Anda di halaman 1dari 56

CRITICAL JOURNAL REVIEW

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengauditan II)


Dosen Pengampu : Drs. Surbakti Karo-Karo,.M.Si, Ak.CA

Jurnal Utama :
“Pengaruh arus kas bebas, ukuran KAP, spesialisasi industry KAP, audit tenur dan
independensi auditor terhadap manajemen laba”

Jurnal Pembanding 1 :
“Pengaruh Objektivitas dan Independensi Auditor Terhadap Penyusunan Laporan Hasil Audit
Pada Kantor Sekretariat DPRD Kabupaten Agam”

Jurnal Pembanding 2 :
“Pengaruh Independensi dan Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas Audit dengan Fee
Audit Sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Semarang)”

Disusun oleh :

Nama : Steven Andrian Lumbantobing


NIM : 7173220039

Kelas : Akuntansi C 2017

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

SUMATERA UTARA

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayahnya
tugas ini dapat terselesaikan. Laporan ini disusun atas dasar tugas Critical Journal Review
mata kuliah Pengauditan II. Tidak lupa saya mengucapkan banyak terima kasih kepada,
Bapak Drs. Surbakti Karo-Karo,.M.Si, Ak.CA yang telah membimbing kami dalam
penyelesaian tugas ini.
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk pemenuhan tugas mata kuliah
Pengauditan II. Semoga dengan adanya tugas ini dapat bermanfaat untuk saya dan pembaca
dimasa yang akan datang.
Penyusun menyadari bahwa penulisan maupun pelaporan tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik dari pembaca yang membangun sangat penulis
harapkan guna menyempurnakan tugas ini. Semoga para pembaca mendapatkan informasi
dari tugas ini dan dapat bermanfaat untuk saya juga pada para pembaca sekalian.

Medan, Mei 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 1

C. Manfaat ...................................................................................................................... 1

BAB II RINGKASAN JURNAL......................................................................................... 2

A. Identitas Jurnal ........................................................................................................... 2

1. Jurnal Utama ........................................................................................................... 2

2. Jurnal Pembanding 1 ............................................................................................... 4

3. Jurnal Pembanding 2 ............................................................................................... 8

BAB III PEMBAHASAN .................................................................................................. 14

BAB IV PENUTUP ........................................................................................................... 16

A. Kesimpulan .............................................................................................................. 16

B. Saran ........................................................................................................................ 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Critical Journal Review adalah penganalisisan, penilaian, dan pengevaluasian
mengenai keunggulan dan kelemahan jurnal, bagaimana isi artikel tersebut bisa
mempengaruhi cara berpikir kita dan menambah pemahaman kita. Setelah dapat
mengkritik jurnal maka diharapkan mahasiswa/i dapat membuat suatu jurnal karena
sudah mengetahui bagaimana kriteria jurnal yang baik dan benar untuk digunakan dan
sudah mengerti bagaimanacara menulis atau langkah-langkah apa saja yang diperlukan
dalam penulisan jurnal tersebut.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan Critical journal Review ini adalah untuk menambah wawasan
penulis maupun pembaca dalam mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu jurnal, dan
menambah wawasan penulis mengenai Pengauditan II. Selain itu penulisan makalah ini
bertujuan untuk menyelesaikan salah satu tugas individu mata kuliah Pengauditan II.

C. Manfaat
Secara sederhana, penulisan Critical Journal Review memiliki beberapa manfaat
sebagai berikut:
1. Merangkum gagasan yang dituangkan dalam penelitian yang dilaporkan.
2. Menemukan kelebihan dan kekurangan dari yang penelitian dilaporkan dengan
melakukan analisis secara seksama.
3. Melatih kemampuan berpikir kritis analitis serta menuangkannya kembali dalam
gagasan tertulis.

1
BAB II
RINGKASAN JURNAL

A. Identitas Jurnal
1. Jurnal Utama

Pengaruh arus kas bebas, ukuran KAP, spesialisasi industry

Judul Artikel KAP, audit tenur dan independensi auditor terhadap


manajemen laba.

Nama Jurnal Journal of Accounting

Vol, No & Halaman Volume 2, Nomor 3.,

ISSN 2337-3806

1. Fransiska Dian Permatasari Kono,


Penulis Jurnal 2. Etna Nur Afri Yuyetta

Tahun 17 April 2018

Jensen dan Mackling (1976) mengemukakan teori


yang menjelaskan tentang konflik kepentingan antara agent
dan principal sering disebut teori keagenan (agency theory).
Perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan
(manajemen) dan kepemilikian (principal) akan rentan
terhadap masalah agensi (agency problem) (Lambert, 2001).
Abstrak
Masalah agensi adalah masalah yang timbul karena konflik
kepentingan antara agent dan principal. Beberapa masalah
agensi yang timbul adalah asimetri informasi, agency cost dan
disfunctional behavior. Salah satu disfunctional behaviour
yang dilakukan agent adalah pemanipulasian data dalam
laporan keuangan agar sesuai dengan harapan principal

2
meskipun laporan tersebut tidak menggambarkan kondisi
perusahaan yang sebenarnya. Schipper (dalam Muhammad
Dahlan, 2009) menyatakan bahwa kepentingan manajemen ke
atas perusahaan yang menyebabkan terjadinya manipulasi
laporan keuangan, misalnya praktik manajemen laba. Jaggi
dan Gul (dalam Fitriyah,2011) menyatakan salah satu
penyebab muncul konflik keagenan yang akan menyebabkan
timbulnya agency cost adalah arus kas bebas. Hal ini terjadi
karena ada perbedaan kepentingan antara principal dan
manajer. Manajemen laba dapat menyebabkan penurunan
kualitas pelaporan keuangan karena manajemen laba
cenderung untuk menyediakan informasi yang menyesatkan
para pengguna laporan keuangan (Hearly dan Wahlen, 2009).
Oleh karena itu proses pengauditan diharapkan dapat
mengurangkan ketidaksesuaian informasi yang wujud diantara
manajemen dan pemegang saham dengan menggunakan pihak
lain adalah auditor untuk mengesahkan laporan keuangan
(DeAngelo, 1981). Teori keagenan menjelaskan bahwa
seorang auditor dengan kualitas audit yang tinggi akan
memiliki kemampuan dalam mendeteksi adanya praktik
manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan
(Becker et al., 2010) . Laporan keuangan yang telah diaudit
oleh auditor diharapkan dapat dipercaya dan digunakan oleh
pihak principal.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis
pengaruh arus kas bebas, ukuran perusahaan KAP,
Tujuan Penelitian
Spesialisasi Industri KAP, audit tenur dan independensi
auditor terhadap manajemen laba
Penelitian ini mengukur spesialisasi industry dan
independensi audit diukur berdasarkan kepentingan klien,
Metode Penelitian manajemen laba diukur dengan total akrual diskrisioner
perusahaan

3
Model regresi yang dikembangkan untuk menguji
hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian
Metode Analisis Data
ini adalah: DAC = α0 + β1FCF + β2 Size KAP + β2
AUDSPES + β3TENUR + β4CI+μ
 Hasil membuktikan bahwa hanya arus kas bebas yang
berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan ukuran
KAP, spesialisasi industri KAP, audit tenur dan
independensi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Hasil Penelitian & Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan arus kas bebas
Pembahasan
menyebabkan masalah keagenan dalam perusahaan dan
dapat dimanfaatkan untuk melakukan manajemen laba.
Sedangkan peranan auditor belum mampu mengungkapkan
manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
arus kas bebas, ukuran KAP, spesialisasi industri KAP, audit
tenur, dan independesi auditor terhadap manajemen laba.
Hasil membuktikan bahwa hanya arus kas bebas yang
berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan ukuran
KAP, spesialisasi industri KAP, audit tenur dan independensi
Kesimpulan
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini
menunjukkan bahwa keberadaan arus kas bebas menyebabkan
masalah keagenan dalam perusahaan dan dapat dimanfaatkan
untuk melakukan manajemen laba. Sedangkan peranan auditor
belum mampu mengungkapkan manajemen laba yang
dilakukan oleh manajemen.

2. Jurnal Pembanding 1

Pengaruh Objektivitas dan Independensi Auditor Terhadap

Judul Artikel Penyusunan Laporan Hasil Audit Pada Kantor Sekretariat


DPRD Kabupaten Agam

Nama Jurnal Pareso Jurnal

4
Vol, No & Halaman Volume 5, Nomor 1 & Halaman 21-34

ISSN 2442-7497

1. Yuni Kumala Sari


Penulis Jurnal 2. Agussalim M

Tahun Maret 2019

Tujuan penelitian ini antara lain untuk memperoleh bukti


empiris guna diketahui dan dianalisis tentang Pengaruh
objektivitas dan independensi auditor terhadap penyusunan
laporan hasil audit pada Kantor Sekretariat DPRD Kabupaten
Agam. Pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintah Daerah
dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat
Kabupaten/Kota, Provindsi sampai dengan tingkat Pusat.
Penelitian dilaksanakan di Kantor Sekretariat DPRD
Kabupaten Agam. Sampel dipilih secara total sebanyak 39
auditor/pemeriksa. Model analisis yang digunakan untuk
menguji hipotesis adalah regresi linear berganda, analisis ini
didasarkan pada data dari 39 responden yang penelitiannya
Abstrak
melalui kuesioner.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah objektivitas
dan independensi auditor. Untuk variabel dependen dalam
penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh melalui
penyebaran kuesioner secara langsung kepada seluruh
auditor/pemeriksa Inspektorat Kabupaten Agam.
Hasil Penelitian ini menunjukan objektivitas dan independensi
auditor secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
penyusunan laporan hasil audit pada Kantor Sekretariat DPRD
Kabupaten Agam. Secara parsial objektivitas dan
independensi secara berasama berpengaruh signifikan
terhadap penyusunan laporan hasil audit.

5
Tujuan penelitian untuk memperoleh bukti empiris guna
diketahui dan dianalisis tentang Pengaruh objektivitas dan
Tujuan Penelitian
independensi auditor terhadap penyusunan laporan hasil audit
pada Kantor Sekretariat DPRD Kabupaten Agam.
1. Field Research (Observasi Lapangan)
Untuk memperoleh data-data primer diperlukan suatu
penelitian langsung ke tempat penelitian dengan
memberikan kuesioner kepada responden. Kuesioner berisi
daftar pertanyaan/ pernyataan bersifat kualitatif yang
memerlukan alternatif jawaban. Dari alternatif jawaban
diberikan suatu nilai atau skor tertentu. Sedangkan data
sekunder diperoleh melalui jurnal-jurnal dan laporan
Metode Penelitian perusahaan maupun melakukan wawancara dengan pihak-
pihak terkait serta melakukan pengamatan atas kegiatan
yang dilakukan.
2. Library Research (Studi Kepustakaan)
Membaca dan mempelajari buku-buku serta sumber
bacaan lainnya yang memuat teori-teori yang berhubungan
sebagai sumber informasi bagi masalah yang sedang
dibahas.

Metode analisis data yang digunakan dalam Model analisis


data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi
linier berganda (Multiple Linear Regression Analysis).
Purbayu (2005) mengemukakan bahwa korelasi berganda

Metode Analisis Data adalah hubungan dari beberapa variabel independen dengan
satu variabel dependen. Jika suatu variabel dependen
bergantung pada lebih dari satu variabel independen,
hubungan kedua variabel tersebut disebut analisis regresi
berganda.
1. Pengaruh Objektivitas Auditor terhadap Penyusunan
Laporan Hasil Audit
Hasil Penelitian &
Pembahasan Dalam hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh
objektivitas terhadap penyusunan laporan hasil audit

6
adalah positif dan signifikan. Posisi terlihat dari koefisien
regresi objektivitas sebesar 0.430 dan signifikan karena
nilai t hitung > t tabel (2,878 >2,042).
Pengaruh positif menunjukkan bahwa pengaruh
objektivitas adalah searah dengan penyusunan laporan
hasil audit atau dengan kata lain objektivitas yang
baik/tinggi akan berpengaruh terhadap penyusunan laporan
audit yang baik/tinggi, demikian sebaliknya bila
objektivitas rendah/buruk maka penyusunan laporan hasil
audit akan rendah/buruk. Pengaruh signifikan
menunjukkan bahwa objektivitas mempunyai peranan
yang sangat penting dalam penyusunan laporan hasil audit.
2. Pengaruh Independensi Auditor terhadap Penyusunan
Laporan Audit
Dalam hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh
independensi terhadap penyusunan laporan hasil audit
adalah positif dan signifikan. Posisi terlihat dari koefisien
regresi keahlian sebesar 0.038 dan signifikan karena nilai t
hitung > t tabel (2,222 >2,042).
Pengaruh positif menunjukkan bahwa pengaruh
independensi auditor adalah searah dengan penyusunan
laporan hasil audit atau dengan kata lain independensi
auditor yang baik/tinggi akan berpengaruh terhadap
penyusunan laporan audit yang baik/tinggi, demikian
sebaliknya bila independensi auditor rendah/buruk maka
penyusun laporan audit akan rendah/buruk. Pengaruh
signifikan menunjukkan bahwa independensi mempunyai
peranan yang sangat penting dalam penyusunan auditor.
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa :

Kesimpulan 1. Objektivitas auditor berpengaruh signifikan terhadap


penyusunan laporan hasil audit.
2. Independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap

7
penyusunan laporan hasil audit.
3. Objektivitas dan Independensi auditor secara bersama
berpengaruh signifikan terhadap penyusunan laporan hasil
audit.

3. Jurnal Pembanding 2

Pengaruh Independensi dan Profesionalisme Auditor Terhadap

Judul Artikel Kualitas Audit dengan Fee Audit Sebagai Variabel Moderasi
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Semarang)

Nama Jurnal Diponegoro Journal of Accounting

Vol, No & Halaman Volume 8, Nomor 3 & Halaman 1-14

ISSN 2337-3806

1. Sadewa Sapta Kusuma


Penulis Jurnal 2. Tri Jatmiko Wahyu Prabowo

Tahun 2019

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menguji peran biaya


audit dalam memoderasi pengaruh independensi dan
profesionalisme auditor terhadap kualitas audit. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di
Abstrak
kantor akuntan publik di Semarang. Jumlah sampel yang
diterima sebagai responden adalah 50 sampel. Data penelitian
diperoleh dengan memberikan kuesioner kepada responden
untuk kemudian dijawab. Penentuan sampel ini dilakukan

8
dengan metode convenience sampling. Hipotesis penelitian
mengutip menggunakan analisis analisis regresi berganda
dengan Ordinary Least Square (OLS) dan analisis regresi
dimoderasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
independensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kualitas audit sedangkan profesionalisme tidak berpengaruh
terhadap kualitas audit. Selain itu, biaya audit tidak
memperkuat pengaruh independensi dan profesionalisme
auditor terhadap kualitas audit.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah
independensi dan profesionalisme auditor berpengaruh positif

Tujuan Penelitian terhadap kualitas audit dan apakah besaran fee audit dapat
memperkuat pengaruh independensi dan profesionalisme
terhadap kualitas audit.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah independensi dan profesionalisme auditor.
Independensi berarti tidak mudah untuk dipengaruhi,
sedangkan profesionalisme berarti sikap tanggung jawab yang
melebihi kepatuhan terhadap etika dan standar yang berlaku.
Independensi ini diukur menggunakan 3 indikator pertanyaan,
Metode Penelitian yaitu : (a) lamanya hubungan dengan klien, (b) tekanan dari
auditee, dan (c) review peer auditor. Fee audit digunakan
sebagai variabel moderasi dalam penelitian ini. Fee audit ialah
imbal jasa atas jasa audit yang dilakukan auditor berdasarkan
kesepakatan kontrak kerja audit. Auditor tidak boleh
bergantung pada pendapatan dari setiap klien.

Penelitian ini menggunakan uji multiple regression analysis


dengan asumsi ordinary least square (OLS) dan uji moderated
regression analysis dengan model persamaan :

Metode Analisis Data Model 1 (ordinary least square)


KUALITAS = β0 + β1 INDEPENDENSI + β2
PROFESIONALISME + 𝜀…………...........................(1)
Model 2, 3, dan 4 (moderated regression analysis)

9
KUALITAS = β0 + β1 INDEPENDENSI + β2
PROFESIONALISME + β3 FEE + 𝜀...........................(2)
KUALITAS = β0 + β1 INDEPENDENSI + β2
PROFESIONALISME + β3 INDEPENDENSI∗FEE +
𝜀......(3)
Model 4 (Moderated Regression Analysis)
KUALITAS = β0 + β1 INDEPENDENSI + β2
PROFESIONALISME + β3 PROFESIONALISME∗FEE
+ 𝜀...........................(4)
Keterangan :
KUALITAS : kualitas audit
INDEPENDENSI : independensi auditor
PROFESIONALISME : ukuran perusahaan
FEE : fee audit
β0 – β2 : Koefisien
Hasil uji menunjukkan bahwa variabel independen yaitu
independensi auditor (INDEPENDENSI memiliki tingkat
signifikansi kurang dari 0,05. Namun, variabel independen
lain yaitu profesionalisme auditor (PROFESIONALISME)
dan variabel moderator yaitu fee audit (FEE), serta variabel
interaksi independensi auditor dan fee audit (M1),
profesionalisme auditor dan fee audit (M2) memiliki tingkat
signifikansi lebih dari 0,05.
Hasil pengujian terhadap hipotesis pertama dan kedua melalui
Hasil Penelitian &
Pembahasan model 1 menunjukkan bahwa independensi auditor
(INDEPENDENSI) memiliki nilai koefisien sebesar 0,181
dengan arah positif dan memiliki tingkat signifikansi sebesar
0,005 (lebih kecil dari yang disyaratkan, yaitu 0,05). Hal ini
mengindikasikan bahwa independensi auditor terlibat dalam
kualitas audit yang dihasilkan. Sehingga hipotesis pertama H1
diterima.
Sedangkan untuk profesionalisme auditor, pada model 1
menunjukkan bahwa profesionalisme auditor

10
(PROFESIONALISME) memiliki nilai koefisien sebesar
0,022 dengan arah negatif dan memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0,857 (lebih besar dari yang disyaratkan, yaitu 0,05).
Hal ini mengindikasikan bahwa profesionalisme auditor tidak
terlibat dalam kualitas audit yang dihasilkan. Sehingga
hipotesis pertama H2 ditolak.
Hasil pengujian terhadap hipotesis ketiga dan keempat,
disajikan melalui model 2, 3, dan 4. Pada model 2 peneliti
menguji apakah fee audit (FEE) memiliki hubungan terhadap
kualitas audit (KUALITAS). Hasil menunjukkan fee audit
tidak memiliki hubungan terhadap kualitas audit, hal ini dapat
dilihat pada tingkat signifikansi variabel FEE sebesar 0,788
(lebih tinggi dari tingkat signifikan yang disyaratkan, yaitu
0,05).
Pada model 3 dan model 4 peneliti menguji apakah interaksi
antara independensi auditor dan fee audit (M1) serta interaksi
antara profesionalisme auditor dan fee audit (M2) dapat
memperkuat hubungan antara independensi dan
profesionalisme auditor terhadap kualitas audit yang
dihasilkan. Hasil menunjukkan bahwa interaksi antara
independensi auditor dan fee audit (M1) serta interaksi antara
profesionalisme auditor dan fee audit (M2) tidak mampu
memperkuat hubungan independensi dan profesionalisme
auditor terhadap kualitas audit yang dihasilkan, hal ini dapat
dilihat pada tingkat signifikansi variabel interaksi M1 dan M2
masing-masing sebesar 0,455 dan 0,712 (lebih tinggi dari
tingkat signifikan yang disyaratkan, yaitu 0,05). Sehingga
hipotesis ketiga H3 dan hipotesis keempat H4 ditolak.
Hasil penelitian ini menunjukkan independensi auditor
terhadap kualitas audit berefek positif signifikan. Hal ini

Kesimpulan berarti bahwa independensi auditor mempunyai pengaruh


positif terhadap kualitas audit yang dihasilkan. Sedangkan
profesionalisme auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas

11
audit. Hal ini dikarenakan auditor belum mampu
melaksanakan skeptisme profesional sehingga auditor tidak
mampu mendeteksi kesalahan, sehingga hal ini tidak
berpengaruh terhadap kualitas audit. Variabel FEE juga tidak
mampu memperkuat hubungan antara independensi auditor
terhadap kualitas audit maupun hubungan antara
profesionalisme auditor terhadap kualitas audit. Hal ini
dikarenakan adanya perubahan standar baru yang terjadi, yaitu
membuat disclosure untuk akun fee audit.

