Anda di halaman 1dari 73

PENGARUH AUDIT INTERNAL DAN PENGENDALIAN INTERNAL

TERHADAP PENCEGAHAN KECURANGAN (FRAUD)

OLEH:
1. Kristin Marito Hutagalung 7172220015
2. Santi Betseba Br Surbakti 7173220035
3. Sriwanti Manurung 7173220038
4. Tania Butar-Butar 7171220018
5. Windi Juliaty Sihombing 7173520066

PROPOSAL SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyusunan Skripsi
Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena berkat
dan anugerah-Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya
kami dapat menyelesaikan tugas Project ini tepat pada waktunya.
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas dari dosen pengampu, yakni ibu “Anggriyani, SE., M.Si” dalam
mata kuliah “Akuntansi Forensik dan Pengujian Kecurangan”.
Tak lupa kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami berharap, dengan adanya tugas ini
dapat memberikan manfaat berupa ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun
pembaca.
Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, hal ini disebabkan
oleh keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan waktu yang dimiliki. Maka dari itu,
kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar menjadi panduan dalam
penyusunan makalah berikutnya.

Medan, … Mei 2020

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................6
1.4 Kegunaan Penelitian...............................................................................6
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka........................................................................................8
2.2 Kerangka Pemikiran.............................................................................43
2.3 Hipotesis...............................................................................................48
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................49
3.1 Desain Penelitian..................................................................................48
3.2 Operasionalisasi Variabel.....................................................................50
3.3 Populasi atau Sumber Informasi..........................................................56
3.4 Metode Penarikan Sampel....................................................................57
3.5 Prosedur Pengumpulan Data................................................................59
3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas...............................................................60
3.7 Metode Analisis....................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................69
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dalam

menghadapi era globalisasi dan kemajuan teknologi yang berdampak pada iklim

persaingan perusahaan di Indonesia semakin ketat. Maka secara alamiah akan

berkembang juga ukuran, ruang lingkup aktivitasnya dan kompleksitasnya. Salah satu

usaha untuk menciptakan ketahanan dan daya saing bagi perusahaan ialah dengan

membentuk badan audit internalnya yang dapat membantu pihak manajemen untuk

mengevaluasi sistem pengendalian yang ada dan membantu dalam pencapaian tujuan

perusahaan.

Dalam lingkungan perusahaan yang berubah secara radikal, fungsi dari audit

internal menjadi sebuah fungsi pendukung utama bagi manajemen, komite audit,

auditor, direksi, dan stakeholders utama dari perusahaan. Kebutuhan akan adanya

suatu auditor internal dirasakan oleh perusahaan karena auditor internal memegang

peranan penting untuk menanggulangi segala bentuk kecurangan (fraud). Kecurangan

yang terjadi diperusahaan mengancam

1
keberlangsungan hidup perusahaan. Dengan berkembangnya suatu perusahaan, tugas

pengendalian dan pengawasan di perusahaan akan semakin berat.

Audit internal adalah kegiatan independen dan objektif yang menyediakan

kegiatan asuransi dan konsultasi, dirancang untuk memberikan nilai tambah dan

meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi

mencapai tujuannya melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk

mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian dan

proses pengelolaan (Zamzami dkk, 2013:7). Fungsi audit internal telah mengalami

perubahan penting dalam akhir abad ini. Saran penting fungsi audit internal berfokus

pada pendeteksian fraud untuk membantu manajemen dalam mengambil keputusan

dengan pendekatan penilaian risiko (Zamzami dkk, 2013:7).

Pengendalian internal merupakan bagian yang sangat penting agar tujuan

perusahaan dapat tercapai. Tanpa adanya pengendalian internal, tujuan perusahaan

tidak dapat dicapai secara efektif dan efisien. Semakin besar perusahaan semakin

penting pula arti dari pengendalian internal dalam perusahaan tersebut.

Salah satu yang menjadi perhatian bagi perusahaan besar adalah pengendalian

internal. Agar pengendalian internal dapat berjalan secara efektif, maka dibutuhkan

peranan audit internal untuk menguji atas kelayakan prosedur pengendalian intern di

perusahaan tersebut. Definisi pengendalian intern menurut Committee of Sponsoring

Organization of The Ttreadway Commision (COSO) (2012:77) mendefinisikan

Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,

manajemen, dan personil lainnya, yang mendesain untuk memberikan keyakinan

memadai tentang pencapaian tiga tujuan berikut ini : Efektivitas dan efisien operasi,

Kendalan pelaporan keuangan, Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang

2
berlaku. Pengendalian intern yang memadai bagi entitas pada umumnya dinyatakan

dalam pendapat laporan audit oleh auditor eksternal dengan pernyataan auditor Wajar

Tanpa Pengecualian (Unqualipied Opinion). Namun pengendalian intern yang baik

tidak dapat dimaksudkan untuk menghilangkan semua kesalahan dan kecurangan

(fraud), tetapi pengendalian intern dapat menekan dan mencegah terjadinya

kecurangan.

Kecurangan pada umumnya terjadi karena adanya tekanan, kesempatan dan

rasionalisasi. Kecurangan sering juga disebutkan dalam istilah yang lebih umum

seperti pencurian, penggelapan, pemalsuan, dan lainnya. Secara sederhana,

kecurangan dapat diartikan perbuatan yang dilakukan untuk memberikan manfaat

tertentu kepada pelaku dan atau kelompoknya, dan terkait dengan keuangan atau

finansial. Dengan demikian manajemen perlu berhati-hati terhadap kemungkinan

timbulnya kecurangan yang mungkin terjadi di dalam perusahaannya.

Fraud deterrence (pencegahan kecurangan) terdiri dari atas segala upaya yang

dikerahkan untuk membuat pelaku fraud tidak berani melakukan ataupun kalau fraud

terjadi maka dampaknya diharapkan sangat minim. Mekanisme untuk mencegah

fraud adalah control dan yang paling bertanggung jawab atas control adalah

manajemen (SPAI, 2004:65).

Pembentukan fungsi audit internal merupakan keharusan bagi Badan Usaha Milik

Negara (BUMN), Bank, Lembaga Pemerintah, dan Perusahaan Publik (Tbk). Salah

satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara yaitu PT Perusahaan Listrik Negara

(Persero) atau disingkat PLN merupakan perusahaan BUMN yang memilik aset

terbesar di Indonesia (www.tempo.com) mengalami kerugian akibat pencurian listrik,

PT PLN (Persero) mencatat kerugian mencapai lebih dari Rp 10 triliun per tahun atas
kegiatan pencurian listrik yang dilakukan sektor industri, bisnis, dan perumahan.

Direktur utama PLN, Sofyan Basir mengatakan pencurian listrik merupakan salah

satu sasaran yang akan ditekan PLN dalam efisiensi. Pasalnya, kerugian yang dialami

perusahaan sangat besar mencapai Rp 10 triliun per tahun (www.liputan6.com).

Kemudian di daerah Sumatera Utara, Manajer PLN Area Medan , Handoko

mengatakan setiap bulan, sekitar 700.000 kWh yang digunakan secara ilegal,

nominalnya jika dirupiahkan sekitar Rp1,1 miliar. Berbagai modus dilakukan

masyarakat untuk mencuri listirik di antaranya dengan cara mengakali kWh meter,

sehingga pemakaian listrik yang tercatat di meteran menjadi lebih sedikit dibanding

pemakaian sebenarnya (www.antaranews.com).

Dari maraknya kasus pencurian listrik Sofyan basri selaku direktur utama PLN

menegaskan pencurian listrik merupakan tindakan pidana dan PLN telah

mengerahkan tim audit atau auditor untuk mengecek ke rumah-rumah penduduk guna

memastikan adanya kemungkinan pencurian (www.detik.com). Oleh karena itu tindak

pencurian listrik tersebut mesti dicegah dikarenakan pencurian listrik dapat

mengakibatkan susut daya listrik. Dalam hal ini pihak penyedia daya listrik (PLN),

menderita kerugian akibat membangkitkan daya dengan biaya yang cukup besar tetapi

tidak mendapatkan keuntungan finansial dari hasil penjualan daya tersebut.

Salah satu langkah PLN dalam mencegah pencurian tersebut yaitu dengan

membentuk tim Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL). P2TL merupakan tim

yang kegiatannya meliputi perencanaan, pemeriksaan, tindakan dan penyelesaian

yang dilakukan oleh PLN terhadap aset jaringan dan proteksi milik PLN terkait

adanya pemakaian tenaga litrik yang tidak tertib atau pencurian listrik. Namun dengan

demikian masih saja terjadi pencurian listrik yang mengakibatkan kerugian bagi

perusahaan. Oleh karena itu audit internal selaku pengawas internal perusahaan yang
bertugas memeriksa dan mengevaluasi sistem pengendalian internal sangat

diperlukan. Karena pengendalian internal salah satu tujuannya yaitu untuk melindungi

aset atau kekayaan perusahaan dari segala bentuk tindakan penyalahgunaan (Hery,

2016:159).

Dari fenomena yang terjadi PLN area Medan yang merupakan salah satu

cakupan area dari PLN Distribusi Sumatera Utara terdapat kasus pencurian listrik.

Penyebab terjadinya kecurangan menurut KPMG, Fraud, bribery and Corruption

Survey 2013 yang dilakukan di Australia dan New Zealand tahun 2012 adalah

mengesampingkan sistem pengendalian intern yang telah ada. Dengan demikian

faktor pencurian terjadi dapat dikarenakan tidak dilaksanakannya pengendalian

internal perusahaan. Tujuan pengendalian internal salah satunya yaitu mengamankan

harta perusahaan, disini auditor internal lah yang berfungsi untuk menguji dan

mengevaluasi keefektifan pengendalian internal. Untuk mengurangi kecurangan yang

ada, manajemen dan auditor internal dituntut untuk dapat meminimalisir kecurangan-

kecurangan yang terjadi. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui pengaruh audit

internal dan pengendalian internal dalam mencegah kecurangan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Audit Internal dan Pengendalian

Internal terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud) (Studi Kasus pada PT PLN

(Persero) Distribusi Sumatera Utara)”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka dapat ditarik suatu rumusan

permasalahan yaitu:

1. Berapa besar pengaruh Audit Internal terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud) ?


2. Berapa besar pengaruh Pengendalian Internal terhadap Pencegahan Kecurangan

(Fraud) ?

