Jurnal Utama :
“Pengaruh arus kas bebas, ukuran KAP, spesialisasi industry KAP, audit tenur dan
independensi auditor terhadap manajemen laba”
Jurnal Pembanding 1 :
“Pengaruh Objektivitas dan Independensi Auditor Terhadap Penyusunan Laporan Hasil Audit
Pada Kantor Sekretariat DPRD Kabupaten Agam”
Jurnal Pembanding 2 :
“Pengaruh Independensi dan Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas Audit dengan Fee
Audit Sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Semarang)”
Disusun oleh :
FAKULTAS EKONOMI
SUMATERA UTARA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayahnya
tugas ini dapat terselesaikan. Laporan ini disusun atas dasar tugas Critical Journal Review
mata kuliah Pengauditan II. Tidak lupa saya mengucapkan banyak terima kasih kepada,
Bapak Drs. Surbakti Karo-Karo,.M.Si, Ak.CA yang telah membimbing kami dalam
penyelesaian tugas ini.
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk pemenuhan tugas mata kuliah
Pengauditan II. Semoga dengan adanya tugas ini dapat bermanfaat untuk saya dan pembaca
dimasa yang akan datang.
Penyusun menyadari bahwa penulisan maupun pelaporan tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik dari pembaca yang membangun sangat penulis
harapkan guna menyempurnakan tugas ini. Semoga para pembaca mendapatkan informasi
dari tugas ini dan dapat bermanfaat untuk saya juga pada para pembaca sekalian.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
C. Manfaat ...................................................................................................................... 1
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 16
B. Saran ........................................................................................................................ 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Critical Journal Review adalah penganalisisan, penilaian, dan pengevaluasian
mengenai keunggulan dan kelemahan jurnal, bagaimana isi artikel tersebut bisa
mempengaruhi cara berpikir kita dan menambah pemahaman kita. Setelah dapat
mengkritik jurnal maka diharapkan mahasiswa/i dapat membuat suatu jurnal karena
sudah mengetahui bagaimana kriteria jurnal yang baik dan benar untuk digunakan dan
sudah mengerti bagaimanacara menulis atau langkah-langkah apa saja yang diperlukan
dalam penulisan jurnal tersebut.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan Critical journal Review ini adalah untuk menambah wawasan
penulis maupun pembaca dalam mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu jurnal, dan
menambah wawasan penulis mengenai Pengauditan II. Selain itu penulisan makalah ini
bertujuan untuk menyelesaikan salah satu tugas individu mata kuliah Pengauditan II.
C. Manfaat
Secara sederhana, penulisan Critical Journal Review memiliki beberapa manfaat
sebagai berikut:
1. Merangkum gagasan yang dituangkan dalam penelitian yang dilaporkan.
2. Menemukan kelebihan dan kekurangan dari yang penelitian dilaporkan dengan
melakukan analisis secara seksama.
3. Melatih kemampuan berpikir kritis analitis serta menuangkannya kembali dalam
gagasan tertulis.
1
BAB II
RINGKASAN JURNAL
A. Identitas Jurnal
1. Jurnal Utama
ISSN 2337-3806
2
meskipun laporan tersebut tidak menggambarkan kondisi
perusahaan yang sebenarnya. Schipper (dalam Muhammad
Dahlan, 2009) menyatakan bahwa kepentingan manajemen ke
atas perusahaan yang menyebabkan terjadinya manipulasi
laporan keuangan, misalnya praktik manajemen laba. Jaggi
dan Gul (dalam Fitriyah,2011) menyatakan salah satu
penyebab muncul konflik keagenan yang akan menyebabkan
timbulnya agency cost adalah arus kas bebas. Hal ini terjadi
karena ada perbedaan kepentingan antara principal dan
manajer. Manajemen laba dapat menyebabkan penurunan
kualitas pelaporan keuangan karena manajemen laba
cenderung untuk menyediakan informasi yang menyesatkan
para pengguna laporan keuangan (Hearly dan Wahlen, 2009).
Oleh karena itu proses pengauditan diharapkan dapat
mengurangkan ketidaksesuaian informasi yang wujud diantara
manajemen dan pemegang saham dengan menggunakan pihak
lain adalah auditor untuk mengesahkan laporan keuangan
(DeAngelo, 1981). Teori keagenan menjelaskan bahwa
seorang auditor dengan kualitas audit yang tinggi akan
memiliki kemampuan dalam mendeteksi adanya praktik
manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan
(Becker et al., 2010) . Laporan keuangan yang telah diaudit
oleh auditor diharapkan dapat dipercaya dan digunakan oleh
pihak principal.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis
pengaruh arus kas bebas, ukuran perusahaan KAP,
Tujuan Penelitian
Spesialisasi Industri KAP, audit tenur dan independensi
auditor terhadap manajemen laba
Penelitian ini mengukur spesialisasi industry dan
independensi audit diukur berdasarkan kepentingan klien,
Metode Penelitian manajemen laba diukur dengan total akrual diskrisioner
perusahaan
3
Model regresi yang dikembangkan untuk menguji
hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian
Metode Analisis Data
ini adalah: DAC = α0 + β1FCF + β2 Size KAP + β2
AUDSPES + β3TENUR + β4CI+μ
Hasil membuktikan bahwa hanya arus kas bebas yang
berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan ukuran
KAP, spesialisasi industri KAP, audit tenur dan
independensi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Hasil Penelitian & Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan arus kas bebas
Pembahasan
menyebabkan masalah keagenan dalam perusahaan dan
dapat dimanfaatkan untuk melakukan manajemen laba.
Sedangkan peranan auditor belum mampu mengungkapkan
manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
arus kas bebas, ukuran KAP, spesialisasi industri KAP, audit
tenur, dan independesi auditor terhadap manajemen laba.
Hasil membuktikan bahwa hanya arus kas bebas yang
berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan ukuran
KAP, spesialisasi industri KAP, audit tenur dan independensi
Kesimpulan
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini
menunjukkan bahwa keberadaan arus kas bebas menyebabkan
masalah keagenan dalam perusahaan dan dapat dimanfaatkan
untuk melakukan manajemen laba. Sedangkan peranan auditor
belum mampu mengungkapkan manajemen laba yang
dilakukan oleh manajemen.
2. Jurnal Pembanding 1
4
Vol, No & Halaman Volume 5, Nomor 1 & Halaman 21-34
ISSN 2442-7497
5
Tujuan penelitian untuk memperoleh bukti empiris guna
diketahui dan dianalisis tentang Pengaruh objektivitas dan
Tujuan Penelitian
independensi auditor terhadap penyusunan laporan hasil audit
pada Kantor Sekretariat DPRD Kabupaten Agam.
1. Field Research (Observasi Lapangan)
Untuk memperoleh data-data primer diperlukan suatu
penelitian langsung ke tempat penelitian dengan
memberikan kuesioner kepada responden. Kuesioner berisi
daftar pertanyaan/ pernyataan bersifat kualitatif yang
memerlukan alternatif jawaban. Dari alternatif jawaban
diberikan suatu nilai atau skor tertentu. Sedangkan data
sekunder diperoleh melalui jurnal-jurnal dan laporan
Metode Penelitian perusahaan maupun melakukan wawancara dengan pihak-
pihak terkait serta melakukan pengamatan atas kegiatan
yang dilakukan.
2. Library Research (Studi Kepustakaan)
Membaca dan mempelajari buku-buku serta sumber
bacaan lainnya yang memuat teori-teori yang berhubungan
sebagai sumber informasi bagi masalah yang sedang
dibahas.
Metode Analisis Data adalah hubungan dari beberapa variabel independen dengan
satu variabel dependen. Jika suatu variabel dependen
bergantung pada lebih dari satu variabel independen,
hubungan kedua variabel tersebut disebut analisis regresi
berganda.
1. Pengaruh Objektivitas Auditor terhadap Penyusunan
Laporan Hasil Audit
Hasil Penelitian &
Pembahasan Dalam hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh
objektivitas terhadap penyusunan laporan hasil audit
6
adalah positif dan signifikan. Posisi terlihat dari koefisien
regresi objektivitas sebesar 0.430 dan signifikan karena
nilai t hitung > t tabel (2,878 >2,042).
Pengaruh positif menunjukkan bahwa pengaruh
objektivitas adalah searah dengan penyusunan laporan
hasil audit atau dengan kata lain objektivitas yang
baik/tinggi akan berpengaruh terhadap penyusunan laporan
audit yang baik/tinggi, demikian sebaliknya bila
objektivitas rendah/buruk maka penyusunan laporan hasil
audit akan rendah/buruk. Pengaruh signifikan
menunjukkan bahwa objektivitas mempunyai peranan
yang sangat penting dalam penyusunan laporan hasil audit.
2. Pengaruh Independensi Auditor terhadap Penyusunan
Laporan Audit
Dalam hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh
independensi terhadap penyusunan laporan hasil audit
adalah positif dan signifikan. Posisi terlihat dari koefisien
regresi keahlian sebesar 0.038 dan signifikan karena nilai t
hitung > t tabel (2,222 >2,042).
Pengaruh positif menunjukkan bahwa pengaruh
independensi auditor adalah searah dengan penyusunan
laporan hasil audit atau dengan kata lain independensi
auditor yang baik/tinggi akan berpengaruh terhadap
penyusunan laporan audit yang baik/tinggi, demikian
sebaliknya bila independensi auditor rendah/buruk maka
penyusun laporan audit akan rendah/buruk. Pengaruh
signifikan menunjukkan bahwa independensi mempunyai
peranan yang sangat penting dalam penyusunan auditor.
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
7
penyusunan laporan hasil audit.
3. Objektivitas dan Independensi auditor secara bersama
berpengaruh signifikan terhadap penyusunan laporan hasil
audit.