12
13
BAB III
PEMBAHASAN

1. Kelebihan Jurnal a. Jurnal utama


1) Pada jurnal utama bagian abstrak jurnal ini
sudah sangat menggambarkan isi
keseluruhan penelitian.
2) Pada jurnal utama membahas langkah
langkah penelitian yang dilakukan secara
ringkas, singkat dan jelas.
3) Pada jurnal ini menggunakan konsep konsep
yang sangat jelas sehingga menghasilkan
hasil penelitian yang akurat.
b. Jurnal pembanding 1 dan 2
1) Pada bagian abstrak, sudah memuat
keseluruhan isi jurnal, termasuk bagian
metode penelitiannya.
2) Pada jurnal ini lebih banyak menggunakan
metode penelitian sehingga data yang di
hasilkan lebih akurat.
2. Kelemahan Jurnal a. Jurnal utama
1) Dalam jurnal ini tidak dijelaskan tentang apa
saja yang termasuk dalam variabel penelitian
serta langkah-langkah dalam membuat
penelitian.
2) Meskipun banyak mengutip penjelasan dari
berbagai sumber, namun jurnal ini terlalu
banyak mengutip istilah asing tanpa
dijelaskan lebih dalam makna bahasa asing
tersebut
b. Jurnal pembanding 1 dan 2
Pada jurnal pembanding tidak adanya
Kelemahan karena jurnal ini sudah baik dan tidak

14
berbelit-belit sehingga mudah dimengerti.
3. Tampilan Cover Jurnal Jurnal utama dan jurnal pembanding, pada jurnal
pertama dan pembanding sebenarnya tidak memiliki
cover seperti buku pada umumnya namun tampilan
dari kedua jurnal tersebut cukup baik karena tulisan
yang rapi dan font tulisan seimbang sehingga tulisan
tidak tampak berantakan.

4. Pemilihan serta cakupan Pada jurnal utama dan pembanding cakupan kajian
kajian teori teori cukup singkat, jelas dan padat sehingga
membuat para pembaca tidak kesulitan untuk
memahaminya.
5. Keterkaitan Isi Dengan a. Jurnal utama
Judul Pada jurnal utama isi pembahasan sesuai dengan
Judul yang ada.
b. Jurnal pembanding 1 dan 2
Begitu pula dengan jurnal pembanding isi
pembahasan sesuai dengan judul yang ada.
6. Cara Penyajian Materi a. Jurnal utama
Pada jurnal utama penyajian materi yang
dilakukan ialah dengan memberikan definisi
tentang materi, seperti latar belakang.
b. Jurnal pembanding 1 dan 2
Sedangkan dalam jurnal pembanding, penyajian
materi nya dimulai dari definisi, karakteristik,
serta hubungannya dengan bagian lain, dan
beberapa materi disertai dengan contoh kasus.
7. Memuat persetujuan, Menurut kami jurnal utama dan pembanding sudah
kritik, Sanggahan, cukup baik dan jelas karena didalamnya tidak ada
uraian, penjelas, serta unsur yang ditambah-tambahin dan hasil penulisan
Posisi penulis jurnal jurnal ini cukup rapi dan objektif.
review terhadap jurnal

15
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan hasil kritikan jurnal yang telah dijelaskan atau dipaparkan
diatas, setiap jurnal pasti memiliki kelebihan dan kelemahan. Terlepas dari
kelemahannya, jurnal di atas sudah disusun dengan baik dan sudah sesuai dengan kriteria
jurnal pada umumnya, dimana komponen-komponen disajikan secara lengkap dan jelas.
Pada jurnal utama disimpulkan Auditor mampu menganalisis dengan cepat
dalam mengaudit suatu perusahaan. Laporan mengungkapkan hal-hal yang merupakan
masalah yang belum dapat diselesaikan sampai berakhir audit. Untuk jurnal
pembanding 1 disimpulkan objektivitas auditor berpengaruh signifikan terhadap
penyusunan laporan hasil audit. Independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap
penyusunan laporan hasil audit. Objektivitas dan Independensi auditor secara bersama
berpengaruh signifikan terhadap penyusunan laporan hasil audit. Sedangkan pada jurnal
pembanding 2 disimpulkan auditor belum mampu melaksanakan skeptisme profesional
sehingga auditor tidak mampu mendeteksi kesalahan, sehingga hal ini tidak berpengaruh
terhadap kualitas audit. Variabel FEE juga tidak mampu memperkuat hubungan antara
independensi auditor terhadap kualitas audit maupun hubungan antara profesionalisme
auditor terhadap kualitas audit.

B. Saran
Jurnal atau e-journal merupakan salah satu media belajar yang banyak
dimanfaatkan di masa kini karena kemudahan dalam memperolehnya dan tanpa
mengeluarkan dana . Oleh karena itu, untuk membantu penulis tanpa mengurangi rasa
hormat kami menyarankan agar dalam pembuatan jurnal yang baik diperlukan gaya
bahasa yang menarik, kelengkapan unsur penulisan karya ilmiah formal, menerapkan
EYD yang baik dan tentunya memberikan informasi yang akurat dan bermanfaat.

16
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 2, Nomor 3., Tahun 2013, Halaman 1
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ISSN (Online): 2337-3806

Pengaruh Arus Kas Bebas, Ukuran KAP, Spesialisasi Industri KAP,


Audit Tenur dan Independensi Auditor terhadap Manajemen Laba

Fransiska Dian Permatasari Kono,


Etna Nur Afri Yuyetta 1

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro


Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone: +622476486851

ABSTRACT
This study aimed to analysze the effect of free cash flow, size of auditor firm,auditor firm
industry specialization, audit tenure and auditor independence on earnings management. Auditor
independence in this study is measured by client importance. Earnings management in this study is
measured by total discretionary accruals of the company. The population of this study is the
manufacture companies listed in Indonesia Stock Exchange year period 2009-2011. Sampling
method that’s used in this study is purposive sampling.
The total number of sample in this study are 138 research samples. However, there are
found 30 sample as outlier should be excluded from sample of observation. So, the final amounts of
the sample are 108 research samples. The analysis technique in this study uses a multiple
regression analysis with help from a program named SPSS. The analysis technique in this study
uses a multiple regression analysis with help from a program named SPSS. The analysis technique
in this study uses a multiple regression analysis with help from a program named SPSS.
The result of this study indicate that the free cash flow negative effect on earnings
management. Meanwhile, size of auditor firm, auditor firm industry specialization, client
importance and audit tenure has no significantly impact on earning management.

Keywords : Earnings management, free cash flow, size of auditor firm, auditor firm industry
specialization, auditor independence, client importance

PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada pihak-pihak
eksternal seperti investor, kreditor, pelanggan dan masyarakat luas. Laporan ini digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi. Oleh karena itu seluruh informasi yang terdapat
laporan keuangan harus relevan, reliable dan tidak terdapat kesalahan material sehingga tidak
menyesatkan pengguna dalam menginterpretasikannya. Laporan keuangan yang relevan artinya
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat membantu pemakai laporan keuangan
untuk mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini dan memprediksi peristiwa masa depan.
Salah satu informasi laporan keuangan yang menjadi pusat perhatian pemakai laporan
keuangan adalah informasi laba (Beattie et al., 1994). Laba dapat digunakan untuk menaksir
resiko dalam investasi, dasar pembagian deviden dan sebagai salah satu indicator pengukuran
kinerja (Suranta dan Merdistusi, 2004) , akibatnya pemakai laporan keuangan sering menyoroti
laba perusahaan.m Manajemen menyadari bahwa pemakai laporan keuangan cenderung
memperhatikan laba, khususnya manajemen yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi laba
perusahaan. Hal ini mendorong manajemen melakukan manajemen laba. Konsep manajemen laba
dapat menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory), yang isinya menyatakan bahwa
pratik manajemen laba dipengaruhi antara kepentingan antara manajemen dengan principal yang
timbul karena setiap pihak berusaha mencapai keinginan masing-masing (Salno dan Baridwan,
2000).
Motivasi manajemen melakukan manajemen adalah adanya program bonus, perusahaan
akan go public, motivasi perjanjian utang, pergantian CEO, meningkatkan kepercayaan kreditor
dan investor, ataupun menghindari pajak dan kebijakaan pemerintah (Scoot, 2006). Menurut Scoot

1
Corresponding author
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 2

(2006), manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari Standar
Akuntansi Keuangan yang ada dan secara alamiah dapat memaksimalkan utilitas mereka atau nilai
pasar perusahaan. Manajemen memanfaatkan fleksibilitas yang diperbolehkan oleh standar
akuntansi dalam menyusun laporan keuangan untuk modifikasi laba yang dilaporkan (Halim et al.,
2005).
Arus kas bebas adalah kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditur atau
pemegang saham yang tidak digunakan untuk modal kerja (working capital) atau investasi pada
aset tetap (Ross, dalam Akhmad 2011). Arus kas bebas positif berfungsi untuk pertumbuhan,
pembayaran hutang dan dividen, sedangkan arus kas negatif berarti sumber dana internal tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan investasi perusahaan. Jaggi dan Gul (dalam Fitriyah, 2011)
menyatakan salah satu penyebab muncul konflik keagenan yang akan menyebabkan timbulnya
agency cost adalah arus kas bebas. Manajemen mungkin memanfaatkan arus kas bebas untuk
melakukan manajemen laba. Selain itu penelitian Bukit dan Iskandar (2009) menyatakan
perusahaan memiliki surplus arus kas bebas cenderung memiliki manajemen laba lebih tinggi.
Tindakan manajemen tidak memberikan informasi sebenarnya karena kurangnya
sistem pengawasan yang efektif atau tindakan disipliner oleh pemakai laporan keuangan.
Manajemen memanfaatkan kesempatan untuk melakukan manajemen laba. Pengawasan
manajemen dapat dilakukan oleh auditor independen. Auditor independen memiliki tugas
mengungkap kesalahan saji materi dan asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan
pemakai laporan keuangan, salah satunya manajemen laba. Auditor independen sebagai pihak
internal yang bersikap netral terhadap manajemen dan investor, sebaiknya memiliki kualitas
auditor yang baik agar dapat mengungkap kesalahan saji materi pada laporan keuangan. Akhir-
akhir ini kualitas auditor sering dipertanyakan kemampuannya karena terjadinya kasus-kasus
kegagalan audit. Kegagalan audit pada perusahaan terkemuka seperti Enron, Worldcom, dan
Xerox yang melibatkan banyak pihak, seperti: CEO, Komisaris, Komite audit, bahkan auditor
internal dan eksternal. Kejadian ini menyebabkan profesi akuntan publik mendapat kritikan dan
menyebabkan kualitas audit seorang auditor dipertanyakan. Investor menjadi mempertanyakan
kemampuan auditor dalam mengungkap manajemen laba.

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS


Jensen dan Mackling (1976) mengemukakan teori yang menjelaskan tentang konflik
kepentingan antara agent dan principal sering disebut teori keagenan (agency theory). Perusahaan
yang memisahkan fungsi pengelolaan (manajemen) dan kepemilikian (principal) akan rentan
terhadap masalah agensi (agency problem) (Lambert, 2001). Masalah agensi adalah masalah yang
timbul karena konflik kepentingan antara agent dan principal. Beberapa masalah agensi yang
timbul adalah asimetri informasi, agency cost dan disfunctional behavior. Salah satu disfunctional
behaviour yang dilakukan agent adalah pemanipulasian data dalam laporan keuangan agar sesuai
dengan harapan principal meskipun laporan tersebut tidak menggambarkan kondisi perusahaan
yang sebenarnya. Schipper (dalam Muhammad Dahlan, 2009) menyatakan bahwa kepentingan
manajemen ke atas perusahaan yang menyebabkan terjadinya manipulasi laporan keuangan,
misalnya praktik manajemen laba.
Jaggi dan Gul (dalam Fitriyah,2011) menyatakan salah satu penyebab muncul konflik
keagenan yang akan menyebabkan timbulnya agency cost adalah arus kas bebas. Hal ini terjadi
karena ada perbedaan kepentingan antara principal dan manajer. Manajemen laba dapat
menyebabkan penurunan kualitas pelaporan keuangan karena manajemen laba cenderung untuk
menyediakan informasi yang menyesatkan para pengguna laporan keuangan (Hearly dan Wahlen,
2009). Oleh karena itu proses pengauditan diharapkan dapat mengurangkan ketidaksesuaian
informasi yang wujud diantara manajemen dan pemegang saham dengan menggunakan pihak lain
adalah auditor untuk mengesahkan laporan keuangan (DeAngelo, 1981). Teori keagenan
menjelaskan bahwa seorang auditor dengan kualitas audit yang tinggi akan memiliki kemampuan
dalam mendeteksi adanya praktik manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan
(Becker et al., 2010) . Laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor diharapkan dapat
dipercaya dan digunakan oleh pihak principal.

2
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 3

Pengaruh Arus Kas Bebas terhadap manajemen laba


Jaggi dan Gul (dalam Fitriyah,2011) menyatakan salah satu penyebab muncul konflik
keagenan yang akan menyebabkan timbulnya agency cost adalah arus kas bebas. Arus kas bebas
dapat menimbulkan perbedaan kepentingan antara principal dan manajer. Principal menginginkan
sisa dana tersebut (arus kas bebas) dibagikan untuk meningkatkan kesejahteraannya, sedangkan
manajer berkeinginan arus kas bebas digunakan untuk memperbesar perusahaan melebihi ukuran
optimal. Manajer tetap melakukannya meskipun memberi net present value negatif. Arus kas bebas
yang harusnya digunakan untuk akuisisi dan pembelanjaan modal dengan orientasi pertumbuhan
(growth-orientend), pembayaran hutang, dan pembayaran kepada pemegang saham dalam bentuk
dividen.
Manajemen dapat menyalahgunakan arus kas bebas demi kepentingan pribadi. Menurut
Akhmad (2011), arus kas bebas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba yang
diukur dengan mengunakan discretionary accrual (DA). Perusahaan yang memiliki arus kas bebas
akan cenderung melakukan pelaporan laba yang lebih rendah. Negrea (2009) menemukan bahwa
arus kas bebas dalam jumlah besar juga menunjukkan adanya kinerja keuangan yang lebih rendah.
Berdasarkan uraian di atas , maka hipotesis penelitian ini adalah :
H1 : Arus Kas bebas berpengaruh positif terhadap manajemen laba

Pengaruh Ukuran KAP terhadap manajemen laba


Ukuran KAP menunjukkan kemampuan auditor untuk bersikap independen dan
melaksanakan audit secara profesional. KAP big four merupakan auditor yang memiliki keahlian
dan reputasi yang tinggi dibanding dengan auditor KAP non-big four (Nurina,2010). Auditor big
four diharapkan lebih bisa mengungkap salah saji material antara pihak manajemen dan pemegang
saham. Selain itu, auditor dalam kelompok KAP big four cenderung memiliki auditor yang lebih
berpengalaman yang pada gilirannya memiliki kemampuan dalam membatasi besarnya manajemen
laba suatu perusahaan.
Muhammad Dahlan (2009) mengatakan terdapat hubungan positif antara ukuran KAP
dengan discretionary accrual. KAP big four memiliki dorongan yang lebih besar untuk mengetahui
kesalahan dalam sistem akuntansi klien. Hal ini juga didukung oleh Meutia (2004) dan Sanjaya
(2008), perusahaan yang diaudit oleh auditor KAP big four cenderung akan membatasi praktik
manajemen laba.Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis kedua penelitian ini adalah sebagai
berikut :
H2 : Ukuran KAP berpengaruh positif terhadap manajemen laba

Pengaruh Spesialisasi Industri auditor terhadap manajemen laba


Auditor spesialis industri menggambarkan keahlian dan pengalaman audit seorang auditor
pada bidang industri tertentu yang diproksi dengan jasa audit pada bidang industri tertentu. Zhou
(dalam Mahdi Safari,2011) menyatakan bahwa spesialisasi industri KAP merupakan dimensi dari
kualitas audit, sebab pengetahuan dan pengalaman auditor tentang industri merupakan salah satu
elemen dari keahlian auditor. Mereka juga menyimpulkan bahwa besaran manajemen laba
perusahaan yang diaudit oleh spesialis industri KAP lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan
yang diaudit oleh non-spesialis industri KAP.
Mahdi Safari (2011) berpendapat bahwa discretionary accrual klien auditor spesialisasi
industri lebih rendah dari discretionary accrual non-spesialisasi industri klien. Argumen ini
sehingga menunjukkan bahwa auditor dengan keahlian industri lebih memungkinan untuk
mendeteksi kekeliruan dan penyimpangan dari auditor tanpa keahlian industri, terutama di tahun-
tahun awal penugasan audit. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis ketiga penelitian ini adalah
H3 : Spesialisasi Industri Auditor berpengaruh positif terhadap manajemen laba

Pengaruh Audit Tenur terhadapa manajemen laba


Sejak terjadi kasus kegagalan audit pada perusahaan Enron (2000) di Amerika Serikat
dan melibatkan auditor internal. Hal ini mendorong munculnya peraturan mengenai lamanya masa
penugasan KAP. Audit tenur diharapkan dapat menjaga kualitas auditor dan menjaga agar
hubungan klien dan auditor tidak semakin akrab yang dapat mendorong tindakan melanggar

3
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 4

independensi auditor. Auditor diharapkan mampu mengungkap asimetri informasi dengan lama
masa penugasan KAP yang telah ditetapkan.
Myers et al., (2003) memberikan bukti bahwa manajemen laba diperhatikan auditor
dalam tenur KAP yang lama. Al Thuneibat et al., (2010) menguji menunjukkan audit tenur
berpengaruh positif terhadap discretionary accrual. Lama hubungan auditor-klien memiliki potensi
menciptakan kedekatan antara auditor dan klien sehingga dapat mengurangi independensi auditor
dan mengurangi kualitas audit (Al Thuneibat et al., 2010). Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis
keempat penelitian ini adalah sebagai berikut :
H4 : Audit Tenur berpengaruh positif terhadap manajemen laba

Pengaruh Independensi Auditor terhadap manajemen laba


Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak
lain, tidak bergantung pada orang lain (Mulyadi,2001). Sikap mental independen sama pentingnya
dengan keahlian dalam bidang praktik akuntansi dan prosedur akuntansi yang harus dimiliki oleh
auditor. Independensi auditor diharapkan mampu mengungkapkan informasi yang sebenarnya atas
laporan yang telah dibuat oleh manajemen. Independensi auditor diproksikan dengan client
importance. Client importance (CI) merupakan ukuran dari kualitas audit untuk menguji
kecenderungan auditor memiliki economic dependence sehingga dapat mengurangi independensi
auditor (Chen et al., 2010).
Antonius (2012) menemukan bahwa, walaupun KAP memiliki tingkat ketergantungan
ekonomi terhadap klien, namun KAP tetap dapat menjaga reputasinya (reputation protection),
terbukti dengan adanya pengaruh negatif ketergantungan ekonomi dengan akrual diskresioner
absolut. Terdapat 2 argumen mengenai client importance (Nur Wahyani, 2012) yaitu pertama,
semakin penting klien bagi auditor/KAP, semakin rendah kualitas audit karena adanya faktor
ketergantungan ekonomi. Argumen kedua menyatakan bahwa semakin penting klien bagi
auditor/KAP, semakin tinggi kualitas audit karena faktor perlindungan reputasi. Nur Wahyani
(2012) menemukan juga bahwa client importance tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
kualitas audit yang diproksikan dengan manajemen laba. Hal ini menunjukkan auditor tetap
menjaga independensinya walaupun klien tersebut penting. Berdasarkan hal tersebut, maka
hipotesis kelima penelitian ini adalah :
H5 : Independensi auditor berpengaruh negatif terhadap manajemen laba

METODE PENELITIAN

Variabel Penelitian
Penelitian ini menganalisis tentang arus kas bebas, ukuran KAP, spesialisasi industri
KAP, audit tenur, dan independensi auditor terhadap manajemen laba. Selain itu kualitas
audit diproksikan dengan. Penelitian mengenai arus kas bebas dan kualitas audit ini
bertujuan untuk memberikan bukti empiris apakah adanya pengaruh terhadap manajemen
laba. Manajemen laba diukur dengan menggunakan discretionary accruals yang dihitung dengan
cara Modified Jones Model. Untuk mengukur akrual diskresioner, terlebih dahulu diukur total
akrual dengan rumus berikut :

TAC= Net Income- Cash Flow from Operation

Total akrual kemudian dirumuskan oleh Jones yang dimodifikasi oleh Dechow sebagai
berikut:

Keterangan:

4
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 5

TACt = total accrual perusahaan i pada tahun t

At-1 = total aset perusahaan pada tahun t-1

∆REVt = pendapatan perusahaan i pada tahun 1 dikurangi pendapatan i-1

PPEt = aset tetap perusahaan i pada tahun t

℮ = error term perusahaan i tahun t

Perhitungan untuk nondiscretionary accrual menurut model Jones yang dimodifikasi


dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

NDAt = non discretionary accrual perusahaan i pada tahun t

At-1 = total aset perusahaan i pada tahun t-1

ΔRECt = perubahan piutang perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t

PPEt = aset tetap perusahaan i pada tahun t

Dari persamaan-persamaan diatas, akrual dikresioner dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan :

DACt = discretionary accruals perusahaan i pada tahun t

Variabel Arus kas bebas diukur dengan menggunakan arus kas operasi dikurangi
perubahaan modal kerja dikurangi perubahaan aktiva tetap. Ukuran KAP adalah besar kecilnya
kantor akuntan publik audit. Pada penelitian ini SIZEKAP menggunakan variabel dummy, nilai 1
jika perusahaan diaudit oleh KAP big four dan 0 untuk KAP non big four. Auditor spesialis
industri menggambarkan keahlian dan pengalaman audit seorang auditor pada bidang industri
tertentu yang diproksi dengan jasa audit pada bidang industri tertentu. Pengukuran spesialisasi
industri auditor ( Mahdi, 2011) adalah penjualan perusahaan yang telah diaudit oleh kantor
akuntan publik tertentu dibagi dengan total penjualan perusahaan dalam satu industri. Namun
berdasarkan saran Mahdi (2011) sebaiknya menggunakan total asset perusahaan, dikarenakan aset
menggambarkan seberapa besar perusahaan tersebut dalam suatu jenis industri. Pengukurannya
menggunakan variabel dummy, jika LEAD menunjukan diatas 15% maka akan diberi angka 1, jika
lainnya akan diberi angka 0. Audit tenure adalah masa jabatan dari Kantor Akuntan Publik(KAP)
dalam memberikan jasa audit terhadap kliennya. Pengukuran tenur KAP diukur sebagai jumlah
tahun KAP berturut-turut mengaudit laporan keuangan klien. Independensi auditor diproksikan
dengan client importance. Client importance (CI) merupakan ukuran dari kualitas audit untuk
menguji kecenderungan auditor memiliki economic dependence sehingga dapat mengurangi
independensi auditor (Chen et al., 2010).

