukan demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 17 Januari2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ekuitas Dan Laba.........................................................................3


2.2. Tujuan Pemeriksaan Ekuitas Dan Laba..........................................................4
2.3. Audit Siklus Akuntansi Ekuitas Dan Pembayaran Kembali Ekuitas.............5
2.4. Ekuitas Pemilik...............................................................................................9
2.5. Audit Saldo Laba……………………………………………………………12
2.6. Audit Atas Laba Ditahan……………………………………………………13
2.7. Tingkat Risiko Dari Pemeriksaan Ekuitas Dan Laba ....................................15
2.8. Kertas Kerja Pemeriksaan Ekuitas Dan Laba.................................................17

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan.....................................................................................................19
3.2. Saran...............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Modal sangat dibutuhkan oleh perusahaan dalam rangka melancarkan kegiatan
operasionalnya. Kemudian modal akan membuat peusahaan mampu bertahan bahkan
mampu berkembang menjadi lebih besar. Modal yang dibutuhkan oleh perusahaan dapat
bersumber dari dalam perusahaan (internal financing) maupun dari luar perusahaan
(eksternal financing).  Modal merupakan unsur penting dari keberadaan suatu entitas yang
berorientasi pada profit atau keuntungan.
Lazimnya transaksi atas modal tidak sering terjadi atau dengan kata lain volume
transaksi yang berkaitan dengan ekuitas cukup rendah.Meski volume transaksi atas ekuitas
rendah, namun dalam transaksi yang muncul berkaitan dengan ekuitas nominal transaksinya
bersifat material atau terbilang melibatkan rupiah yang besar
Laporan laba/rugi mencerminkan capaian kinerja perusahaan selama periode tertentu
yang dapat membantu keputusan para stakeholder, khususnya para pemberi modal berupa
pemegang saham dan kreditur, melalui informasi laba. Maka dari itu, kualitas laba juga
harus diperhitungkan agar berguna untuk pengguna laporan keuangan. Laporan keuangan
perusahaan merupakan tanggungjawab seorang manajer perusahaan.
Apabila tujuan perusahaan dapat tercapai, yakni laba yang diperoleh, maka manajemen
berhak menerima insentif berupa bonus atas laba yang dihasilkan sehingga dapat
memotivasi manajemen untuk menonjolkan prestasi kinerjanya melalui penyimpangan
tindakan oportunistik seperti manajemen laba. Manajemen laba adalah adanya campur
tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan dengan tujuan untuk menguntungkan
dirinya sendiri (Rahdal et al., 2017). Praktik manajemen laba tidak menyalahi prinsip-prinsip
akuntansi yang berterima umum namun menurut Hsieh et al. (2018) menyatakan secara
umum, manajemen laba diyakini memiliki efek negatif pada kualitas laba dan mengurangi
kredibilitas laporan keuangan suatu perusahaan.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian dari Ekuitas Dan Laba?


2. Apa Tujuan Pemeriksaan Ekuitas Dan Laba?
3. Bagaimana Audit Siklus Akuntansi Ekuitas Dan Pembayaran Kembali Ekuitas?
4. Bagaimana Ekuitas Pemilik?
5. Bagaimana Audit Saldo Laba?
6. Bagaimana Audit Atas Laba Ditahan?
7. Bagaimana Tingkat Risiko Dari Pemeriksaan Ekuitas Dan Laba?
8. Bagaimana contoh Kertas Kerja Pemeriksaan Ekuitas Dan Laba?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui Pengertian dari Ekuitas Dan Laba


2. Mengetahui Tujuan Pemeriksaan Ekuitas Dan Laba
3. Mengetahui Audit Siklus Akuntansi Ekuitas Dan Pembayaran Kembali Ekuitas
4. Mengetahui Ekuitas Pemilik
5. Mengetahui Audit Saldo Laba
6. Mengetahui Audit Atas Laba Ditahan
7. Mengetahui Tingkat Risiko Dari Pemeriksaan Ekuitas Dan Laba
8. Mengetahui Kertas Kerja Pemeriksaan Ekuitas Dan Laba

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekuitas Dan Laba

Secara umum, Ekuitas/modal merupakan hak pemilik atas aktiva perusahaan yang
merupakan kekayaan bersih (jumlah aktiva dikurangi kewajiban). Ekuitas pada berbagai
jenis usaha dapat berupa berbagai jenis dan bentuk. Hal ini tergantung dari jenis usaha yang
dijalankan serta bentuk dari entitas itu sendiri.