3. Jurnal Pembanding 2
Judul Artikel Kualitas Audit dengan Fee Audit Sebagai Variabel Moderasi
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Semarang)
ISSN 2337-3806
Tahun 2019
8
dengan metode convenience sampling. Hipotesis penelitian
mengutip menggunakan analisis analisis regresi berganda
dengan Ordinary Least Square (OLS) dan analisis regresi
dimoderasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
independensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kualitas audit sedangkan profesionalisme tidak berpengaruh
terhadap kualitas audit. Selain itu, biaya audit tidak
memperkuat pengaruh independensi dan profesionalisme
auditor terhadap kualitas audit.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah
independensi dan profesionalisme auditor berpengaruh positif
Tujuan Penelitian terhadap kualitas audit dan apakah besaran fee audit dapat
memperkuat pengaruh independensi dan profesionalisme
terhadap kualitas audit.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah independensi dan profesionalisme auditor.
Independensi berarti tidak mudah untuk dipengaruhi,
sedangkan profesionalisme berarti sikap tanggung jawab yang
melebihi kepatuhan terhadap etika dan standar yang berlaku.
Independensi ini diukur menggunakan 3 indikator pertanyaan,
Metode Penelitian yaitu : (a) lamanya hubungan dengan klien, (b) tekanan dari
auditee, dan (c) review peer auditor. Fee audit digunakan
sebagai variabel moderasi dalam penelitian ini. Fee audit ialah
imbal jasa atas jasa audit yang dilakukan auditor berdasarkan
kesepakatan kontrak kerja audit. Auditor tidak boleh
bergantung pada pendapatan dari setiap klien.
9
KUALITAS = β0 + β1 INDEPENDENSI + β2
PROFESIONALISME + β3 FEE + 𝜀...........................(2)
KUALITAS = β0 + β1 INDEPENDENSI + β2
PROFESIONALISME + β3 INDEPENDENSI∗FEE +
𝜀......(3)
Model 4 (Moderated Regression Analysis)
KUALITAS = β0 + β1 INDEPENDENSI + β2
PROFESIONALISME + β3 PROFESIONALISME∗FEE
+ 𝜀...........................(4)
Keterangan :
KUALITAS : kualitas audit
INDEPENDENSI : independensi auditor
PROFESIONALISME : ukuran perusahaan
FEE : fee audit
β0 – β2 : Koefisien
Hasil uji menunjukkan bahwa variabel independen yaitu
independensi auditor (INDEPENDENSI memiliki tingkat
signifikansi kurang dari 0,05. Namun, variabel independen
lain yaitu profesionalisme auditor (PROFESIONALISME)
dan variabel moderator yaitu fee audit (FEE), serta variabel
interaksi independensi auditor dan fee audit (M1),
profesionalisme auditor dan fee audit (M2) memiliki tingkat
signifikansi lebih dari 0,05.
Hasil pengujian terhadap hipotesis pertama dan kedua melalui
Hasil Penelitian &
Pembahasan model 1 menunjukkan bahwa independensi auditor
(INDEPENDENSI) memiliki nilai koefisien sebesar 0,181
dengan arah positif dan memiliki tingkat signifikansi sebesar
0,005 (lebih kecil dari yang disyaratkan, yaitu 0,05). Hal ini
mengindikasikan bahwa independensi auditor terlibat dalam
kualitas audit yang dihasilkan. Sehingga hipotesis pertama H1
diterima.
Sedangkan untuk profesionalisme auditor, pada model 1
menunjukkan bahwa profesionalisme auditor
10
(PROFESIONALISME) memiliki nilai koefisien sebesar
0,022 dengan arah negatif dan memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0,857 (lebih besar dari yang disyaratkan, yaitu 0,05).
Hal ini mengindikasikan bahwa profesionalisme auditor tidak
terlibat dalam kualitas audit yang dihasilkan. Sehingga
hipotesis pertama H2 ditolak.
Hasil pengujian terhadap hipotesis ketiga dan keempat,
disajikan melalui model 2, 3, dan 4. Pada model 2 peneliti
menguji apakah fee audit (FEE) memiliki hubungan terhadap
kualitas audit (KUALITAS). Hasil menunjukkan fee audit
tidak memiliki hubungan terhadap kualitas audit, hal ini dapat
dilihat pada tingkat signifikansi variabel FEE sebesar 0,788
(lebih tinggi dari tingkat signifikan yang disyaratkan, yaitu
0,05).
Pada model 3 dan model 4 peneliti menguji apakah interaksi
antara independensi auditor dan fee audit (M1) serta interaksi
antara profesionalisme auditor dan fee audit (M2) dapat
memperkuat hubungan antara independensi dan
profesionalisme auditor terhadap kualitas audit yang
dihasilkan. Hasil menunjukkan bahwa interaksi antara
independensi auditor dan fee audit (M1) serta interaksi antara
profesionalisme auditor dan fee audit (M2) tidak mampu
memperkuat hubungan independensi dan profesionalisme
auditor terhadap kualitas audit yang dihasilkan, hal ini dapat
dilihat pada tingkat signifikansi variabel interaksi M1 dan M2
masing-masing sebesar 0,455 dan 0,712 (lebih tinggi dari
tingkat signifikan yang disyaratkan, yaitu 0,05). Sehingga
hipotesis ketiga H3 dan hipotesis keempat H4 ditolak.
Hasil penelitian ini menunjukkan independensi auditor
terhadap kualitas audit berefek positif signifikan. Hal ini
11
audit. Hal ini dikarenakan auditor belum mampu
melaksanakan skeptisme profesional sehingga auditor tidak
mampu mendeteksi kesalahan, sehingga hal ini tidak
berpengaruh terhadap kualitas audit. Variabel FEE juga tidak
mampu memperkuat hubungan antara independensi auditor
terhadap kualitas audit maupun hubungan antara
profesionalisme auditor terhadap kualitas audit. Hal ini
dikarenakan adanya perubahan standar baru yang terjadi, yaitu
membuat disclosure untuk akun fee audit.
12
13
BAB III
PEMBAHASAN
14
berbelit-belit sehingga mudah dimengerti.
3. Tampilan Cover Jurnal Jurnal utama dan jurnal pembanding, pada jurnal
pertama dan pembanding sebenarnya tidak memiliki
cover seperti buku pada umumnya namun tampilan
dari kedua jurnal tersebut cukup baik karena tulisan
yang rapi dan font tulisan seimbang sehingga tulisan
tidak tampak berantakan.
4. Pemilihan serta cakupan Pada jurnal utama dan pembanding cakupan kajian
kajian teori teori cukup singkat, jelas dan padat sehingga
membuat para pembaca tidak kesulitan untuk
memahaminya.
5. Keterkaitan Isi Dengan a. Jurnal utama
Judul Pada jurnal utama isi pembahasan sesuai dengan
Judul yang ada.
b. Jurnal pembanding 1 dan 2
Begitu pula dengan jurnal pembanding isi
pembahasan sesuai dengan judul yang ada.
6. Cara Penyajian Materi a. Jurnal utama
Pada jurnal utama penyajian materi yang
dilakukan ialah dengan memberikan definisi
tentang materi, seperti latar belakang.
b. Jurnal pembanding 1 dan 2
Sedangkan dalam jurnal pembanding, penyajian
materi nya dimulai dari definisi, karakteristik,
serta hubungannya dengan bagian lain, dan
beberapa materi disertai dengan contoh kasus.
7. Memuat persetujuan, Menurut kami jurnal utama dan pembanding sudah
kritik, Sanggahan, cukup baik dan jelas karena didalamnya tidak ada
uraian, penjelas, serta unsur yang ditambah-tambahin dan hasil penulisan
Posisi penulis jurnal jurnal ini cukup rapi dan objektif.
review terhadap jurnal
15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan hasil kritikan jurnal yang telah dijelaskan atau dipaparkan
diatas, setiap jurnal pasti memiliki kelebihan dan kelemahan. Terlepas dari
kelemahannya, jurnal di atas sudah disusun dengan baik dan sudah sesuai dengan kriteria
jurnal pada umumnya, dimana komponen-komponen disajikan secara lengkap dan jelas.
Pada jurnal utama disimpulkan Auditor mampu menganalisis dengan cepat
dalam mengaudit suatu perusahaan. Laporan mengungkapkan hal-hal yang merupakan
masalah yang belum dapat diselesaikan sampai berakhir audit. Untuk jurnal
pembanding 1 disimpulkan objektivitas auditor berpengaruh signifikan terhadap
penyusunan laporan hasil audit. Independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap
penyusunan laporan hasil audit. Objektivitas dan Independensi auditor secara bersama
berpengaruh signifikan terhadap penyusunan laporan hasil audit. Sedangkan pada jurnal
pembanding 2 disimpulkan auditor belum mampu melaksanakan skeptisme profesional
sehingga auditor tidak mampu mendeteksi kesalahan, sehingga hal ini tidak berpengaruh
terhadap kualitas audit. Variabel FEE juga tidak mampu memperkuat hubungan antara
independensi auditor terhadap kualitas audit maupun hubungan antara profesionalisme
auditor terhadap kualitas audit.
B. Saran
Jurnal atau e-journal merupakan salah satu media belajar yang banyak
dimanfaatkan di masa kini karena kemudahan dalam memperolehnya dan tanpa
mengeluarkan dana . Oleh karena itu, untuk membantu penulis tanpa mengurangi rasa
hormat kami menyarankan agar dalam pembuatan jurnal yang baik diperlukan gaya
bahasa yang menarik, kelengkapan unsur penulisan karya ilmiah formal, menerapkan
EYD yang baik dan tentunya memberikan informasi yang akurat dan bermanfaat.