5
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 6

Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dengan periode tahun 2009-2011. Adapun kriteria pemilihan sampel pada
penelitian ini, yaitu :
1. Perusahaan tersebut mempublikasikan financial report dan annual report untuk
periode 31 Desember 2009-2011.
2. Perusahaan yang tidak mengalami kerugian pada tahun 2009-2011.
3. Perusahaan yang menggunakan mata uang rupiah.
4. Minimal harus tersedia 5 perusahaan dalam setiap industri. Kriteria ini digunakan
untuk menjamin pooling data yang memadai dalam estimasi proksi- proksi manajemen
laba khususnya spesialisasi industri KAP.

Metode Analisis
Model regresi yang dikembangkan untuk menguji hipotesis-hipotesis yang telah
dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
DAC = α0 + β1FCF + β2 Size KAP + β2 AUDSPES + β3TENUR + β4CI+µ

Keterangan :
DAC = discretionary accrual
α0 = konstan
β1,2,3,4 = koefisien variable
FCF = arus kas bebas
SIZEKAP = ukuran KAP
AUDSPES = spesialisasi industri KAP
TENUR = audit tenur
CI = client importance

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Sampel Penelitian


Berdasarkan kriteria pemilihan sampel pada penelitian ini, maka mengumpulkan sampel
sejulamh 46 perusahaan. Total sampel penelitian selama 3 tahun sebanyak 138 data. Selain itu
sampel digolongkan berdasarkan jenis industri.

Tabel 1
Jumlah Sampel Perusahaan Berdasarkan Jenis Industri
No. Jenis Perusahaan Manufaktur Jumlah Perusahaan
1. Food and Beverages 11
2. Chemical and Allied Products 6
3. Plastic and Glass Products 5
4. Metal and Allied Products 9
5. Automotive and Allied Products 9
6. Pharmaceuticals 6
Sumber : pengelolaan data sekunder 2013

Pembahasan Hasil Penelitian


Metode analisis yang digunakan untuk menilai variabilitas luas pengungkapan risiko dalam
penelitian ini adalah analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Analisis regresi
berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa hipotesis pertama ditolak. Hal ini dapat
dilihat dari tabel 2. Walaupun signifikan namun arah koefisien menunjukkan arah negatif dan tidak
sesuai dengan hipotesis yang ada. Arah koefisien yang negatif berarti arus kas bebas yang rendah
berpengaruh meningkatnya manajemen laba. Arus kas bebas yang rendah menunjukkan keadaan
6
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 7

perusahaan tidak sehat karena tidak tersedianya kas untuk pertumbuhan, pembayaran hutang dan
deviden. Hal ini mendorong manajemen untuk melakukan manajemen laba. Manajemen memiliki
motivasi untuk menghindari pelanggaran kontrak terhadap investor serta kreditor. Manajemen juga
ingin memberikan informasi yang baik kepada investor bahwa perusahaan dalam kinerja yang baik.

Tabel 2
Hasil Uji Hipotesis
Variabel t Nilai Signifikansi ( α = 5%)
FCF -4,233 ,000*
SIZEKAP ,320 ,750*
AUDSPES -,943 ,348*
TENUR -,321 ,749*
CI -,031 ,975*

Keterangan:*)signifikan

Pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba, yang artinya hipotesis kedua ditolak. Manajemen tetap melakukan manajemen
laba walaupun perusahaan diaudit oleh auditor baik dari KAP big four dan non-big four. Auditor
tidak mampu mempengaruhi manajemen laba karena manajemen memanfaatkan sistem akuntansi
akrual. Basis akuntansi akrual merupakan dasar pencatatan akuntansi yang mewajibkan perusahaan
mengakui hak dan kewajiban tanpa memperhatikan kapan kas akan diterima atau dikeluarkan (Sri
Sulistyanto, 2008). Manajemen memanfaatkan komponen akrual untuk dimanipulasi tanpa harus
melanggar prinsip akuntansi berterima umum. Sebagai contoh, untuk memperbesar laba,
perusahaan dapat mengakui barang yang dititipkan sebagai barang konsinyasi atau barang yang
dikeluarkan dari perusahaan sebagai barang terjual. Hal ini menyebabkan auditor KAP big four
ataupun auditor non-big four kesulitan mengungkapkan manajemen laba.
Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa hipotesis ketiga ditolak. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa spesialisasi industri auditor tidak mempengaruhi manajemen
laba. Hal ini mungkin disebabkan adalah penegakan hukum di Indonesia yang masih lemah dapat
membuat auditor kurang dapat mengembangkan kemampuan mendeteksi praktik manajemen laba.
Alasan ini didasari pendapat yang dikemukakan oleh Ettredge (dalam Fitriany, 2012) bahwa salah
satu hal yang mendukung auditor untuk mengembangkan kemampuan spesialisasi industrinya
adalah lingkungan hukum yang cukup baik. Auditor spesialis industri dan non-spesialis industri
belum mampu mengungkapkan manajemen laba karena objek manipulasi bukan merupakan
laporan keuangan, tetapi proses pengurangan biaya discretionary seperti biaya iklan, biaya
penelitian dan pengembangan, dan gaji karyawan yang belum tentu merupakan bentuk pelanggaran
terhadap standar akuntansi yang berlaku.
Pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa audit tenur tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba, yang artinya hipotesis keempat ditolak. Pembatasan masa penugasan (tenur)
mencegah auditor semakin akrab dengan klien dan mendorong tindakan melanggar independensi
auditor. Namun pembatasan masa penugasan membuat auditor belum mengenal karakteristik
perusahaan secara baik. Auditor memperlukan waktu lebih banyak untuk mengenali karakteristik
manajemen dalam menyajikan laporan keuangan. Manajemen memanfaatkan kesempatan ini untuk
melakukan manajemen laba.
Hasil pengujian hipotesis kelima menunjukkan bahwa hipotesis kelima ditolak. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa client importance tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Manajemen mungkin melakukan manajemen laba dan mereka mengetahui bahwa mereka
merupakan klien terpenting bagi auditor. Manajemen merasa auditor akan semakin berhati-hati
menjalankan tugasnya ketika perusahaan itu merupakan klien terpenting. Namun ternyata auditor

7
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 8

cenderung menjaga reputasi dan independensi auditor. Semua klien dianggap memiliki pengaruh
yang sama bagi KAP sehingga perlakuan audit yang diberikan juga sama. Ketika perusahaan
merupakan klien penting bagi KAP, ternyata mereka mengalami proses auditing yang sama dengan
klien lainnya. Auditor tetap mengungkapkan kesalahan saji materi dan asimetri informasi termasuk
manajemen laba, walaupun auditor memiliki ketergantungan ekonomi pada klien.

KESIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh arus kas bebas, ukuran KAP,
spesialisasi industri KAP, audit tenur, dan independesi auditor terhadap manajemen laba. Hasil
membuktikan bahwa hanya arus kas bebas yang berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan
ukuran KAP, spesialisasi industri KAP, audit tenur dan independensi tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan arus kas bebas menyebabkan masalah
keagenan dalam perusahaan dan dapat dimanfaatkan untuk melakukan manajemen laba. Sedangkan
peranan auditor belum mampu mengungkapkan manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, dalam uji koefisien determinasi,
kemampuan arus kas bebas, ukuran KAP, spesialisasi industri KAP, audit tenur, dan independesi
auditor menjelaskan manajemen laba hanya sebesar 12 %. Kedua, Jumlah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini relatif sedikit dan periode laporan keuangan yang digunakan juga relative
pendek, yaitu 46 perusahaan dalam periode 2009-2011. Atas dasar keterbatasan tersebut, untuk
penelitian selanjutnya disarankan agar menambah variabel-variabel lain seperti earning power,
jumlah komite audit, dan kecakapan manejerial, opini auditor. Dan pengukuran manajemen laba
selain discretionary accrual, misalnya menggunakan manajemen laba transaksi real.

REFERENSI

Al-Thuneibat, A. & Baker, R.A.A. 2011. “Do audit tenure and firm size contribute to audit
quality?.” Managerial Auditing Journal, Vol. 26, No.4, p. 317-334.
Bakkrudin, Akhmad. 2011. “ Pengaruh Arus Kas Bebas dan Komite Audit Terhadap Manajemen
Laba.” Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Jurusan Akuntansi,
Universitas Diponegoro.
Bukit, Rina Br And Iskandar Takiah Mohd. 2009. “Surplus Free Cash Flow, Earnings Management
and Audit Committee.” Int. Journal of Economics and Management, Vol.3, No.1, p. 204 –
223.
Chen, Elder, and Liu. 2005. “Auditor Independence, Audit Quality and Auditor-Client Negotiation
Outcomes: Some Evidence from Taiwan.” Journal of Contemporary Accounting &
Economics, Vol 1, No 2, p. 119-146.
Dahlan, Muhammad.2009. “Analisis Hubungan Antara Kualitas Audit Dengan Diskresioneri
Akrual dan Kebebasan Auditor.” Working Paper in Accounting and Finance, Departemen of
Accounting, Padjadjaran University.
DeAngelo, L.E.1981. “Auditor size and audit quality.” Journal of Accounting and Economics, Vol
3, p. 183-199.
Fitriyah, Furry.K. 2011. “Pengaruh Kepemilikan Institusional, Set Kesempatan Investasi dan Arus
Kas Bebas terhadap Utang.” Media Riset Akuntansi, Vol 1, No. 1.
Hearly, P. M. dan Wahlen, J. M.1999. “A review of the earnings management literature and its
implications for standard setting.” Accounting Horizons, Vol. 13, No. 4, p. 365-383.
H. Antonius. dan R. Hilda. 2012. “Analisis Audit Quality Metric Score (AQMS) sebagai Pengukur
Multidimensi Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba dan Kandungan Informasi Laba.”
Disertasi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
8
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 9

Jensen, M. C. dan Meckling, W. H.1976. “Theory of the firm: managerial behavior, agency costs
and ownership structure.” Journal of Financial of Economics, Vol. 3, No.4, p. 305-360.
Lambert, Richard A. 2001. “Contracting Theory and Accounting.” Journal of Accounting &
Economics. Vol. 32, p 3– 87.

Mahdi, Safari and Momeni, Abolfazi. 2011. “Impact of Audit Quality on Earnings Management
Evidence from Iran.” International Research Journal of Finance and Economics, Issue 66.
Meutia, Inten. 2004. “Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Manajemen Laba untuk KAP Big
5 dan Non Big 5.” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.7, No. 3, hal. 333-350.
Mulyadi, 2002. Auditing.Jakarta: Salemba Empat

Myers, James N., Myers, Linda A., and Omer, Thomas C. 2003. “Exploring theTerm of the
Auditor-Client Relationship and the Quality of Earnings: A Case for mandatory Auditor
Rotation?.” The Accounting Review, Vol. 78, No.3, p. 779–799.
Negrea, Laura; Matis, Dumitru and Mustafa, Razvan V.2009. “Free Cash Flow As Part Of
Voluntary Reporting.” Literature, JEL (SRRN).
Salno, H.M dan Baridwan, Z. 2000. “Analisis Perataan Laba Penghasilan (Income Smoothing):
Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik
di Indonesia.” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 3, No. 1, hlm. 17-34.
Sanjaya, I Putu Sugiartha. 2008. “Auditor Eksternal, Komite Audit, dan Manajemen Laba”. Jurnal
Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 11, No. 1, hal. 97-116.
Scott, W.R. 2006. Financial Accounting Theory. Second Edition.Ontario: Prentice Hall Canada Inc.

Sulistyanto,H.Sri.2008.Manajemen Laba, Teori dan Model Empiris.Jakarta: Grasindo.

Suranta, E dan Merdistusi, PP. 2004. “ Income Smoothing, Tobin’s Q, Agency Problem Dan
Kinerja Perusahaan.” Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar, 3 Desember 2004.
Wahyani, Nur dan Fitriany. 2012. “ Pengaruh Client Importance, Tenure, dan Spesialisasi
Industri.” Disertasi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

9
Pareso Jurnal, Vol. 5, No. 1, Maret 2019, hal. 21-34 ISSN. 2442-7497

PENGARUH OBJEKTIVITAS DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP


PENYUSUNAN LAPORAN HASIL AUDIT PADA KANTOR SEKRETARIAT
DPRD KABUPATEN AGAM

Yuni Kumala Sari, Agussalim M


Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi , Universitas Ekasakti
Jln. Veteran Dalam No. 26 B, Padang ( 25113), Indonesia

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini antara lain untuk memperoleh bukti empiris guna diketahui
dan dianalisis tentang Pengaruh objektivitas dan independensi auditor terhadap
penyusunan laporan hasil audit pada Kantor Sekretariat DPRD Kabupaten Agam.
Pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintah Daerah dilakukan secara berjenjang
mulai dari tingkat Kabupaten/Kota, Provindsi sampai dengan tingkat Pusat.
Penelitian dilaksanakan di Kantor Sekretariat DPRD Kabupaten Agam. Sampel
dipilih secara total sebanyak 39 auditor/pemeriksa. Model analisis yang digunakan
untuk menguji hipotesis adalah regresi linear berganda, analisis ini didasarkan pada data
dari 39 responden yang penelitiannya melalui kuesioner.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah objektivitas dan independensi
auditor. Untuk variabel dependen dalam penelitian ini merupakan data primer yang
diperoleh melalui penyebaran kuesioner secara langsung kepada seluruh
auditor/pemeriksa Inspektorat Kabupaten Agam.
Hasil Penelitian ini menunjukan objektivitas dan independensi auditor secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap penyusunan laporan hasil audit pada Kantor
Sekretariat DPRD Kabupaten Agam. Secara parsial objektivitas dan independensi
secara berasama berpengaruh signifikan terhadap penyusunan laporan hasil audit.
Kata Kunci : Objektivitas, Independensi dan Penyusunan Hasil Laporan Audit

PENDAHULUAN pengendalian organisasi yang memadai,


dan pelaporan eksternal yang disusun
Pemerintahan yang bersih, adil, berdasarkan sistem akuntansi yang sesuai
transparan, dan akuntabel harus disikapi dengan standar akuntansi pemerintahan.
dengan serius dan sistematis. Segenap Pemerintahan yang belum siap dengan
jajaran penyelenggara negara, baik dalam sistem pemerintahan yang baru untuk
tataran eksekutif, legislatif, dan yudikatif menyelenggarakan pemerintahan daerah
harus memiliki komitmen bersama untuk sesuai dengan tatakelola pemerintahan
menegakkan good governance dan clean yang baik. Banyak terjadi kasus di
government. sejumlah daerah yang berkaitan dengan
Beberapa hal yang terkait dengan masalah korupsi, ketidakberesan,
kebijakan untuk mewujudkan good penyalahgunaan wewenang dan jabatan,
governance pada sektor publik antara lain pelanggaran, dan masih banyak lagi kasus
meliputi penetapan standar etika dan pidana lainnya.
perilaku aparatur pemerintah, penetapan Auditor merupakan profesi yang lahir
struktur organisasi dan proses dan besar dari tuntutan publik akan para
pengorganisasian yang secara jelas stakeholder terutama berkaitan dengan
mengatur tentang peran dan tanggung akuntabilitas entitas yang bersangkutan.
jawab serta akuntabilitas organisasi Jasa hasil audit dibutuhkan oleh publik
kepada publik, pengaturan sistem atau pengguna laporan keuangan, hal ini

21
22 Pareso Jurnal, Vol. 5, No. 1, Maret 2019, hal. 21-34

disebabkan untuk menentukan keandalan Ketika menghadapi situasi yang


pertanggungjawaban keuangan yang dilematis dalam proses pengambilan
disajikan oleh manajemen dalam laporan keputusan seorang auditor harus:
keuangan. 1. Dapat mengidentifikasi situasi yang
Profesi akuntan dan Auditor mempunyai implikasi terhadap etika
merupakan profesi kepercayaan dan moral.
masyarakat. Dari profesi inilah 2. Mampu berperan dan bertanggung
masyarakat memperoleh informasi jawab sebagai auditor.
keuangan yang andal sebagai dasar 3. Mampu menggunakan pendekatan
pengambilan keputusan. Guna menunjang yang berbeda dalam menghadapi
profesionalismenya sebagai pemeriksa dilema yang menyangkut etika.
maka auditor dalam melaksanakan tugas 4. Mengembangkan dan mengaplikasikan
auditnya harus berpedoman pada standar dalam proses pengambilan keputusan
audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan yang berkaitan dengan etika.
Indonesia (IAI) dan standar Peraturan Audit independen didefinisikan
Pemerintah yang menyangkut tentang sebagai sikap mental yang tidak bias
Auditing, yakni standar umum, standar (curang) seorang auditor dalam membuat
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. keputusan audit dan pelaporan keuangan
Standar umum merupakan cerminan (Bartlett, 1993 dalam Baotham et al.
kualitas pribadi yang harus dimiliki oleh 2009). Atribut independensi adalah
seorang auditor yang mengharuskan sebuah konsep yang sangat khusus untuk
auditor untuk memiliki keahlian dan auditor. Mempertahankan standar etika
pelatihan teknis yang cukup dalam tertinggi untuk profesi akuntansi,
melaksanakan prosedur audit. Sedangkan independensi mengacu pada kualitas yang
standar pekerjaan lapangan dan standar bebas dari pengaruh, persuasi atau bias
pelaporan mengatur auditor dalam hal (Maury, 2000). Selain itu, auditor
pengumpulan data dan kegiatan lainnya independen diharapkan tidak akan bias
yang dilaksanakan selama melakukan terhadap klien dan harus objektif kepada
audit serta mewajibkan auditor untuk mereka yang mengandalkan hasil audit
menyusun suatu laporan atas laporan (Maury, 2000). Demikian pula,
keuangan yang diauditnya secara independensi auditor mengacu pada
keseluruhan. kemampuan auditor untuk
Profesi akuntan dan auditor mempertahankan sikap mental yang tidak
mempunyai standar yang seharusnya bisa memihak (Sridharan et al, 2002 dalam
mencegah terjadinya kegagalan audit. Baotham et al. 2009). Dengan tidak
Auditor tidak boleh memihak kepada adanya independensi, nilai jasa audit akan
kepentingan siapapun, sebab jika auditor sangat terganggu (Sweeney, 1992 dalam
memihak maka dia akan kehilangan sikap Baotham et al. 2009) dan pada gilirannya,
untuk mempertahankan kebebasan jika auditor tidak memiliki independensi,
berpendapatnya. kemungkinan mereka tidak akan
Kepercayaan yang diberikan tersebut melaporkan laporan pelanggaran (Lowe
harus dapat dipertanggungjawabkan dan haan, 1995). Dengan kata lain, jika
secara profesional dengan memberikan auditor tidak independen, insentif untuk
hasil audit yang berkualitas. Oleh karena melakukan audit kualitas tinggi melemah,
itu, dalam menjalankan tugasnya auditor sebagai salah saji tidak akan dilaporkan
harus bertindak objektif dan independen bahkan tidak ditemukan (Pike, 2003
berdasarkan kode etik profesi mereka. dalam Baotham et al. 2009).
Pareso Jurnal, Vol. 5, No. 1, Maret 2019, hal. 21-34 23