Ekuitas merupakan bagian pemilik atas suatu entitas. Jenis jenis dan pengklasifikasian
ekuitas tergantung pada bentuk hukum perusahaan: perusahaan perseorangan, firma,
perseroan komanditer (CV), perseroan terbatas (PT), perusahaan umum (perum), perusahaan
jawatan (perjan), koperasi, dan lain-lain. Laporan perubahan ekuitas melaporkan perubahan
yang terjadi atas setiap komponen ekuitas, yaitu peningkatan atau penurunan pada aset
bersih pemilih (owners) suatu entitas tertentu selama suatu periode tertentu. Tujuan dan
manfaat penyusunan laporan perubahan ekuitas adalah untuk memahami sebab pertambahan
atau oengurangan komponan ekuitas selama suatu periode tertentu. Beberapa pengendalian
internal sangatlah penting bagi aktivitas ekuitas pemilik yang penting, antara lain: otorisasi
transaksi yang tepat, penyimpanan catatan dan pemisahan tugas yang tepat, panitera
independen dan agen transfer saham, transaksi modal saham yang ada telah dicatat, transaksi
modal sahm yang dicatat memang terjadi dan dicatat secara akurat, modal saham dicatat
secara akurat, serta modal saham disajikan dan diungkapkan secara layak.

Laba merupakan sesutu yang penting dalam laporan keuangan yang memiliki berbagai
kegunaan dalam berbagai konteks. Dalam akuntansi laba diartikan sebagai jumlah bersih
yang didefinisikan oleh FASB atau lebih spesifiknya laba komprehensif, laba akuntansi
merupakan selisih antara biaya dan pendapatan karena akuntansi secara umum menganut
konsep kos historis, konsep penandingan, dan asas akrual. Laba sering digunakan sebagai
dasar untuk kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan. Laba
akuntansi berhubungan dengan pengukuran modal dan dalam kenyataannya digunakan
analisis terhadap perubahan modal secara temporer.

3
2.2 Tujuan pemeriksaan Ekuitas dan Laba

Tujuan Pengujian SubstantifPada Modal:

1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang berkaitan dengan


ekuitas pemegang saham.
2. Membuktikan bahwa saldo ekuitas saham mencerminkan kepentingan pemegang saham
yang ada pada tanggal neraca yang mencerminkan keterjadian transakasi yang berkaitan
dengan ekuitas pemegang saham selama tahun yang diaudit.
3. pemeriksaan terhdap sertifikat saham yang dibatalkan.Membuktikan kelengkapan
transaksi yang dicatat selama tahun yang diaudit dan kelengkapan saldo pemegang saham
yang disajikan di neraca
4. Membuktikan bahwa saldo ekuitas pemegang saham yang dicantumkan di neraca
merupakan klaim pemilik terhadap aktiva entitas
5. Membuktikan kewajaran penilaian ekuitas pemegang saham yang dicantumkan di neraca.
6. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan ekuitas pemegang saham di
neraca.

Tujuan pemeriksaan perkiraan laba rugiUntuk memeriksa :


1. Keberadaan internal control pendapatan dan beban, termasuk pencatatan secara accrual
basis terhadap pendapatan dan beban.
2. Pencatatan pendapatan dan biaya yang menjadi hak perusahaan dengan menggunakan
cut-off tepat.
3. Adanya fluktuasi yang besar dalam perkiraan pendapatan dan beban jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, bulan per bulan atau dengan anggaran pendapatan dan beban.
4. Penyajian permodalan/ekuitas di Neraca sudah sesuai dengan PSAK/PABU dan hal
penting diungkapkan dalam catatan laporan keuangan

4
2.3 Audit Siklus Akuisisi Modal Dan Pembayaran Kembali Modal
Siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali, berfokus pada akuisisi sumber daya
modal melalui utang berbunga dan ekuitas pemilik dan pembayaran kembali modal tersebut.
Siklus ini juga mencakup pembayaran utang dan dividen.
Empat karakteristik siklus perolehan dan pelunasan kembali modal mempengaruhi secara
siginifikan audit akun-akun berikut :
1. Relatif sedikit transaksi yang mempengaruhi saldo akun, tetapi setiap transaksi seringkali
jumlahnya sangat material. Misalnya, obligasi jarang diterbitkan oleh kebanyakan
perusahaan, tetapi jumlah suatu penerbitan obligasi biasanya besar.
2. Jika tidak dimasukkan satu transaksi tertentu, mungkin jumlahnya akan material.
Misalnya, penghilangan atau salah dibukukan satu transaksi kewajiban tertentu
mempunyai dampak yang material pada laporan keuangan.
3. Terdapat hubungan hukum antara entitas usaha klien dan pemegang saham, obligasi atau
dokumen-dokumen kepemilikan serupa.
4. Terdapat hubungan langsung antara akun bunga dan dividen dengan kewajiban dan
ekuitas. Dalam audit hutang berbunga, diharapkan sekaligus memverifikasi beban bunga
terkait dan hutang bunga.
Adapun empat karakteristik atas siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali akan
memengaruhi audit pada akun-akun berikut:
1. Jumlah transaksi yang memengaruhi saldo akun hanya sedikit, tetapi setiap transaksi
biasanya sangat material .
Misalnya, obligasi tidak sering diterbitkan perusahaan, tetapi penerbitan obligasi
biasanya bernilai besar. Nilai yang besar itu membuat auditor sebagai bagian dari
verifikasi akun neraca akan melakukan verifikasi pada setiap transaksi yang
memengaruhi siklus dalam periode berjalan. Jadwal audit dalam kebanyakan akun siklus
ini memasukkan saldo awal pada setiap akun dan setiap transaksi yang terjadi sepanjang
tahun dan saldo akhir.
2. Tidak dimasukkannya atau salah saji suatu transaksi bisa sangat material. Hal ini akan
mengakibatkan auditor memprioritaskan penekanan pada akun tersebut terutama pada
tujuan audit yang terkait dengan kelengkapan dan akurasi.