16
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 2, Nomor 3., Tahun 2013, Halaman 1
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ISSN (Online): 2337-3806
ABSTRACT
This study aimed to analysze the effect of free cash flow, size of auditor firm,auditor firm
industry specialization, audit tenure and auditor independence on earnings management. Auditor
independence in this study is measured by client importance. Earnings management in this study is
measured by total discretionary accruals of the company. The population of this study is the
manufacture companies listed in Indonesia Stock Exchange year period 2009-2011. Sampling
method that’s used in this study is purposive sampling.
The total number of sample in this study are 138 research samples. However, there are
found 30 sample as outlier should be excluded from sample of observation. So, the final amounts of
the sample are 108 research samples. The analysis technique in this study uses a multiple
regression analysis with help from a program named SPSS. The analysis technique in this study
uses a multiple regression analysis with help from a program named SPSS. The analysis technique
in this study uses a multiple regression analysis with help from a program named SPSS.
The result of this study indicate that the free cash flow negative effect on earnings
management. Meanwhile, size of auditor firm, auditor firm industry specialization, client
importance and audit tenure has no significantly impact on earning management.
Keywords : Earnings management, free cash flow, size of auditor firm, auditor firm industry
specialization, auditor independence, client importance
PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada pihak-pihak
eksternal seperti investor, kreditor, pelanggan dan masyarakat luas. Laporan ini digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi. Oleh karena itu seluruh informasi yang terdapat
laporan keuangan harus relevan, reliable dan tidak terdapat kesalahan material sehingga tidak
menyesatkan pengguna dalam menginterpretasikannya. Laporan keuangan yang relevan artinya
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat membantu pemakai laporan keuangan
untuk mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini dan memprediksi peristiwa masa depan.
Salah satu informasi laporan keuangan yang menjadi pusat perhatian pemakai laporan
keuangan adalah informasi laba (Beattie et al., 1994). Laba dapat digunakan untuk menaksir
resiko dalam investasi, dasar pembagian deviden dan sebagai salah satu indicator pengukuran
kinerja (Suranta dan Merdistusi, 2004) , akibatnya pemakai laporan keuangan sering menyoroti
laba perusahaan.m Manajemen menyadari bahwa pemakai laporan keuangan cenderung
memperhatikan laba, khususnya manajemen yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi laba
perusahaan. Hal ini mendorong manajemen melakukan manajemen laba. Konsep manajemen laba
dapat menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory), yang isinya menyatakan bahwa
pratik manajemen laba dipengaruhi antara kepentingan antara manajemen dengan principal yang
timbul karena setiap pihak berusaha mencapai keinginan masing-masing (Salno dan Baridwan,
2000).
Motivasi manajemen melakukan manajemen adalah adanya program bonus, perusahaan
akan go public, motivasi perjanjian utang, pergantian CEO, meningkatkan kepercayaan kreditor
dan investor, ataupun menghindari pajak dan kebijakaan pemerintah (Scoot, 2006). Menurut Scoot
1
Corresponding author
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 2
(2006), manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari Standar
Akuntansi Keuangan yang ada dan secara alamiah dapat memaksimalkan utilitas mereka atau nilai
pasar perusahaan. Manajemen memanfaatkan fleksibilitas yang diperbolehkan oleh standar
akuntansi dalam menyusun laporan keuangan untuk modifikasi laba yang dilaporkan (Halim et al.,
2005).
Arus kas bebas adalah kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditur atau
pemegang saham yang tidak digunakan untuk modal kerja (working capital) atau investasi pada
aset tetap (Ross, dalam Akhmad 2011). Arus kas bebas positif berfungsi untuk pertumbuhan,
pembayaran hutang dan dividen, sedangkan arus kas negatif berarti sumber dana internal tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan investasi perusahaan. Jaggi dan Gul (dalam Fitriyah, 2011)
menyatakan salah satu penyebab muncul konflik keagenan yang akan menyebabkan timbulnya
agency cost adalah arus kas bebas. Manajemen mungkin memanfaatkan arus kas bebas untuk
melakukan manajemen laba. Selain itu penelitian Bukit dan Iskandar (2009) menyatakan
perusahaan memiliki surplus arus kas bebas cenderung memiliki manajemen laba lebih tinggi.
Tindakan manajemen tidak memberikan informasi sebenarnya karena kurangnya
sistem pengawasan yang efektif atau tindakan disipliner oleh pemakai laporan keuangan.
Manajemen memanfaatkan kesempatan untuk melakukan manajemen laba. Pengawasan
manajemen dapat dilakukan oleh auditor independen. Auditor independen memiliki tugas
mengungkap kesalahan saji materi dan asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan
pemakai laporan keuangan, salah satunya manajemen laba. Auditor independen sebagai pihak
internal yang bersikap netral terhadap manajemen dan investor, sebaiknya memiliki kualitas
auditor yang baik agar dapat mengungkap kesalahan saji materi pada laporan keuangan. Akhir-
akhir ini kualitas auditor sering dipertanyakan kemampuannya karena terjadinya kasus-kasus
kegagalan audit. Kegagalan audit pada perusahaan terkemuka seperti Enron, Worldcom, dan
Xerox yang melibatkan banyak pihak, seperti: CEO, Komisaris, Komite audit, bahkan auditor
internal dan eksternal. Kejadian ini menyebabkan profesi akuntan publik mendapat kritikan dan
menyebabkan kualitas audit seorang auditor dipertanyakan. Investor menjadi mempertanyakan
kemampuan auditor dalam mengungkap manajemen laba.
2
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 3
3
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 4
independensi auditor. Auditor diharapkan mampu mengungkap asimetri informasi dengan lama
masa penugasan KAP yang telah ditetapkan.
Myers et al., (2003) memberikan bukti bahwa manajemen laba diperhatikan auditor
dalam tenur KAP yang lama. Al Thuneibat et al., (2010) menguji menunjukkan audit tenur
berpengaruh positif terhadap discretionary accrual. Lama hubungan auditor-klien memiliki potensi
menciptakan kedekatan antara auditor dan klien sehingga dapat mengurangi independensi auditor
dan mengurangi kualitas audit (Al Thuneibat et al., 2010). Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis
keempat penelitian ini adalah sebagai berikut :
H4 : Audit Tenur berpengaruh positif terhadap manajemen laba
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Penelitian ini menganalisis tentang arus kas bebas, ukuran KAP, spesialisasi industri
KAP, audit tenur, dan independensi auditor terhadap manajemen laba. Selain itu kualitas
audit diproksikan dengan. Penelitian mengenai arus kas bebas dan kualitas audit ini
bertujuan untuk memberikan bukti empiris apakah adanya pengaruh terhadap manajemen
laba. Manajemen laba diukur dengan menggunakan discretionary accruals yang dihitung dengan
cara Modified Jones Model. Untuk mengukur akrual diskresioner, terlebih dahulu diukur total
akrual dengan rumus berikut :
Total akrual kemudian dirumuskan oleh Jones yang dimodifikasi oleh Dechow sebagai
berikut:
Keterangan:
4
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 5
Keterangan:
Keterangan :
Variabel Arus kas bebas diukur dengan menggunakan arus kas operasi dikurangi
perubahaan modal kerja dikurangi perubahaan aktiva tetap. Ukuran KAP adalah besar kecilnya
kantor akuntan publik audit. Pada penelitian ini SIZEKAP menggunakan variabel dummy, nilai 1
jika perusahaan diaudit oleh KAP big four dan 0 untuk KAP non big four. Auditor spesialis
industri menggambarkan keahlian dan pengalaman audit seorang auditor pada bidang industri
tertentu yang diproksi dengan jasa audit pada bidang industri tertentu. Pengukuran spesialisasi
industri auditor ( Mahdi, 2011) adalah penjualan perusahaan yang telah diaudit oleh kantor
akuntan publik tertentu dibagi dengan total penjualan perusahaan dalam satu industri. Namun
berdasarkan saran Mahdi (2011) sebaiknya menggunakan total asset perusahaan, dikarenakan aset
menggambarkan seberapa besar perusahaan tersebut dalam suatu jenis industri. Pengukurannya
menggunakan variabel dummy, jika LEAD menunjukan diatas 15% maka akan diberi angka 1, jika
lainnya akan diberi angka 0. Audit tenure adalah masa jabatan dari Kantor Akuntan Publik(KAP)
dalam memberikan jasa audit terhadap kliennya. Pengukuran tenur KAP diukur sebagai jumlah
tahun KAP berturut-turut mengaudit laporan keuangan klien. Independensi auditor diproksikan
dengan client importance. Client importance (CI) merupakan ukuran dari kualitas audit untuk
menguji kecenderungan auditor memiliki economic dependence sehingga dapat mengurangi
independensi auditor (Chen et al., 2010).
5
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 6
Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dengan periode tahun 2009-2011. Adapun kriteria pemilihan sampel pada
penelitian ini, yaitu :
1. Perusahaan tersebut mempublikasikan financial report dan annual report untuk
periode 31 Desember 2009-2011.
2. Perusahaan yang tidak mengalami kerugian pada tahun 2009-2011.
3. Perusahaan yang menggunakan mata uang rupiah.
4. Minimal harus tersedia 5 perusahaan dalam setiap industri. Kriteria ini digunakan
untuk menjamin pooling data yang memadai dalam estimasi proksi- proksi manajemen
laba khususnya spesialisasi industri KAP.