Objektivitas adalah suatu kualitas yang kompeten dan indenpenden untuk


yang memberikan nilai atas jasa yang menentukan dan melaporkan kesesuain
diberikan anggota. Prinsip objektivitas informasi yang dimaksud dengan
mengharuskan auditor bersikap adil, tidak kriteria – kriteria yang telah
memihak, jujur secara intelektual, tidak ditetapkan.Audit selayaknya dilakukan
berprasangka atau bias, serta bebas dari oleh seorang yang kompeten dan
benturan kepentingan atau berada dibawah indenpenden.
pengaruh pihak lain (Mulyadi, 2002). 2. (Mulyadi, 1994 : 7) adalah suatu proses
auditor bekerja dalam berbagai kapasitas sistematik untuk memperoleh bukti
yang berbeda dan harus menunjukkan objektif mengenai pernyataan –
objektivitas mereka di berbagai situasi. pernyataan mengenai kejadian ekonomi
dengan tujuan menentukan tingkat
TINJAUAN PUSTAKA kesesuaian antara pernyataan –
pernyataan tersebut dengan kriteria –
Audit kriteria yang telah ditetapkan, serta
Audit merupakan pemeriksaan penyampaian hasil kepada pemakai
sistematik atas laporan keuangan, yang berkepentingan
pencatatan dan operasi yang berhubungan Dalam audit ada lima konsep dasar
untuk menentukan ketaatan terhadap yang dikemukakan oleh Mautz dan Sharaf
prinsip – prinsip akuntansi yang lazim , yaitu:
yang berlaku umum, kebijakan 1. Bukti (evidence), tujuannya adalah
manajemen atau persyaratan lain yang untuk memperoleh pengertian, sebagai
berlaku. Konsep yang mendasari dasar untuk memberikan kesimpulan,
pemeriksaan adalah Objektivitas dan yang dituangkan dalam pendapat
indenpendensi dari pemeriksaan. auditor. Bukti harus diperoleh dengan
Disamping itu kerahasiaan dan cara-cara tertentu agar dapat mencapai
pengumpulan bukti – bukti yang cukup hasil yang maksimal sesuai yang
dan relevan juga merupakan konsep yang diinginkan.
dianut dalam pemeriksaan. 2. Kehati-hatian dalam pemeriksaan,
Audit pada sektor publik adalah konsep ini berdasarkan adanya issue
proses identifikasi masalah, analisi, dan pokok tingkat kehati-hatian yang
evaluasi yang dilakukan secara diharapkan pada auditor yang
indenpenden, objektif, dan profesional bertanggungjawab (prudent auditor).
berdasarkan standar pemeriksaan, untuk Dalam hal ini yang dimaksud dengan
menilai kebenaran, kecermatan, tanggung jawab yaitu tanggungjawab
kredibilitas, dan keandalan informasi seorang profesional dalam
mengenai pengelolaan dan tanggung melaksanakan tugasnya.
jawab keuangan pada organisasi sektor 3. Penyajian atau pengungkapan yang
publik. wajar, konsep ini menuntut adanya
Menurut para ahli mengemukakan informasi laporan keuangan yang bebas
beberapa pendapat mengenai pengertian (tidak memihak), tidak bias, dan
audit mencerminkan posisi keuangan, hasil
1. (Alvin A Arent dan James K operasi, dan aliran kas perusahaan yang
Loebbrecke, 1993 : 2) adalah proses wajar.
pengumpulan dan pengevaluasian 4. Independensi, yaitu suatu sikap yang
barang bukti tentang informasi yang dimiliki auditor untuk tidak memihak
dapat diukur mengenai suatu entitas dalam melakukan audit. Masyarakat
ekonomi yang dilakukan oleh seorang pengguna jasa audit memandang bahwa
24 Pareso Jurnal, Vol. 5, No. 1, Maret 2019, hal. 21-34

auditor akan independen terhadap tidak berprasangka, serta bebas dari


laporan keuangan yang diperiksannya, benturan kepentingan atau berada di
dari pembuat dan pemakai laporan- bawah pengaruh pihak lain. Lebih lanjut
laporan keuangan. Mulyadi (2002) menjelaskan, dalam
5. Etika perilaku, etika dalam auditing, menghadapi situasi dan praktik yang
berkaitan dengan konsep perilaku yang secara spesifik berhubungan dengan
ideal dari seorang auditor profesional aturan etika sehubungan dengan
yang independen dalam melaksanakan Objektivitas, yang harus cukup
audit. dipertimbangkan adalah sebagai berikut :
a. Adakalanya auditor dihadapkan kepada
Objektivitas situasi yang memungkinkan mereka
Objektivitas adalah suatu keyakinan, menerima tekanan-tekanan yang
kualitas yang memberikan nilai bagi jasa diberikan kepadanya. Tekanan ini
atau pelayanan auditor. Objektivitas dapat mengganggu Objektivitasnya.
merupakan salah satu ciri yang b. Adakalanya tidak praktis untuk
membedakan profesi akuntan dengan menyatakan dan menggambarkan
profesi yang lain. Prinsip Objektivitas semua situasi di mana tekanan-tekanan
menetapkan suatu kewajiban bagi auditor mungkin terjadi. ukuran kewajaran
(akuntan publik) untuk tidak memihak, harus digunakan dalam menentukan
jujur secara intelektual, dan bebas dari standar untuk mengidentifikasi
konflik kepentingan (Wayan, 2005). hubungan yang mungkin atau kelihatan
Menurut Wibowo (2006) auditor dapat merusak Objektivitas.
menunjukkan Objektivitas profesional c. Hubungan-hubungan yang
pada tingkat yang tertinggi ketika memungkinkan prasangka, bias atau
mengumpulkan, mengevaluasi, dan pengaruh lainnya untuk melanggar
melaporkan informasi kegiatan atau Objektivitas harus dihindari.
proses yang sedang diuji. Auditor d. Memiliki kewajiban untuk memastikan
melakukan penilaian yang seimbang atas bahwa orang-orang yang terlibat dalam
semua kondisi yang relevan dan tidak pemberian jasa professional mematuhi
terpengaruh oleh kepentingannya sendiri prinsip Objektivitas.
atau kepentingan orang lain dalam e. Tidak boleh menerima atau
membuat keputusannya. menawarkan hadiah atau entertainment
Objektivitas merupakan kebebasan yang dipercaya dapat menimbulkan
sikap mental yang harus dipertahankan pengaruh yang tidak pantas terhadap
oleh auditor dalam melakukan audit, dan pertimbangan professional mereka atau
auditor tidak boleh membiarkan terhadap orang-orang yang
pertimbangan auditnya dipengaruhi oleh berhubungan dengan mereka, dan harus
orang lain (Kusumah, 2008). Setiap menghindari situasi-situasi yang dapat
auditor harus menjaga Objektivitas dan membuat posisi professional mereka
bebas dari benturan kepentingan dalam ternoda.
pemenuhan kewajibannya (Prinsip Etika
Profesi Ikatan Akuntan Indonesia, 1998 Independensi
dalam Mulyadi, 2002). Dalam prinsip Independen berarti akuntan publik
tersebut dinyatakan Objektivitas adalah tidak mudah dipengaruhi. Akuntan publik
suatu kualitas yang memberikan nilai atas tidak dibenarkan memihak kepentingan
jasa yang diberikan. Prinsip Objektivitas siapapun. Akuntan publik berkewajiban
mengharuskan anggota bersikap adil, untuk jujur tidak hanya kepada
tidak memihak, jujur secara intelektual, manajemen dan pemilik perusahaan,
Pareso Jurnal, Vol. 5, No. 1, Maret 2019, hal. 21-34 25

namun juga kepada kreditur dan pihak lain Objektifitas


yang meletakkan kepercayaan atas (X1)
Penyusunan
pekerjaan akuntan publik (Christiawan, Laporan Hasil
2002 dalam Elfarini, 2007). Independensi Independensi Audit
berarti sikap mental yang bebas dari Hipotesis
(X2) (Y)
pengaruh, tidak dikendalikan oleh orang
lain tidak tergantung pada orang lain. Berdasarkan masalah yang penulis
Independensi dapat juga diartikan adanya kemukakan diatas, maka hipotesa yang
kejujuran dalam diri auditor dalam akan dibuktikan dalam penelitian ini
mempertimbangkan fakta dan adanya adalah diduga karena objektivitas dan
pertimbangan yang objektif tidak independensi auditor berpengaruh
memihak dalam diri auditor dalam terhadap penyusunan hasil laporan audit,
merumuskan dan menyatakan baik secara parsial maupun secara
pendapatnya (Mulyadi, 1998: 52 dalam serempak/simultan terhadap penyusunan
Purba, 2009). hasil laporan audit.
Dalam nilai-nilai dasar yang dianut
BPK disebutkan bahwa BPK merupakan METODE PENELITIAN
lembaga negara yang independen di
bidang organisasi, legislasi, dan anggaran 1. Field Research (Observasi Lapangan)
serta bebas dari pengaruh lembaga negara Untuk memperoleh data-data primer
lainnya. Auditor secara profesional diperlukan suatu penelitian langsung
bertanggung jawab merencanakan dan ke tempat penelitian dengan
melaksanakan pemeriksan untuk memberikan kuesioner kepada
memenuhi tujuan pemeriksaan. Dalam responden. Kuesioner berisi daftar
melaksanakan tanggung jawab pertanyaan/ pernyataan bersifat
profesionalnya, auditor harus memahami kualitatif yang memerlukan alternatif
prinsip-prinsip pelayanan kepentingan jawaban. Dari alternatif jawaban
publik serta menjunjung tinggi diberikan suatu nilai atau skor tertentu.
independensi. Auditor harus mengambil Sedangkan data sekunder diperoleh
keputusan yang konsisten dengan melalui jurnal-jurnal dan laporan
kepentingan publik dalam melakukan perusahaan maupun melakukan
pemeriksaan. wawancara dengan pihak-pihak terkait
serta melakukan pengamatan atas
Laporan Audit kegiatan yang dilakukan.
Laporan audit merupakan alat formal 2. Library Research (Studi Kepustakaan)
auditor untuk mengkomunikasikan suatu Membaca dan mempelajari buku-buku
kesimpulan yang diperoleh mengenai serta sumber bacaan lainnya yang
laporan keuangan auditan kepada pihak memuat teori-teori yang berhubungan
yang berkepentingan. Auditor harus sebagai sumber informasi bagi
memenuhi keempat standar pelaporan masalah yang sedang dibahas.
didalam membuat dan
mengeluarkann laporan audit. Instrumen Penelitian
Konsep dalam penelitian ini meliputi
Kerangka Konseptual konsep objektifitas dan independensi
Kerangka konseptual dari masing- sebagai variabel bebas, dimana
masing variabel yang penulis gunakan objektifitas diproksikan dalam 2 sub
dalam penelitian ini dituangkan dalam variabel yaitu bebas dari benturan
gambar sebagai berikut : kepentingan dan pengungkapan kondisi
26 Pareso Jurnal, Vol. 5, No. 1, Maret 2019, hal. 21-34

sesuai fakta. Sedangkan independensi pada saat penelitian dilakukan dan


diproksikan kedalam 3 sub variabel yaitu memungkinkan untuk dijadikan sebagai
memiliki sikap objektif, memiliki sampel. Dalam penelitian ini penulis
kejujuran, tidak mengkompromikan dalam menggunakan populasi sasaran.
memberikan laporan audit Dan sebagai Dari pengertian tersebut diatas, maka
variabel terikatnya adalah penyusunan ditetapkan bahwa yang dijadikan sebagai
hasil laporan audit. populasi dalam penelitian ini adalah
Konsep-konsep tersebut diukur dengan auditor Inspektorat Kab.Agam yang
memberikan skor untuk Setiap jawaban memeriksa keuangan pada Sekretariat
responden. Adapun setiap jawaban dari DPRD Kabupaten Agam.Teknik
pernyataan tersebut telah ditentukan pengambilan sampel yang digunakan
skornya. adalah dengan menggunakan purpusive
Berikut tabel penilaian atau skor alternatif sampling yaitu menentukan sampel
dari setiap jenis pernyataan yang akan dengan kriteria tertentu. Auditor yang
digunakan dalam penelitian. telah mengikuti pendidikan dan pelatihan.
Tabel 1 : Skor dari setiap jenis pernyataan
dalam intstrumen penelitian Definisi Operasional Variabel
Jenis jawaban Skor 1. Objektivitas
Objektifitas merupakan kebebasan
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 sikap mental yang harus dipertahankan
Tidak Setuju (TS) 2 oleh auditor dalam melakukan audit,
Ragu-ragu ( RR ) 3 dan auditor tidak boleh membiarkan
Setuju (S) 4 pertimbangan auditnya dipengaruhi
Sangat Setuju (SS) 5 oleh orang lain (Kusumah, 2008).
Setiap auditor harus menjaga
objektivitas dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan
Sumber : Data yang diolah
kewajibannya (Prinsip Etika Profesi
Kuesioner dalam penelitian ini
Ikatan Akuntan Indonesia, 1998 dalam
pertanyaannya mengenai objektivitas,
Mulyadi, 2002). Dalam prinsip tersebut
independensi dan laporan audit. Jenis
dinyatakan objektivitas adalah suatu
pernyataan adalah tertutup, dimana
kualitas yang memberikan nilai atas
responden tinggal memberi tanda tick
jasa yang diberikan. Prinsip
mark (√) pada pilihan jawaban yang telah
objektivitas mengharuskan anggota
tersedia.
bersikap adil, tidak memihak, jujur
secara intelektual, tidak berprasangka,
Populasi Dan Sampel
serta bebas dari benturan kepentingan
Populasi dalam penelitian ini adalah
atau berada di bawah pengaruh pihak
penyusunan laporan audit pada Kantor
lain.
Sekretariat DPRD Kabupaten Agam yang
Berdasarkan definisi tentang
dijadikan objek penelitian. Dalam
objektivitas diata, maka indikator –
penelitian ini populasi dibedakan atas
indikator yang perlu dipenuhi, adalah :
populasi sasaran (target population) dan
1. Bebas dari benturan kepentingan
populasi terjangkau (accessible
2. Pengungkapan kondisi sesuai fakta
population). Populasi sasaran
didefenisikan sebagai totalitas group dari
2. Indenpendensi
responden yang dijadikan sasaran
Independensi berarti akuntan publik
penelitian. Kemudian populasi terjangkau
tidak mudah dipengaruhi. Akuntan
didefenisikan sebagai populasi yang ada
Pareso Jurnal, Vol. 5, No. 1, Maret 2019, hal. 21-34 27

publik tidak dibenarkan memihak 1. Melaporkan semua masalah yang


kepentingan siapapun. Akuntan publik ditemui dalam melakukan audit
berkewajiban untuk jujur tidak hanya 2. Pemahaman terhadap SIA suatu
kepada manajemen dan pemilik organisasi yang diaudit
perusahaan, namun juga kepada 3. Komitmen dalam menyelesaikan
kreditur dan pihak lain yang audit
meletakkan kepercayaan atas pekerjaan 4. Berpedoman pada prinsip akuntansi
akuntan publik (Christiawan, 2002 dan prinsip audit
dalam Elfarini, 2007). Independensi 5. Tidak percaya begitu saja pada
berarti sikap mental yang bebas dari pernyataan yang diaudit
pengaruh, tidak dikendalikan oleh 6. Sikap hati – hati dalam pengambilan
orang lain tidak tergantung pada orang keputusan.
lain. Independensi dapat juga diartikan
adanya kejujuran dalam diri auditor Metode Analisis Data
dalam mempertimbangkan fakta dan Metode analisis data yang digunakan
adanya pertimbangan yang objektif dalam Model analisis data yang
tidak memihak dalam diri auditor digunakan pada penelitian ini adalah
dalam merumuskan dan menyatakan analisis regresi linier berganda (Multiple
pendapatnya (Mulyadi, 1998: 52 dalam Linear Regression Analysis). Purbayu
Purba, 2009). (2005) mengemukakan bahwa korelasi
Berdasarkan definisi tentang berganda adalah hubungan dari beberapa
independensi diatas, maka indikator – variabel independen dengan satu variabel
indikator yang perlu dipenuhi, adalah : dependen. Jika suatu variabel dependen
a. Memiliki sifat objektif bergantung pada lebih dari satu variabel
b. Memiliki kejujuran independen, hubungan kedua variabel
c. Tidak mengkompromikan hasil tersebut disebut analisis regresi berganda
laporan audit. (Wahid Sulaiman, 2004: 80). Persamaan
3. Penyusunan Laporan Hasil Audit regresi linier berganda adalah sebagai
Penyusunan Laporan hasil berikut :
audit merupakan alat formal auditor Y =α + β1X1 + β2X2 + e
untuk mengkomunikasikan suatu Keterangan : Y : Penyusunan Laporan
kesimpulan yang diperoleh mengenai Hasil Audit
laporan keuangan auditan kepada pihak X1 : Objektifitas
yang berkepentingan. Auditor harus X2 : Indenpendensi
memenuhi keempat standar pelaporan α : Konstanta
didalam membuat dan mengeluarkann β : Koefisien Regresi
laporan audit. e : Error
Penyusunan Laporan hasil audit
adalah suatu media yang dipakai oleh
Uji Validitas Dan Reabilitas Data
auditor dalam berkomunikasi dengan Validitas adalah ukuran yang
masyarakat lingkungannya. Dalam menunjukkan sejauh mana instrument
laporan tersebut auditor menyatakan pengukur mampu mengukur apa yang
pendapatnya mengenai kewajaran ingin diukur (Purbayu, 2005: 247). Uji
laporan keuangan auditan.(Mulyadi) validitas ditujukan untuk mengukur
Berdasarkan definisi tentang seberapa nyata suatu pengujian atau
independensi diatas, maka indikator – instrument. Pengukuran dikatakan valid
indikator yang perlu dipenuhi, adalah : jika mengukur tujuannya dengan nyata
atau benar.
28 Pareso Jurnal, Vol. 5, No. 1, Maret 2019, hal. 21-34