5
3. Muncul hubungan legal antara entitas klien dengan pemegang saham, obligasi, atau
pemilikan dokumen yang sejenis Dalam audit transaksi dan jumlah dalam siklus ini,
auditor harus hati-hati untuk memastikan apakah persyaratan legal yang memengaruhi
laporan keuangan sudah dipenuhi dan disajikan dengan wajar serta diungkapkan dalam
laporan atau belum.
4. Terdapat hubungan langsung antara akun bunga dan deviden dengan utang dan ekuitas.
Dalam audit atas bunga berbunga, auditor harus secara berkesinambungan melakukan
verifikasi beban bunga dan utang bunga terkait. Hal ini juga berlaku atas akun ekuitas
pemilik, deviden yang diumumkan, dan utang deviden.

Akun di dalam Siklus Akuisisi Modal dan Pembayaran Kembali Modal


Akun-akun dalam siklus perolehan dan pelunasan kembali modal pada perusahaan
tertentu tergantung pada jenis aktivitas bisnis perusahaan itu dan bagaimana pendanaannya.
Seluruh perusahaan memiliki modal saham dan saldo laba, tetapi ada juga yang memiliki
saham preferen, tambahan modal, dan saham tresuri. Berikut ini adalah siklus-siklus yang
seringkali ditemukan :

1. Wesel bayar
2. Kontrak yang masih harus dibayar
3. Hutang hipotik
4. Hutang obligasi
5. Beban bunga
6. Bunga yang masih harus dibayar
7. Kas Bank
8. Modal saham-saham biasa
9. Modal saham- Saham preferen
10. Kelebihan modal disetor atas nilai pari (par value)
11. Modal yang disumbangkan
12. Laba ditahan
13. Pencadangan laba ditahan
14. Saham tresuri

6
15. Dividen yang diumumkan
16. Deviden yang terhutang
17. Akun modal- perusahaan perseorangan
18. Akun modal- perusahaan persekutuan

Wesel Bayar
Wesel bayar adalah kewajiban hukum kepada kreditor, yang tidak dijamin atau dijamin
dengan aktiva. Umumnya wesel diterbitkan untuk suatu periode antara satu bulan dan satu
tahun, tetapi terdapat juga wesel jangka panjang yang lebih dari setahun. Tujuan audit wesel
bayar adalah untuk menentukan apakah berikut ini benar:
 Pengendalian internal atas wesel bayar memadai
 Transaksi untuk pokok pinjaman dan bunga yang melibatkan wesel bayar diotorisasi dan
dibukukan dengan semestinya sebagaimana didefinisikan menurut enam tujuan audit
terkait transaksi
 Kewajiban atas wesel bayar dan beban bunga terkait beserta hutang yang masih harus
dibayar dinyatakan dengan semestinya sebagaimana didefinisikan menurut delapan dari
Sembilan tujuan audit terkait saldo.

Pengendalian Internal
Terdapat empat pengendalian penting atas wesel bayar :
1. Otorisasi yang memadai atas penerbitan wesel baru Tanggung jawab atas penerbitan
wesel baru harus terletak pada dewan direksi atau manajemen puncak. Biasanya
diperlukan dua tanda tangan pejabat tinggi perusahaan untuk setiap perjanjian pinjaman.
2. Pengendalian yang mencukupi atas pembayaran pokok pinjaman dan bunga. Pembayaran
bunga dan pokok pinjaman harus dikendalikan sebagai bagian dari siklus perolehan dan
pembayaran. Pada saat wesel diterbitikan, bagian akuntansi harus menerima satu
tembusan seperti pada penerimaan faktur dan laporan penerimaan.
3. Dokumen dan catatan-catatan yang memadai.
Hal ini meliputi penyelenggaraan buku tambahan dan pengawasan terhadap wesel-wesel
kosong atau yang telah dibayar oleh petugas yang bertanggung jawab.
4. Verifikasi yang independen secara periodik.

7
Secara periodik, catatan-catatan wesel yang dibuat terperinci, harus direkonsiliasikan
terhadap buku besar dan dibandingkan dengan catatan pemegang wesel, oleh karyawan
yang tidak bertanggung jawab atas pencatatan kunci. Pada waktu yang sama, karyawan
independen harus menghitung kembali beban bunga wesel untuk menguji keakuratan dan
kecukupan pencatatan.

Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi


Pengujian atas transaksi-transaksi wesel bayar akan mencakup penerbitan wesel serta
pelunasan kembali pokok pinjaman dan bunganya. Pengujian audit ini menjadi bagian dari
pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk penerimaan kas dan
pengeluaran kas. Pengujian tambahan atas pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi biasanya dilakukan sebagai bagian dari pengujian saldo karena masing-masing
transaksi memiliki materialitas yang tinggi.

Pengujian pengendalian untuk wesel bayar dan bunga terkait harus menekankan pada
pengujian empat pengendalian internal yang telah dibahas di atas. Sebagai tambahan,
seorang auditor harus melakukan verifikasi pencatatan yang akurat terhadap bukti
penerimaan dari pencairan wesel dan pembayaran pokok dan bunga.

Prosedur analitik
Prosedur analitis sangat penting dalam wesel bayar karena pengujian transaksi beban
bunga dan utang bunga dapat dihilangkan jika hasilnya menguntungkan. Auditor perlu
mengadakan suatu prediksi independen atas biaya bunga, menggunakan rata-rata wesel
bayar yang beredar dan rata-rata tibgkat bunga agar auditor dapat mengevaluasi kewajaran
beban bunga dan menguji bila ada bunga yang tidak diakui.

Pengujian Terinci atas Saldo


Metodologi untuk mendesain pengujian perincian atas saldo dalam siklus akuisis modal
dan pembayaran kembali sama yang diaplikasikan pada akun lainnya. Dalam menentukan
pengujian perincian saldo untuk wesel bayar, auditor mempertimbangkan resiko bisnis, salah
saji yang dapat diterima, resiko bawaan, resiko pengendalian, hasil pengujian pengendalian
dan pengujian substantif atas transaksi dan hasil prosedur analitis.

8
Auditor seringkali menetapkan salah saji yang dapat diterima pada tingkat rendah karena
mereka hampir selalu dapat mengaudit saldo akun dan transaksi yang memengaruhi saldo
wesel bayar secara keseluruhan. Khususnya, mereka juga menetapkan resiko bawaan pada
tingkat rendah karena menilaiakun yang benar biasanya mudah ditentukan. Auditor biasanya
paling memerhatikan dalam tujuan kelengkapan untuk saldo wesel bayar dan pengungkapan
wesel bayar seperti jaminan dan batasan wesel bayar. Adapun tiga tujuan audit terkait saldo
yang terpenting dalam wesel bayar adalah sebagai berikut :

1. Wesel bayar yang ada telah dimasukkan (kelengkapan)


2. Wesel bayar di dalam skedul dibukukan secara akurat (keakuratan)
3. Wesel bayar disajikan dan diungkapkan secara semestinya (penyajian dan
pengungkapan).
Oleh karena siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali itu biasanya terdiri dari hanya
sedikit transaksi, maka resiko pengendalian dan hasil pengujian substantif atas transaksi
menjadi tidak terlalu penting dalam mendesain pengujian perincian saldo akun seperti wesel
bayar. Untuk kebanyakan transaksi dalam siklus, pertimbangan utama auditor adalah bahwa
setiap transaksi telah diotorisasi dengan benar.

2.4 Ekuitas Pemilik


Terdapat perbedaan utama antara audit ekuitas pemilik pada perusahaan terbuka dan
perusahaan tertutup. Pada perusahaan yang tertutup biasanya hanya terdiri atas sedikit
pemegang saham saja sehingga hanya terdapat sedikit transaksi selama tahun berjalan.
Satusatunya transaksi yang termasuk dalam bagian ekuitas pemilik adalah perubahan ekuitas.

pemilik atas laba tahunan atau kerugian dan pengumuman deviden. Perusahaan tertutup
jarang membayar deviden dan auditor tidak banyak menghabiskan waktu untuk melakukan
verifikasi ekuitas pemilik meskipun catatan perusahaan tetap harus diuji.

Sedangkan untuk perusahaan terbuka, verifikasi ekuitas pemilik lebih kompleks karena
terdapat lebih banyak pemegang saham dan banyak perubahan individu pada individu
pemegang saham. Transaksi-transaksi ekuitas pemilik yang mungkin terjadi adalah

9
perubahan ekuitas pemilik disebabkan oleh laba atau rugi tahunan serta pembagian dividen.
Tujuan dari pemeriksaan auditor terhadap ekuitas pemilik adalah untuk menentukan apakah:

1. Struktur pengendalian internal terhadap modal saham dan dividen yang berkaitan
mencukupi.

2. Transaksi-transaksi ekuitas pemilik telah dicatat sesuai dengan keenam tujuan spesifik
audit.

3. Saldo-saldo ekitas pemilik telah disajikan dan diungkapkan sesuai dengan tujuan spesifik
audit rincian saldo.

Adapun Pengendalian Internal yang penting dan diutamakan oleh auditor adalah sebagai
berikut:

1. Otorisasi yang memadai untuk transaksi (transaksi material dan harus disetujui oleh
dewan direksi).

2. Pencatatan yang baik dan pemisahan fungsi.

3. Petugas dan agen pemindahan saham yang independen. Perusahaan yang mengeluarkan
sahamnya di pasar modal, diharuskan menggunakan petugas catat bebas sebagai suatu
alat pengendalian untuk mencegah pengeluaran sertifikat saham yang tidak sah.