Metode Analisis
Model regresi yang dikembangkan untuk menguji hipotesis-hipotesis yang telah
dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
DAC = α0 + β1FCF + β2 Size KAP + β2 AUDSPES + β3TENUR + β4CI+µ
Keterangan :
DAC = discretionary accrual
α0 = konstan
β1,2,3,4 = koefisien variable
FCF = arus kas bebas
SIZEKAP = ukuran KAP
AUDSPES = spesialisasi industri KAP
TENUR = audit tenur
CI = client importance
Tabel 1
Jumlah Sampel Perusahaan Berdasarkan Jenis Industri
No. Jenis Perusahaan Manufaktur Jumlah Perusahaan
1. Food and Beverages 11
2. Chemical and Allied Products 6
3. Plastic and Glass Products 5
4. Metal and Allied Products 9
5. Automotive and Allied Products 9
6. Pharmaceuticals 6
Sumber : pengelolaan data sekunder 2013
perusahaan tidak sehat karena tidak tersedianya kas untuk pertumbuhan, pembayaran hutang dan
deviden. Hal ini mendorong manajemen untuk melakukan manajemen laba. Manajemen memiliki
motivasi untuk menghindari pelanggaran kontrak terhadap investor serta kreditor. Manajemen juga
ingin memberikan informasi yang baik kepada investor bahwa perusahaan dalam kinerja yang baik.
Tabel 2
Hasil Uji Hipotesis
Variabel t Nilai Signifikansi ( α = 5%)
FCF -4,233 ,000*
SIZEKAP ,320 ,750*
AUDSPES -,943 ,348*
TENUR -,321 ,749*
CI -,031 ,975*
Keterangan:*)signifikan
Pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba, yang artinya hipotesis kedua ditolak. Manajemen tetap melakukan manajemen
laba walaupun perusahaan diaudit oleh auditor baik dari KAP big four dan non-big four. Auditor
tidak mampu mempengaruhi manajemen laba karena manajemen memanfaatkan sistem akuntansi
akrual. Basis akuntansi akrual merupakan dasar pencatatan akuntansi yang mewajibkan perusahaan
mengakui hak dan kewajiban tanpa memperhatikan kapan kas akan diterima atau dikeluarkan (Sri
Sulistyanto, 2008). Manajemen memanfaatkan komponen akrual untuk dimanipulasi tanpa harus
melanggar prinsip akuntansi berterima umum. Sebagai contoh, untuk memperbesar laba,
perusahaan dapat mengakui barang yang dititipkan sebagai barang konsinyasi atau barang yang
dikeluarkan dari perusahaan sebagai barang terjual. Hal ini menyebabkan auditor KAP big four
ataupun auditor non-big four kesulitan mengungkapkan manajemen laba.
Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa hipotesis ketiga ditolak. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa spesialisasi industri auditor tidak mempengaruhi manajemen
laba. Hal ini mungkin disebabkan adalah penegakan hukum di Indonesia yang masih lemah dapat
membuat auditor kurang dapat mengembangkan kemampuan mendeteksi praktik manajemen laba.
Alasan ini didasari pendapat yang dikemukakan oleh Ettredge (dalam Fitriany, 2012) bahwa salah
satu hal yang mendukung auditor untuk mengembangkan kemampuan spesialisasi industrinya
adalah lingkungan hukum yang cukup baik. Auditor spesialis industri dan non-spesialis industri
belum mampu mengungkapkan manajemen laba karena objek manipulasi bukan merupakan
laporan keuangan, tetapi proses pengurangan biaya discretionary seperti biaya iklan, biaya
penelitian dan pengembangan, dan gaji karyawan yang belum tentu merupakan bentuk pelanggaran
terhadap standar akuntansi yang berlaku.
Pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa audit tenur tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba, yang artinya hipotesis keempat ditolak. Pembatasan masa penugasan (tenur)
mencegah auditor semakin akrab dengan klien dan mendorong tindakan melanggar independensi
auditor. Namun pembatasan masa penugasan membuat auditor belum mengenal karakteristik
perusahaan secara baik. Auditor memperlukan waktu lebih banyak untuk mengenali karakteristik
manajemen dalam menyajikan laporan keuangan. Manajemen memanfaatkan kesempatan ini untuk
melakukan manajemen laba.
Hasil pengujian hipotesis kelima menunjukkan bahwa hipotesis kelima ditolak. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa client importance tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Manajemen mungkin melakukan manajemen laba dan mereka mengetahui bahwa mereka
merupakan klien terpenting bagi auditor. Manajemen merasa auditor akan semakin berhati-hati
menjalankan tugasnya ketika perusahaan itu merupakan klien terpenting. Namun ternyata auditor
7
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 8
cenderung menjaga reputasi dan independensi auditor. Semua klien dianggap memiliki pengaruh
yang sama bagi KAP sehingga perlakuan audit yang diberikan juga sama. Ketika perusahaan
merupakan klien penting bagi KAP, ternyata mereka mengalami proses auditing yang sama dengan
klien lainnya. Auditor tetap mengungkapkan kesalahan saji materi dan asimetri informasi termasuk
manajemen laba, walaupun auditor memiliki ketergantungan ekonomi pada klien.
KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh arus kas bebas, ukuran KAP,
spesialisasi industri KAP, audit tenur, dan independesi auditor terhadap manajemen laba. Hasil
membuktikan bahwa hanya arus kas bebas yang berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan
ukuran KAP, spesialisasi industri KAP, audit tenur dan independensi tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan arus kas bebas menyebabkan masalah
keagenan dalam perusahaan dan dapat dimanfaatkan untuk melakukan manajemen laba. Sedangkan
peranan auditor belum mampu mengungkapkan manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, dalam uji koefisien determinasi,
kemampuan arus kas bebas, ukuran KAP, spesialisasi industri KAP, audit tenur, dan independesi
auditor menjelaskan manajemen laba hanya sebesar 12 %. Kedua, Jumlah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini relatif sedikit dan periode laporan keuangan yang digunakan juga relative
pendek, yaitu 46 perusahaan dalam periode 2009-2011. Atas dasar keterbatasan tersebut, untuk
penelitian selanjutnya disarankan agar menambah variabel-variabel lain seperti earning power,
jumlah komite audit, dan kecakapan manejerial, opini auditor. Dan pengukuran manajemen laba
selain discretionary accrual, misalnya menggunakan manajemen laba transaksi real.
REFERENSI
Al-Thuneibat, A. & Baker, R.A.A. 2011. “Do audit tenure and firm size contribute to audit
quality?.” Managerial Auditing Journal, Vol. 26, No.4, p. 317-334.
Bakkrudin, Akhmad. 2011. “ Pengaruh Arus Kas Bebas dan Komite Audit Terhadap Manajemen
Laba.” Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Jurusan Akuntansi,
Universitas Diponegoro.
Bukit, Rina Br And Iskandar Takiah Mohd. 2009. “Surplus Free Cash Flow, Earnings Management
and Audit Committee.” Int. Journal of Economics and Management, Vol.3, No.1, p. 204 –
223.
Chen, Elder, and Liu. 2005. “Auditor Independence, Audit Quality and Auditor-Client Negotiation
Outcomes: Some Evidence from Taiwan.” Journal of Contemporary Accounting &
Economics, Vol 1, No 2, p. 119-146.
Dahlan, Muhammad.2009. “Analisis Hubungan Antara Kualitas Audit Dengan Diskresioneri
Akrual dan Kebebasan Auditor.” Working Paper in Accounting and Finance, Departemen of
Accounting, Padjadjaran University.
DeAngelo, L.E.1981. “Auditor size and audit quality.” Journal of Accounting and Economics, Vol
3, p. 183-199.
Fitriyah, Furry.K. 2011. “Pengaruh Kepemilikan Institusional, Set Kesempatan Investasi dan Arus
Kas Bebas terhadap Utang.” Media Riset Akuntansi, Vol 1, No. 1.
Hearly, P. M. dan Wahlen, J. M.1999. “A review of the earnings management literature and its
implications for standard setting.” Accounting Horizons, Vol. 13, No. 4, p. 365-383.
H. Antonius. dan R. Hilda. 2012. “Analisis Audit Quality Metric Score (AQMS) sebagai Pengukur
Multidimensi Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba dan Kandungan Informasi Laba.”
Disertasi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
8
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 9
Jensen, M. C. dan Meckling, W. H.1976. “Theory of the firm: managerial behavior, agency costs
and ownership structure.” Journal of Financial of Economics, Vol. 3, No.4, p. 305-360.
Lambert, Richard A. 2001. “Contracting Theory and Accounting.” Journal of Accounting &
Economics. Vol. 32, p 3– 87.
Mahdi, Safari and Momeni, Abolfazi. 2011. “Impact of Audit Quality on Earnings Management
Evidence from Iran.” International Research Journal of Finance and Economics, Issue 66.
Meutia, Inten. 2004. “Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Manajemen Laba untuk KAP Big
5 dan Non Big 5.” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.7, No. 3, hal. 333-350.
Mulyadi, 2002. Auditing.Jakarta: Salemba Empat
Myers, James N., Myers, Linda A., and Omer, Thomas C. 2003. “Exploring theTerm of the
Auditor-Client Relationship and the Quality of Earnings: A Case for mandatory Auditor
Rotation?.” The Accounting Review, Vol. 78, No.3, p. 779–799.
Negrea, Laura; Matis, Dumitru and Mustafa, Razvan V.2009. “Free Cash Flow As Part Of
Voluntary Reporting.” Literature, JEL (SRRN).
Salno, H.M dan Baridwan, Z. 2000. “Analisis Perataan Laba Penghasilan (Income Smoothing):
Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik
di Indonesia.” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 3, No. 1, hlm. 17-34.
Sanjaya, I Putu Sugiartha. 2008. “Auditor Eksternal, Komite Audit, dan Manajemen Laba”. Jurnal
Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 11, No. 1, hal. 97-116.
Scott, W.R. 2006. Financial Accounting Theory. Second Edition.Ontario: Prentice Hall Canada Inc.