3. Berapa besar pengaruh Audit Internal dan Pengendalian Internal terhadap

Pencegahan Kecurangan (Fraud) ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian


1. Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi mengenai

Audit Internal, Pengendalian Internal, dan Pencegahan Kecurangan (Fraud).

2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah Audit Internal berpengaruh terhadap Pencegahan

Kecurangan (Fraud).

2. Untuk mengetahui apakah Pengendalian Internal berpengaruh terhadap

Pencegahan Kecurangan (Fraud).

3. Untuk mengetahui apakah Audit Internal dan Pengendalian Internal

berpengaruh terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud) ?

1.4 Kegunaan Penelitian


Dengan hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut :

Kegunaan Praktis

1. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai masalah

pencegahan kecurangan, serta untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menempuh seminar proposal pada Program Studi Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Langlangbuana.

2. Bagi Pembaca

Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat menambah ilmu

pengetahuan dan dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk

penelitian selanjutnya.

3. Bagi Perusahaan

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

perusahaan sejauh mana pengaruh audit internal dan pengendalian

internal terhadap pencegahan kecurangan fraud.

Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan penelitian yang

berarti bagi mahasiswa akuntansi untuk memperluas pengetahuan tentang

sebarapa besar pengaruh audit internal dan pengendalian internal terhadap

pencegahan kecurangan fraud. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat

menjadi masukan sebagai sumber data untuk penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1 Auditting

2.1.1.1 Pengerting Auditting

Berikut ini beberapa pengertian auditing menurut para ahli, antara

lain: Menurut Darono (2007:2) yaitu :

“Auditting adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan

mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan ekonomi,

dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara penyataan-

pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian

hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.”

Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa auditing adalah pengumpulan dan

evaluasi bukti yang berhubungan dengam informasi suatu entitas ekonomi yang akan

diukur dengan kriteria yang telah ditetapkan, dan dilakukan oleh orang yang

kompeten dan independen.

2.1.2 Audit Internal

2.1.2.1 Pengertian Audit Internal

Saat ini profesi audit internal terus mengalami perkembangan sesuai dengan

tuntutan berkembangnya dunia usaha dan perekonomian yang menuntut suatu


perusahaan untuk menjalankan kegiatannya secara professional, yang berarti

pemanfaatan sumber daya secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan perusahaan.

Kebutuhan akan fungsi audit internal muncul seiring dengan perkembangan tersebut.

Menurut Hery (2017: 238) definisi audit internal sebagai berikut :

“Audit internal adalah suatu fungsi penilaian yang dikembangkan secara bebas

dalam organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan sebagai wujud

pelayanan terhadap organisasi perusahaan.”

Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa fungsi audit internal masa kini tidak

lagi hanya terbatas dalam audit keuangan dan operasi organisasi atau perusahaan saja,

tetapi juga memberikan jasa konsultasi yang dapat menambah nilai organisasi atau

perusahaan agar dapat mencapai tujuannya.

2.1.2.2 Fungsi dan Ruang Lingkup Internal

Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004: 21) menyatakan bahwa:

“Fungsi Audit internal harus membantu organisasi dalam memelihara

pengendalian intern yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan,

efisiensi dan efektivitas pengendalian tersebut, serta mendorong peningkatan

pengendalian intern secara berkesinambungan.”

Berdasarkan kutipan diatas dapat diketahui bahwa ruang lingkup audit internal

harus mencakup pemeriksaan dan evaluasi terhadap kecukupan dan efektivitas system

organisasi pengendalian internal dan kualitas kinerja dalam melaksanakan tanggung

jawab yang diberikan.


2.1.2.3 Tujuan, Kewenangan dan Tanggung Jawab Audit Internal

Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004: 15) menyatakan bahwa

tujuan, wewenang dan tanggung jawab audit internal sebagai berikut :

“Tujuan wewenang dan tanggung jawab fungsi audit internal harus dinyatakan

secara formal dalam chareter audit internal, konsisten dengan Standar Profesi

Audit Internal (SPAI), dan mendapat persetujuan dari pimpinan dan

wewenang pengawas organisasi.”

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan wewenang dan tanggung jawab

auditor internal, yaitu :

1. Memberikan saran-saran kepada manajemen dalam melaksanakan

tanggung jawab dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan kode

etik serta prosedur yang berlaku agar tujuan organisasi dapat tercapai.

2. Audit internal bertanggung jawab untuk mendapatkan persetujuan dari

manajemen senior dan dewan terhadap dokumen tertulis formal untuk

bagian audit internal, menegaskan lingkup pekerjaan yang tidak dibatasi,

dan menyatakan bahwa bagian audit internal tidak memiliki kewenangan

atau tanggung jawab pada kegiatan yang mereka periksa.

2.1.2.4 Independensi dan Objektivitas

Auditor internal harus independen dan objektif dalam pelaksanaan kegiatannya.

Hal ini berarti bahwa auditor internal dalam penilaian tidak memihak kepada

siapapun. Hal ini dapat dicapai apabila audit internal diberikan status dan kedudukan

yang jelas, seperti yang dikemukakan Tugiman (1997: 20) sebagai berikut :
“Para auditor internal dianggap mandiri apabila melaksanakan pekerjaannya

secara bebas dan objektif. Kemandirian para auditor internal dapat

memberikan penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka, hal ini sangat

diperlukan atau penting bagi pemeriksaan sebagaimana mestinya. Hal ini

dapat diperoleh melalui status organisasi dan sikap objektif para auditor

internal.”

Dari definsi tersebut dapat diketahui bahwa independensi adalah kebebasan

dari kondisi yang mengancam kemampuan aktivitas audit internal atau eksekutif audit

yang utama untuk melaksanakan tanggung jawab audit internal secara objektif. Dapat

dicapai melalui hubungan pelaporan ganda. Ancaman terhadap independensi harus

dikelola pada auditor individu, keterlibatan, fungsional, dan tjngkat organisasi.

Para auditor internal haruslah memerlukan pemeriksaan secara objektif.

The Institute of Internal auditors (2009: 16) mendefinisikan objektivitas

sebagai berikut :

“Objectivity is an unbiased mental attitude that allows internal auditors to

perform engagements in such a manner that they believe in their work product

and that no quality compromises are made objectivity requires that internal

auditors do not subordinate their judgment on audit matters ro ohers. Threats

to objectivity must be managed at the individual audito, engagement,

functional, and organizational level.”

Dari kutipan diatas dapat diketahui bahwa objektivitas adalah sikap mental

yang objektif dan memungkinkan auditor internal melaksanakan penugasan dalam

suatu cara yang mereka yakni di dalam produk kerjanya dan tidak ada kompromi

terhadap kualitas, sehingga membuat objektivitas diperlukan auditor internal dan tidak
dipengaruhi oleh pertimbangan yang menyimpang dari masalah-masalah yang

lainnya, ancaman terhadap kebebasan harus dikelola pada auditor individu,

penugasan, fungsional, dan juga organisasi pada tingkat masing-masing.

2.1.2.5 Kemampuan Profesional

Kemampuan professional menurut Tugiman (1997: 27) yaitu :

“Kemampuan professional merupakan tanggung jawab bagian audit internal

dan setiap auditor internal. Pimpinan audit internal dalam setiap pemeriksaan

haruslah menugaskan orang-orang yang secara bersama atau keseluruhan

memiliki pengetahuan, kemampuan, dan berbagai disiplin ilmu yang

diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan secara tepat dan pantas.”

Kemampuan professional mencakup :

 Unit Audit Internal

1. Personalia

Auditor internal haruslah memberikan jaminan keahlian teknis dan latar

belakang pendidikan para pemeriksa yang akan ditugaskan.

2. Pemeriksaan dan Kecakapan

Unit audit internal haruslah memiliki atau mendapatkan pengetahuan,

kecakapan, dan berbagai disiplin ilmu yang dibutuhkan untuk menjalankan

tanggung jawab pemeriksaan yang diberikan.

3. Pengawasan

Unit audit internal haruslah memebrikan kepastian bahwa pelaksanaan

pemeriksaan internal akan diawasi sebagaimana mestinya auditor internal.

4. Kesesuaian dengan Standar Profesi


Auditor internal haruslah mematuhi standar profesi dalam melakukan

pemeriksaan.

5. Pengetahuan dan Kecakapan

Auditor internal haruslah memiliki atau mendapatkan pengetahuan,

kecakapan, dan disiplin ilmu yang penting dalam pelaksanaan

pemeriksaan.

6. Hubungan antar Manusia dan Kecakapan

Auditor internal haruslah memiliki kammapuan untuk menghadapi orang

lain dan berkomunikasi secara efektif.

7. Pendidikan Berkelanjutan

Auditor internal harus mengembangkan kemampuan teknisnya melalui

pendidikan yang berkelanjutan.

8. Ketelitian Profesional

Dalam melakukan pemeriksaan, para pemeriksa internal haruslah

bertindak dengan ketelitian professional yang sepatutnya.

2.1.2.6 Standar Profesi Audit Internal

Dewasa ini peran auditor internal semakin diandalkan dalam mengembangkan

dan menjaga efektivitas system pengendalian internal, pengelolaan risiko, dan

corporate governance. Agar dapat mengembangkan kepercayaan yang semakin besar

dan menjalankan peran dengan baik, auditor internal memerlukan Standar Profesi

Audit Internal.

Standar Profesi Audit Inetrnal menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit

Internal (2004) terdiri dari :

 Standar Kinerja
1. Lingkup Penugasan

Fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap

peningkatan proses pengelolaan risiko, pengendalian, dan governance, dengan

menggunakan pendekatan yang sistematis, teratur dan menyeluruh.

1) Pengelolaan risiko

Fungsi audit internal harus membantu organisasi dengan cara

mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko signifikan dan memberikan

kontribusi terhadap peningkatan pengelolaan risiko dan system

pengendalian intern.

2) Pengendalian

Fungsi audit internal harus membantu organisasi dalam memelihara

pengendalian intern yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan,

efisiensi dan efektivitas pengendalian tersebut, serta mendorong

peningkatan pengendalian intern secara berkesinambungan.

3) Proses Governance

Fungsi audit internal harus menilai dan memberikan rekomendasi yang

sesuai untuk meningkatkan proses governance dalam mencapai tujuan-

tujuan berikut :

a) Mengembangkan etika dan nilai-nilai yang memadai di dalam

organisasi.

b) Memastikan pengelolaan kinerja organisasi yang efektif dan

akuntabilitas.

c) Secara efektif mengkomunikasikan risiko dan pengendalian

kepada unit-unit yang tepat di dalam organisasi.


d) Secara efektif mengkoordinasikan kegiatan dari, dan

mengkomunikasikan informasi di antara pimpinan, dewan

pengawas, auditor internal dan eksternal serta manajemen.