Pengujian validitas data dalam c. Uji Heterokedastisitas


penelitian ini dilakukan secara statistik Asumsi heterokedastisitas adalah
yaitu menghitung korelasi antara masing- asumsi dalam regresi dimana varians
masing pertanyaan dengan skor total dari residual tidak sama untuk suatu
dengan menggunakan metode Product pengamatan ke pengamatan lain.
Moment Pearson Correlation. Data Dalam regresi, salah satu asumsi yang
dinyatakan valid jika nila r-hitung yang harus dipenuhi adalah bahwa varians
merupakan nilai dari Corrected Item-Total dari residual dari suatu pengamatan ke
Correlation > dari r-tabel pada pengamatan yang lain tidak sama antar
signifikansi 0.05 (5%). satu varians dari residual. Gejala
Reabilitas adalah ukuran yang varians yang tidak sama ini disebut
menunjukan konsistensi dari alat ukur gejala heterokedastisitas, sedangkan
dalam mengukur gejala yang sama di lain adanya gejala residual yang sama dari
kesempatan (Purbayu, 2005: 251). suatu pengamatan ke pengamatan yang
Realibilitas suatu variabel yang dibentuk lain disebut dengan heterokeditas, salah
dari daftar pertanyaan dikatakan baik jika satu uji untuk menguji
memiliki nilai Cronbach’s Alpha > dari heterokedastisitas ini adalah dengan
0,60. melihat penyebaran dari varians
residual (Purbayu, 2005: 242).
Uji Asumsi Klasik
Untuk memperoleh hasil/nilai yang
tidak bias atau estimator linear tidak bias Pengujian Hipotesis
Adapun hipotesis yang akan diuji dalam
yang terbaik (Best Linear Unbiased
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Estimator/ BLUE), maka model regresi
H1: Diduga bahwa Objektifitas Auditor
harus memenuhi beberapa asumsi yang
berpengaruh terhadap Penyusunan
disebut dengan asumsi klasik. Asumsi
Laporan hasil audit.
klasik tersebut, yaitu:
H2: Diduga bahwa Independensi Auditor
a. Uji Normalitas
berpengaruh terhadap Penyusunan
Uji Normalitas bertujuan untuk
Hasil laporan audit.
menguji apakah dalam model regresi,
H3: Diduga bahwa Objektifitas dan
variabel dependen dan independen
keduanya mempunyai distribusi normal Independensi Auditor berpengaruh
terhadap Penyusunan laporan hasil
atau tidak. Model regresi yang baik
audit.
adalah memiliki distribusi normal atau
Untuk menguji hipotesis mengenai
mendekati normal.
objektivitas dan independensi auditor
b. Uji Multikolinearitas
secara simultan dan parsial berpengaruh
Uji ini dimaksudkan untuk mendeteksi
signifikan terhadap penyusuan hasil
gejala korelasi antara variabel bebas
laporan audit, digunakan pengujian
yang satu dengan variable bebas yang
hipotesis secara simultan dengan uji F dan
lain. Asumsi multikolinearitas
secara parsial dengan uji t.
menyatakan bahwa variable
independen harus terbebas dari gejala a. Uji Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui
multikolinearitas. Uji Multikolinieritas
pengaruh masing- masin variabel bebas
dapat dilakukan dengan 2 caran yaitu
terhadap variabel terikat. Uji t
dengan melihat VIF (Variance Inflation
dilakukan dengan membandingkan
Factors) dan nilai tolerance.Jika VIF >
antara t hitung dengan t tabel
10 dan nilai tolerance < 0,10 maka
ditentukan dengan tingkat signifikasi
tidak terjadi gejala Multikolonieritas
5% dengan derajat kebebasan df = (n-
(Ghozali,2005:92).
Pareso Jurnal, Vol. 5, No. 1, Maret 2019, hal. 21-34 29

k-1) dimana n adalah jumlah responden alpha 5% atau 0,05 maka hasil uji F
dan k adalah jumlah variabel. Kriteria dapat dihitung dengan bantuan program
pengujian yang digunakan adalah : Jika SPSS pada table ANOVA, dan rumus
t hitung > t tabel (n-k-1) maka Ho yang digunakan untuk menghitung
ditolak. Hal ini dapat dilihat dengan Fhitung adalah sebagai berikut :
menggunakan rumus sebagai berikut : Fhitung = df (n-k-1)
√ Keterangan :
thit = k = Jumlah variabel
√ n = Jumlah responden
Keterangan :
r = Koofisien korelasi
n = Jumlah responden HASIL PENELITIAN DAN
Jika Thitung < Ttabel (n-k-1) maka Ho PEMBAHASAN
diterima Selain itu uji t tersebut dapat
pula dilihat dari besarnya probabilitas Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
value (p value) dibandingkan dengan Variabel Penelitian
1. Uji Validitas dan Reabilitas Variabel
0,05 (Taraf signifikansi α = 5%).
Objektivitas (X1)
Adapun Kriteria pengujian yang
Dengan mempergunakan bantuan dari
digunakan adalah Jika p value < 0,05
software SPSS, maka pengujian
maka Ho ditolak Jik p value > 0,05
validitas instrumen, dimana nilai
maka Ho diterima.
validitas dapat dilihat pada kolom
b. Uji Simultan (Uji F)
Uji F ini digunakan untuk mengetahui Coreccted Item-Total Correlation. Jika
ada tidaknya pengaruh secara bersama- angka korelasi yang didapat lebih besar
sama (simultan) variable-variabel dari pada angka kritik (r hitung > r
independen (bebas) terhadap variable tabel ) maka instrumen tersebut
dependen (terikat). Pembuktian dinyatakan valid. Dalam penelitian ini
angka kritik adalah N – 2 = 39 – 2 = 37
dilakukan dengan cara membandingkan
dengan taraf signifikan 5 maka angka
nilai Fhitung dengan Ftabel pada
kritik untuk uji coba validitas dalam
tingkat kepercayaan 95% dan derajat
penelitian ini adalah 0,325 Dengan
kebebasan (degree of freedom) df = (n-
k-1) dimana n adalah jumlah responden demikian maka berdasarkan pengujian
validitas instrumen, nilai Coreccted
dan k adalah jumlah variabel. Kriteria
Item-Total Correlation bernilai positif
pengujian yang digunakan adalah : Jika
dan diatas nilai r tabel 0.325. Hasil uji
Fhitung> Ftabel (n-k-1) maka Ho
validitas variabel Objektivitas (X1),
ditolak. Arti secara statistik data yang
pada tabel 2 sebagai berikut :
digunakan membuktikan bahwa semua
Tabel 2 : Hasil Uji Validitas pada
variabel independen (X1 dan X2)
Variabel Objektivitas (X1)
berpengaruh terhadap nilai variable (Y) Kuisioner X1 Korelasi Hasil Validitas
Jika Fhitung< Ftabel (n-k-1) maka Ho Person
diterima. Selain itu uji F dapat pula VARO1 0,270 Tidak Valid
dilihat dari besarnya probabilitas value VARO2 0,809 Valid
VARO3 0,600 Valid
(p value) dibandingkan dengan 0,05 VARO4 0.921 Valid
(Taraf signifikansi α = 5%). Adapun VARO5 0,090 Tidak Valid
Kriteria pengujian yang digunakan VARO6 0,921 Valid
VARO7 0,404 Valid
adalah : Jika p value < 0,05 maka Ho
VARO8 0,921 Valid
ditolak, Jika p value > 0,05 maka Ho Berdasarkan tabel diatas pertanyaan 1
diterima. Dengan tingkat signifikansi dan 5 tidak valid sedangkan pertanyaan
dalam penelitian ini menggunakan
30 Pareso Jurnal, Vol. 5, No. 1, Maret 2019, hal. 21-34

yang lainya valid. Tabel 5 : Hasil Uji Reabilitas Variabel


Pengujian reabilitas bertujuan untuk Independensi
mengetahui apakah instrumen yang Variabel Cronbach’s Batas Keterang
dalam hal ini kuesioner dapat Alpha Reliabilitas an
Independensi 0,655 0,6 Reliabel
digunakan lebih dari satu kali, paling
(X2)
tidak oleh responden yang sama
Dari tabel diatas dapat dinyatakan
(Umar,2000). Dengan menggunakan
bahwa variabel independensi reliabel
bantuan software SPSS maka koefisien
karena memiliki Cronbach’s Alpha
cronbach’s alpha merupakan uji
besar dari 0,6.
reabilitas untuk alternatif jawaban 3. Uji Validitas dan Reabilitas Variabel
lebih dari dua. Menurut supramono Penyusunan Laporan Hasil Audit (Y)
dan utami (2004) secara umum suatu Hasil uji validitas variabel Penyusunan
instrumen dikatakan realiabel jika laporan hasil audit dapat dilihat pada
memiliki koefisien Cronbach’s Alpha tabel 6 sebagai berikut:
> 0,6. Hal ini sebagaimana tergambar Tabel 6 : Hasil Uji Validitas pada
pada tabel 3 berikut ini : Variabel Penyusunan Laporan Hasil
Tabel 3: Hasil Uji Reabilitas Variabel Audit (Y)
Objektivitas Kuisioner Y Korelasi Hasil
Variabel Cronbach’ Batas Keterangan Person Validitas
s Alpha Reliabilitas VARP1 0,767 Valid
Objektivitas 0,615 0,6 Reliabel VARP2 0,731 Valid
(X1) VARP3 0,399 Valid
Dari penyajian tabel diatas, maka VARP4 0.721 Valid
VARP5 0,704 Valid
variabel objektivitas dinyatakan VARP6 0,531 Valid
reliabel, dimana hasil perhitungan uji Berdasarkan tabel diatas semua
reliabilitas menunjukan Cronbach’s pertanyaan dinyatakan valid karena
Alpha lebih besar dari 0,6. lebih besar dari r tabel 0,325.
2. Uji Validitas dan Reabilitas Variabel Sedangkan uji reabilitas variabel
Independensi (X2) Independensi Auditor dapat dilihat
Hasil uji validitas variabel pada tabel 7 sebagai berikut:
Independensi dapat dilihat pada tabel 4 Tabel 7 : Hasil Uji Reabilitas
sebagai berikut : Variabel Cronbach’s Batas Ket
Tabel 4 : Hasil Uji Validitas pada Alpha Reliabilitas
Variabel Independensi (X2) Penyusunan 0,781 0,6 Reliabel
Kuisioner Korelasi Hasil Validitas Laporan Hasil
X1 Person Audit (Y)
VARI1 0,439 Valid Dari tabel diatas dapat dinyatakan
VARI2 0,091 Tidak Valid
VARI3 0,455 Valid
bahwa variabel Penyusunan Laporan
VARI4 0.733 Valid Hasil Audit dinyatakan reliabel karena
VARI5 0,090 Valid memiliki Cronbach’s Alpha besar dari
VARI6 0,921 Valid 0,6.
Berdasarkan tabel diatas
pertanyaan 2 tidak valid karena kecil Hasil Analisa Dan Pembahasan
dari nilai r tabel 0,325 sedangkan 1. Hasil Uji Asumsi Klasik
pertanyaan yang lainya valid. Di dalam penelitian ini, adapun uji
Sedangkan uji reabilitas variabel asumsi klasik yang dipakai yaitu uji
Independensi Auditor dapat dilihat Normalitas, uji Multikolinearitas, uji
pada tabel 5 sebagai berikut: Heteroskedastisitas, sedangkan uji
Autokorelasi tidak digunakan karena
Pareso Jurnal, Vol. 5, No. 1, Maret 2019, hal. 21-34 31

data penelitian merupakan data primer menyebar mengikuti diagonal dan


dalam bentuk kuesioner dan tidak diagram histogram yang tidak
berhubungan dengan model data yang condong ke kiri dan ke kanan
memakai rentang waktu. Pengujian uji sehingga dapat dikatakan bahwa data
asumsi klasik ini meliputi : berdistribusi normal.
a. Uji Normalitas Data b. Uji Multikolinieritas
Pada pengujian ini bertujuan untuk Multikolinieritas adalah suatu
menguji apakah model regresi keadaan dimana variabel lain
antara variabel dependen (terkait) (independen) saling berkorelasi satu
dan variabel independen (bebas) dengan yang lainnya. Persamaan
keduanya memiliki distribusi regresi berganda yang baik adalah
normal atau tidak yang dapat persamaan yang bebas dari adanya
dilihat dengan menggunakan multikolinieritas antara variabel
normal p_plot dan diagram independen. VIF (Variance Inflation
Histogram yang tidak condong ke Factor) adalah alat uji yang
kiri maupun ke kanan dan kurva digunakan untuk mengukur ada
berbentuk lonceng yuang hampir tidaknya variabel yang berkorelasi.
sempurna. Dimana nilai VIF tidak lebih dari 10
Data dalam keadaan normal dan nilai Tolerance tidak kurang dari
apabila distribusi data menyebar di 0,1. Berikut tabel 8 Uji
sekitar garis diagonal. Adapun Multikolinieritas adalah sebagai
grafiknya adalah sebagai berikut : berikut :
Tabel 8 : Uji Multikolonearitas
Coefficientsa
Standardi
Unstandardiz zed
ed Coefficien Collinearity
Coefficients ts Statistics
Std. Tolera
Model B Error Beta t Sig. nce VIF
1 (Constant) 11.139 3.921 2.841 .007
Objektivitas .430 .150 .549 2.878 .007 .556 1.800
Independensi .038 .173 .042 2.222 .826 .556 1.800

a. Dependent Variable: skortotalvpl


Dari hasil tabel diatas, terlihat bahwa
Gambar 4.1 Diagram Histogram dari kedua variabel independen
dengan nilai VIF tidak lebih dari 10
dan nilai Tolerance tidak kurang dari
0,1 sehingga dapat disimpulkan
dalam model regresi ini tidak ada
masalah multikolonearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dilakukan
untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan
varian dari residual dari satu
Gambar 4.2 Normal P_Plot pengamatan ke pengamatan yang lain.
Dari gambar diatas dapat disimpulkan Jika varian dari residual dari suatu
bahwa data terdistribusi dengan pengamatan ke pengamatan yang lain
normal, dimana data terlihat tetap maka disebut homoskedastisitas,
dan jika varian berbeda disebut
32 Pareso Jurnal, Vol. 5, No. 1, Maret 2019, hal. 21-34

heteroskedastisitas. Model regresi Coefficientsa


yang baik adalah tidak terjadi Stand
ardize
heteroskedastisitas. Berikut adalah d
gambar untuk melihat ada atau tidak Unstandardize Coeffi Collinearity
d Coefficients cients Statistics
adanya heteroskedastisitas. Std. Toler
Model B Error Beta t Sig. ance VIF
1 (Constant) 11.139 3.921 2.841 .007
Objektivitas .430 .150 .549 2.878 .007 .556 1.800
Independen
.038 .173 .042 2.222 .826 .556 1.800
si

Persamaan regresi yang telah


dirumuskan kemudian dengan bantuan
program SPSS dilakukan pengolahan data
Dengan menggunakan grafik diatas, sehingga didapat persamaan akhir sebagai
maka dapat disimpulkan dimana berikut :
dengan memperhatikan kriteria Y = 11.139 + 0.430X1 + 0.038X2
sebagai berikut : Pada model regresi ini, nilai konstanta
a. Jika tidak ada pola tertentu, seperti yang tercantum sebesar 11,139 dapat
titik – titik yang ada membentuk diartikan jika variabel bebas dalam model
suatu pola tertentu yang teratur diasumsikan sama dengan nol, secara rata-
maka terjadi heteroskedastisitas. rata variabel diluar model tetap akan
b. Jika tidak ada pola yang jelas serta meningkatkan penyusunan laporan audit
titik – titik menyebar diatas dan sebesar 11,139 satuan.
dibawah angka 0 pada sumbu Y, Nilai besaran koefisien regresi β1
maka tidak terjadi sebesar 0.430 pada penelitian ini dapat
heteroskedastisitas. diartikan bahwa variabel objektivitas (X1)
Dengan demikian maka pada grafik berpengaruh positif terhadap penyusunan
diatas menunjukan tidak ada pola laporan hasil audit (Y). Hal ini
yang jelas dan menandakan bahwa menunjukan bahwa ketika objektivitas
tidak terjadi heteroskedastisitas untuk mengalami peningkatan sebesar satu
variable penelitian, sehingga asumsi satuan, penyusunan laporan audit juga
dasar bahwa variasi residual sama akan mengalami peningkatan sebesar
untuk semua pengamatan terpenuhi. 0.430 satuan.
Nilai besaran koefisien regresi β2
Hasil Analisa Regresi Linear Berganda sebesar 0.038 pada penelitian ini dapat
Untuk mempermudah pembacaan hasil diartikan bahwa variabel independensi
dan interprestasi analisis regresi maka (X2) berpengaruh positif terhadap
digunakan bentuk persamaan. Persamaan penyusunan laporan hasil audit (Y). Hal
atau model tersebut berisi konstanta dan ini menunjukan bahwa ketika
koefisien-koefisien regresi yang didapat independensi mengalami peningkatan
dari hasil pengolahan data yang telah sebesar satu satuan, penyusunan laporan
dilakukan sebelumnya. audit juga akan mengalami peningkatan
sebesar 0.038 satuan.

Hasil Analisa Koofisien Determinan


Koefisien determinasi dapat
menjelaskan variabel dependen apabila
(R2) > 50%. Dalam penelitian ini
Pareso Jurnal, Vol. 5, No. 1, Maret 2019, hal. 21-34 33

besarnya koefisien determinasi (R2) audit adalah positif dan signifikan.


sebesar 0,522 (52,20%). Sehingga dapat Posisi terlihat dari koefisien regresi
dikatakan bahwa 52,20% variasi variabel keahlian sebesar 0.038 dan signifikan
terikat yaitu Penyusunan Laporan Hasil karena nilai t hitung > t tabel (2,222
Audit (Y) pada model dapat diterangkan >2,042).
oleh variabel bebas yaitu variabel Pengaruh positif menunjukkan bahwa
Objektivitas (X1), independensi (X2) pengaruh independensi auditor adalah
sedangkan sisanya 47,80% dipengaruhi searah dengan penyusunan laporan
oleh variabel lain diluar model. hasil audit atau dengan kata lain
Tabel 9 Analisis Koofisien Determinasi independensi auditor yang baik/tinggi
Model Summary akan berpengaruh terhadap penyusunan
R Adjusted R Std. Error of laporan audit yang baik/tinggi,
Model R Square Square the Estimate demikian sebaliknya bila independensi
1
.522
a
.272 .232 1.572 auditor rendah/buruk maka penyusun
laporan audit akan rendah/buruk.
a. Predictors: (Constant), skortotalidp, skortotalobj
Pengaruh signifikan menunjukkan
Hasil Pembahasan Permasalahan bahwa independensi mempunyai
Penelitian peranan yang sangat penting dalam
1. Pengaruh Objektivitas Auditor penyusunan auditor.
terhadap Penyusunan Laporan Hasil
Audit Hasil Pengujian Hipotesis
Dalam hasil penelitian ini 1. Hasil Uji Parsial (Uji T)
menunjukkan pengaruh objektivitas Setelah dilakukan pengujian
terhadap penyusunan laporan hasil asumsi klasik, pembahasan akan
audit adalah positif dan signifikan. dilanjutkan dengan pengujian hipotesis
Posisi terlihat dari koefisien regresi dengan memperhatikan nilai t hitung
objektivitas sebesar 0.430 dan dari hasil regresi tersebut untuk
signifikan karena nilai t hitung > t tabel mengetahui pengaruh variabel
(2,878 >2,042). independen secara parsial terhadap
Pengaruh positif menunjukkan bahwa variabel independen dengan tingkat
pengaruh objektivitas adalah searah kepercayaan 95% atau pada alpha 5%.
dengan penyusunan laporan hasil audit Dengan syarat apabila nilai variabel
atau dengan kata lain objektivitas yang independen signifikan terhadap
baik/tinggi akan berpengaruh terhadap variabel dependen maka terdapat
penyusunan laporan audit yang pengaruh antara variabel independen
baik/tinggi, demikian sebaliknya bila terhadap variabel dependen, sedangkan
objektivitas rendah/buruk maka apabila tidak signifikan maka tidak
penyusunan laporan hasil audit akan terdapat pengaruh antara variabel
rendah/buruk. Pengaruh signifikan independen terhadap variabel
menunjukkan bahwa objektivitas dependen. Pada penelitian ini uji t
mempunyai peranan yang sangat digunakan untuk menguji apakah
penting dalam penyusunan laporan hipotesis yang diajukan dalam
hasil audit. penelitian ini diterima atau tidak
2. Pengaruh Independensi Auditor dengan mengetahui apakah variabel
terhadap Penyusunan Laporan independen secara individual
Audit mempengaruhi variabel dependen.
Dalam hasil penelitian ini Adapun metode dalam penentuan t
menunjukkan pengaruh independensi tabel menggunakan ketentuan tingkat
terhadap penyusunan laporan hasil
34 Pareso Jurnal, Vol. 5, No. 1, Maret 2019, hal. 21-34

signifikan 5% dengan df=n-k-1 ( dalam memperhatikan signifikansi nilai F


penelitian ini df=39-2-1=36 ), sehingga pada output perhitungan dengan tingkat
didapat nilai t tabel sebesar 2,042 alpha 5%. Jika nilai signifikansi uji F
disajikan dalam tabel 10 sebagai lebih kecil dari 5% maka terdapat
berikut: pengaruh antara semua variabel
Tabel 10: Tabel Uji T independen terhadap variabel
Coefficientsa dependen. Hasil pengujian uji F pada
Standar penelitian ini dapat dilihat pada tabel
dized
Unstandardize Coeffici 11 dibawah ini :
d Coefficients ents Tabel 11: Uji F
Std. ANOVAb
Model B Error Beta t Sig.
Sum of Mean
1 (Constant) 11.139 3.921 2.841 .007 Model Squares df Square F Sig.
Objektivitas .430 .150 .549 2.878 .007 1 Regression 33.293 2 16.646 6.732 .003a
Independensi .038 .173 .042 2.222 .006 Residual 89.015 36 2.473
a. Dependent Variable: skortotalvpl Total 122.308 38
Dilihat dari tabel diatas t tabel
Pada hasil uji regresi dalam
diperoleh yaitu 2,042. Pada tabel nilai
penelitian ini diketahui nilai uji F
objektivitas auditor 2,878 > 2,042
sebesar 6,732 dengan signifikan 0,003.
maka Ho ditolak berarti secara parsial
Dimana diisyaratkan nilai signifikan F
Objektivitas auditor berpengaruh
lebih kecil dari 5%. Dengan demikian
terhadap penyusunan laporan hasil
dapat disimpulkan bahwa semua
audit, sedangkan nilai independensi
variabel independen dalam penelitian
auditor 2,222 > 2,042 maka Ho ditolak
ini secara bersama – sama (simultan)
berarti secara parsial Independensi
berpengaruh terhadap Penyusunan
Auditor berpengaruh terhadap
Laporan Hasil Audit. Hal tersebut
penyusunan laporan hasil audit. Dan
berarti bahwa jika Objektivitas (X1),
hasil uji ini juga bisa dilihat dari
Independensi (X2) secara bersama –
tingkat signifikan sebesar 5% (0,05)
sama mengalami peningkatan maka
berdasarkan tabel diatas tingkat
akan berdampak pada Penyusunan
signifikan masing – masing variabel
Laporan Hasil Audit (Y) dan begitu
independen secara parsial berpengaruh
sebalikya.
signifikan terhadap variabel dependen
artinya disini Objektivitas berpengaruh
secara signifikan terhadap penyusunan KESIMPULAN
laporan hasil audit karena taraf
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian,
siginifikanya lebih kecil dari 0,05
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
(0.007<0.05 maka Ho ditolak) dan
1. Objektivitas auditor berpengaruh
Independensi juga secara parsial
signifikan terhadap penyusunan
berpengaruh signifikan terhadap
laporan hasil audit
penyusunan laporan hasil audit karena
2. Independensi auditor berpengaruh
taraf signifikannya lebih kecil dari 0,05
signifikan terhadap penyusunan
(0,006<0,05 maka Ho ditolak).
laporan hasil audit
2. Hasil Uji Simultan (Uji F)
3. Objektivitas dan Independensi auditor
Pengaruh variabel independen
secara bersama berpengaruh
secara simultan terhadap variabel
signifikan terhadap penyusunan
dependen dianalisis dengan
laporan hasil audit.
menggunakan uji F, yaitu dengan
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 1-14
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ISSN (Online): 2337-3806