Empat hal yang penting dalam audit terhadap modal saham dan tambahan modal disetor
di atas nilai pari:

1. Seluruh transaksi modal saham yang ada telah dicatat (kelengkapan).


Tujuan ini dapat dicapai jika digunakan jasa pencatat atau agen pemindahan saham.
Auditor dapat meminta konfirmasi mengenai transaksi modal saham dan mengenai nilai
transaksi tersebut.
2. Transaksi-transaksi saham yang dicatat telah diotorisasi dan nilainya tepat (keberadaan
dan keakuratan).

10
Keberadaan biasanya diuji dengan memeriksa notulen rapat dewan direksi. Ketepatan
nilai transaksi saham yang dilakukan secara tunai dapat diverifikasi dengan meminta
konfirmasi tentang jumlahnya kepada agen pemindahan saham dan menelusuri jumlah
transaksi saham yang ada ke dalam penerimaan uang.
3. Modal saham dinilai dengan benar (akurasi).
Saldo akhir dalam akun modal diverifikasi, mulamula dengan menentukan jumlah saham
yang beredar pada tanggal neraca. Konfirmasi dari agen pemindahan merupakan cara
verifikasi termudah. Jika tidak ada agen pemindahan maka auditor mengandalkan pada
pemeriksaan atas catatan saham dan menghitung seluruh saham yang beredar dalam buku
sertifikasi saham, meneliti sertifikat yang dibatalkan dan menghitung sertifikat kosong.
4. Modal saham disajikan dan diungkapkan secara memadai (presentation and disclosure).
Sumber informasi yang digunakan mengenai pengungkapan yang memadai adalah akte
pendirian perusahaan, notulen rapat dewan direksi, dan analisis auditor terhadap
transaksitransaksi modal saham.

Audit Modal Saham dan Kelebihan Modal


Auditor harus memerhatikan empat hal berikut dalam hal audit modal saham dan
kelebihan modal atas nilai pari:
1. Transaksi modal saham yang ada sudah dicatat (tujuan-terkait dengan kelengkapan
transaksi).
2. Transaksi modal saham yang dicatat benar-benar terjadi dan dicatat secara akurat
(tujuan- terkait dengan keterjadian dan akurasi transaksi).
3. Modal saham dicatat secara akurat (tujuan- terkait akurasi saldo).
4. Modal saham disajikan dan diungkapkan dengan benar (keempat tujuan penyajian dan
pengungkapan).

Audit Atas Dividen


Penekanan pada audit atas dividen adalah pada transaksinya dan bukan saldo akhir,
kecuali jika ada hutang dividen. Keenam tujuan spesifik audit atas transaksi relevan untuk
dividen. Tujuan terpenting dari kontrol terhadap dividen, termasuk yang berkaitan dengan
hutang dividen:

11
1. Dividen yang dicatat benar ada (eksistensi).
2. Dividen yang ada seluruhnya telah dicatat (kelengkapan).
3. Dividen telah dicatat dengan benar (accuracy).
4. Dividen yang dibayar kepada pemegang saham adalah benar ada (eksistensi)
5. Hutang dividen telah dicatat (kelengkapan).
6. Hutang dividen telah dicatat dengan benar (keakuratan).

Keberadaan dapat dicek dengan meneliti notulen rapat dewan direksi mengenai jumlah
dividen per lembar saham dan tanggal pembayaran dividen. Ketepatan penilaiian suatu
pengumuman pembayaran dividen dapat diaudit dengan menghitung kembali jumlahnya
berdasarkan dividen setiap saham dan jumlah saham beredar. Pengujian untuk melihat
apakah pembayaran dilakukan kepada pemegang saham yang memiliki saham tersebut pada
tanggal pencatatan dividen adalah dengan memilih suatu sample pembayaran dividen yang
dicatat dan menelusuri nama penerima uang pada cancelled check pada catatan dividen,
untuk meyakinkan bahwa penerima uang memang berhak.
Untuk klien yang menyimpan catatan devidennya dan membayar sendiri, auditor dapat
melakukan verifikasi total jumlah deviden dengan menghitung kembali dan merujuk pada
pengeluaran kas. Sebagai tambahan, auditor harus melakukan verifikasi apakah pembayaran
dilakukan kepada pemegang saham yang memiliki saham pada tanggal pencatatan deviden.
Auditor dapat menguji hal tersebut dengan memilih sampel dari catatan pembayaran deviden
dan menelusurinya ke nama pihak yang dibayar pada cek yang dibatalkan ke pencatatan
deviden. Pada waktu bersamaan, auditor dapat melakukan verifikasi jumlah dan keaslian cek
deviden.
Akurasi dalam pengumuman deviden dapat diaudit dengan cara menghitung kembali
jumlah basis deviden per lembar dikalikan jumlah beredar yang beredar. Jika klien
menggunakan agen untuk membagikan deviden, maka totalnya dapat ditelusuri ke dalam
jurnal pengeluaran kas kepada agen dan kemudian dilakukan konfirmasi. Sedangkan untuk
pengujian utang deviden harus dilakukan sehubungan dengan deviden yang diumumkan.
Deviden yang tidak dibayar harus dimasukkan ke dalam kewajiban