2. Perencanaan Penugasan

Auditor internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan rencana untuk

setiap penugasan yang mencakup ruang lingkup, sasaran, waktu dan alokasi sumber

daya.

A. Pertimbangan Perencanaan

Dalam merencanakan penugasan, auditor internal harus mempertimbangkan:

a) Sasaran dari kegiatan yang sedang direviu dan mekanisme yang digunakan

kegiatan tersebut dalam mengendalikan kinerjanya.

b) Risiko signifikan atas kegiatan, sasaran, sumber daya, dan operasi yang direviu

serta pengendalian yang diperlukan untuk menekan dampak risiko ke tingkat

yang dapat diterima.

c) Kecukupan dan efektifitas pengelolaan risiko dan system pengendalian intern.

d) Peluang yang dignifikan untuk meningkatkan pengelolaan risiko dan system

pengendalian intern.

B. Sasaran Penugasan

Sasaran untuk setiap penugasan harus ditetapkan.

C. Ruang Lingkup Penugasan

Agar sasaran penugasan tercapai maka Fungsi Audit Internal harus mempunyai ruang

lingkup penugasan yang memadai.

D. Alokasi Sumber Daya Penugasan


Auditor internal harus menentukan sumberdaya yang sesuai untuk mencapai sasaran

penugasan. Penugasan staf harus didasarkan pada evaluasi atas sifat dan kompleksitas

penugasan, keterbatasan wkatu dan ketersediaan sumberdaya.

E. Program Kerja Penugasan

Auditor internal harus menyusun dan mendokumentasikan program kerja dalam

rangka mencapai sasaran penugasan.

3. Pelaksanaan Penugasan

Dalam melaksanakan audit, auditor internal harus mengidentifikasi,

menganalisis, mengevaluasi dan mendokumentasikan informasi yang memadai untuk

mencapai penugasan.

A. Mengidentifikasi Informasi

Auditor internal harus mengidentifikasi informasi yang memadai, handal,

relevan dan berguna untuk mencapai sasaran penugasan.

B. Analisis dan Evaluasi

Auditor internal harus mendasarkan kesimpulan dan hasil penugasan pada

analisis dan evaluasi yang tepat.

C. Dokumentasi Informasi

Auditor internal harus mendokumentasikan informasi yang relevan untuk

mendukung kesimpulan dan hasil penugasan.

D. Supervisi Penugasan

Setiap penugasan harus disupervisi dengan tepat untuk memastikan

tercapainya sasaran, terjaminnya kualitas, dan menigkatnya kemampuan staf.

4. Komunikasi Hasil Penugasan

Auditor internal harus mengkomunikasikan hasil penugasan secara tepat

waktu.
A. Kriteria Komunikasi

Komunikasi harus mencakup sasaran dan lingkup penugasan,

simpulan, rekomendasi, dan rencana tindakannya.

B. Kualitas Komunikasi

Komunikasi yang disampaikan baik tertulis maupun lisan harus

akurat, obyektif, jelas, ringkas, konstruktif, lengkap, dan tepat

waktu.

C. Pengungkapan atas ketidak patuhan terhadap standar

Dalam hal ini terdapat ketidakpatuhan terhadap standar yang

mempengaruhi penugasan tertentu, komunikasi hasil-hasil

penugasan harus mengungkapkan :

a) Standar yang tidak dipatuhi.

b) Alasan ketidakpatuhan.

c) Dampak dari ketidakpatuhan terhadap penugasan.

D. Dimensi hasil penugasan

Penanggungjawaban fungsi audit internal harus

mengkomunikasikan hasil penugasan kepada pihak yang

berhak.

5. Pemantauan Tidak Lanjut

Penanggung jawab fungsi audit internal harus menyusun dan menjaga system

untuk memantau tidak lanjut hasil penugasan yang telah dikomunikasikan kepada

manajemen.

A. Penyusunan Prosedur Tidak Lanjut

Penanggungjawab fungsi audit internal harus menyusun

prosedur tidak lanjut untuk memantau dan memastikan bahwa


manajemen telah melaksanakan tidak lanjut secara efektif, atau

menanggung risiko karena tidak melakukan tidak lanjut.

2.1.3 Pengendalian Internal

2.1.3.1 Pengertian Pengendalian Internal

Menurut Halim (2015: 3) definisi pengendalian internal sebagai berikut :

“Pengendalian intern adalah setiap tindakan yang diambil oleh manajemen untuk

memastikan tercapainya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.”

Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pengendalian internal adalah

suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil lainnya,

yang desain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga tujuan

berikut ini:

1. Efektivitas dan efisiensi operasi.

2. Keandalan pelaporan keuangan.

3. Kepatuhan terhadap hokum dan peraturan yang berlaku.

2.1.3.2 Tujuan Pengendalian Internal

Pengendalian internal dirancang dengan memperhatikan kepentingan manjemen

perusahaan dalam menyelenggarakan operasi usahanya, dan juga harus

memperhatikan aspek biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat yang diharapkan

dalam rangka merancang suatu pengendalian internal yang baik, perlu melihat tujuan

pengendalian seperti yang dinyatakan oleh Sunarto (2003: 138) yang dikutip dari

Committee of Sponsoring Organization of The Treadway Commission (COSO) adalah

sebagai berikut :

1. Reliability of financial reportin


2. Compliance with applicable laws and regulations

3. Effectiveness and efficiency of operations

Berdasarkan penjelasan di atas, audit internal dapat dikatakan memadai

apabila dapat mencapai tujuan pengendalian intern yang dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Keandalan Laporan Keuangan

Pengendalian yang berkaitan dengan masalah kewajaran laporan keuangan

yang disajikan untuk pihak-pihak luar.

2. Ketaatan pada Hukum dan Peraturan yang Berlaku

Pengendalian intern dimaksudkan untuk memastikan bahwa segala peraturan

dan kebijakan telah ditetapkan manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan

itu ditaati oleh para karyawan perusahaan tersebut.

3. Efektivitas dan Efesiensi Operasi

Pengendalian intern dimaksudkan untuk menghindari tanggung jawab rangkap

sehingga perlu adanya pemisahan tugas antara berbagai fungsi operasi,

penyimpanan dan pencatatan.

2.1.3.3 Komponen Pengendalian Internal

Committe of sponsoring organization (COSO) menyatakan bahwa sistem

pengendalian internal terdiri dari lima komponen. Kelima komponen tersebut berasal

dari para manajemen dalam menjalankan bisnisnya, dan terintegrasi dengan proses

manajemen. Kelima komponen tersebut adalah :

1. Lingkungan Pengendalian

Inti dari bisnis apapun adalah orang-orangnya ciri perorangan, termasuk

integritas, nilai-nilai etika dan kompetensi serta lingkungan tempat beroperasi.


Mereka adalah mesin yang mengemudikan organisasi dan dasar segala hal

terletak. Lingkungan pengendalian terdiri dari faktor-faktor berikut :

a) Komitmen atas integritas dan nilai-nilai etika

Merupakan hal yang penting bagi pihak manajemen untuk

menciptakan struktur organisasi yang menekankan pada integritas

sebagai prinsip dasar beroperasi, dengan cara secara aktif mengajarkan

dan mempraktikan.

b) Filosofi pihak manajemen dan gaya operasinya

Semakin bertanggung jawab filosofi pihak manajemen dan gaya

operasi mereka, semakin besar kemungkinannya para pegawai akan

berprilaku secara tanggung jawab dalam mencapai tujuan organisasi.

c) Struktur organisasi

Struktur organisasi perusahaan menetapkan garis otoritas tanggung

jawab serta menyediakan kerangka umum perencanaan, pengarahan

dan pengendalian operasinya.

d) Badan audit dan dewan komisaris

Komite audit bertanggung jawab untuk mengawasi struktur

pengendalian internal perusahaan, proses pelaporan keuangannya, dan

kepatuhannya terhadap hokum, peraturan dan standar yang terkait

komite tersebut bekerja dekat dengan auditor eksternal dan internal

perusahaan.

e) Metode untuk memberikan otoritas dan tanggung jawab

Otoritas dan tanggung jawab dapat diberikan melalui deskripsi

pekerjaan secara formal, pelatihan pegawai dan rencana operasional,


jadwal dan anggaran. Salah satu hal yang sangat penting adalah

peraturan yang menangani masalah seperti standar etika berprilaku

bisnis yang dapat dibenarkan, peraturan persyaratan dan konflik

kepentingan.

f) Kebijakan praktik-praktik dalam sumber daya manusia

Kebijakan dan praktifk-praktik mengenai pengontrakan, pelatihan,

pengevaluasian, pemberian kompensasi dan promosi pegawai

mempengaruhi kemampuan organisasi untuk meminimalkan ancaman

dan resiko. Para pegawai harus dipekerjakan dan dipromosikan

berdasarkan seberapa baik mereka memenuhi persyaratan pekerjaan

mereka.

g) Pengaruh-pengaruh eksternal

Pengaruh-pengaruh eksternal yang mempengaruhi lingkungan

pengendalian dalah termasuk persyaratan yang dibebankan oleh bursa

efek, oleh Finansial Accounting Standards Board (FASB), dan oleh

Securities and Exchange Commission (SEC).