Suranta, E dan Merdistusi, PP. 2004. “ Income Smoothing, Tobin’s Q, Agency Problem Dan
Kinerja Perusahaan.” Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar, 3 Desember 2004.
Wahyani, Nur dan Fitriany. 2012. “ Pengaruh Client Importance, Tenure, dan Spesialisasi
Industri.” Disertasi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
9
Pareso Jurnal, Vol. 5, No. 1, Maret 2019, hal. 21-34 ISSN. 2442-7497
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini antara lain untuk memperoleh bukti empiris guna diketahui
dan dianalisis tentang Pengaruh objektivitas dan independensi auditor terhadap
penyusunan laporan hasil audit pada Kantor Sekretariat DPRD Kabupaten Agam.
Pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintah Daerah dilakukan secara berjenjang
mulai dari tingkat Kabupaten/Kota, Provindsi sampai dengan tingkat Pusat.
Penelitian dilaksanakan di Kantor Sekretariat DPRD Kabupaten Agam. Sampel
dipilih secara total sebanyak 39 auditor/pemeriksa. Model analisis yang digunakan
untuk menguji hipotesis adalah regresi linear berganda, analisis ini didasarkan pada data
dari 39 responden yang penelitiannya melalui kuesioner.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah objektivitas dan independensi
auditor. Untuk variabel dependen dalam penelitian ini merupakan data primer yang
diperoleh melalui penyebaran kuesioner secara langsung kepada seluruh
auditor/pemeriksa Inspektorat Kabupaten Agam.
Hasil Penelitian ini menunjukan objektivitas dan independensi auditor secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap penyusunan laporan hasil audit pada Kantor
Sekretariat DPRD Kabupaten Agam. Secara parsial objektivitas dan independensi
secara berasama berpengaruh signifikan terhadap penyusunan laporan hasil audit.
Kata Kunci : Objektivitas, Independensi dan Penyusunan Hasil Laporan Audit
21
22 Pareso Jurnal, Vol. 5, No. 1, Maret 2019, hal. 21-34
k-1) dimana n adalah jumlah responden alpha 5% atau 0,05 maka hasil uji F
dan k adalah jumlah variabel. Kriteria dapat dihitung dengan bantuan program
pengujian yang digunakan adalah : Jika SPSS pada table ANOVA, dan rumus
t hitung > t tabel (n-k-1) maka Ho yang digunakan untuk menghitung
ditolak. Hal ini dapat dilihat dengan Fhitung adalah sebagai berikut :
menggunakan rumus sebagai berikut : Fhitung = df (n-k-1)
√ Keterangan :
thit = k = Jumlah variabel
√ n = Jumlah responden
Keterangan :
r = Koofisien korelasi
n = Jumlah responden HASIL PENELITIAN DAN
Jika Thitung < Ttabel (n-k-1) maka Ho PEMBAHASAN
diterima Selain itu uji t tersebut dapat
pula dilihat dari besarnya probabilitas Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
value (p value) dibandingkan dengan Variabel Penelitian
1. Uji Validitas dan Reabilitas Variabel
0,05 (Taraf signifikansi α = 5%).
Objektivitas (X1)
Adapun Kriteria pengujian yang
Dengan mempergunakan bantuan dari
digunakan adalah Jika p value < 0,05
software SPSS, maka pengujian
maka Ho ditolak Jik p value > 0,05
validitas instrumen, dimana nilai
maka Ho diterima.
validitas dapat dilihat pada kolom
b. Uji Simultan (Uji F)
Uji F ini digunakan untuk mengetahui Coreccted Item-Total Correlation. Jika
ada tidaknya pengaruh secara bersama- angka korelasi yang didapat lebih besar
sama (simultan) variable-variabel dari pada angka kritik (r hitung > r
independen (bebas) terhadap variable tabel ) maka instrumen tersebut
dependen (terikat). Pembuktian dinyatakan valid. Dalam penelitian ini
angka kritik adalah N – 2 = 39 – 2 = 37
dilakukan dengan cara membandingkan
dengan taraf signifikan 5 maka angka
nilai Fhitung dengan Ftabel pada
kritik untuk uji coba validitas dalam
tingkat kepercayaan 95% dan derajat
penelitian ini adalah 0,325 Dengan
kebebasan (degree of freedom) df = (n-
k-1) dimana n adalah jumlah responden demikian maka berdasarkan pengujian
validitas instrumen, nilai Coreccted
dan k adalah jumlah variabel. Kriteria
Item-Total Correlation bernilai positif
pengujian yang digunakan adalah : Jika
dan diatas nilai r tabel 0.325. Hasil uji
Fhitung> Ftabel (n-k-1) maka Ho
validitas variabel Objektivitas (X1),
ditolak. Arti secara statistik data yang
pada tabel 2 sebagai berikut :
digunakan membuktikan bahwa semua
Tabel 2 : Hasil Uji Validitas pada
variabel independen (X1 dan X2)
Variabel Objektivitas (X1)
berpengaruh terhadap nilai variable (Y) Kuisioner X1 Korelasi Hasil Validitas
Jika Fhitung< Ftabel (n-k-1) maka Ho Person
diterima. Selain itu uji F dapat pula VARO1 0,270 Tidak Valid
dilihat dari besarnya probabilitas value VARO2 0,809 Valid
VARO3 0,600 Valid
(p value) dibandingkan dengan 0,05 VARO4 0.921 Valid
(Taraf signifikansi α = 5%). Adapun VARO5 0,090 Tidak Valid
Kriteria pengujian yang digunakan VARO6 0,921 Valid
VARO7 0,404 Valid
adalah : Jika p value < 0,05 maka Ho
VARO8 0,921 Valid
ditolak, Jika p value > 0,05 maka Ho Berdasarkan tabel diatas pertanyaan 1
diterima. Dengan tingkat signifikansi dan 5 tidak valid sedangkan pertanyaan
dalam penelitian ini menggunakan
30 Pareso Jurnal, Vol. 5, No. 1, Maret 2019, hal. 21-34
ABSTRACT
This research was conducted with the aim of examining the role of audit fees in moderating the
effect of auditor independence and professionalism on audit quality. The sample used in this
research is the auditor who works in the public accounting firm in Semarang. The number of
samples received as respondents is 50 samples. Research data was obtained by giving
questionnaires to respondents to then be answered. Determination of this sample was carried out
by convenience sampling method. The research hypothesis cites using analysis of multiple
regression analysis with Ordinary Least Square (OLS) and moderated regression analysis. The
results of this research indicate that independence has a positive and significant effect on audit
quality while professionalism has no effect on audit quality. In addition, audit fees do not
strenghten the effect of auditor independence and professionalism on audit quality.
Keywords : Audit, audit quality, auditor independence, auditor professionalism, audit fees.
PENDAHULUAN
Cara untuk menilai kewajaran dari suatu laporan keuangan perusahaan, dapat dilakukan
dengan mengaudit laporan keuangan tersebut. Audit menurut PSAK (Pernyataan Standar Audit
Keuangan), yaitu suatu proses yang sistematik dengan tujuan mengevaluasi bukti atas pernyataan
atau asersi mengenai berbagai kejadian dan membandingkan antara pernyataan atau asersi tersebut
dengan kenyataan yang telah dikumpulkan sebelumnya, serta melaporkannya kepada pihak yang
berkempentingan (stakeholder).
Perusahaan tentu membutuhkan informasi pelaporan keuangan yang akurat dan juga
terpercaya. Hal ini sangat penting bagi perusahaan untuk menarik investor dan juga untuk membuat
publik tahu bahwa informasi pelaporan keuangan yang dipublikasikan memang benar-benar yang
berkualitas. Dalam hal pelaporan keuangan yang dipublikasikan, tentu investor maupun pengguna
informasi keuangan lain akan lebih percaya dengan informasi pelaporan keuangan yang
dipublikasikan tersebut apabila pelaporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan telah diaudit oleh
auditor yang mempunyai sikap independen dan juga profesional. Seorang akuntan publik dinilai
bersikap independen dan profesinal apabila dalam melaksanakan pekerjaannya berstandar pada
Standar Profesional Akuntan Publik dan Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang sudah ditetapkan.
Sikap independen dan profesional yang berdasarkan standar tersebut tidak hanya digunakan untuk
auditor sendiri, tetapi juga untuk keberlangsungan klien, investor dari perusahaan yang diaudit dan
kantor akuntan publik itu sendiri.
Namun, terdapat beberapa kasus yang ditemukan di lapangan, yang mencerminkan masih
buruknya sikap independensi dan profesional yang dimiliki oleh seorang auditor. Contoh bukti
buruknya independensi dan profesionalisme yang ada di lapangan dan dilakukan oleh auditor dapat
dilihat pada contoh kasus PT Kimia Farma dan juga PT SNP.
DeAngelo (1981) mengatakan bahwa kualitas audit adalah kombinasi probabilitas auditor
yang kompeten untuk menemukan penyimpangan dalam sistem akuntansi klien dan melaporkan
temuan mereka secara independen. Ini berarti bahwa kualitas audit bergantung pada kompetensi
dan indepedensi dari seorang auditor dalam melakukan aktivitas auditnya. Sependapat dengan apa
yang di katakan DeAngelo, Halim, et al. (2014) mengatakan bahwa kompetensi dan independensi
auditor mempengaruhi kualitas audit, tetapi hubungan ini diperkuat oleh audit time budget dan juga
1
Corresponding author
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 2
komitmen profesional. Adha (2016) mengatakan bahwa kualitas audit tidak hanya dipengaruhi oleh
unsur indepedensi dan kompetensi yang dimiliki auditor, tetapi juga terdapat unsur lain yang
mempengaruhinya, yaitu etika profesi auditor, sikap profesionalisme seorang auditor dan juga
akuntabilitas dari seorang auditor yang dapat mempengaruhi kualitas audit.