2.5 Audit Saldo Laba

12
Untuk memulai audit atas saldo laba, auditor pertama kali perlu menganalisis saldo laba
perusahaan sepanjang tahun. Skedul audit menunjukkan analisis tersebut, yang biasanya
merupakan bagian dari berkas permanen, termasuk deskripsi setiap transaksi yang
memengaruhi akun.

Untuk memenuhi audit atas pengkreditan saldo laba untuk laba bersih tahun berjalan
(atau debet untuk kerugian), auditor dapat menelusuri jurnal pada saldo laba ke laba bersih
dalam laporan laba rugi. Prosedur ini harus dilakukan setelah seluruh jurnal penyesuaian
yang memengaruhi laba bersih telah diselesaikan.

Kemudian setelah auditor yakin bahwa pencatatan transaksi sudah diklasi-fikasikan


dengan benar sebagai transaksi saldo laba, langkah berikutnya adalah memutuskan apakah
pencatatan tersebut dilakukan dengan akurat. Bukti audit yang diperlukan dalam langkah ini
adalah untuk menentukan akurasi bergantung pada sifat transaksi.

Auditor juga harus mengevaluasi apakah terdapat transaksi yang seharusnya dimasukkan
tetapi ternyata tidak ada. Misalnya jika klien mengumumkan deviden saham, maka nilai
pasar yang diterbitkan harus dikapitalisasi dengan cara mendebet saldo laba dan mengkredit
modal saham. Sama halnya jika dalam laporan keuangan terdapat apropriasi saldo laba,
maka auditor perlu mengevaluasi apakah apropriasi itu masih diperlukan seperti tercatat
pada tanggal neraca ataukah tidak.

Standar akuntansi mensyaratkan adanya penyajian dan pengungkapan informasi


sehubungan dengan saldo laba. Fokus utama auditor adalah untuk menentukan apakah
tujuan penyajian dan pengungkapan saldo laba dipenuhi khususnya yang berkaitan dengan
pengungkapan restriksi atas pembayaran deviden. Biasanya perjanjian dengan pihak bank,
pemegang saham, dan kreditur lainnya membatasi jumlah deviden yang dapat dibayarkan
klien. Restriksi ini harus diungkapkan dalam penjelasan tambahan di laporan keuangan.

2.6 Audit Atas Laba Ditahan

13
1. Titik awal audit terhadap laba ditahan adalah analisis terhadap laba ditahan untuk
seluruh tahun yang bersangkutan (meliputi keterangan tentang setiap transaksi yang
mempengaruhi laba ditahan).
2. Audit terhadap pengkreditan atas laba ditahan yang berasal dari laba tahun yang
bersangkutan dilakukan dengan menelusuri jurnal dalam laba ditahan ke dalam laba
bersih pada penghitungan laba rugi. Prosedur ini dilakukan pada saat-saar terakhir audit
seluruh ayat jurnal penyesuaian yang mempengaruhi laba bersih disesuaikan.
3. Setelah auditor yakin bahwa transaksi tersebut dapat diklasifikasikan sebagai transaksi
laba ditahan, langkah berikutnya adalah menentukan apakah nilai transaksi tersebut
benar.
4. Pertimbangan penting lainnya dalam audit laba ditahan adalah menilai apakah ada
transaksi yang seharusnya dimasukan tetapi belum dicacat.
5. Hal penting dalam menentukan apakah laba ditahan diungkapkan dengan benar dalam
neraca adalah keberadaan pembatasan-pembatasan terhadap pembayaran dividen.
Pembatasan-pembatasan ini harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Standar Auditing seksi 570 paragraf 02 yang mengungkapkan sebuah peristiwa atausuatu
kondisi yang dapat menyebabkan keraguan tentang asumsi kelangsungan yaitu salah satunya
adalah rasio keuangan utama perusahaan yang buruk. Kerugian yang terjadi dalam konteks
usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja dan ketidakmampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo maka dapat
mencerminkan suatu kondisi keuangan perusahaan yang bermasalah. Berdasarkan asumsi
dalam kelangsungan usaha maka suatu entitas dapat dipandang bertahan apabila bisnis
masadepandapat diprediksikan. Laporan keuangan ini disusun dengan tujuan umum atas
suatu basis kelangsungan usaha, kecuali manajemen yang memilik maksud untuk
melikuiditas entitas atau menghentikan operasinyadan tidak memiliki alternatif selain
menggunakan alternatif diatas.
Standar Audit 570 mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan dalam
asumsikelangsungan usaha entitas dengan melalui keseluruhan perikatan. Dalam
merencanakan suatu audit, auditor diharuskan untuk dapat mempertimbangkan apakah
terdapat adanya kondisi atau peristiwa yang dapat menimbulkan keraguan yang signifikan