2. Aktivitas pengendalian

Kebijakan dan prosedur pengendalian harus dibuat dan dilaksanakan untuk

membantu memastikan bahwa trindakan yang diidentifikasi oleh pihak

manajemen untuk mengatasi resiko pencapaian tujuan organisasi, secera efektif

dijalankan. Secara umum prosedur-prosedur pengendalian termasuk dalam satu

dari lima kategori berikut ini :


a. Otoritas transaksi dan kegiatan yang memadai

Otoritas sering kali didokumentasikan sebagia penandatangan,

pemberian tanda paraf, atau memasukan kode tanda paraf, atau

transaksi tertentu terjadi karena keadaan khusus, sehingga pihak

manajemen memberikan otoritas khusus agar dapat dilaksanakan

sebaliknya, pihak manajemen dapat memberi otoritas pada pegawai

untuk menangani transaksi rutin tanpa persetujuan khusus, atau disebut

otoritas umum.

b. Pemisahan tugas

Pemisahan tugas yang efektif dicapai ketika fungsi-fungsi berikut

dipisahkan :

a. Otoritas dalam menyetujui transaksi dan keputusan

b. Pencatatan dalam mempersiapkan dokumen sumber,

memelihara catatan jurnal, buku besar dan file lainnya;

mempersiapkan rekonsiliasi, serta mempersiapkan laporan

kinerja

c. Penyimpanan dalam menangani kas

c. Desain dan penggunaan dokumen serta catatan yang memadai

Desain dan pengguhnaan catatan yang memadai membantu untuk

memastikan catatan yang akurat dan lengkap atas seluruh data

transaksi yang berkaitan. Bentuk dan isinya harus dijaga agar tetap

kesederhana mungkin untuk mendukung pencatatan, dan menfasilitasi

peninjauan serta verifikasi.

d. Penjagaan asset dan catatan yang memadai


Ketika seseorang berfikir tentang penjagaan asset fisik, seperti

persediaan dan perlengkapan. Akan tetapi, dimasa sekarang ini, salah

satu asset terpenting perusahaan adalah informasi. Oleh karena itu,

harus diambil langkah-langkah untuk menjaga baik asset berupa

informasi maupun fisik.

e. Pemeriksaan independen atas kinerja

Pemeriksaan internal untuk memastikan seluruh transaksi diproses

secara akurat adalah elemn pengendalian lainnya yang penting.

Pemeriksaan ini harus independen, karena pemeriksaan umunya akan

efektif apabila dilaksanakan oleh orang lain yang tidak bertanggung

jawab atas jalannya operasi yang diperiksa.

3. Penilaian Resiko

Organisasi harus sadar akan risiko dan berurusan dengan risiko yang

dihadapinya. Organisasi harus menempatkan tujuan, yang terintegrasi dengan

penjualan, produksi, pemasaran, keuangan dan kegiatan lainnya, agar organisasi

beroperasi secara harmonis. Akuntan memainkan peranan penting dalam

membantu manajemen mengontrol bisnis dengan mendesain sistem pengendalian

yang efekltif, dan mengevaluasi system yang ada untuk memastikan bahwa sistem

tersebut berjalan dengan efektif.

4. Informasi dan Komunikasi

Disekitar aktivitas pengendalian terdapat sistem informasi dan komunikasi.

Mereka memungkinkan orang-orang dalam organisasi untuk mendapat dan

bertukar informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan, mengelola, dan

mengendalikan operasinya. Akuntan harus memahami bagaimana (1) transaksi

diawali, (2) data didapat dalam bentuk yang dibaca oleh mesin, (3) file komputer
diakses dan diperbarui, (4) data diproses untuk mempersiapkan sebuah informasi,

dan (5) informasi dilaporakan ke para pemakai internal dan pihak eksternal.

5. Pengawasan

Seluruh proses harus diawasi, dan perubahan dapat dilakukan sesuai dengan

kebutuhan. Melalui cara ini sistem dapat bereaksi secara dinamis, berubah sesuai

tuntutan keadaan. Metode untuk mengawasi kinerja dapat mencakup supervise

yang efektif, pelaporan yang bertanggung jawab dan audit internal.

Pengendalian intern dapat dinilai efektif atau tidak merupakan suatu penilaian

subjektif yang berasal dari penilaian terhadap apakah kelima kompenen tersebut

berfungsi secara baik atau tidak, sesuai dengan prosedur perusahaan dan

menghasilkan suatu kondisi informasi yang andal (dapat dipercaya dan akurat),

penggunaan sumber entitas secara efesien dan efektif, dan taat pada hukum dan

regulasi. Komponen-komponen pengendalian intern dapat menjadi suatu indikator

yang menunjakan kualitas suatu perusahaan.

2.1.3.4 Keterbatasan Pengendalian Internal

Bagaimana baiknya pengendalian intern dalam suatu perusahaan, tidaklah

menjamin sepenuhnya apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat dicapai. Hal ini

disebabkan karena pengendalian intern memiliki keterbatasan-keterbatasan yang

dapat melemahkan pengendalian intern tersebut. Oleh karena itu bukan suatu hal yang

mungkin, apabila suatu perusahaan yang memiliki pengendalian intern yang memadai

masih juga terjadi kesalahan atau peyelewengan.

Keterbatasan pengendalian intern seperti yang dikemukakan oleh Sunarto (2003:139):

1. Kesalahan dalam pertimbangan


Seringkali manajemen dan personel lain dapat salah mempertimbangkan

keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin karena

tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu, atau tekanan lain.

2. Gangguan

Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena

personil secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena

kelalaian, tidak adanya perhatian, atau kelelahan.

3. Kolusi

Tindakan bersamam beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut dengan

kolusi (collusion). Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya pengendalin intern

yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terungkapnya

ketidak beresan atau tidak terditeksinya kecurangan oleh pengendalian intern

yang dirancang.

4. Pengabaian oleh manajemen

Manajemen dapat mengabaikan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan

untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian

kondisi keuangan yang berlebihan atau kepatuhan semu.

5. Biaya lawan manfaat

Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian intern tidak boleh

melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern tersebut, karena

pengukuran secara tepat baik biaya maupun manfaat biasanya tidak mungkin

dilakukan, manajemen harus memperkirakan dan mengevaluasi biaya dan

manfaat suatu pengendalian intern.


2.1.4 Kecurangan (Fraud)

2.1.4.1 Pengenrtian Kecurangan

Menurut Agoes (2017: 227) definisi kecurangan sebagai berikut :

“Kecurangan bisa terjadi dalam bentuk collusion, fraud, white-coller crime,

embezzlement, computer crime dan lain-lain.”

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kecurangan merupakan suatu

perbuatan yang bertentangan dengan kebenaran dan dilakukan dengan sengaja untuk

memperoleh sesuatu yang bukan merupakan hak pelakunya sehingga dapat

mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.

2.1.4.2 Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Kecurangan

Karni (2000: 38) menyatakan pendapatnya tentang faktor pendorong terjadinya

kecurangan adalah sebagai berikut :

1. Lemahnya pengendalian intern

a. Manajemen tidak menekan perlunya peranan pengendalian intern

b. Manajemen tidak menindak pelaku kecurangan

c. Manajemen tidak mengambil sikap dalam hal terjadi conflict of interes

d. Auditor internal tidak diberi wewenang untuk menyelidiki para

eksekutif terutama menyangkut pengeluaran yang besar

2. Tekanan keuangan terhadap seseorang

a. Banyaknya utang

b. Pendapatan rendah

c. Gaya hidup mewah

3. Tekanan non finansial


a. Tuntutan pimpinan di luar kemampuan bawahan

b. Direktur menetapkan suatu tujuan yang harus di capai tanpa

dikonsultasikan dengan bawahan

c. Penurunan penjualan

4. Indikasi lain

a. Lemahnya kebijakan penerimaan pegawai

b. Meremehkan integritas pribadi

c. Kemungkinan koneksi dengan organisasi kriminal

2.1.4.3 Tanda-Tanda Adanya Kecurangan

Kecurangan dapat ditangani sedini mungkin oleh manajemen atau audit

internal apabila jeli dalam melihat tanda-tanda kecurangan tersebut.

Tanda-tanda kecurangan seperti disebutkan oleh Tunggal (2010:61) antara lain

adalah :

1. Terdapat perbedaan angka laporan keuangan yang mencolok dengan tahun-

tahun sebelumnya

2. Tidak ada pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas

3. Tidak ada rotasi pekerjaan karyawan

4. Pengendalian operasi yang tidak baik

5. Situasi karyawan yang sedang dalam tekanan

2.1.4.4 Unsur-Unsur Kecurangan

Suatu kecurangan terdiri dari unsur-unsur penting yang digunakan untuk

menguji tanda-tanda adanya kecurangan atau tidak. Simon (2003:1) menyatakan

bahwa:

“Fraud occours when all of the following elements exist:


1. An individual or an organization intentionally makes an untrue

representation about an inmportant fact or event;

2. The untrue repersentation is belived by the victim (the person or

organization to whom the representation has been made;

3. The victim relies and acts upon the untrue representation;

4. The victim suffers loss of money and or property as a result of relying

upon and acting upon the untrue representation.”

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa:

1. Adanya unsur kesengajaan dari seseorang atau sebuah organisasi dengan

sengaja membuat penyajian yang tidak benar tentang fakta atau peristiwa

penting;

2. Adanya kepercayaan yang diyakini oleh korban fraud terhadap penyajian yang

keliru;

3. Adanya kepercayaan dari korban fraud untuk melaksanakan penyajian yang

keliru tersebut;

4. Korban fraud menderita kehilangan hak milik atau uang karena telah

mempercayai dan bertindak sesuai dengan penyajian yang keliru tersebut.

2.1.4.5 Jenis dan Bentuk Kecurangan

Jenis kecurangan menurut Schulze dan Daniel L. Black yang dikutip oleh

Nanik (2000: 17-18) adalah sebagai berikut:

1. Kecurangan Manajemen (Management Fraud)

Kecurangan Manajemen (Management Fraud) adalah suatu tindakan sengaja

membuat laporan keuangan dengan memasukan jumlah angka yang palsu

mengubah catatan akuntansi yang merupakan sumber penyajian laporan


keuangan. Seperti manipulasi, mengubah catatan akuntasi atau dokumen

pendukung yangmerupakan sumber penyajian laporan keuangan.

2. Kecurangan Karyawan (Employee Fraud)

Kecurangan yang paling umum adalah pemalsuan daftar gaji (false payroll).

Dalam hal ini biasanya menciptakan karyawan palsu kemudian menuangkan

gajinya pemalsuan palsu (falsevendor) biasanya dengan cara membuat faktur

palsu yang digunakan untuk menerima pembayaran. Dan transfer cek palsu

(check klitting) yaitu dengan melibatkan pemindahan dana dari bank yang satu

ke bank yang lain dan mencatat secara tidak benar transfer tersebut.

2.1.5 Pencegahan Kecurangan

Pencegahan kecurangan merupakan tanggung jawab dari manajemen

perusahaan. Auditor internal bertanggung jawab untuk memeriksa dan mengevaluasi

kecukupan dan efektivitas langkah-langkah tindakannya yang telah diambil oleh

manajemen untuk memenuhi kewajiban tersebut (Tunggal, 2012:144). Tetapi

tindakan mencegah dan mengawasi sistem pengendalian intern yang dibuat oleh

manajemen dapat menjadi layanan audit internal tersebut dan bertujuan untuk

membantu kinerja organisasi agar berjalan dengan baik.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka auditor internal harus melakukan

penelusuran untuk mencegah kecurangan dan mengindentifikasi semua kecurangan

yang mungkin terjadi.