Menurut Al - Khaddash, et al. (2013), indepedensi digambarkan sebagai suatu sikap yang
bersifat independen dan tidak mudah dipengaruhi oleh pihak manapun. Artinya, seorang auditor
dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas audit harus terlepas dari pengaruh dari pihak manapun.
Hal ini dilakukan agar laporan keuangan audit yang dikeluarkan nanti memang benar-benar
merupakan hasil yang sebenarnya dan tidak merugikan orang lain. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Halim, et al. (2014), disimpulkan bahwa indepedensi mempengaruhi kualitas audit
dengan arah hubungan positif, hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Rahmina dan Agoes
(2015). Hal berbeda diungkapkan oleh Sitorus (2017) yang menemukan bahwa indepedensi tidak
memiliki pengaruh terhadap kualitas audit.
Menurut Futri dan Juliarsa (2014), kapabilitas dan sikap profesional dapat mempengaruhi
profesionalisme seorang auditor. Kapabilitas auditor digambarkan sebagai kemampuan dalam
adaptasi dengan keadaan, kemampuan secara teknis, kemampuan dalam teknologi, ilmu
pengetahuan, dan pengalaman. Profesionalisme auditor juga dipengaruhi aspek kejujuran serta
tanggungjawab untuk memastikan kepercayaan publik. Lesmana dan Machdar (2015) dalam
penelitiannya membuktikan bahwa auditor yang profesional dapat mempengaruhi kualitas audit
yang dihasilkan. Sebaliknya, Hidayat (2011) menemukan bahwa profesionalisme tidak mempunyai
pengaruh terhadap kualitas dari audit yang dihasilkan.
Besaran fee audit dalam penelitian ini termasuk dalam variabel moderasi. Besaran fee
audit dibutuhkan dalam memperkuat independensi dan juga profesinalisme, sehingga kualitas dari
audit yang dihasilkan tentu akan sangat baik. Arens, et al. (2011) menyatakan bahwa imbal jasa
yang akan diterima auditor atas jasa audit yang dilakukan disebut dengan fee audit. Imbal jasa
tersebut diterima berdasarkan hasil kesepakatan antara klien dengan auditor dalam kontrak kerja.
Namun, dalam penetapan fee audit, auditor tidak dapat bergantung dengan pendapatan klien.
Karena fee audit merupakan kesepakatan antara perusahaan sebagai klien dengan auditor,
maka perusahaan tentu akan lebih sepakat apabila imbalan yang didapat oleh auditor akan besar
apabila auditor bekerja secara independen dan profesional sehingga akan melakukan audit yang
berkualitas dan hasilnya pun juga akan berkualitas. Pratistha dan Widhiyani (2014) membuktikan
bahwa besaran fee audit yang diterima auditor berpengaruh terhadap kualitas hasil audit dengan
arah hubungan positif. Artinya, semakin besar fee audit yang diperoleh, maka semakin bagus pula
hasil auditnya. Bertolak belakang dengan hasil penelitian Hoitash, et al. (2007) yaitu fee audit
berpengaruh terhadap kualitas audit dengan arah hubungan negatif.
Perbedaan pendapat mengenai hubungan antara masing-masing variabel yang ada, yaitu
indepedensi, profesionalisme, kualitas audit, dan besaran fee audit menjadikan perlunya untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut. Selain itu, perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut dikarenakan
perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang belum menggunakan fee audit dipakai
sebagai variabel moderasi untuk memperkuat pengaruhnya terhadap hubungan independensi
maupun profesionalisme terhadap kualitas audit.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji
apakah independensi dan profesionalisme auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit dan
apakah besaran fee audit dapat memperkuat pengaruh independensi dan profesionalisme terhadap
kualitas audit.
2
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 3
maksimal, maka muncul alasan yang mendasari keyakinan bahwa pihak direksi melakukan
tindakan yang terkadang tidak sesuai dengan kepentingan stakeholder. Maka, stakeholder dapat
memberikan batasan terhadap direksi yang tidak bertindak sesuai kepentingan mereka dengan cara
memberikan insentif kepada agen dan menetapkan monitoring cost. Monitoring cost merupakan
biaya pengawasan, dirancang pemilik (prinsipal) untuk memberikan batas terhadap tindakan
penyelewengan yang dilakukan oleh pihak manajemen sebagai agen dengan skema kontak berupa
pengendalian internal.
Pengawasan yang dapat memunculkan biaya yang harus keluarkan oleh stakeholder terdiri
dari pengawasan eksternal dan pengawasan internal (Sitorus, 2017). Internal monitoring dilakukan
auditor internal perusahaan yang diawasi langsung oleh komite audit, sedangkan external
monitoring dilakukan auditor eksternal yang berasal dari kantor akuntan publik tertentu yang
ditunjuk oleh perusahaan. Auditor internal mempunyai tugas untuk memelihara rencana dan
implementasi dari pengendalian internal dan manajemen resiko perusahaan termasuk didalamnya
mengevaluasi tingkat efisiensi dan efektivitas dari kegiatan operasional perusahaan. Sedangkan
auditor eksternal melakukan audit dan menilai wajar atau tidaknya laporan keuangan yang
disajikan serta memastikan bahwa konsep dari penyusunan keuangan sudah sesuai dengan standar
yang berlaku. Hal ini guna memberikan keyakinan kepada pemilik kepentingan (Imawan, 2017).
Perbedaan tugas antara auditor internal dan auditor eksternal mengharuskan manajemen untuk
menunjuk auditor eksternal dari luar perusahaan.
Kebutuhan perusahaan terhadap profesi auditor eksternal juga diakibatkan karena adanya
perbedaan antara manajemen dan auditor dalam hal tanggung jawab. Perbedaan ini diatur dalam
Standar Audit 700 pada seksi 11. Direksi memiliki tanggung jawab untuk membuat laporan
keuangan perusahaan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Selain itu direksi memiliki
tanggung jawab atas pengendalian internal yang memberikan kemungkinan untuk menyusun
laporan keuangan perusahaan bebas dari salah saji yang bersifat material. Sedangkan tanggung
jawab seorang auditor yaitu melakukan audit menyatakan wajar atau tidaknya laporan keuangan
yang dibuat direksi.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa auditor melaksanakan audit sesuai standar
yang berlaku, kemudian menyatakan opini atas laporan keuangan tersebut, apakah laporan
keuangan bebas dari kesalahan atau tidak. Hasil dari audit yang dilakukan dapat dipergunakan
untuk kepentingan kedua belah pihak, baik itu pihak direksi sebagai agen dan juga pihak
stakeholder sebagai prinsipal. Maka, indepedensi diperlukan oleh auditor agar tidak terpengaruh
dengan pihak manapun dalam hal ini khususnya pihak direksi dan juga melakukan aktivitas audit
secara profesional.
Monitoring cost merupakan biaya pengawasan yang dikeluarkan untuk mengurangi
penyelewengan yang dilakukan oleh manajemen yang bertindak sebagai agen. Pengawasan terbagi
menjadi dua jenis yaitu pengawasan internal dan eksternal. Oleh karena itu, prinsipal juga
menetapkan biaya untuk pengawasan eksternal, salah satunya yaitu biaya untuk fee audit. Fee audit
ini diterima oleh auditor karena telah melakukan memberikan jasa audit atas laporan keuangan
perusahaan. Pihak prinsipal akan memberikan fee yang tinggi apabila auditor dapat menghasilkan
hasil audit yang berkualitas. Oleh karena itu, hal ini menjadikan auditor termotivasi untuk semakin
bersikap independen dan profesional agar hasil audit dapat berkualitas, sehingga imbalan yang
didapat bisa lebih tinggi.
3
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 4
semakin tinggi apabila auditor lebih bersikap independen dalam mengaudit laporan keuangan yang
dibuat oleh manajemen.
Hubungan independensi terhadap kualitas audit mempunyai keterkaitan terhadap teori
keagenan. Teori keagenan menjelaskan bahwa direksi (agen) dan stakeholder (prinsipal)
mempunyai kepentingan yang berbeda atau dapat dikatakan di antara mereka terdapat suatu konfik
mengenai kepentingan masing-masing. Auditor mempunyai peran dalam mengurangi konfik
kepentingan tersebut. Peran auditor yaitu melaksanakan audit terhadap laporan keuangan yang
dibuat oleh manajemen sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen terhadap pemegang
kepentingan. Hal ini karena adanya perbedaan tanggung jawab antara manajemen dan auditor yang
ada pada SA 700 Seksi 11.