PENGARUH INDEPENDENSI DAN PROFESIONALISME AUDITOR


TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN FEE AUDIT SEBAGAI
VARIABEL MODERASI
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Semarang)
Sadewa Sapta Kusuma, Tri Jatmiko Wahyu Prabowo1
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro

ABSTRACT
This research was conducted with the aim of examining the role of audit fees in moderating the
effect of auditor independence and professionalism on audit quality. The sample used in this
research is the auditor who works in the public accounting firm in Semarang. The number of
samples received as respondents is 50 samples. Research data was obtained by giving
questionnaires to respondents to then be answered. Determination of this sample was carried out
by convenience sampling method. The research hypothesis cites using analysis of multiple
regression analysis with Ordinary Least Square (OLS) and moderated regression analysis. The
results of this research indicate that independence has a positive and significant effect on audit
quality while professionalism has no effect on audit quality. In addition, audit fees do not
strenghten the effect of auditor independence and professionalism on audit quality.

Keywords : Audit, audit quality, auditor independence, auditor professionalism, audit fees.

PENDAHULUAN
Cara untuk menilai kewajaran dari suatu laporan keuangan perusahaan, dapat dilakukan
dengan mengaudit laporan keuangan tersebut. Audit menurut PSAK (Pernyataan Standar Audit
Keuangan), yaitu suatu proses yang sistematik dengan tujuan mengevaluasi bukti atas pernyataan
atau asersi mengenai berbagai kejadian dan membandingkan antara pernyataan atau asersi tersebut
dengan kenyataan yang telah dikumpulkan sebelumnya, serta melaporkannya kepada pihak yang
berkempentingan (stakeholder).
Perusahaan tentu membutuhkan informasi pelaporan keuangan yang akurat dan juga
terpercaya. Hal ini sangat penting bagi perusahaan untuk menarik investor dan juga untuk membuat
publik tahu bahwa informasi pelaporan keuangan yang dipublikasikan memang benar-benar yang
berkualitas. Dalam hal pelaporan keuangan yang dipublikasikan, tentu investor maupun pengguna
informasi keuangan lain akan lebih percaya dengan informasi pelaporan keuangan yang
dipublikasikan tersebut apabila pelaporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan telah diaudit oleh
auditor yang mempunyai sikap independen dan juga profesional. Seorang akuntan publik dinilai
bersikap independen dan profesinal apabila dalam melaksanakan pekerjaannya berstandar pada
Standar Profesional Akuntan Publik dan Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang sudah ditetapkan.
Sikap independen dan profesional yang berdasarkan standar tersebut tidak hanya digunakan untuk
auditor sendiri, tetapi juga untuk keberlangsungan klien, investor dari perusahaan yang diaudit dan
kantor akuntan publik itu sendiri.
Namun, terdapat beberapa kasus yang ditemukan di lapangan, yang mencerminkan masih
buruknya sikap independensi dan profesional yang dimiliki oleh seorang auditor. Contoh bukti
buruknya independensi dan profesionalisme yang ada di lapangan dan dilakukan oleh auditor dapat
dilihat pada contoh kasus PT Kimia Farma dan juga PT SNP.
DeAngelo (1981) mengatakan bahwa kualitas audit adalah kombinasi probabilitas auditor
yang kompeten untuk menemukan penyimpangan dalam sistem akuntansi klien dan melaporkan
temuan mereka secara independen. Ini berarti bahwa kualitas audit bergantung pada kompetensi
dan indepedensi dari seorang auditor dalam melakukan aktivitas auditnya. Sependapat dengan apa
yang di katakan DeAngelo, Halim, et al. (2014) mengatakan bahwa kompetensi dan independensi
auditor mempengaruhi kualitas audit, tetapi hubungan ini diperkuat oleh audit time budget dan juga

1
Corresponding author
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 2

komitmen profesional. Adha (2016) mengatakan bahwa kualitas audit tidak hanya dipengaruhi oleh
unsur indepedensi dan kompetensi yang dimiliki auditor, tetapi juga terdapat unsur lain yang
mempengaruhinya, yaitu etika profesi auditor, sikap profesionalisme seorang auditor dan juga
akuntabilitas dari seorang auditor yang dapat mempengaruhi kualitas audit.
Menurut Al - Khaddash, et al. (2013), indepedensi digambarkan sebagai suatu sikap yang
bersifat independen dan tidak mudah dipengaruhi oleh pihak manapun. Artinya, seorang auditor
dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas audit harus terlepas dari pengaruh dari pihak manapun.
Hal ini dilakukan agar laporan keuangan audit yang dikeluarkan nanti memang benar-benar
merupakan hasil yang sebenarnya dan tidak merugikan orang lain. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Halim, et al. (2014), disimpulkan bahwa indepedensi mempengaruhi kualitas audit
dengan arah hubungan positif, hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Rahmina dan Agoes
(2015). Hal berbeda diungkapkan oleh Sitorus (2017) yang menemukan bahwa indepedensi tidak
memiliki pengaruh terhadap kualitas audit.
Menurut Futri dan Juliarsa (2014), kapabilitas dan sikap profesional dapat mempengaruhi
profesionalisme seorang auditor. Kapabilitas auditor digambarkan sebagai kemampuan dalam
adaptasi dengan keadaan, kemampuan secara teknis, kemampuan dalam teknologi, ilmu
pengetahuan, dan pengalaman. Profesionalisme auditor juga dipengaruhi aspek kejujuran serta
tanggungjawab untuk memastikan kepercayaan publik. Lesmana dan Machdar (2015) dalam
penelitiannya membuktikan bahwa auditor yang profesional dapat mempengaruhi kualitas audit
yang dihasilkan. Sebaliknya, Hidayat (2011) menemukan bahwa profesionalisme tidak mempunyai
pengaruh terhadap kualitas dari audit yang dihasilkan.
Besaran fee audit dalam penelitian ini termasuk dalam variabel moderasi. Besaran fee
audit dibutuhkan dalam memperkuat independensi dan juga profesinalisme, sehingga kualitas dari
audit yang dihasilkan tentu akan sangat baik. Arens, et al. (2011) menyatakan bahwa imbal jasa
yang akan diterima auditor atas jasa audit yang dilakukan disebut dengan fee audit. Imbal jasa
tersebut diterima berdasarkan hasil kesepakatan antara klien dengan auditor dalam kontrak kerja.
Namun, dalam penetapan fee audit, auditor tidak dapat bergantung dengan pendapatan klien.
Karena fee audit merupakan kesepakatan antara perusahaan sebagai klien dengan auditor,
maka perusahaan tentu akan lebih sepakat apabila imbalan yang didapat oleh auditor akan besar
apabila auditor bekerja secara independen dan profesional sehingga akan melakukan audit yang
berkualitas dan hasilnya pun juga akan berkualitas. Pratistha dan Widhiyani (2014) membuktikan
bahwa besaran fee audit yang diterima auditor berpengaruh terhadap kualitas hasil audit dengan
arah hubungan positif. Artinya, semakin besar fee audit yang diperoleh, maka semakin bagus pula
hasil auditnya. Bertolak belakang dengan hasil penelitian Hoitash, et al. (2007) yaitu fee audit
berpengaruh terhadap kualitas audit dengan arah hubungan negatif.
Perbedaan pendapat mengenai hubungan antara masing-masing variabel yang ada, yaitu
indepedensi, profesionalisme, kualitas audit, dan besaran fee audit menjadikan perlunya untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut. Selain itu, perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut dikarenakan
perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang belum menggunakan fee audit dipakai
sebagai variabel moderasi untuk memperkuat pengaruhnya terhadap hubungan independensi
maupun profesionalisme terhadap kualitas audit.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji
apakah independensi dan profesionalisme auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit dan
apakah besaran fee audit dapat memperkuat pengaruh independensi dan profesionalisme terhadap
kualitas audit.

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS


Jensen dan Meckling (1976) mengembangkan teori ini untuk menjelaskan bahwa direksi
(agen) dan stakeholder (prinsipal) mempunyai kepentingan yang berbeda atau dapat dikatakan di
antara mereka terdapat suatu konfik mengenai kepentingan masing-masing. Stakeholder memberi
perintah kepada direksinya untuk melakukan suatu jasa sesuai kehendak mereka. Selain itu, mereka
juga mendelegasikan keputusan kepada pihak direksi, yang mana direksi diperbolehkan langsung
membuat keputusan yang berkaitan dengan aktivitas operasi perusahaan tanpa persetujuan pihak
stakeholder terlebih dahulu. Apabila kedua pihak bermaksud untuk membuat kinerja perusahaan

2
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 3

maksimal, maka muncul alasan yang mendasari keyakinan bahwa pihak direksi melakukan
tindakan yang terkadang tidak sesuai dengan kepentingan stakeholder. Maka, stakeholder dapat
memberikan batasan terhadap direksi yang tidak bertindak sesuai kepentingan mereka dengan cara
memberikan insentif kepada agen dan menetapkan monitoring cost. Monitoring cost merupakan
biaya pengawasan, dirancang pemilik (prinsipal) untuk memberikan batas terhadap tindakan
penyelewengan yang dilakukan oleh pihak manajemen sebagai agen dengan skema kontak berupa
pengendalian internal.
Pengawasan yang dapat memunculkan biaya yang harus keluarkan oleh stakeholder terdiri
dari pengawasan eksternal dan pengawasan internal (Sitorus, 2017). Internal monitoring dilakukan
auditor internal perusahaan yang diawasi langsung oleh komite audit, sedangkan external
monitoring dilakukan auditor eksternal yang berasal dari kantor akuntan publik tertentu yang
ditunjuk oleh perusahaan. Auditor internal mempunyai tugas untuk memelihara rencana dan
implementasi dari pengendalian internal dan manajemen resiko perusahaan termasuk didalamnya
mengevaluasi tingkat efisiensi dan efektivitas dari kegiatan operasional perusahaan. Sedangkan
auditor eksternal melakukan audit dan menilai wajar atau tidaknya laporan keuangan yang
disajikan serta memastikan bahwa konsep dari penyusunan keuangan sudah sesuai dengan standar
yang berlaku. Hal ini guna memberikan keyakinan kepada pemilik kepentingan (Imawan, 2017).
Perbedaan tugas antara auditor internal dan auditor eksternal mengharuskan manajemen untuk
menunjuk auditor eksternal dari luar perusahaan.
Kebutuhan perusahaan terhadap profesi auditor eksternal juga diakibatkan karena adanya
perbedaan antara manajemen dan auditor dalam hal tanggung jawab. Perbedaan ini diatur dalam
Standar Audit 700 pada seksi 11. Direksi memiliki tanggung jawab untuk membuat laporan
keuangan perusahaan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Selain itu direksi memiliki
tanggung jawab atas pengendalian internal yang memberikan kemungkinan untuk menyusun
laporan keuangan perusahaan bebas dari salah saji yang bersifat material. Sedangkan tanggung
jawab seorang auditor yaitu melakukan audit menyatakan wajar atau tidaknya laporan keuangan
yang dibuat direksi.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa auditor melaksanakan audit sesuai standar
yang berlaku, kemudian menyatakan opini atas laporan keuangan tersebut, apakah laporan
keuangan bebas dari kesalahan atau tidak. Hasil dari audit yang dilakukan dapat dipergunakan
untuk kepentingan kedua belah pihak, baik itu pihak direksi sebagai agen dan juga pihak
stakeholder sebagai prinsipal. Maka, indepedensi diperlukan oleh auditor agar tidak terpengaruh
dengan pihak manapun dalam hal ini khususnya pihak direksi dan juga melakukan aktivitas audit
secara profesional.
Monitoring cost merupakan biaya pengawasan yang dikeluarkan untuk mengurangi
penyelewengan yang dilakukan oleh manajemen yang bertindak sebagai agen. Pengawasan terbagi
menjadi dua jenis yaitu pengawasan internal dan eksternal. Oleh karena itu, prinsipal juga
menetapkan biaya untuk pengawasan eksternal, salah satunya yaitu biaya untuk fee audit. Fee audit
ini diterima oleh auditor karena telah melakukan memberikan jasa audit atas laporan keuangan
perusahaan. Pihak prinsipal akan memberikan fee yang tinggi apabila auditor dapat menghasilkan
hasil audit yang berkualitas. Oleh karena itu, hal ini menjadikan auditor termotivasi untuk semakin
bersikap independen dan profesional agar hasil audit dapat berkualitas, sehingga imbalan yang
didapat bisa lebih tinggi.

Independensi Auditor dan Kualitas Audit


Tjun, et al. (2012) melakukan penelitian untuk mengukur independensi dengan
menggunakan empat indikator, yaitu review dari rekan auditor, tekanan dari klien, lama hubungan
dengan klien, serta jasa non audit terkait pengaruhnya terhadap kualitas audit. Hasil yang
ditunjukkan oleh penelitian tersebut membuktikan bahwa independensi mempunyai pengaruh
terhadap kualitas audit. Pratiwi, et al. (2013) juga membuktikan adanya hubungan antara
independensi dan kualitas audit, tetapi hubungan ini dimediasi oleh due professional care.
DeAngelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai kombinasi probabilitas auditor
yang kompeten untuk menemukan penyimpangan dalam sistem akuntansi klien dan melaporkan
temuan mereka secara independen. Hal ini berarti bahwa kualitas hasil audit yang didapatkan akan

3
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 4

semakin tinggi apabila auditor lebih bersikap independen dalam mengaudit laporan keuangan yang
dibuat oleh manajemen.
Hubungan independensi terhadap kualitas audit mempunyai keterkaitan terhadap teori
keagenan. Teori keagenan menjelaskan bahwa direksi (agen) dan stakeholder (prinsipal)
mempunyai kepentingan yang berbeda atau dapat dikatakan di antara mereka terdapat suatu konfik
mengenai kepentingan masing-masing. Auditor mempunyai peran dalam mengurangi konfik
kepentingan tersebut. Peran auditor yaitu melaksanakan audit terhadap laporan keuangan yang
dibuat oleh manajemen sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen terhadap pemegang
kepentingan. Hal ini karena adanya perbedaan tanggung jawab antara manajemen dan auditor yang
ada pada SA 700 Seksi 11.

Dalam standar tersebut disebutkan bahwa Direksi memiliki tanggung jawab untuk
membuat laporan keuangan perusahaan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Selain itu
direksi memiliki tanggung jawab atas pengendalian internal yang memberikan kemungkinan untuk
menyusun laporan keuangan perusahaan bebas dari salah saji yang bersifat material. Sedangkan
tanggung jawab seorang auditor yaitu melakukan audit menyatakan wajar atau tidaknya laporan
keuangan yang dibuat direksi. Hasil audit yang dilakukan auditor nantinya akan memperkuat
keyakinan pemegang kepentingan (stakeholder) terhadap laporan keuangan yang dibuat oleh pihak
direksi. Oleh karena itu, auditor dituntut bersikap independen agar menghasilkan audit yang
berkualitas yang akan meningkatkan keyakinan stakeholder. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis
pertama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 : Independensi auditor mempunyai pengaruh positif pada kualitas audit

Profesionalisme Auditor dan Kualitas Audit


Adha (2016) membuktikan bahwa profesionalisme auditor mempunyai pengaruh terhadap
kualitas dari audit yang dilakukan dengan arah hubungan yang positif. Hal ini berarti bahwa hasil
audit akan semakin berkualitas apabila auditor melakukan audit dengan sikap yang profesional.
Penelitian ini menggunakan lima indikator untuk mengukur profesionalisme, yaitu keyakinan
auditor atas profesinya, hubungan auditor dengan rekan seprofesi, pengabdian auditor terhadap
profesinya, kewajiban sosial, dan sikap mandiri. Hasil penelitian tersebut juga diperkuat penelitian
Malahayati, et.al (2019) yang membuktikan bahwa profesionalisme seorang auditor mempunyai
pengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan.
Sama seperti independensi yang mempunyai keterkaitan dengan teori keagenan.
Profesionalisme auditor juga mempunyai keterkaitan dengan teori keagenan. Teori keagenan
menjelaskan bahwa direksi (agen) dan stakeholder (prinsipal) mempunyai kepentingan yang
berbeda atau dapat dikatakan di antara mereka terdapat suatu konfik mengenai kepentingan
masing-masing. Auditor mempunyai peran dalam mengurangi konfik kepentingan tersebut. Peran
auditor yaitu melaksanakan audit terhadap laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen sebagai
bentuk pertanggungjawaban manajemen terhadap pemegang kepentingan. Hal ini karena adanya
perbedaan tanggung jawab antara manajemen dan auditor yang ada pada SA 700 Seksi 11.