Kecurangan merupakan masalah yang serius dan membutuhkan pengawasan yang

ketat sehingga adanya kecurangan dapat dicegah sedini mungkin berikut teknik teknik

yang harus dilakukan dalam pencegahan kecurangan yang dikemukan oleh Picket

(2001: 614-):

1. Good recruitment procedures


2. Independent checks over work

3. Reguler staff meeting

4. An employye code of conduct

5. Good communication

Dari kutipan tersebut, dapat diketahui teknik pencegahan kecurangan yang

dapat dilakukannya dengan membuat prosedur perekrutan yang tepat bagi perusahaan

karena hal ini merupakan langkah awal pencegahan kecurangan. Namun prosedur

yang tepat pun tidak berarti apabila tanpa dukungan karyawan perusahaan. Oleh

karena itu,dibutuhkan auditor yang independen terhadap pemeriksaan atas

pekerjaannya. Dan untuk menciptakan hubungan yang baik antara manjemen dan

karyawan maka manjemen sebaiknya selalu mengadakan pertemuan atau rapat yang

dapat memberikan keleluasaan untuk menyiapkan aspirasi atau keluhan-keluhan yang

dihadapi sehingga dari pertemuaan yang terjadi dapat meperlihatkan tingkah laku dari

masing-masing karyawan dapat diketahui sehingga dapat terjalinnya komunikasi yang

baik.

2.1.5.1 Syarat Penemuan Fraud

Standar audit pada dasarnya mampu mengetahui adanya kesalahan yang

disengaja atau tidak disengaja. Menurut Tunggal (2000: 71-73) bahwa syarat

penemuan Fraud terdiri dari:

1. Penemuan fraud

Audit internal diharapkan dapat menemukan kelemahan atau kecurangan yang

terjadi dalam perusahaan, sehingga semua aktivitas yang bertentangan dengan

prosedur atau kebijakan perusahaan dapat dicegah dan diatasi.

Temuan-temuan hasil audit harus berdasarkan pada:


1). Kriteria yang artinya berbagai standar, ukuran atau harapan dalam

melakukanm evaluasi

2). Kondisi yaitu berbagai bukti nyata yang ditemukan oleh auditor internal

3). Sebab yaitu alasan yang dikemukakanatas terjadinya perbedaan antara

kondisi yang diharapakan dan kondisi sesungguhnya

4). Akibat yaitu berbagai resiko atau kerugian yang dihadapi oleh organisai

dari pihak yang diaudit atau unit organisasi lain karena terdapatnya kondisi

yang tidak sesuai dengan kriteria (dampak dari perbedaan)

5). Dalam laporan tentang berbagai temuan, dapat pula dicantumkan berbagai

rekomendasi, hasil yang telah dicapai oleh pihak yang diaudit, dan informasi

lain bersifat membantu yang tidak dicantumkan di tempat lain.

2. Bukti yang cukup kompeten

Bukti yang kompetendan faktual dan meyakinkan dan diperoleh dengan

menggunakan teknik audit yang tepat.

3. Pendekatan Audit

Dalam hal pendekatan audit dilakukan agar auditor internal dengan mudah

melakukan evaluasi atau penilaian terhadap informasi yang diperoleh.

Menurut Tunggal (2000: 81-84) bahwa pendekatan auditing terdiri dari :

a. Analisis Ancaman

b. Survei Pendahuluan

c. Audit Program

d. Pemilihan Tim Audit


2.1.5.2 Ruang Lingkup Fraud Auditing

Ruang lingkup fraud auditing merupakan pembatasan-pembatasan tertentu

dalam melakukan audit. Menurut Tunggal (2000:77-80) ruang lingkup fraud auditing

meliputi :

1. Tingkat materialitas

2. Biaya

3. Informasi yang sensitive

4. Pengembangan integritas

Berikut ini akan dijelaskan mengenai hal-hal yang terdapat dalam ruang

lingkup fraud auditing :

1. Tingkat materialitas

Dimana suatu kecurangan tetap dianggap material secara kualitatif dan tidak

menjadi masalah terhadap beberapa jumlah uang yang tersangkut, yang artinya

adalah :

a. Kecurangan, menurut sifatnya dapat berkembang apabila tidak dicegah.

b. Eksistensi kecurangan itu sendiri menunjukan adanya suatu kelemahan

dalam pengetahuan.

c. Kecurangan secara tidak langsung menyatakan masalah integritas

mempunyai konsekuensi yang jauh dari jangkauan. Manajemen melakukan

korupsi, maka perusahaan dan manajemen eksekutif akan menghadapi

konsekuensi hukum dan akan mencoreng serta merugikan publisitas

perusahaan.

Menurut Standar Akuntansi Keuagan (2007:6) No. 1 tentang Penyajian

Laporan Keuangan paragraf 30, materialitas adalah :


“Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau

kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan

ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas

tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yan dinilai sesuai dengan situasi

khusus dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam

mencatat (misstatement). Karenanya materialitas lebih merupakan suatu

ambang batas atau titik pemisah dari pada suatu karateristik kualitatif pokok

yang harus dimiliki agar informasi dipandang berguna.”

Oleh karena itu, tingkat materialitas merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi pertimbangan audit internal dalam menentukan jumlah bukti

yang cukup diperoleh. Informasi yang diperoleh dipandang material apabila

kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi

tersebut dapat mempengarui keputusan ekonomi pemakai yang diambil tau

dasar laporan keuangan.

2. Biaya

Untuk biaya manajemen harus menganalisis keadaan biaya serta keseluruhan

atau manfaat dari perluasan audit dan tindakan-tindakan yang akan diambil

untuk mencegah kecurangan pada masa yang akan datang. Misalnya jika

kecurangan terjadi yang melibatkan persekongkolan beberapa karyawan yang

menyangkut pemalusan dokumen. Penipuan semacam itu cenderung tidak

terungkap dalam audit yang normal.

3. Informasi yang Sensitif

Perusahaan yang mengetahui ruang lingkup fraud segera membuat kebijakan

untuk menghalangi dan mendeteksi aktivitas fraud. Sifat sensitifdari aktivitas


fraudatau dicurigai adanya aktivitas demikian membutuhkan suatu petunjuk

formal dalam pelaporan dan praktek penyelidikannya.

4. Pengembangan Integritas

Auditor internal sering kali diminta untuk program peningkatan integritas.

Dimana prioritas manajemen ditinjau bersama seluruh karyawan.

2.1.6 Penelitian Sebelumnya Yang Relevan

Terdapat banyak penelitian yang ditemukan dalam membahas pengaruh audit

internal dan pengendalian internal terhadap pencegahan kecurangan fraud. Berikut ini

akan dijelaskan hasil-hasil penelitian terdahulu yang memperkuat dalam melakukan

penelitian ini :

No Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1. HUBUNGAN Dalam penelitian ini, Sama-sama Metode yang

ANTARA survei diterapkan pada meneliti tentang digunakan adalah

AUDIT kelompok kerja yang variabel audit metode deskriptif

PENIPUAN terdaftar untuk internal, analitis. Perbedaan

DAN pengendalian waktu penelitian


anggota Kamar
internal dan dan objek
AKUNTANSI Akuntan Publik
pencegahan penelitian.
FORENSIK Bersertifikat di Aydın.
kecurangan
193 anggota profesi
(fraud)
tercapai.

Gagasan mereka

dikonsultasikan

tentang audit penipuan


dan akuntansi

forensik. Diadili

untuk menipu alasan

penipuan individu dan

perusahaan, orang-

orang yang menipu

lebih

dan karakteristik

perilaku penipu. Juga

disebutkan tentang

peraturan di negara

kita dan di

Dunia tentang

penipuan dan

masalah, seberapa

efektif peraturan ini

dipelajari. Tindakan

pencegahan dan alat

untuk menemukan

penipuan dan

mencegahnya

dievaluasi. Selain

itu, pengetahuan
anggota profesi

dikonsultasikan

tentang bidang mana

akuntansi forensik

melayani, kontribusi

untuk profesi yang

tersedia, partisipasi ke

dalam proses

pengawasan

dan dampaknya.

Informasi yang

dikumpulkan sebagai

hasil survei dianalisis

dengan

program SPSS untuk

Windows 22.0. Tes

Man-Whitney-U

digunakan untuk

analisis

informasi antara dua

kelompok independen,

tes Kruskall Wallis

digunakan untuk
kompilasi

informasi di antara

lebih dari dua

kelompok independen.

Tes Man-Whitney-U

digunakan

untuk analisis

perbedaan sebagai

tindak lanjut dari tes

Kruskall Wallis.

2. Menganalisis Makalah ini Sama-sama Metode yang

Manajemen membahas aspek- meneliti penipuan digunakan adalah

Sumber Daya aspek tertentu yang metode deskriptif

Manusia di berkaitan dengan analitis. Perbedaan

Ekonomi pengelolaan sumber waktu penelitian

Investigasi daya manusia dalam dan objek

Penipuan struktur operasional penelitian.

Keuangan yang berspesialisasi

dalam penyelidikan

penipuan ekonomi-

keuangan. Anda juga

dapat menemukan

diskusi dan presentasi

analisis diagnostik
dari kegiatan yang

dilakukan oleh operasi

operatif melalui

analisis

SWOT, analisis

tingkat pelatihan dan

arahan untuk

membuat pekerjaan

mereka lebih efisien.

3. Mengatasi menilai tingkat risiko Sama-sama Metode yang

Risiko Penipuan penipuan yang rendah meneliti digunakan adalah

dengan Menguji (rata-rata 29%) terkait efektivitas metode deskriptif

Keefektifan dengan tiga koordinat pengendalian analitis. Perbedaan

Pengendalian utama mengenai internal, proses waktu penelitian

Internal atas kegiatan investasi saat pelaporan dan objek

Kasus Pelaporan ini yang dilakukan keuangan, penelitian.

Keuangan oleh Perusahaan penipuan

Keuangan Investasi Keuangan,

Rumania yang berarti penilaian

Perusahaan investasi,

Investasi pengendalian internal,

dan manajemen aset.

Di bawah asumsi ini,

kami dapat
menyimpulkan bahwa

kegagalan kontrol

internal yang

terdeteksi dalam

penelitian previuos

lebih disebabkan oleh

kesalahan daripada

operasi penipuan.