Dalam standar tersebut disebutkan bahwa Direksi memiliki tanggung jawab untuk
membuat laporan keuangan perusahaan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Selain itu
direksi memiliki tanggung jawab atas pengendalian internal yang memberikan kemungkinan untuk
menyusun laporan keuangan perusahaan bebas dari salah saji yang bersifat material. Sedangkan
tanggung jawab seorang auditor yaitu melakukan audit menyatakan wajar atau tidaknya laporan
keuangan yang dibuat direksi. Hasil audit yang dilakukan auditor nantinya akan memperkuat
keyakinan pemegang kepentingan (stakeholder) terhadap laporan keuangan yang dibuat oleh pihak
direksi. Oleh karena itu, auditor dituntut bersikap independen agar menghasilkan audit yang
berkualitas yang akan meningkatkan keyakinan stakeholder. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis
pertama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 : Independensi auditor mempunyai pengaruh positif pada kualitas audit
Dalam standar tersebut disebutkan bahwa Direksi memiliki tanggung jawab untuk
membuat laporan keuangan perusahaan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Selain itu
direksi memiliki tanggung jawab atas pengendalian internal yang memberikan kemungkinan untuk
menyusun laporan keuangan perusahaan bebas dari salah saji yang bersifat material. Sedangkan
tanggung jawab seorang auditor yaitu melakukan audit menyatakan wajar atau tidaknya laporan
keuangan yang dibuat direksi. Hasil audit yang dilakukan auditor nantinya akan memperkuat
keyakinan pemegang kepentingan (stakeholder) terhadap laporan keuangan yang dibuat oleh pihak
direksi. Oleh karena itu, auditor dituntut bersikap profesional agar menghasilkan audit yang
berkualitas yang akan meningkatkan keyakinan stakeholder. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis
kedua dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H2 : Profesionalisme auditor mempunyai pengaruh positif pada kualitas audit
4
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 5
Gambar 2.1
Kerangka Teoritis
H3 (+)
Fee Audit H4 (+) Kualitas Audit
Profesionalisme H2 (+)
Auditor 6
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 7
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas audit. Kualitas audit merupakan
hasil dari probabilitas seorang auditor dalam menemukan pelanggaran di dalam sistem akuntansi
klien dan untuk melaporkan hasil temuan mereka secara independen (DeAngelo, 1981). Sedangkan
menurut Watkins, et al. (2004), kualitas audit merupakan kompetensi yang dimiliki seorang auditor
dalam menemukan perbedaan penyajian dalam laporan keuangan.
Pengukuran kualitas audit terdiri dari indikator-indikator yang telah dikembangkan oleh
Aprianti (2010) antara lain aktivitas lapangan, skeptisme auditor, sistem informasi, pengambilan
keputusan, komitmen yang kuat, dan pelaporan kesalahan klien. Indikator kualitas audit tersebut
dijabarkan dalam 16 pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian diukur menggunakan
likert scale terdiri dari skala 1-5. Skala 1 diinterprestasikan sebagai pernyataan tidak setuju,
sedangkan skala 5 diinterprestasikan sebagai pernyataan setuju. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
dibuat untuk mengukur persepsi auditor mengenai kualitas audit.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah independensi dan
profesionalisme auditor. Independensi berarti tidak mudah untuk dipengaruhi, sedangkan
profesionalisme berarti sikap tanggung jawab yang melebihi kepatuhan terhadap etika dan standar
yang berlaku. Independensi ini diukur menggunakan 3 indikator pertanyaan, yaitu : (a) lamanya
hubungan dengan klien, (b) tekanan dari auditee, dan (c) review peer auditor. Indikator-indikator
tersebut kemudian akan dijabarkan menjadi 11 pertanyaan. Sedangkan profesionalisme auditor
diukur menggunakan instrumen yang telah dikembangkan oleh Kusuma (2012) yang mempunyai
lima indikator, yaitu : keyakinan profesi, pengabdian pada profesi, kemandirian, hubungan dengan
rekan seprofesi, dan kewajiban sosial. Indikator – indikator tersebut dijabarkan menjadi 11
petanyaan. Setiap pertanyaan pada variabel independensi maupun profesionalisme akan diukur
menggunakan likert scale dari skala 1 hingga 5. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dibuat untuk
mengukur persepsi auditor mengenai independensi dan juga profesionalisme auditor.
Fee audit digunakan sebagai variabel moderasi dalam penelitian ini. Fee audit ialah imbal
jasa atas jasa audit yang dilakukan auditor berdasarkan kesepakatan kontrak kerja audit. Auditor
tidak boleh bergantung pada pendapatan dari setiap klien. Dalam penelitian ini, fee audit diukur
dengan indikator – indikator yang dikembangkan oleh Wahyudi (2012) yaitu kompleksitas jasa
yang diberikan, resiko audit, upaya yang diperlukan, struktur biaya kap, dan ukuran kap. Indikator-
indikator tersebut dijabarkan menjadi 7 pertanyaan yang digunakan untuk mengukur persepsi
auditor pada fee audit. Pertanyaan diukur menggunakan likert scale yaitu dari skala 1 hingga 5.
Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan uji multiple regression analysis dengan asumsi ordinary least
square (OLS) dan uji moderated regression analysis dengan model persamaan :
Model 1 (ordinary least square)
KUALITAS = β0 + β1 INDEPENDENSI + β2 PROFESIONALISME + 𝜀…………...........................(1)
Model 2, 3, dan 4 (moderated regression analysis)
KUALITAS = β0 + β1 INDEPENDENSI + β2 PROFESIONALISME + β3 FEE + 𝜀...........................(2)
7
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 8
8
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 9
maksimum yang diperoleh sebesar 35 sedangkan nilai minimumnya sebesar 19 dengan rata-rata
sebesar 27,16.
Tabel 1 menunjukan bahwa koefisien determinasi (adjusted R2) pada model 1 variabel
bebas dapat mempengaruhi variabel dependen sebesar 12,5% sedangkan 87,5 % kualitas audit
dipengaruhi oleh variabel lain diluar model penelitian. Pada model 2 variabel bebas dapat
mempengaruhi sebesar 10,8%, pada model 3 variabel bebas dapat mempengaruhi sebesar 11,7%
dan pada model 4 variabel bebas dapat mempengaruhi sebesar 10,9%.
Pada Tabel 2 menunjukan hasil uji F statistik keempat model regresi memiliki nilai
signifikansi kurang dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keempat model regresi tersebut
semua variabel independennya secara bersama berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu
kualitas audit.
lain yaitu profesionalisme auditor (PROFESIONALISME) dan variabel moderator yaitu fee audit
(FEE), serta variabel interaksi independensi auditor dan fee audit (M1), profesionalisme auditor
dan fee audit (M2) memiliki tingkat signifikansi lebih dari 0,05.
Hasil pengujian terhadap hipotesis pertama dan kedua melalui model 1 menunjukkan
bahwa independensi auditor (INDEPENDENSI) memiliki nilai koefisien sebesar 0,181 dengan
arah positif dan memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,005 (lebih kecil dari yang disyaratkan, yaitu
0,05). Hal ini mengindikasikan bahwa independensi auditor terlibat dalam kualitas audit yang
dihasilkan. Sehingga hipotesis pertama H1 diterima.
Sedangkan untuk profesionalisme auditor, pada model 1 menunjukkan bahwa
profesionalisme auditor (PROFESIONALISME) memiliki nilai koefisien sebesar 0,022 dengan
arah negatif dan memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,857 (lebih besar dari yang disyaratkan,
yaitu 0,05). Hal ini mengindikasikan bahwa profesionalisme auditor tidak terlibat dalam kualitas
audit yang dihasilkan. Sehingga hipotesis pertama H2 ditolak.
Hasil pengujian terhadap hipotesis ketiga dan keempat, disajikan melalui model 2, 3, dan 4.
Pada model 2 peneliti menguji apakah fee audit (FEE) memiliki hubungan terhadap kualitas audit
(KUALITAS). Hasil menunjukkan fee audit tidak memiliki hubungan terhadap kualitas audit, hal
ini dapat dilihat pada tingkat signifikansi variabel FEE sebesar 0,788 (lebih tinggi dari tingkat
signifikan yang disyaratkan, yaitu 0,05).
Pada model 3 dan model 4 peneliti menguji apakah interaksi antara independensi auditor dan
fee audit (M1) serta interaksi antara profesionalisme auditor dan fee audit (M2) dapat memperkuat
hubungan antara independensi dan profesionalisme auditor terhadap kualitas audit yang dihasilkan.
Hasil menunjukkan bahwa interaksi antara independensi auditor dan fee audit (M1) serta interaksi
antara profesionalisme auditor dan fee audit (M2) tidak mampu memperkuat hubungan
independensi dan profesionalisme auditor terhadap kualitas audit yang dihasilkan, hal ini dapat
dilihat pada tingkat signifikansi variabel interaksi M1 dan M2 masing-masing sebesar 0,455 dan
0,712 (lebih tinggi dari tingkat signifikan yang disyaratkan, yaitu 0,05). Sehingga hipotesis ketiga
H3 dan hipotesis keempat H4 ditolak.
Peran Fee Audit dalam Memoderasi Hubungan Independensi Auditor Terhadap Kualitas
Audit
Pengujian hipotesis ketiga dilakukan dengan menggunakan dua model, yaitu model kedua
dan model ketiga. Pada model kedua peneliti menguji apakah fee audit (FEE) memiliki hubungan
terhadap kualitas audit (KUALITAS). Hasil menunjukkan bahwa auditor fee audit tidak memiliki
hubungan terhadap kualitas audit, hal ini dapat dilihat pada tingkat signifikansi variabel FEE yang
lebih tinggi dari tingkat signifikan yang disyaratkan, yaitu 0,05.
Pada model 3 peneliti menguji apakah interaksi antara independensi auditor
(INDEPENDENSI) dan fee audit (FEE) dapat memperkuat hubungan antara independensi auitor
terhadap kualitas audit yang dihasilkan. Hasil menunjukkan bahwa interaksi antara independensi
auditor dan fee audit tidak mampu memperkuat hubungan independensi auditor dengan kualitas
audit, hal ini dapat dilihat pada tingkat signifikansi variabel interaksi MI (INDEPENDENSI x FEE)
yang lebih tinggi dari tingkat signifikan yang disyaratkan, yaitu 0,05. Dengan demikian, hasil
penelitian menunjukkan bahwa hipotesis 3 ditolak.