14
terhadap kemampuan entitas guna untukmeneruskanusahanya dimasa depan dan diharapkan
untuktetap waspada selama berlangsungnya audit terhadap bukti yang terkait dengan kondisi
dan peristiwa seperti itu. Auditor tidak diharuskan untuk merancang prosedur audit yang
spesifik hanya saja untuk mengidentifikasi peristiwa dan kondisi seperti itu. Sebagaimana
audior diharuskan untuk mempertimbangkan apakah hasil dari prosedur lainnya
yangtelahdilakukan selama perikatan mengidentifikasikan adanya kondisi dan peristiwayang
secara keseluruhan dianggap menunjukkan adanya keraguan yang sesungguhnya yang
mengenai kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya dimasa depan (SA 570 dalam
IAPI, 2013).
Dalam Standar Audit 570 ini mengharuskan auditor agar dapat
mempertimbangkanperiode yang sama dengan yang digunakan oleh manajemen perusahaan
dalam membuat penilaian yang terkait dengan kelangsungan usaha sebuah periode yang
setidaknya tidak terbatas pada 12 bulan dari tanggal neraca. Auditor mengharuskan untuk
menanyakan kepada manajemenperusahaan yang bersangkutan dengan sebuah
pengetahuannya mengenai peristiwa atau kondisi diluar periode penilaian yang telah
digunakan oleh manajemen perusahaan yang mungkin dapat menghasilkan keraguan yang
signifikan terhadap kemampuan entitas dalam meneruskan usahanya dimasa yang akan
datang. Standar audit ini auditor diharuskan dapat mengevaluasi apakah terdapat keraguan
atau keganjalan yang sesungguhnya tentang kemampuan suatu entitas dalam
melangsungkan usahanya sebagai going concern dalam jangka waktu yang layak yang tidak
melebihi 1 (satu) tahun setelah tanggal laporan keuangan yang sudah diaudit.Ketika terdapat
penundaan yang signifikan dalam persetujuan atas laporan keuangan oleh manajemen
setelah tanggal neraca menyatakan bahwa auditor harus mempertimbangkan alasan terkait
penundaan tersebut. Saat penundaan tersebut dapat berhubungan dengan peristiwa atau
kondisi terkait dalam penilaian kelangsungan usaha, dapat mempertimbangkan untuk
melaksanakan prosedur audit tambahan dan efeknya terhadap kesimpulan auditor mengenai
keberadaan atas ketidakpastian yang material (SA 570 dalam IAPI, 2013).

2.7 Tingkat RisikoDari Pemeriksaan Ekuitas Dan Laba

15
SPAP SA Seksi 312 mengharuskan auditor untuk selalu merencanakan auditnya
sedemikian rupa, sehingga risiko audit dapat dibatasi pada tingkat yang rendah, yang
menurut pertimbangan profesionalnya, memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan.

Risiko audit dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu :

(a) Risiko Bawaan (Inherent Risk), adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan
transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
pengendalian yang terkait (maksudnya bahwa risiko bawaan timbul dengan asumsi
pengedalian intern dalam perusahaan tidak ada. Jika sekiranya pengendalian intern dalam
perusahaan memadai serta efektif dalam pelaksanaannya dengan sendirinya risiko
bawaan akan dapat diminimalisasi). Risiko salah saji demikian adalah lebih besar pada
saldo akun atau golongan transaksi tertentu dibandingkan dengan yang lain. Sebagai
contoh, perhitungan yang rumit lebih mungkin disajikan salah jika dibandingkan dengan
perhitungan yang sederhana. Uang tunai dalam perusahaan lebih mudah dicuri daripada
persediaan. Suatu akun dalam laporan keuangan yang berasal dari estimasi akuntansi
cenderung mengandung risiko yang lebih besar dibandingkan dengan akun yang sifatnya
relatif rutin dan berisi data faktual. Perusahaan yang bergerak dalam bidang industri yang
memproduksi barang-barang hi-tech seperti misalnya handphone akan lebih berisiko
terjadinya penumpukan persediaan yang usang karena tidak sesuai lagi dengan tuntutan
pasar.
(b) Risiko Pengendalian (Control Risk), adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang
dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh
pengendalian intern entitas. Risiko ini merupakan fungsi efektivitas desain dan operasi
pengendalian intern untuk mencapai tujuan entitas yang relevan dengan penyusunan
laporan keuangan entitas. Beberapa risiko pengendalian akan selalu ada karena
keterbatasan bawaan dalam setiap pengendalian intern.
(c) Risiko Deteksi (Detection Risk), adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi
salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi

16
efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul sebagian
karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa 100% saldo akun
atau golongan transaksi, dan sebagian lagi karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun
saldo akun atau golongan transaksi tersebut telah diperiksa 100%.