Analisis data

membantu

memproyeksikan

beberapa temuan yang

relevan: (i) penilaian

investasi adalah

bidang sesitif, karena

persentase signifikan

dari kepemilikan tidak

terdaftar; (ii)

menggabungkan

Ketua Dewan dengan

fungsi Manajer Umum

dapat mencerminkan

pemisahan tugas yang

tidak tepat; (iii) fungsi

manajemen aset
eksternal.

4. Penipuan Penambangan data Sama-sama Perbedaan waktu

Internal Dalam adalah salah satu meneliti Aplikasi penelitian dan

Organisasi metodologi yang data mining untuk objek penelitian.

Berbasis paling menonjol yang deteksi penipuan.

Proyek: Analisis menunjukkan efisiensi

Pohon dalam berbagai tugas

Keputusan yang berkaitan dengan

CHAID deteksi pola. Aplikasi

data mining untuk

deteksi penipuan

sangat banyak, untuk

mendeteksi penipuan,

mulai dari penipuan

kartu kredit hingga

penipuan perpajakan,

banyak. Namun,

aplikasi penambangan

data untuk penipuan

yang terkait dengan

pengendalian internal

jarang terjadi. Hasil

makalah ini adalah


untuk menyajikan

aplikasi teknik

penambangan data

(pohon keputusan

CHAID) untuk

menemukan pola di

internal kecurangan

terkait kontrol dalam

satu organisasi

berbasis proyek.

5. Peran Audit Artikel ini bertujuan Sama-sama Variabel yang

Internal dalam untuk tidak hanya meneliti tentang digunakan adalah

Pencegahan dan menjelaskan secara variabel audit penipuan.

Deteksi singkat peran audit internal, Perbedaan waktu

Penipuan internal dalam pengendalian penelitian dan

mendeteksi internal dan objek penelitian.

kemungkinan pencegahan

penipuan, tetapi juga kecurangan

untuk menyoroti (fraud)..

pentingnya dalam

mencegah komisi

penipuan di entitas

ekonomi mana pun.

Selain itu, analisis ini


bermaksud untuk

secara khusus

menunjukkan

keuntungan yang

dapat ditawarkan oleh

audit internal

kepada manajemen

entitas ekonomi dan

mitranya, dan juga

kepada masyarakat

secara keseluruhan.

Mulai dari premis

bahwa auditor bukan

musuh suatu entitas,

orang harus ingat

bahwa: audit internal

adalah fungsi bantuan

yang ditawarkan

kepada pimpinan

entitas

tersebut agar mereka

dapat mengelola

aktivitasnya dengan

lebih baik; itu


menyatakan penilaian

atas semua keputusan

yang diambil oleh

kepemimpinan yang

memastikan fungsi

normal dan efisien

dari kegiatannya; dan

tujuannya adalah

untuk menciptakan

nilai tambah.

2.2. Kerangka Pemikiran

Uma Sekaran dalam bukunya Business Research (1992) dalam (Sugiyono, 2012:

93) mengemukakan bahwa, kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang

bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai

masalah yang penting.

2.2.1 Pengaruh Audit Internal Terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud)

Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas adalah dengan meningkatkan

efisiensi kerja. Unutk mencapai efisiensi kerja ini, salah satu alat pengukurnya adalah

mencegah dan mengatasi kecurangan (fraud). Dimana untuk mencegah dan mengatasi

fraud ini diantaranya perlu peran seorang Audit Internal.


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Widilestariningtyas (2012) hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara audit internal terhadap

pencegahan kecurangan (fraud), audit internal, kontrol internal dan tata kelola

pemerintah yang baik mempengaruhi pencegahan kecurangan dan secara simultan

secara bersama, audit internal, pencegahan kecurangan mempengaruhi kinerja

pemerintah daerah dan sebagian secara bersamaan.

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Suryanto (2011) hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa korelasi positif antara audit internal dalam mencegah

kecurangan dan dalam meningkatkan kinerja manufaktur yang terdaftar di bursa efek

Indonesia.

Kemudian dalam penelitian yang dilakukan oleh Norsain (2014) hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa internal audit yang dilaksanakan pada PNPM

Mandiri Perkotaan di Kecamatan Kalianget sudah cukup memadai dalam deteksi dan

pencegahan kecurangan (fraud).

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Widaningsih dan Hakim (2015)

hasil penelitiannya menunjukan bahwa pengaruh profesionalisme auditor internal

terhadap pencegahan kecurangan adalah 40,07%, dan sisanya sebesar 59,93% dapat

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Dan besarnya pengaruh

profesionalisme auditor internal terhadap deteksi kecurangan adalah 37,33%, sisanya

sebesar 62,67% dapat dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

Selanjutnya dalam penelitian Festi dan Natariasari (2014) hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa peran audit internal berpengaruh terhadap

pencegahan kecurangan. Ini berarti bahwa peran audit internal lebih baik, sehingga

pencegahan penipuan menjadi meningkat.


Berdasarkan garis besar dari keseluruhan hasil penelitian-penelitian yang

telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh peranan audit internal

berpengaruh signifikan positif terhadap pencegahan kecurangan (fraud).

2.2.2 Pengaruh Pengendalian Internal Terhadap Pencegahan Kecurangan

(Fraud)

Organisasi perlu memiliki definisi dan standar pengendalian internal yang jelas

dan dapat dipahami oleh para pemangku kepentingan. Pengendalian internal bisa

dipahami secara berbeda oleh setiap orang. Perbedaan pemahaman tersebut

menyebabkan kebingungan, kesalah pahaman bahkan konflik antar pemangku

kepentingan. Pengendalian internal sangat penting dilakukan secara efktif dan efisien

bagi suatu organisasi agar dapat meminimalisir risiko selaras dengan tujuan organisasi

dan strategi perusahaan yaitu pencegahan kecurangan agar tidak adanya (fraud) dan

penyelewengan. jika pengendalian internal suatu perusahaan lemah maka

kemungkinan terjadinya kecurangan akan sangat besar. sebaliknya jika pengendalian

internal suatu perusahaan sudah berjalan dengan baik, kemungkinan terjadinya suatu

kecurangan dapat berkurang.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Soleman (2013) dalam hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa pengendalian internal berpengaruh positif terhadap

pencegahan kecurangan (fraud), karena itu, penelitian ini mengusulkan kepada

Pemerintah Provinsi Maluku Utara di seluruh Kabupaten/kota mendesain sistem

pengendalian internal secara komprehensip agar dapat mencegah terjadinya fraud, dan

pimpinan harus menetapkan prioritas, mengkoordinasikan strategi dan

mengkomunikasikannya ke seluruh manajemen dan staf.


Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Widilestariningtyas (2012) hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara pengendalian internal

terhadap pencegahan kecurangan (fraud), pengendalian internal, kontrol internal dan

tata kelola pemerintah yang baik mempengaruhi pencegahan kecurangan dan secara

simultan secara bersama, pengendalian internal, pencegahan kecurangan

mempengaruhi kinerja pemerintah daerah dan sebagian secara bersamaan.

Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan oleh Hermiyetti (2010)

menyatakan bahwa ada efek dari pengendalian internal yang diterapkan pada

pencegahan kecurangan pengadaan. Ini berarti bahwa pencegahan kecurangan

pengadaan cenderung oleh penerapan pengendalian internal dan mempengaruhi residu

oleh faktor-faktor lain yang tidak terintegrasi dalam model penelitian ini.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Eka Ariaty Arfah (2011) dalam

hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada efek positif dari pengendalian internal

yang diterapkan pada pencegahan penipuan pemungutan pajak yang baik dan

implikasinya terhadap kinerja keuangan. Ini berarti bahwa kinerja keuangan

dipengaruhi oleh pengendalian internal yang diterapkan pada pencegahan penipuan

pengadaan yang baik dan dipengaruhi residu oleh faktor-faktor lain tidak termasuk

dalam model penelitian ini.

Selanjutnya dalam penelitian Cendikia dkk (2016) hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa Secara bersamaan, terdapat pengaruh antara efektivitas

pengendalian internal dan kompatibilitas kompensasi pada pencegahan penipuan

dengan nilai signifikan 0,002 (di bawah 0,05). Koefisien determinasi dalam penelitian

ini adalah 13,5%, keduanya secara bersama-sama memengaruhi variabel dependen,

sedangkan 86,5% dipengaruhi oleh variabel tidak jelas lainnya. (2) Ada pengaruh

antara efektivitas pengendalian internal terhadap pencegahan kecurangan dengan nilai


signifikan 0,006 (di bawah 0,05) dan (3) Tidak ada pengaruh antara kompatibilitas

kompensasi terhadap pencegahan kecurangan dengan nilai signifikan 0,137> 0,05.

Berdasarkan dari hasil penelitian-penelitian yang telah diuraikan di atas

dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal berpengaruh terhadap pencegahan

kecurangan (fraud).

Berdasarkan kerangka teori yang dikemukakan dapat disederhanakan dalam

bentuk model sebagai berikut : Ony widilestariningtyas (2012)


Tulus suryanto (2011)
Norsain (2014)
Mimin Widaningsih, Desy Nur Hakim (2015)
Theresa Festi T, Riska
Natariasari (2014)
AUDIT INTERNAL (X1) Hery (2017)
Sukrino Agoes (2017)
Dr. Hamzah Halim (2015)
Faiz Zamzami, Ihda Arifin Faiz, Mukhlis (2016)
James A.Hall, Tommie Singleton (2007)

H1

PENCEGAHAN KECURANGAN (FRAUD) (Y)


Theodorus M. Tuanakotta (2013) Sukrino Agoes (2017) Theodorus M. Tuanakotta (2
Dr. Cris Kuntadi (2017)

PENGENDALIAN INTERNAL (X2)


Theodorus M. Tuanakotta (2013)
Dr. Hamzah Halim (2015)
Faiz Zamzami, Ihda Arifin Faiz, Mukhlis (2016)
Theodorus M. Tuanakotta (2015)
H2
Hery (2014)

Rusman soleman (2013)


Ony widilestariningtyas (2012)
Hermiyetti (2010)
Eka Ariaty Arfah (2011) Cita Cendikia, Almasdi
Syahza, Fenny Trisnawati
(2016)

47
2.3. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, penulis mencoba merumuskan hipotesis

yang merupakan kesimpulan sementara dari penelitian sebagai berikut :

1. Audit Internal berpengaruh terhadap Pencegahan Kecurangan Fraud.

2. Pengendalian Internal berpengaruh terhadap Pencegahan Kecurangan Fraud.

48
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Menurut Narbuko (2012: 70) “Desain penelitian adalah semua proses yang

diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam menyelesaikan

penelitian ini, peneliti menggunakan metode kuantitatif. Dalam penelitian secara

deskriptif untuk mendapatkan gambaran dari setiap variabel dan verifikatif untuk

menguji hipotesis yang menyatakan adanya hubungan variabel.