Dalam standar tersebut disebutkan bahwa Direksi memiliki tanggung jawab untuk
membuat laporan keuangan perusahaan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Selain itu
direksi memiliki tanggung jawab atas pengendalian internal yang memberikan kemungkinan untuk
menyusun laporan keuangan perusahaan bebas dari salah saji yang bersifat material. Sedangkan
tanggung jawab seorang auditor yaitu melakukan audit menyatakan wajar atau tidaknya laporan
keuangan yang dibuat direksi. Hasil audit yang dilakukan auditor nantinya akan memperkuat
keyakinan pemegang kepentingan (stakeholder) terhadap laporan keuangan yang dibuat oleh pihak
direksi. Oleh karena itu, auditor dituntut bersikap profesional agar menghasilkan audit yang
berkualitas yang akan meningkatkan keyakinan stakeholder. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis
kedua dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H2 : Profesionalisme auditor mempunyai pengaruh positif pada kualitas audit

4
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 5

Fee Audit, Independensi Auditor, dan Kualitas Audit


Kualitas audit yang tinggi dibutuhkan oleh perusahaan untuk mendapatkan laporan
keuangan yang lebih akurat dan juga lebih terpercaya. Selain itu pemegang kepentingan akan lebih
percaya apabila laporan keuangan perusahaan yang telah dibuat oleh perusahaan telah diaudit oleh
auditor independen yang profesional. Kemunculan kualitas audit dapat dijelaskan melalui teori
keagenan. Jensen dan Meckling (1976) mengembangkan teori ini untuk menjelaskan bahwa direksi
(agen) dan stakeholder (prinsipal) mempunyai kepentingan yang berbeda atau dapat dikatakan di
antara mereka terdapat suatu konfik mengenai kepentingan masing-masing. Apabila kedua pihak
bermaksud untuk membuat kinerja perusahaan maksimal, maka muncul alasan yang mendasari
keyakinan bahwa pihak direksi melakukan tindakan yang terkadang tidak sesuai dengan
kepentingan stakeholder. Maka, stakeholder dapat memberikan batasan terhadap direksi yang tidak
bertindak sesuai kepentingan mereka dengan cara memberikan insentif kepada agen dan
menetapkan monitoring cost.
Pengawasan yang dapat memunculkan biaya yang harus keluarkan oleh stakeholder terdiri
dari pengawasan eksternal dan pengawasan internal (Sitorus, 2017). Pengawasan eksternal
dilakukan oleh auditor independen di luar perusahaan. Auditor eksternal dibutuhkan sebagai bentuk
pengawasan dari prinsipal untuk membatasi manajemen dalam melakukan penyelewengan yang
mempunyai tugas untuk melakukan audit atas laporan keuangan perusahaan yang telah disusun
pihak direksi perusahaan. Oleh karena itu, audit yang dilakukan oleh auditor eksternal harus
berkualitas tinggi agar prinsipal lebih percaya dengan hasil audit yang telah dilakukan.
Monitoring cost merupakan biaya pengawasan yang dikeluarkan untuk mengurangi
penyelewengan yang dilakukan oleh manajemen yang bertindak sebagai agen. Biaya yang harus
dikeluarkan oleh prinsipal salah satunya adalah biaya fee audit. Arens, et al. (2011) menyatakan
bahwa fee audit merupakan imbal jasa yang akan diterima auditor atas jasa audit yang dilakukan
disebut dengan fee audit. Imbal jasa tersebut diterima berdasarkan hasil kesepakatan antara klien
dengan auditor dalam kontrak kerja. Prinsipal akan memberikan imbalan pada auditor sesuai
dengan kualitas audit yang dihasilkan. Oleh karena itu, auditor akan berusaha untuk mengaudit
laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen seindependen mungkin agar kepercayaan prinsipal
pada hasil audit dapat meningkat, sehingga imbalan yang diterima juga akan meningkat.
Alim, et al. (2007) menggunakan lima indikator, yaitu jasa non audit, besaran jumlah fee
audit, pemberian fasilitas dari klien dan pengungkapan kecurangan yang dilakukan klien, serta
pergantian auditor. Kelima indikator tersebut digunakan sebagai indikator pengukur independensi
dalam mempengaruhi kualitas audit. Dari penelitian tersebut dibuktikan bahwa independensi
kualitas audit. Selain itu Baharuddin dan Ansar (2019) yang meneliti hubungan fee audit dengan
kualitas audit membuktikan bahwa fee audit berpengaruh positif terhadap kualitas audit baik parsial
maupun stimultan yang digabungkan dengan variabel lain. Hartadi (2012) juga membuktikan
bahwa fee audit mempunyai pengaruh terhadap kualitas hasil audit yang didapatkan.
Kaitannya pengaruh fee audit terhadap independensi dapat dilihat pada penelitian yang
dilakukan oleh Pratono & Lestari (2010) yang membuktikan bahwa fee audit mempunyai pengaruh
terhadap independensi yang dimiliki auditor. Karena dari peneliti-peneliti sebelumnya yang
membuktikan adanya hubungan fee audit dengan independensi, kemudian adanya hubungan
independensi maupun fee audit dengan kualitas audit, maka dapat disimpulkan bahwa fee audit
diduga dapat memperkuat hubungan independensi auditor terhadap kualitas audit. Berdasarkan
uraian tersebut, hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H3 : Fee audit memperkuat hubungan independensi auditor terhadap kualitas audit

Fee Audit, Profesionalisme Auditor, dan Kualitas Audit


Kualitas audit yang tinggi dibutuhkan oleh perusahaan untuk mendapatkan laporan
keuangan yang lebih akurat dan juga lebih terpercaya. Selain itu pemegang kepentingan
akan lebih percaya apabila laporan keuangan perusahaan yang telah dibuat oleh perusahaan
telah diaudit oleh auditor independen yang profesional. Kemunculan kualitas audit dapat
dijelaskan melalui teori keagenan. Jensen dan Meckling (1976) mengembangkan teori ini
untuk menjelaskan bahwa direksi (agen) dan stakeholder (prinsipal) mempunyai
kepentingan yang berbeda atau dapat dikatakan di antara mereka terdapat suatu konfik
5
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 6

mengenai kepentingan masing-masing. Apabila kedua pihak bermaksud untuk membuat


kinerja perusahaan maksimal, maka muncul alasan yang mendasari keyakinan bahwa pihak
direksi melakukan tindakan yang terkadang tidak sesuai dengan kepentingan stakeholder.
Maka, stakeholder dapat memberikan batasan terhadap direksi yang tidak bertindak sesuai
kepentingan mereka dengan cara memberikan insentif kepada agen dan menetapkan
monitoring cost.
Pengawasan yang dapat memunculkan biaya yang harus keluarkan oleh stakeholder
terdiri dari pengawasan eksternal dan pengawasan internal (Sitorus, 2017). Pengawasan
eksternal dilakukan oleh auditor independen di luar perusahaan. Auditor eksternal
dibutuhkan sebagai bentuk pengawasan dari prinsipal untuk membatasi manajemen dalam
melakukan penyelewengan yang mempunyai tugas untuk melakukan audit atas laporan
keuangan perusahaan yang telah disusun pihak direksi perusahaan. Oleh karena itu, audit
yang dilakukan oleh auditor eksternal harus berkualitas tinggi agar prinsipal lebih percaya
dengan hasil audit yang telah dilakukan.
Monitoring cost merupakan biaya pengawasan yang dikeluarkan untuk
mengurangi penyelewengan yang dilakukan oleh manajemen yang bertindak sebagai agen.
Biaya yang harus dikeluarkan oleh prinsipal salah satunya adalah biaya fee audit. Arens, et
al. (2011) menyatakan bahwa fee audit merupakan imbal jasa yang akan diterima auditor
atas jasa audit yang dilakukan disebut dengan fee audit. Imbal jasa tersebut diterima
berdasarkan hasil kesepakatan antara klien dengan auditor dalam kontrak kerja. Prinsipal
akan memberikan imbalan pada auditor sesuai dengan kualitas audit yang dihasilkan. Oleh
karena itu, auditor akan berusaha untuk mengaudit laporan keuangan yang dibuat oleh
manajemen seindependen mungkin agar kepercayaan prinsipal pada hasil audit dapat
meningkat, sehingga imbalan yang diterima juga akan meningkat.
Adha (2016) membuktikan bahwa profesionalisme auditor mempunyai pengaruh
terhadap kualitas dari audit yang dilakukan dengan arah hubungan yang positif. Hal ini
berarti bahwa hasil audit akan semakin berkualitas apabila auditor melakukan audit dengan
sikap yang profesional. Penelitian ini menggunakan lima indikator untuk mengukur
profesionalisme, yaitu keyakinan auditor atas profesinya, hubungan auditor dengan rekan
seprofesi, pengabdian auditor terhadap profesinya, kewajiban sosial, dan sikap mandiri.
Selain itu Baharuddin dan Ansar (2019) yang meneliti hubungan fee audit dengan
kualitas audit membuktikan bahwa fee audit berpengaruh positif terhadap kualitas audit
baik parsial maupun stimultan yang digabungkan dengan variabel lain. Hartadi (2012) juga
membuktikan bahwa fee audit mempunyai pengaruh terhadap kualitas hasil audit yang
didapatkan. Karena profesionalisme auditor maupun fee audit mempunyai pengaruh positif
terhadap kualitas audit, maka diduga fee audit dapat memperkuat profesionalisme auditor
terhadap kualitas audit. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis keempat dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
H4 : Fee audit memperkuat hubungan profesionalisme auditor terhadap kualitas audit.

Gambar 2.1
Kerangka Teoritis

Independensi Auditor H1 (+)

H3 (+)
Fee Audit H4 (+) Kualitas Audit

Profesionalisme H2 (+)
Auditor 6
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 7

METODE PENELITIAN

Variabel Penelitian
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas audit. Kualitas audit merupakan
hasil dari probabilitas seorang auditor dalam menemukan pelanggaran di dalam sistem akuntansi
klien dan untuk melaporkan hasil temuan mereka secara independen (DeAngelo, 1981). Sedangkan
menurut Watkins, et al. (2004), kualitas audit merupakan kompetensi yang dimiliki seorang auditor
dalam menemukan perbedaan penyajian dalam laporan keuangan.
Pengukuran kualitas audit terdiri dari indikator-indikator yang telah dikembangkan oleh
Aprianti (2010) antara lain aktivitas lapangan, skeptisme auditor, sistem informasi, pengambilan
keputusan, komitmen yang kuat, dan pelaporan kesalahan klien. Indikator kualitas audit tersebut
dijabarkan dalam 16 pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian diukur menggunakan
likert scale terdiri dari skala 1-5. Skala 1 diinterprestasikan sebagai pernyataan tidak setuju,
sedangkan skala 5 diinterprestasikan sebagai pernyataan setuju. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
dibuat untuk mengukur persepsi auditor mengenai kualitas audit.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah independensi dan
profesionalisme auditor. Independensi berarti tidak mudah untuk dipengaruhi, sedangkan
profesionalisme berarti sikap tanggung jawab yang melebihi kepatuhan terhadap etika dan standar
yang berlaku. Independensi ini diukur menggunakan 3 indikator pertanyaan, yaitu : (a) lamanya
hubungan dengan klien, (b) tekanan dari auditee, dan (c) review peer auditor. Indikator-indikator
tersebut kemudian akan dijabarkan menjadi 11 pertanyaan. Sedangkan profesionalisme auditor
diukur menggunakan instrumen yang telah dikembangkan oleh Kusuma (2012) yang mempunyai
lima indikator, yaitu : keyakinan profesi, pengabdian pada profesi, kemandirian, hubungan dengan
rekan seprofesi, dan kewajiban sosial. Indikator – indikator tersebut dijabarkan menjadi 11
petanyaan. Setiap pertanyaan pada variabel independensi maupun profesionalisme akan diukur
menggunakan likert scale dari skala 1 hingga 5. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dibuat untuk
mengukur persepsi auditor mengenai independensi dan juga profesionalisme auditor.
Fee audit digunakan sebagai variabel moderasi dalam penelitian ini. Fee audit ialah imbal
jasa atas jasa audit yang dilakukan auditor berdasarkan kesepakatan kontrak kerja audit. Auditor
tidak boleh bergantung pada pendapatan dari setiap klien. Dalam penelitian ini, fee audit diukur
dengan indikator – indikator yang dikembangkan oleh Wahyudi (2012) yaitu kompleksitas jasa
yang diberikan, resiko audit, upaya yang diperlukan, struktur biaya kap, dan ukuran kap. Indikator-
indikator tersebut dijabarkan menjadi 7 pertanyaan yang digunakan untuk mengukur persepsi
auditor pada fee audit. Pertanyaan diukur menggunakan likert scale yaitu dari skala 1 hingga 5.

Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja di KAP di wilayah
Semarang sebagai populasi penelitian. Ukuran sampel penelitian menurut (Sekaran & Bougie,
2013), dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel sebaiknya
10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian. Hal ini berarti bahwa sampel yang
dibutuhkan untuk penelitian ini berjumlah 40 sampel. Peneliti membagikan lebih dari 40 kuesioner
kepada responden karena metode pengambilan sampel data yang digunakan yaitu dengan metode
convenience sampling. Metode ini menurut Sugiarto (2001) merupakan metode penarikan dari
suatu populasi berdasarkan ketersediaan sample dan kemudahan untuk mendapatkan sample
tersebut.. Artinya, kelebihan pembagian kuesioner dilakukan agar jumlah yang didapat sesuai
dengan ketersediaan dan tentu tetap sesuai dengan minimal sample yang dibutuhkan, yaitu 40
sample.

Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan uji multiple regression analysis dengan asumsi ordinary least
square (OLS) dan uji moderated regression analysis dengan model persamaan :
Model 1 (ordinary least square)
KUALITAS = β0 + β1 INDEPENDENSI + β2 PROFESIONALISME + 𝜀…………...........................(1)
Model 2, 3, dan 4 (moderated regression analysis)
KUALITAS = β0 + β1 INDEPENDENSI + β2 PROFESIONALISME + β3 FEE + 𝜀...........................(2)
7
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 8

KUALITAS = β0 + β1 INDEPENDENSI + β2 PROFESIONALISME + β3 INDEPENDENSI∗FEE +


𝜀.........................................................................................................................................................(3)
Model 4 (Moderated Regression Analysis)
KUALITAS = β0 + β1 INDEPENDENSI + β2 PROFESIONALISME + β3 PROFESIONALISME∗FEE
+ 𝜀.....................................................................................................................................................(4)
Keterangan :
KUALITAS : kualitas audit
INDEPENDENSI : independensi auditor
PROFESIONALISME : ukuran perusahaan
FEE : fee audit
β0 – β2 : Koefisien

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Objek Penelitian


Akuntan publik (auditor) pada kantor akuntan publik di wilayah Semarang merupakan
objek penelitian. Penelitian di lakukan dengan melakukan penyebaran kuesioner yang berisi
pertanyaan-pertanyaan menegenai kualitas audit, independensi auditor, kompetensi auditor, dan
juga fee audit. Pertanyaan - pertanyaan yang disajikan nantinya diukur dengan menggunakan Likert
scale 1 sampai dengan 5 yang menunjukkan persetujuan responden terhadap pertanyaan-pertanyaan
tersebut.
Sebelum dilakukan penyebaran kuesioner, peneliti meminta kesediaan semua kantor
akuntan publik di Semarang. Dari 16 KAP hanya 7 KAP yang bersedia untuk diteliti. Hal ini
karena pada saat penelitian dilakukan masih pada saat peak season, sehingga banyak auditor yang
masih bekerja di lapangan. Kemudian peneliti menyebarkan 80 kuesioner kepada 7 KAP tersebut.
Penentuan jumlah penyebaran kuesioner tersebut didasarkan pada permintaan dari masing-masing
KAP dan juga agar kuesioner yang kembali tetep memenuhi sampel yang dibutuhkan yaitu 40
sample. Setelah dilakukan penyebaran, 50 kuesioner dari 80 kuesioner yang disebar kembali. Hal
ini berarti, sebanyak 50 auditor berkenan menjadi responden. Selanjutnya, metode regresi berganda
pada software SPSS 23 digunakan untuk menguji penelitian ini.

Analisis Statistik Deskriptif


Tabel 1
Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Kisaran Praktis Standard
Variabel
Minimum Maksimum Mean Deviation
Persepsi Tentang Kualitas
54 77 67,18 6,79
Audit
Persepsi Tentang Independensi
17 53 35,92 8,67
Auditor
Persepsi Tentang
35 55 48,56 4,42
Profesionalisme Auditor
Persepsi Tentang Fee Audit 19 35 27,16 4,35
Sumber: Output SPSS, 2019
Tabel diatas menunjukan hasil analisis statistik deskriptif masing-masing variabel dari 50
responden. Variabel persepsi tentang kualitas audit terdiri dari 13 pertanyaan yang diukur
menggunakan skala likert 5 poin. Nilai maksimum diperoleh sebesar 77 dan minimum sebesar 54
dengan rata-rata sebesar 67,18. Variabel persepsi tentang independensi auditor terdiri dari 11
pertanyaan dan diukur menggunakan skala likert 5 poin. Nilai maksimum diperoleh sebesar 53 dan
minimum sebesar 17 dengan rata-rata sebesar 35,92. Variabel persepsi tentang profesionalisme
auditor terdiri dari 11 pertanyaan dan diukur menggunakan skala likert 5 poin. Nilai maksimum
diperoleh sebesar 55 dan minimum sebesar 35 dengan rata-rata sebesar 48,56. Variabel yang
terakhir yaitu fee audit terdiri atas 7 pertanyaan yang diukur menggunakan skala likert 5 poin. Nilai

8
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 9

maksimum yang diperoleh sebesar 35 sedangkan nilai minimumnya sebesar 19 dengan rata-rata
sebesar 27,16.

Uji Koefisien Determinasi (R2)


Tabel 2
Uji Koefisien Determinasi
Model Regresi Adjusted R Square
Model 1 0,125
Model 2 0,108
Model 3 0,117
Model 4 0,109
Sumber: Output SPSS, 2019

Tabel 1 menunjukan bahwa koefisien determinasi (adjusted R2) pada model 1 variabel
bebas dapat mempengaruhi variabel dependen sebesar 12,5% sedangkan 87,5 % kualitas audit
dipengaruhi oleh variabel lain diluar model penelitian. Pada model 2 variabel bebas dapat
mempengaruhi sebesar 10,8%, pada model 3 variabel bebas dapat mempengaruhi sebesar 11,7%
dan pada model 4 variabel bebas dapat mempengaruhi sebesar 10,9%.

Uji Signifikansi Simultan (Uji F)


Tabel 3
Uji F-Statistic
Model Regresi F Sig.
Model 1 4,505 0,016
Model 2 2,968 0,042
Model 3 3,165 0,033
Model 4 2,994 0,040
Sumber: Output SPSS, 2019

Pada Tabel 2 menunjukan hasil uji F statistik keempat model regresi memiliki nilai
signifikansi kurang dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keempat model regresi tersebut
semua variabel independennya secara bersama berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu
kualitas audit.

Uji Signifikansi Parsial (Uji t)


Tabel 4
Uji T-Statistic
Model Variabel Signifikansi
1 (Constant) 2,909 0,000
INDEPENDENSI 0,181 0,005
PROFESIONALISME -0,022 0,857
(Constant) 2,864 0,000
INDEPENDENSI 0,171 0,020
2
PROFESIONALISME -0,026 0,833
FEE 0,024 0,788
(Constant) 3,065 0,000
INDEPENDENSI 0,063 0,712
3
PROFESIONALISME -0,033 0,785
M1 0,022 0,455
(Constant) 2,984 0,000
INDEPENDENSI 0,167 0,0026
4
PROFESIONALISME -0,060 0,708
M@ 0,008 0,712
Sumber : Output SPSS, 2019

Pembahasan Hasil Penelitian


Hasil uji menunjukkan bahwa variabel independen yaitu independensi auditor
(INDEPENDENSI memiliki tingkat signifikansi kurang dari 0,05. Namun, variabel independen
9
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 10

lain yaitu profesionalisme auditor (PROFESIONALISME) dan variabel moderator yaitu fee audit
(FEE), serta variabel interaksi independensi auditor dan fee audit (M1), profesionalisme auditor
dan fee audit (M2) memiliki tingkat signifikansi lebih dari 0,05.
Hasil pengujian terhadap hipotesis pertama dan kedua melalui model 1 menunjukkan
bahwa independensi auditor (INDEPENDENSI) memiliki nilai koefisien sebesar 0,181 dengan
arah positif dan memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,005 (lebih kecil dari yang disyaratkan, yaitu
0,05). Hal ini mengindikasikan bahwa independensi auditor terlibat dalam kualitas audit yang
dihasilkan. Sehingga hipotesis pertama H1 diterima.
Sedangkan untuk profesionalisme auditor, pada model 1 menunjukkan bahwa
profesionalisme auditor (PROFESIONALISME) memiliki nilai koefisien sebesar 0,022 dengan
arah negatif dan memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,857 (lebih besar dari yang disyaratkan,
yaitu 0,05). Hal ini mengindikasikan bahwa profesionalisme auditor tidak terlibat dalam kualitas
audit yang dihasilkan. Sehingga hipotesis pertama H2 ditolak.
Hasil pengujian terhadap hipotesis ketiga dan keempat, disajikan melalui model 2, 3, dan 4.
Pada model 2 peneliti menguji apakah fee audit (FEE) memiliki hubungan terhadap kualitas audit
(KUALITAS). Hasil menunjukkan fee audit tidak memiliki hubungan terhadap kualitas audit, hal
ini dapat dilihat pada tingkat signifikansi variabel FEE sebesar 0,788 (lebih tinggi dari tingkat
signifikan yang disyaratkan, yaitu 0,05).
Pada model 3 dan model 4 peneliti menguji apakah interaksi antara independensi auditor dan
fee audit (M1) serta interaksi antara profesionalisme auditor dan fee audit (M2) dapat memperkuat
hubungan antara independensi dan profesionalisme auditor terhadap kualitas audit yang dihasilkan.
Hasil menunjukkan bahwa interaksi antara independensi auditor dan fee audit (M1) serta interaksi
antara profesionalisme auditor dan fee audit (M2) tidak mampu memperkuat hubungan
independensi dan profesionalisme auditor terhadap kualitas audit yang dihasilkan, hal ini dapat
dilihat pada tingkat signifikansi variabel interaksi M1 dan M2 masing-masing sebesar 0,455 dan
0,712 (lebih tinggi dari tingkat signifikan yang disyaratkan, yaitu 0,05). Sehingga hipotesis ketiga
H3 dan hipotesis keempat H4 ditolak.

Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit


Hipotesis 1 dalam penelitian diterima berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan
hubungan independensi terhadap kualitas berarah positif. Hasil tersebut sesuai hasil pada penelitian
Tjun, et al. (2012) yang membuktikan bahwa independensi berpengaruh terhadap kualitas audit.
Penelitian Halim, et.al (2014) dan Aziz (2018) juga menunjukkan pengaruh independensi pada
kualitas hasil audit. Hal ini diperkuat juga dengan pengertian kualitas audit yang dikemukakan oleh
DeAngelo (1981) yang mengatakan bahwa kualitas audit merupakan kombinasi probabilitas dari
auditor yang kompeten untuk menemukan penyimpangan dalam sistem akuntansi klien dan untuk
melaporkan temuan mereka secara independen.
Selain itu teori keagenan juga menjelaskan bahwa direksi (agen) dan stakeholder
(prinsipal) mempunyai kepentingan yang berbeda atau dapat dikatakan di antara mereka terdapat
suatu konfik mengenai kepentingan masing-masing. Auditor mempunyai peran dalam mengurangi
konfik kepentingan tersebut. Peran auditor yaitu melaksanakan audit terhadap laporan keuangan
yang dibuat oleh manajemen sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen terhadap pemegang
kepentingan. Hal ini karena adanya perbedaan tanggung jawab antara manajemen dan auditor yang
ada pada SA 700 Seksi 11.
Dalam standar tersebut disebutkan bahwa direksi memiliki tanggung jawab untuk membuat
laporan keuangan perusahaan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Selain itu direksi
memiliki tanggung jawab atas pengendalian internal yang memberikan kemungkinan untuk
menyusun laporan keuangan perusahaan bebas dari salah saji yang bersifat material. Sedangkan
tanggung jawab seorang auditor yaitu melakukan audit menyatakan wajar atau tidaknya laporan
keuangan yang dibuat direksi. Hasil audit yang dilakukan auditor nantinya akan memperkuat
keyakinan pemegang kepentingan (stakeholder) terhadap laporan keuangan yang dibuat oleh pihak
direksi. Oleh karena itu, auditor dituntut bersikap independen agar menghasilkan audit yang
berkualitas yang akan meningkatkan keyakinan stakeholder.

Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas Audit


10
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 11

Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh profesionalisme auditor terhadap kualitas


audit berarah negatif dan tingkat signifikansi lebih tinggi dari tingkat yang dipersyaratkan (>0,05).
Oleh karena itu, profesionalisme auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit,
sehingg hipotesis 2 ditolak. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2011)
yang membuktikan bahwa profesionalisme auditor tidak mempunyai pegaruh terhadap kualitas
audit yang dihasilkan. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Futri dan Juliarsa (2014) juga
membuktikan hal yang sama.
Berbeda dengan penilitan yang dilakukan Adha (2016) yang menyatakan bahwa
profesionalisme mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan
auditor akan bersikap profesional untuk menilai kewajaran laporan keuangan sesuai dengan kondisi
yang ada. Teori keagenan juga menjelaskan demikian. Seorang auditor harus mempunyai
profesionalisme yang tinggi agar kualitas audit yang dihasilkan semakin bagus. Hal ini akan
menambah rasa kepercayaan pemegang kepentingan terhadap laporan keuangan yang dihasilkan.
Tentu saja hal ini akan mengurangi konflik yang timbul antara manajemen sebagai agen dan juga
pihak pemegang kepentingan sebagai prinsipal.
Ponny dan Aprilia (2014) menyatakan bahwa profesionalisme tidak mempunyai pengaruh
terhadap kualitas hasil audit. Hal ini dikarenakan auditor belum mampu untuk melaksanakan
skeptisme profesional, sehingga auditor tidak mampu untuk mendeteksi kesalahan. Oleh karena itu,
profesionalisme yang dimiliki oleh seorang auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal
ini berarti bahwa apabila seorang auditor belum mampu bersikap profesional maka auditor tersebut
belum sepenuhnya dapat mendeteksi kesalahan yang ada pada laporan keuangan yang dibuat oleh
pihak manajemen, sehingga tidak berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan.

Peran Fee Audit dalam Memoderasi Hubungan Independensi Auditor Terhadap Kualitas
Audit
Pengujian hipotesis ketiga dilakukan dengan menggunakan dua model, yaitu model kedua
dan model ketiga. Pada model kedua peneliti menguji apakah fee audit (FEE) memiliki hubungan
terhadap kualitas audit (KUALITAS). Hasil menunjukkan bahwa auditor fee audit tidak memiliki
hubungan terhadap kualitas audit, hal ini dapat dilihat pada tingkat signifikansi variabel FEE yang
lebih tinggi dari tingkat signifikan yang disyaratkan, yaitu 0,05.
Pada model 3 peneliti menguji apakah interaksi antara independensi auditor
(INDEPENDENSI) dan fee audit (FEE) dapat memperkuat hubungan antara independensi auitor
terhadap kualitas audit yang dihasilkan. Hasil menunjukkan bahwa interaksi antara independensi
auditor dan fee audit tidak mampu memperkuat hubungan independensi auditor dengan kualitas
audit, hal ini dapat dilihat pada tingkat signifikansi variabel interaksi MI (INDEPENDENSI x FEE)
yang lebih tinggi dari tingkat signifikan yang disyaratkan, yaitu 0,05. Dengan demikian, hasil
penelitian menunjukkan bahwa hipotesis 3 ditolak.
Berdasarkan konsep moderasi yang dijelaskan oleh Sugiono (2004) dapat disimpulkan
bahwa variabel FEE merupakan jenis variabel homologizer moderator, fee audit memiliki kekuatan
lemah dalam memoderasi hubungan independensi auditor terhadap kualitas audit. Jadi dapat
diartikan bahwa auditor fee audit memiliki potensi untuk memperkuat kualitas audit yang
dihasilkan. Hal ini sejalan dengan teori keagenan yang menjelaskan bahwa fee audit merupakan
salah satu bentuk dari monitoring cost yang dikeluarkan oleh prinsipal untuk membatasi
manajemen dan juga bentuk imbalan kepada auditor yang telah mengaudit laporan keuangan yang
telah dihasilkan. Hal ini berarti, fee audit yang diterima oleh auditor akan tinggi apabila kualitas
audit yang dihasilkan bagus. Oleh karena itu, auditor tentu akan lebih bersikap independen dalam
mengaudit laporan keuangan agar kepercayaan prinsipal terhadap kualitas audit yang dihasilkan
juga akan meningkat, sehingga fee audit yang di dapat akan semakin tinggi juga.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Alim et al. (2007).
Alim, et al (2007) yang membuktikan bahwa independensi berpengaruh terhadap kualitas audit
dengan fee audit menjadi salah satu faktor untuk mengukur independensi. Sedangkan Hoitash, et
al. (2007) membuktikan bahwa fee audit tidak berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan
oleh auditor. Hal ini dikarenakan terdapat perubahan pada standar baru yang mengharuskan
perusahaan untuk membuat disclosure terhadap akun fee audit. Sehingga perusahaan tidak boleh
sembarangan dalam menentukan besaran yang ditentukan oleh fee audit. Auditor tentu juga akan

11
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 12

mengaudit laporan keuangan sesuai dengan standar tersebut, yang berarti bahwa fee audit yang
dibuat oleh perusahaan harus sesuai dengan standar dan bukti yang ada, sehingga auditor dapat
memberikan opini yang sesuai. Oleh karena itu, fee audit tidak dapat mempengaruhi independensi
auditor dalam menghasilkan audit yang berkualitas.

Peran Fee Audit dalam Memoderasi Hubungan Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas
Audit
Sama seperti halnya pengujian hipotesis ketiga, pengujian hipotesis keempat dilakukan
dengan menggunakan dua model, yaitu model kedua dan model keempat. Pada model kedua
peneliti menguji apakah fee audit (FEE) memiliki hubungan terhadap kualitas audit (KUALITAS).
Hasil menunjukkan bahwa auditor fee audit tidak memiliki hubungan terhadap kualitas audit, hal
ini dapat dilihat pada tingkat signifikansi variabel FEE yang lebih tinggi dari tingkat signifikan
yang disyaratkan, yaitu 0,05.
Pada model 4 peneliti menguji apakah interaksi antara profesionalisme auditor
(PROFESIONALISME) dan fee audit (FEE) dapat memperkuat hubungan antara profesionalisme
auditor terhadap kualitas audit yang dihasilkan. Hasil menunjukkan bahwa interaksi antara
profesionalisme auditor dan fee audit tidak mampu memperkuat hubungan profesionalisme auditor
dengan kualitas audit, hal ini dapat dilihat pada tingkat signifikansi variabel interaksi M2
(PROFESIONALISME x FEE) yang lebih tinggi dari tingkat signifikan yang disyaratkan, yaitu
0,05. Dengan demikian, hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis 4 ditolak.
Menurut Sugiono (2004) konsep moderasi seperti itu sama halnya dengan konsep moderasi
yang digunakan untuk menguji hipotesis ketiga, yaitu variabel FEE merupakan jenis variabel
homologizer moderator, fee audit memiliki kekuatan lemah dalam memoderasi hubungan
profesionalisme auditor terhadap kualitas audit. Jadi dapat diartikan bahwa auditor fee audit
memiliki potensi untuk memperkuat kualitas audit yang dihasilkan. Hal ini sejalan dengan teori
keagenan yang menjelaskan bahwa fee audit merupakan salah satu bentuk dari monitoring cost
yang dikeluarkan oleh prinsipal untuk membatasi manajemen dan juga bentuk imbalan kepada
auditor yang telah mengaudit laporan keuangan yang telah dihasilkan. Hal ini berarti, fee audit
yang diterima oleh auditor akan tinggi apabila kualitas audit yang dihasilkan bagus. Oleh karena
itu, auditor tentu akan lebih bersikap profesional dalam mengaudit laporan keuangan agar
kepercayaan prinsipal terhadap kualitas audit yang dihasilkan juga akan meningkat, sehingga fee
audit yang di dapat akan semakin tinggi juga.
Hoitash, et al. (2007) membuktikan bahwa fee audit tidak berpengaruh terhadap kualitas
audit yang dihasilkan oleh auditor. Hal ini dikarenakan terdapat perubahan pada standar baru yang
mengharuskan perusahaan untuk membuat disclosure terhadap akun fee audit. Sehingga
perusahaan tidak boleh sembarangan dalam menentukan besaran yang ditentukan oleh fee audit.
Auditor tentu juga akan mengaudit laporan keuangan sesuai dengan standar tersebut, yang berarti
bahwa fee audit yang dibuat oleh perusahaan harus sesuai dengan standar dan bukti yang ada,
sehingga auditor dapat memberikan opini yang sesuai. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Craswell, et al. (2002) yang menyatakan bahwa adanya standar yang mewajibkan
perusahaan mengungkapkan biaya audit mengharuskan auditor tetap memberikan audit yang
berkualitas berapapun imbalan yang diterima. Oleh karena itu, fee audit tidak dapat memperkuat
profesionalisme auditor dalam menghasilkan audit yang berkualitas.

KESIMPULAN DAN KETERBATASAN


Hasil penelitian ini menunjukkan independensi auditor terhadap kualitas audit berefek
positif signifikan. Hal ini berarti bahwa independensi auditor mempunyai pengaruh positif terhadap
kualitas audit yang dihasilkan. Sedangkan profesionalisme auditor tidak berpengaruh terhadap
kualitas audit. Hal ini dikarenakan auditor belum mampu melaksanakan skeptisme profesional
sehingga auditor tidak mampu mendeteksi kesalahan, sehingga hal ini tidak berpengaruh terhadap
kualitas audit. Variabel FEE juga tidak mampu memperkuat hubungan antara independensi auditor
terhadap kualitas audit maupun hubungan antara profesionalisme auditor terhadap kualitas audit.
Hal ini dikarenakan adanya perubahan standar baru yang terjadi, yaitu mebuat disclosure untuk
akun fee audit. Auditor sendiri harus mengaudit sesuai dengan standar tersebut. Sehingga

12
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 13

independensi maupun profesionalisme dalam menghasilkan audit yang berkualitas tidak akan
terpengaruh oleh fee audit yang diberikan.
Penelitian ini masih memiliki kekurangan dan kelemahan, yaitu penelitian ini dilakukan
dengan menyebarkan kuesioner saja, sehingga hasil yang didapat hanya sebatas pertanyaan yang
tertera pada kuesioner saja. Penelitian ini juga dilakukan pada saat peak season, sehingga sampel
yang didapat sedikit karena banyak auditor yang sedang melakukan audit di lapangan. Kemudian,
variabel pada penelitian ini terbatas, sehingga hasil yang didapat juga terbatas.
Atas dasar keterbatasan diatas, maka peneliti memberikan saran kepada peneliti selanjutnya
untuk menambahan variabel lain atau baru untuk penelitian selanjutnya agar bisa memperluas
penelitian terkait independensi, kompetensi, dan kualitas audit seperti yang dilakukan pada
penelitian ini. Peneliti selanjutnya juga diharapkan tidak hanya melakukan pengumpulan data
hanya dengan kuesioner saja tetapi juga bisa dengan wawancara agar hasil yang didapat lebih
rinci, tidak terbatas pada pertanyaan dalam kuesioner. Selain itu, peneliti selanjutnya diharapkan
jangan melakukan penelitian saat peak season agar sampel yang didapat bisa lebih banyak.

REFERENSI
Adha, B. R. (2016). Pengaruh Independensi Auditor, Peofesionalisme Auditor, Etika Profesi
Auditor, Akuntanilitas Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik Di
Surabaya. Skripsi Universitas Airlangga, Surabaya.
Al-khaddash, H., Nawas, R. Al, & Ramadan, A. (2013). Factors Affecting the Quality of Auditing :
The Case of Jordanian Commercial Banks. International Journal of Business and Social
Science, 4(11), 206–222.
Alim, M. N., Hapsari, T., & Purwanti, L. (2007). Pengaruh Kompetensi dan Independensi
Terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi. Simposium
Nasional Akuntansi X, 1–26.
Aprianti, D. (2010). Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Keahlian Profesional Terhadap
Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variable Moderasi. Jurnal UIN Syarif
Hidayatullah, (1), 1–5.
Arens, A. A., Elder, R. J., Beasley, M. S., & Jusuf, A. abadi. (2011). Jasa Audit dan Assurance.
Jakarta: Salemba Empat.
Aziz, A. (2018). Pengaruh Akuntabilitas, Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas
Audit Pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya. Ejournal Universitas Islam Majapahit
Mojokerto, 1, 44–58.
Baharuddin, D., & Ansar, I. D. (2019). Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Fee Audit
Terhadap Kualitas Audit pada KAP di Makassar. Jurnal Ilmu Ekonomi, 2(1), 1-11.
Craswell, A., Stokes, D. J., & Laughton, J. (2002). Auditor Independence and Fee Dependence.
Journal of Accounting and Economics, 33(2002), 253–275.
DeAngelo, L. E. (1981). Auditor Size and Audit Quality. Journal of Accounting and Economics,
3(3), 183–199.
Futri, P. S., & Juliarsa, G. (2014). Pengaruh Independensi, Profesionalisme, Tingkat Pendidikan,
Etika Profesi, Pengalaman, Dan Kepuasan Kerja Auditor Pada Kualitas Audit Kantor
Akuntan Publik Di Bali. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 7(2), 444–461.
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Diponegoro.
Halim, A., Sutrisno, T., & Achsin, M. (2014). Effect of Competence and Auditor Independence on
Audit Quality with Audit Time Budget and Professional Commitment as a Moderation
Variable. International Journal of Business and Management Invention, 3(6), 64–74.
Hartadi, B. (2012). Pengaruh Fee Audit, Rotasi KAP, dan Rotasi Auditor Terhadap Kualitas Audit
di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Keuangan.
Hidayat, M. Taufik. (2011). Pengaruh Faktor - Faktor Akuntabilitas Auditor dan Profesionalisme
Auditor Terhadap Kualitas Auditor ( Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Semarang
). Jurnal Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang.
Hoitash, R., Markelevich, A., & Barragato, C. A. (2007). Auditor Fees and Audit Quality.
Managerial Auditing Journal, 22(8), 761–786.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency and
13
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 14

Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3, 305–360.


Lesmana, R., & Machdar, N. M. (2015). Pengaruh Profesionalisme, Kompetensi, dan Independensi
Auditor Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Bisnis Dan Komunikasi, 2, 7–8.
MacMillan, K., Money, K., Downing, S., & Hillenbrand, C. (2004). Giving Your Organisation
SPIRIT: An Overview and Call to Action for Directors on Issues of Corporate Governance,
Corporate Reputation and Corporate Responsibility. Journal of General Management, 30(2),
15–42.
Ponny, H., & Aprilia, W. (2014). Pengaruh Kompetensi, Independensi, Dan Profesionalisme
Auditor Terhadap Kualitas Audit. Juraksi, 1(1), 1–6.
Pratistha, K. D., & Widhiyani, N. L. S. (2014). Pengaruh Independensi Auditor dan Besaran Fee
Audit Terhadap Kualitas Proses Audit. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 6(3), 419–
428.
Pratiwi, A., Putra Astika, I. B., & Dharma Suputra, I. D. G. (2013). Pengaruh Independensi dan
Kompetensi Auditor pada Kualitas Audit dengan Due Professional Care sebagai Variabel
Intervening di Kantor Akuntan Publik (KAP) se-Provinsi Bali. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 10.1, 813–828.
Rahmina, L. Y., & Agoes, S. (2015). Influence of Auditor Independence, Audit Tenure, and Audit
Fee on Audit Quality of Members of Capital Market Accountant Forum in Indonesia.
Procedia - Social and Behavioral Sciences, 164(August), 324–331.
Sekaran, U., & Bougie, R. (2013). Methods For Business. United Kingdom: Jhon Wiley & Sons
Ltd.
Sitorus, T. B. (2017). Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan
Etika Sebagai Variable Moderasi. Jurnal Universitas Hasanuddin Makassar, 1, 1–26.
Sugiarto. (2001). Teknik Sampling. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sugiono. (2004). Konsep, Identifikasi, Alat Analisis dan Masalah Penggunaan Variabel Moderator,
1, 61–70.
Tjun, L., Marpaung, Ii., & Setiawan, S. (2012). Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor
Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Akuntansi, 4(1), 33–56.
Triana, H. (2010). Pengaruh Tekanan Klien dan Tekanan Peran Terhadap Independensi Auditor
dengan Kecerdasan Spiritual Sebagai Variabel Moderating. Jurnal UIN Syarif Hidayatullah.
Wahyudin, N. (2012). Pengaruh Fee Audit, Kompetensi Auditor dan Perubahan Kewenangan
Terhadap Motivasi Auditor. Jurnal Dan Prosiding SNA - Seminar Nasional Akuntansi XII,
15.
Watkins, A. L., Hillison, W., & Morecroft, S. E. (2004). Audit Quality : A Synthesis of Theory and
Empirical Evidence. Journal of Accounting Literature, 23, 153.
Widarjono, A. (2010). Analisis Statistik Multivariabt Terapan. Yogyakarta: Unit Penerbit dan
Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Widiastuti, H. (2002). Peer Review : Upaya Meningkatkan Kualitas Jasa Firma Akuntan Publik.
Journal of Accounting and Investment, 3(1), 69–79.

14

Anda mungkin juga menyukai