Seperti yang dijelaskan dalam SPAP PSA seksi 312 para. 28 bahwa risiko bawaan dan
risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Adapun risiko bawaan dan risiko
pengendalian tetap ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan,
sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh
keputusan auditor itu sendiri. Risikodeteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan
risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin kecil risiko bawaan dan risiko pengendalian
yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya,
semakin besar adanya risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor,
semakin kecil tingkat risiko deteksi yang dapat diterima.

2.8 Kertas Kerja Pemeriksaan Ekuitas dan Laba

Kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor tentang prosedur
audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan
simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya. Contoh kertas kerja adalah program
audit, analisis, memorandum, surat konfirmasi, representasi, ikhtisar dari dokumen-dokumen
perusahaan, dan daftar atau komentar yang dibuat atau diperoleh auditor. Kertas kerja dapat
pula berupa data yang disimpan dalam pita magnetik, film, atau media yang lain.

Faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor mengenai kuantitas, bentuk, dan isi
kertas kerja untuk perikatan tertentu mencakup:

a. Sifat perikatan auditor


b. Sifat laporan auditor.
c. Sifat laporan keuangan, daftar, dan keterangan yang perlu bagi auditor dalamlaporan.
d. Sifat dan kondisi catatan klien.
e. Tingkat risiko pengendalian taksiran.
f. Kebutuhan dalam keadaan tertentu untuk mengadakan supervisi dan review ataspekerjaan
yang dilakukan para asisten.

17
Contoh Kertas Kerja Pemeriksaan Perkiraan Laba Rugi:

18
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Ekuitas merupakan bagian pemilik atas suatu entitas. Jenis jenis dan pengklasifikasian
ekuitas tergantung pada bentuk hukum perusahaan: perusahaan perseorangan, firma,
perseroan komanditer (CV), perseroan terbatas (PT), perusahaan umum (perum), perusahaan
jawatan (perjan), koperasi, dan lain-lain. Laporan perubahan ekuitas melaporkan perubahan
yang terjadi atas setiap komponen ekuitas, yaitu peningkatan atau penurunan pada aset
bersih pemilih (owners) suatu entitas tertentu selama suatu periode tertentu. Tujuan dan
manfaat penyusunan laporan perubahan ekuitas adalah untuk memahami sebab pertambahan
atau oengurangan komponan ekuitas selama suatu periode tertentu.

Laba merupakan sesutu yang penting dalam laporan keuangan yang memiliki berbagai
kegunaan dalam berbagai konteks. Dalam akuntansi laba diartikan sebagai jumlah bersih
yang didefinisikan oleh FASB atau lebih spesifiknya laba komprehensif, laba akuntansi
merupakan selisih antara biaya dan pendapatan karena akuntansi secara umum menganut
konsep kos historis, konsep penandingan, dan asas akrual. Laba sering digunakan sebagai
dasar untuk kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan. Laba
akuntansi berhubungan dengan pengukuran modal dan dalam kenyataannya digunakan
analisis terhadap perubahan modal secara temporer.

3.2 Saran

19
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah keinginan  penulis atas partisipasi
para pembaca, agar sekiranya mau memberikan kritik dan saran yang sehat dan bersifat
membangun demi kemajuan penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa penulis adalah
manusia biasa yang pastinya memiliki kesalahan. Oleh karena itu, dengan adanya kritik dan
saran dari pembaca,  penulis bisa mengkoreksi diri dan menjadikan makalah ke depan
menjadi makalah yang lebih baik lagi dan dapat memberikan manfaat yang lebih bagi kita
semua.

DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nurul. 2013. Audit Ekuitas. Documents/Nurul%20Fitriyah_%20Audit%20Ekuitas.html.


(diakses tanggal 17 januari 2021).

Glenna, Gunawa. 2018. Audit Siklus Akuisisi Modal dan Pembayaran Kembali.https://-Audit-siklus-
akuisisi-modal-dan-pembayaran-kembali-modal.html (diakses 17 Januari 2021).

Hardi. 2010. Apa saja risiko yang dihadapi auditor dalam pelaksaan audit atas laporan
keuangan. http:// auditme-post.blogspot.com(diakses tanggal 17 Januari 2021).

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI).2013. Stndar Audit (“SA”) 570 Kelangsungan Usaha.
Selemba Empat. Jakarta

20

Anda mungkin juga menyukai