3.1.1 Metode Kualitatif

Menurut Noor (2014: 13) “Kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk

bukan bilangan, atau dengan kata lain data kualitatif adalah data yang disajikan dalam

bentuk kata-kata yang mengandung makna atau berbentuk kategori. Ciri data

kualitatif adalah tidak bisa dilakukan operasi matematika, seperti penambahan,

pengurangan, perkalian, pembagian, dan pangkat. Data kualitatif dapat dibagi menjadi

dua bagian, yaitu data berskala nominal dan data berskala ordinal.

a. Data berskala nominal

Data berskala nominal adalah data yang paling „rendah‟ tingkatnya

dalam skala pengukuran data (Noor, 2014: 14).

b. Data berskala ordinal

Data berskala ordinal adalah data yang diperoleh dengan cara kategorisasi atau

klasifikasi, tetapi diantar data tersebut terdapat hubungan atau tingkatan

(Noor, 2014: 14).


3.1.2 Metode Kuantitatif

Menurut Noor (2014: 14) “Kuantitatif adalah data yang dapat dinyatakan dalam

bentuk angka-angka. Ciri data kuantitatif adalah dapat dilakukan operasi matematika

dan tidak ada kategorisasi atau klasifikasi. Data kuantitatif dapat dibagi menjadi dua

bagian, yaitu data berskala interval dan data berskala rasio.

a. Data berskala interval

Data berskala interval adalah data yang diperoleh dengan cara pengukuran,

dimana jarak dua titik pada skala sudah diketahui (Noor, 2014: 14).

b. Data berskala rasio

Data berskala rasio adalah data yang diperoleh dengan cara pengukuran,

dimana jarak dua titik pada skala sudah diketahui, dan mempunyai titik 0 yang

absolut (Noor, 2014: 15).

3.1.3 Penelitian Deskriptif

Menurut Nazir (2014: 43) metode deskriptif yaitu suatu metode dalam

meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem

pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual

dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang

diselidiki.

3.2 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta

skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian

hipotesis dengan alat bantu statistic dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul

penelitian. Menurut Sugiyono (2015: 40) variabel penelitian adalah suatu atribut atau
sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannnya.

Berdasarkan hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya dalam

penelitian ini terdiri dari variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen

(variabel terikat). Adapun penjelasannya sebagai berikut :

1. Variabel Independen (variabel bebas)

Menurut Sugiyono (2015: 41) mendefinisikan variabel bebas adalah

merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Pada penelitian ini

yang menajadi variabel independen adalah audit internal (X1) dan

pengendalian internal sebagai (X2).

Adapun definisi Audit Internal menurut Hery (2017: 238) sebagai berikut :

“Audit internal adalah suatu fungsi penilaian yang dikembangkan secara

bebas dalam organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan

sebagai wujud pelayanan terhadap organisasi perusahaan.”

Adapun definisi Pengendalian Internal menurut Halim (2015: 3) sebagai

berikut:

“Pengendalian intern adalah setiap tindakan yang diambil oleh manajemen

untuk memastikan tercapainya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.”

2. Variabel Dependen (variabel terikat)

Menurut Sugiyono (2015: 41) mendefinisikan variabel terikat adalah

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas. Pada penelitian ini yang menajadi variabel dependen adalah

pencegahan kecurangan (fraud) sebagai (Y).

Adapun definisi Pencegahan Kecurangan menurut Tunggal (2012: 144)

sebagai berikut :

“Pencegahan kecurangan merupakan tanggung jawab dari manajemen

perusahaan. Auditor internal bertanggung jawab untuk memeriksa dan

mengevaluasi kecukupan dan efektivitas langkah-langkah tindakannya yang

telah diambil oleh manajemen untuk memenuhi kewajiban tersebut.”

Adapun definisi Kecurangan (fraud) menurut Kuntadi (2017: 13) sebagai

berikut :

“Kecurangan merupakan tindakan yang dirancang sebelumnya untuk

mengelabui/menipu/memanipulasi pihak lain sehingga mengakibatkan pihak

lain menderita kerugian dan pelaku kecurangan memperoleh keuntungan

keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung.”

Berdasarkan variabel-variabel dalam penelitian ini, akan dirumuskan ke dalam

masing-masing indikator yang merupakan ciri-ciri dari variabel tersebut dengan

menggunakan skala ordinal. Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Penelitian

Variabel Dimensi Indikator Skala


Variabel bebas Audit
Internal (X1)

Audit internal adalah Standar


suatu fungsi penilaian
profesional
yang dikembangkan
secara bebas dalam audit
organisasi untuk internal :
menguji dan
1.Independen -Mandiri Ordinal
mengevaluasi kegiatan-
kegiatan sebagai wujud 2.Kemampua -Pengetahuan dan Ordinal
pelayanan terhadap n profesional kemampuan
Ordinal
organisasi perusahaan
-Pengawasan
Ordinal
dimana audit internal
-Ketelitian professional
tersebut mempunyai 3.Lingku Ordinal
standar professional p -Keandalan informasi
Ordinal
dalam melaksanakan pekerjaan
-Kesesuaian dengan
tugasnya.
kebijakan, rencana,
prosedur, dan ketentuan
perundang-undangan
(Hery, 2017: 238)
-Perlindungan aktiva Ordinal

-Penggunaan sumber daya Ordinal

-Pencapaian tujuan Ordinal

-Perencanaan kegiatan Ordinal


4.Pelaksanaa
n kegiatan -Perencanaan kegiatan Ordinal
pemeriksaan pemeriksaan

-Pengujian dan
Ordinal
pengevaluasian
Ordinal
-Pelaporan hasil
pemeriksaan Ordinal
-Tindak lanjut
pemeriksaan

Variabel bebas

Pengendalian Internal
(X2)

Pengendalian internal
1.Lingkungan Menciptakan dan Ordinal
adalah proses yang
pengendalian memelihara
dirancang,
diimplementasikan, dan lingkungan pengendalian

dipelihara oleh TCWG, yang

majemen dan karyawan menimbulkan perilaku


lain untuk memberikan positif
asuransi yang memadai
dan kondusif untuk
tentang tercapainya
penerapan
tujuan entitas mengenai
keandalan pelaporan Sistem Pengendalian
keuangan, efektif, dan
Intern dalam lingkungan
efisiennya operasi, dan
kerjanya melalui:
kepatuhan terhadap
hukum dan ketentuan -Penegakan integritas dan
perundang-undangan. nilai etika

-Komitmen terhadap
kompetensi
(Tuanakotta, 2015: 93)
-Kepemimpinan yang
kondusif
2.Penilaian
-Pembentukan struktur Ordinal
risiko
organisasi yang sesuai
dengan kebutuhan

-Pengendalian internal
harus memberikan
penilaian atas risiko yang
dihadapi unit organisasi
baik dari luar maupun dari
3.Kegiatan dalam
pengendalian -Identifikasi risiko dan Ordinal
analisis risiko

-Memastikan bahwa arah


pimpinan instansi
pemerintah dilaksanakan

-Kegiatan pengendalian
harus efisien dan efektif
dalam pencapaian tujuan
organisasi

-Efektifitas dan efisiensi


dalam pencapaian tujuan
harus sesuai dengan
ukuran, kompleksitas dan
sifat dari tugas dan fungsi
suatu instansi pemerintah
yang bersangkutan.

Variabel Terikat
Kecurangan (Fraud)
(Y)

Pencegahan
kecurangan merupakan 1.Budaya -Menciptakan lingkungan Ordinal

tanggung jawab dari jujur dan kerja yang positif

manajemen etika yang


-Mempekerjakan dan
Ordinal
perusahaan. Auditor tinggi memptomosikan pegawai
internal bertanggung yang tepat
jawab untuk memeriksa
-Pelatihan
dan mengevaluasi
kecukupan dan -Konfirmasi Ordinal

efektivitas langkah- -Identifikasi risiko Ordinal


langkah tindakannya kecurangan
2.Tanggung Ordinal
yang telah diambil oleh
jawab untuk -Mengukur risiko
manajemen untuk Ordinal
mengevaluasi kecurangan
memenuhi kewajiban
pencegahan Ordinal
tersebut, -Mengruangi risiko
fraud
kecurangan
(Tunggal, 2012:144)
-Memantau program
pengendalian Ordinal

3.Pengawasa -Pelaporan
n oleh komite
-Laporan periodik Ordinal
audit
-Laporan lain Ordinal

Ordinal

3.3 Populasi dan Sumber Informasi

3.3.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2015: 92) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

3.3.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2015: 93) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi.”


3.3.3 Sumber Data

Penelitian dilakukan dengan menggunakan jenis data primer dan sekunder.

a. Data primer adalah data atau keterangan yang diperoleh peneliti secara

langsung dari sumbernya (Waluya, 2007: 79).

b. Data sekunder adalah keterangan yang diperoleh dari pihak kedua, baik berupa

orang maupun catatan, seperti buku, laporan, bulletin dan majalah yang

sifatnya dokumentasi (Waluya, 2007: 79).

Dalam penyusunan penelitian ini memperoleh data dari sumber primer.

3.4 Metode Penarikan Sampel

3.4.1 Teknik Sampling

Sugiyono (2016: 217) menyatakan bahwa teknik sampling merupakan :

“Teknik Sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk

pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik

sampling yang digunakan, yakni sebagai berikut:

1. Probability Sampling

Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan

peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dilih menjadi

anggota sampel. Teknik ini meliputi, simple random sampling, proportionate

stratified random sampling, disproportionate stratified random, dan sampling

area (cluster) sampling (sampling menurut daerah).

2. Non-Probability Sampling

Non-probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak

memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota


populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi sampling

sistematis, kuota aksidental, purposive, jenuh, dan snowball.

Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah non probability

sampling dengan teknik yang diambil yaitu purposive sampling.

Menurut Sugiyono (2017: 84) “Purposive sampling adalah teknik penentuan

sampel dengan pertimbangan tertentu”.

Dalam menentukan sampel pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah

metode slovin. Dalam metode slovin diperlukan batasan toleransi kesalahan. Semakin

kecil toleransi kesalahan, semakin akurat sampel menggambarkan populasi.