Berdasarkan konsep moderasi yang dijelaskan oleh Sugiono (2004) dapat disimpulkan
bahwa variabel FEE merupakan jenis variabel homologizer moderator, fee audit memiliki kekuatan
lemah dalam memoderasi hubungan independensi auditor terhadap kualitas audit. Jadi dapat
diartikan bahwa auditor fee audit memiliki potensi untuk memperkuat kualitas audit yang
dihasilkan. Hal ini sejalan dengan teori keagenan yang menjelaskan bahwa fee audit merupakan
salah satu bentuk dari monitoring cost yang dikeluarkan oleh prinsipal untuk membatasi
manajemen dan juga bentuk imbalan kepada auditor yang telah mengaudit laporan keuangan yang
telah dihasilkan. Hal ini berarti, fee audit yang diterima oleh auditor akan tinggi apabila kualitas
audit yang dihasilkan bagus. Oleh karena itu, auditor tentu akan lebih bersikap independen dalam
mengaudit laporan keuangan agar kepercayaan prinsipal terhadap kualitas audit yang dihasilkan
juga akan meningkat, sehingga fee audit yang di dapat akan semakin tinggi juga.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Alim et al. (2007).
Alim, et al (2007) yang membuktikan bahwa independensi berpengaruh terhadap kualitas audit
dengan fee audit menjadi salah satu faktor untuk mengukur independensi. Sedangkan Hoitash, et
al. (2007) membuktikan bahwa fee audit tidak berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan
oleh auditor. Hal ini dikarenakan terdapat perubahan pada standar baru yang mengharuskan
perusahaan untuk membuat disclosure terhadap akun fee audit. Sehingga perusahaan tidak boleh
sembarangan dalam menentukan besaran yang ditentukan oleh fee audit. Auditor tentu juga akan
11
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 12
mengaudit laporan keuangan sesuai dengan standar tersebut, yang berarti bahwa fee audit yang
dibuat oleh perusahaan harus sesuai dengan standar dan bukti yang ada, sehingga auditor dapat
memberikan opini yang sesuai. Oleh karena itu, fee audit tidak dapat mempengaruhi independensi
auditor dalam menghasilkan audit yang berkualitas.
Peran Fee Audit dalam Memoderasi Hubungan Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas
Audit
Sama seperti halnya pengujian hipotesis ketiga, pengujian hipotesis keempat dilakukan
dengan menggunakan dua model, yaitu model kedua dan model keempat. Pada model kedua
peneliti menguji apakah fee audit (FEE) memiliki hubungan terhadap kualitas audit (KUALITAS).
Hasil menunjukkan bahwa auditor fee audit tidak memiliki hubungan terhadap kualitas audit, hal
ini dapat dilihat pada tingkat signifikansi variabel FEE yang lebih tinggi dari tingkat signifikan
yang disyaratkan, yaitu 0,05.
Pada model 4 peneliti menguji apakah interaksi antara profesionalisme auditor
(PROFESIONALISME) dan fee audit (FEE) dapat memperkuat hubungan antara profesionalisme
auditor terhadap kualitas audit yang dihasilkan. Hasil menunjukkan bahwa interaksi antara
profesionalisme auditor dan fee audit tidak mampu memperkuat hubungan profesionalisme auditor
dengan kualitas audit, hal ini dapat dilihat pada tingkat signifikansi variabel interaksi M2
(PROFESIONALISME x FEE) yang lebih tinggi dari tingkat signifikan yang disyaratkan, yaitu
0,05. Dengan demikian, hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis 4 ditolak.
Menurut Sugiono (2004) konsep moderasi seperti itu sama halnya dengan konsep moderasi
yang digunakan untuk menguji hipotesis ketiga, yaitu variabel FEE merupakan jenis variabel
homologizer moderator, fee audit memiliki kekuatan lemah dalam memoderasi hubungan
profesionalisme auditor terhadap kualitas audit. Jadi dapat diartikan bahwa auditor fee audit
memiliki potensi untuk memperkuat kualitas audit yang dihasilkan. Hal ini sejalan dengan teori
keagenan yang menjelaskan bahwa fee audit merupakan salah satu bentuk dari monitoring cost
yang dikeluarkan oleh prinsipal untuk membatasi manajemen dan juga bentuk imbalan kepada
auditor yang telah mengaudit laporan keuangan yang telah dihasilkan. Hal ini berarti, fee audit
yang diterima oleh auditor akan tinggi apabila kualitas audit yang dihasilkan bagus. Oleh karena
itu, auditor tentu akan lebih bersikap profesional dalam mengaudit laporan keuangan agar
kepercayaan prinsipal terhadap kualitas audit yang dihasilkan juga akan meningkat, sehingga fee
audit yang di dapat akan semakin tinggi juga.
Hoitash, et al. (2007) membuktikan bahwa fee audit tidak berpengaruh terhadap kualitas
audit yang dihasilkan oleh auditor. Hal ini dikarenakan terdapat perubahan pada standar baru yang
mengharuskan perusahaan untuk membuat disclosure terhadap akun fee audit. Sehingga
perusahaan tidak boleh sembarangan dalam menentukan besaran yang ditentukan oleh fee audit.
Auditor tentu juga akan mengaudit laporan keuangan sesuai dengan standar tersebut, yang berarti
bahwa fee audit yang dibuat oleh perusahaan harus sesuai dengan standar dan bukti yang ada,
sehingga auditor dapat memberikan opini yang sesuai. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Craswell, et al. (2002) yang menyatakan bahwa adanya standar yang mewajibkan
perusahaan mengungkapkan biaya audit mengharuskan auditor tetap memberikan audit yang
berkualitas berapapun imbalan yang diterima. Oleh karena itu, fee audit tidak dapat memperkuat
profesionalisme auditor dalam menghasilkan audit yang berkualitas.
12
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 13
independensi maupun profesionalisme dalam menghasilkan audit yang berkualitas tidak akan
terpengaruh oleh fee audit yang diberikan.
Penelitian ini masih memiliki kekurangan dan kelemahan, yaitu penelitian ini dilakukan
dengan menyebarkan kuesioner saja, sehingga hasil yang didapat hanya sebatas pertanyaan yang
tertera pada kuesioner saja. Penelitian ini juga dilakukan pada saat peak season, sehingga sampel
yang didapat sedikit karena banyak auditor yang sedang melakukan audit di lapangan. Kemudian,
variabel pada penelitian ini terbatas, sehingga hasil yang didapat juga terbatas.
Atas dasar keterbatasan diatas, maka peneliti memberikan saran kepada peneliti selanjutnya
untuk menambahan variabel lain atau baru untuk penelitian selanjutnya agar bisa memperluas
penelitian terkait independensi, kompetensi, dan kualitas audit seperti yang dilakukan pada
penelitian ini. Peneliti selanjutnya juga diharapkan tidak hanya melakukan pengumpulan data
hanya dengan kuesioner saja tetapi juga bisa dengan wawancara agar hasil yang didapat lebih
rinci, tidak terbatas pada pertanyaan dalam kuesioner. Selain itu, peneliti selanjutnya diharapkan
jangan melakukan penelitian saat peak season agar sampel yang didapat bisa lebih banyak.
REFERENSI
Adha, B. R. (2016). Pengaruh Independensi Auditor, Peofesionalisme Auditor, Etika Profesi
Auditor, Akuntanilitas Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik Di
Surabaya. Skripsi Universitas Airlangga, Surabaya.
Al-khaddash, H., Nawas, R. Al, & Ramadan, A. (2013). Factors Affecting the Quality of Auditing :
The Case of Jordanian Commercial Banks. International Journal of Business and Social
Science, 4(11), 206–222.
Alim, M. N., Hapsari, T., & Purwanti, L. (2007). Pengaruh Kompetensi dan Independensi
Terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi. Simposium
Nasional Akuntansi X, 1–26.
Aprianti, D. (2010). Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Keahlian Profesional Terhadap
Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variable Moderasi. Jurnal UIN Syarif
Hidayatullah, (1), 1–5.
Arens, A. A., Elder, R. J., Beasley, M. S., & Jusuf, A. abadi. (2011). Jasa Audit dan Assurance.
Jakarta: Salemba Empat.
Aziz, A. (2018). Pengaruh Akuntabilitas, Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas
Audit Pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya. Ejournal Universitas Islam Majapahit
Mojokerto, 1, 44–58.
Baharuddin, D., & Ansar, I. D. (2019). Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Fee Audit
Terhadap Kualitas Audit pada KAP di Makassar. Jurnal Ilmu Ekonomi, 2(1), 1-11.
Craswell, A., Stokes, D. J., & Laughton, J. (2002). Auditor Independence and Fee Dependence.
Journal of Accounting and Economics, 33(2002), 253–275.
DeAngelo, L. E. (1981). Auditor Size and Audit Quality. Journal of Accounting and Economics,
3(3), 183–199.
Futri, P. S., & Juliarsa, G. (2014). Pengaruh Independensi, Profesionalisme, Tingkat Pendidikan,
Etika Profesi, Pengalaman, Dan Kepuasan Kerja Auditor Pada Kualitas Audit Kantor
Akuntan Publik Di Bali. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 7(2), 444–461.
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Diponegoro.
Halim, A., Sutrisno, T., & Achsin, M. (2014). Effect of Competence and Auditor Independence on
Audit Quality with Audit Time Budget and Professional Commitment as a Moderation
Variable. International Journal of Business and Management Invention, 3(6), 64–74.
Hartadi, B. (2012). Pengaruh Fee Audit, Rotasi KAP, dan Rotasi Auditor Terhadap Kualitas Audit
di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Keuangan.
Hidayat, M. Taufik. (2011). Pengaruh Faktor - Faktor Akuntabilitas Auditor dan Profesionalisme
Auditor Terhadap Kualitas Auditor ( Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Semarang
). Jurnal Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang.
Hoitash, R., Markelevich, A., & Barragato, C. A. (2007). Auditor Fees and Audit Quality.
Managerial Auditing Journal, 22(8), 761–786.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency and
13
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 14
14