Rumus metode slovin sebagai berikut:

n= N

1+Ne2

Sujarweni (2014: 16)

Keterangan :

n : Ukuran sampel

N : Ukuran populasi

e : Error (persentase kesalahan yang dapat ditolerir dalam pengambilan sampel,

tingkat error yang telah ditetapkan 5%


3.5 Prosedur Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar yang diterapkan (Sugiyono, 2017:224).

Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

1. Penelitian lapangan (field research)

Penelitian lapangan merupakan cara langsung untuk memperoleh gambaran

sebenarnya tentang masalah-masalah yang diteliti yang melibatkan responden

yang menjadi sampel penelitian.

Menurut Narbuko (2012: 70) metode penelitian lapangan ini dapat

dilaksanakan dengan cara :

a. Observasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan cara mengamati dan

mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.

b. Wawncara, yaitu proses tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung

secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka

mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-

keterangan. Teknik ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi dan

bukannnya untuk merubah ataupun mempengaruhi pendapat responden.

c. Kuesioner, yaitu suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan

mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Teknik ini

bertujuan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan


penelitian dan memperoleh informasi mengenai suatu masalah secara

serentak.

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

3.6.1 Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2016: 121) “Uji validitas instrument adalah instrument

yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu

valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur.”

Atas dasar pendapat dari Sugiyono, dapat disimpulkan bahwa instrument yang

valid dan reliable merupakan syarat mutlak untuk dapat melanjutkan kegiatan

penelitian dapat dikatakan valid apabila alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan

data dalam pengujian validitas dilakukan dengan menghubungkan korelasi antar skor

tiap butir isntrumen dengan skor totalnya.

Sugiyono (2016: 173), menjelaskan mengenai cara untuk menilai validitas

penelitian, yaitu sebagai berikut :

a. Apabila korelasi tiap faktor positif dan besarnya ≥ dari 0.3 maka

instrument penelitian tersebut dinyatakan valid.

b. Apabila korelasi tiap faktor positif dan besarnya ≤ dari 0.3 maka

instrument penelitian tersebut dinyatakan tidak valid.

Uji validitas instrument dapat menggunakan rumus korelasi. Rumus

korelasi Pearson Produk Moment adalah sebagai berikut :

( )( )
√ ( ) ( )
Ketarangan :

r = Koefisien korelasi pearson

∑xy = Jumlah perkalian variabel X dan Y

∑x = Jumlah nilai variabel X

∑y = Jumlah nilai variabel Y

∑x² = Jumlah pangkat dua nilai variabel X

∑y² = Jumlah pangkat dua nilai variabel Y

n = Banyaknya sampel

3.6.2 Uji Reliabilitas

Menurut Noor (2014: 24) “Uji Reliabilitas adalah koefisien keandalan yang

menunjukan seberapa baiknya item/butir dalam suatu kumpulan secara positif

berkorelasi satu sama lain. Tentang uji reliabilitas ini dapat disampaikan hal-hal

pokoknya, sebagai berikut :

a. Untuk menilai kestabilan ukuran dan konsistensi responden dalam menjawab

kuesioner. Kuesioner tersebut mencerminkan konstruk sebagai dimensi suatu

variabel yang disusun dalam bentuk pertanyaan.

b. Uji reliabilitas dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh pertanyaan.

c. Jika nilai alpha > 0.60, disebut reliable.

Rumus yang digunakan adalah rumus alfa cronbach sebagai berikut :

Keterangan :
r11 = Reliabilitas instrument

k = Banyaknya butir pertanyaan

∑ 2 = Jumlah butir pertanyaan

2
1 = Varians total.

3.7 Metode Analisis

Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel

dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden,

menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab

rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah

diajukan (Sugiyono, 2017:147).

3.7.1 Analisis Verifikatif

Analisis verifikatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk

mencari kebenaran dari hipotesis yang diajukan, yaitu dengan menganalisis :

1. Seberapa besar pengaruh audit internal terhadap pencegahan kecurangan

(fraud).

2. Seberapa besar pengaruh pengendalian internal terhadap pencegahan

kecurangan (fraud).

3. Seberapa besar pengaruh audit internal dan pengendalian internal terhadap

pencegahan kecurangan (fraud).

Analisis ini digunakan untuk menunjukkan hubungan antara variabel bebas

(X) dengan variabel terikat (Y) dengan menggunakan data Statistical Package for

Social Sciences (SPSS).


3.7.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk menilai data atau tidaknya bisa atas hasil

analisis regresi yang telah dilakukan, dimana dengan melakukan uji asumsi klasik

dapat diketahui sejauh mana hasil analisis regrasi dapat diandalkan tingkat

keakuratannya. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, multikolinieritas,

autokolerasi dan heteroskedastisitas.

1. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2016:154) tujuan dari uji normalitas adalah sebagai berikut :

“Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data pada persamaan regresi yang

dihasilkan berdistrusi normal atau berdistribusi tidak normal. Persamaan regresi

dikatakan baik jika mempunyai data variabel bebas dan variabel terikat berdistribusi

mendekati normal atau normal sama sekali”.

Uji normalitas diperlukan karena untuk melakukan pengujian-pengujian

variabel lainnya dengan mengasumsikan bahwa nilai residu mengikuti distribusi

normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid dan statistik

parametic tidak dapat digunakan.

Menurut Ghozali (2016:154) dasar pengembalian keputusan bisa dilakukan

berdasarkan probabilitas (Asymtonic Significance), yaitu:

a. Jika probabilitas >0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal.

b. Jika probabilitas <0,05 maka populasi tidak berdistribusi secara normal.

2. Uji Autokolerasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada

kolerasi antara kesalahan penganggu ada pada periode t dengan kesalahan penganggu

pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali,2016:107). Autokolerasi muncul karena


observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Hal ini sering

ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada seseorang

individu atau sekelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu atau

kelompok yang sama pada periode berikutnya.

Menurut Ghozali (2016:108) dasar yang digunakan untuk pengambilan

keputusan secara umum adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Autokoleras

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada auto kolerasi positif Tidak 0<d<C1

Tidak ada auto kolerasi positif No Decision d1  d  du

Tidak ada kolerasi negative Tolak 4-d1<d<4

Tidak ada kolerasi negative No Decision< 4-du  d  4-d1

Tidak ada auto korelasi positif atau Tidak ditolak du<d<4-du

negative

Ghozali (2016:108)

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan lain, jika

variance dari residual satu pengamatan kepengamatan lain berbeda maka disebut
heteroskedastisitas (Ghozali, 2016:134). Dasar pengambilan keputusan untuk uji

heteroskedastisitas :

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu teratur

(bergelombang, melebur kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi

heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0

pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskeda (Ghozali, 2016:134).

4. Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2017:103) uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel-variabel bebas. Pada model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas/variabel

independen. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel ini tidak orthogonal.

Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antara variabel

bebasnya sama dengan nol.

Dasar pengambilan keputusan untuk uji multikolinearitas adalah:

1. Jika antar variabel bebas pada korelasi diatas 0,90, maka hal ini merupakan

adanya multikolinearitas.

2. Atau multikolinearitas juga dapat dilihat dari VIF, jika VIF < 10 maka dalam

data tidak terdapat multikolinearitas, dengan rumus :

VIF = 1

1-Ri2

Husein Umar (2014: 179)


3. Nilai Eigen Value berjumlah satu atau lebih, jika variabel bebas mendekati 0

menunjukkan adanya multikolinearitas.

3.7.2 Analisis Regresi Linear Berganda

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang dipakai adalah regresi linear

berganda (multiple regression). Menurut Ghozali (2013:96). Analisis regresi

digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga

menujukkan arah hubungan atar variabel dependen (terikat) dengan independen

(penjelas/bebas). Adapun persamaanya adalah sebagai berikut :

Y = α + β1X1 + β2X2 +ε

Keterangan :

Y : Kecurangan (fraud)

α : Konstanta

β1…β2 : Koefisien

regresi X1 : Audit Internal

X2 : Pengendalian

Internal e : Standard error

3.7.3 Analisis Korelasi Parsial

Menurut Sunyoto (2016:57) “Tujuan uji korelasi adalah untuk menguji apakah

dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat mempunyai hubungan yang kuat

ataukah tidak kuat, apakah hubungan tersebut positif atau negatif”.

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang

ditemukan besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan berikut :
Tabel 3.3

Kategori Koefisien Korelasi

Interval Korelasi Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Sangan Rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

0,80,1,000 Sangat Kuat

(Sugiyono, 2014:242)

3.7.4 Koefisien Determinasi Parsial

Koefisien Determinasi Parsial digunakan untuk mengetahui seberapa besar

presentase pengaruh secara parsial per variabel Audit Internal (X1) Pengendalian

Internal (X2) terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud) (Y). Maka dapat diketahui

dengan cara mengkalikan standardized coeffisients beta dengan correlations (zero

order), yang mengacu pada hasil perhitungan dengan menggunakan software SPSS

for windows (Gurajati, 2006:172).

Untuk mengetahui seberapa besar koefisien determinasi dapat menggunakan

rumus sebagai berikut :

KD =β x zero order x 100%


(Gurajati, 2006:172)

Keterangan :

KD = Koefisien Determinasi

β = Beta (nilai standardized coeffisients)

Zero order = Matriks korelasi variabel bebas dengan variabel terikat

3.7.5 Uji Hipotesis

Untuk melakukan pembuktian hipotesis tersebut dapat dilakukan dengan

menggunakan uji statistic Pengaruh Parsial (Uji t).

Menurut Imam Ghozali (2013:98) uji statistik t pada dasarnya menunjukkan

seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam

menerangkan variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan

signifikan level 0,05 (α=5%). Penerimaan atau pnolakan hipotesis dilakukan dengan

kriteria:

a. Jika nilai signifikan >0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi

tidak signifikan), ini berarti secara parsial variabel independen tidak

mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

b. Jika nilai signifikan  0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi

signifikan) , ini berarti secara parsial variabel independen tersebut

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.


DAFTAR PUSTAKA

 https://www.researchgate.net/publication/325130505_Relationship_Between_
Fraud_Auditing_and_Forensic_Accounting
 https://pdf.sciencedirectassets.com/282136/1-s2.0-S2212567115X00104/1-
s2.0-S2212567115009922/main.pdf
 https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2212567112001451
 https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2212567112001451
 https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2212567114008296

Anda mungkin juga menyukai