Anda di halaman 1dari 31

UNIVERSITAS INDONESIA

AUDIT INTERNAL BANK


DOSEN : SUHARNO ELIANDY, S.E.Akt., M.Sc.

KASUS FRAUD TEMUAN INTERNAL AUDITOR


PADA BANK BRI UNIT TAPUNG RAYA

DISUSUN OLEH:

AHMAD ZAKIH - 1806238790

MILE PARIZKA YAHYA - 1806238701

NABILA PUTRI LISANDRINA - 1806238853

PRELLY SITI SAPUTRI - 1806177220

PUTI ANDAM SHANIA BOHEKAR - 1806238866

TANIA MAWARNI - 1806177246

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI KEUANGAN DAN PERBANKAN


PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kasus Fraud Temuan
Internal Auditor Pada Bank Bri Unit Tapung Raya”.

Adapun tujuan dari penulisan dari paper ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Suharno Eliandy S.E.Akt., M.Sc. pada mata kuliah Audit Internal Bank di semester 5.
Selain itu, paper ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang pembahasan
kasus fraud di bank yang ditemukan oleh internal auditor bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Suharno Eliandy S.E.Akt., M.Sc,
selaku dosen mata kuliah Audit Internal Bank yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jakarta, 14 Oktober 2020

Tim Penulis

Universitas Indonesia|2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 RumusanMasalah...............................................................................................6
1.3 TujuanPenulisan.................................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................7
1.5 Sistematika Penulisan........................................................................................7
BAB II LANDASAN TEORI..........................................................................................9
2.1 Audit Internal Bank...........................................................................................9
2.1.1 Pengertian Audit Internal Bank.............................................................9
2.1.2 Tujuan Audit Internal Bank...................................................................9
2.2 Pengertian Auditor...........................................................................................10
2.3 Transfer Fiktif..................................................................................................11
2.4 Fraud.................................................................................................................11
2.4.1 Pengertian Fraud...................................................................................11
2.4.2 Jenis-jenis Fraud....................................................................................12
2.5 Laporan keuangan...........................................................................................13
2.5.1 Pengertian Laporan Keuangan............................................................13
2.5.2 Unsur - Unsur Laporan Keuangan......................................................13
BAB III...........................................................................................................................15
PEMBAHASAN.............................................................................................................15
3.1 Sekilas Tentang Bank BRI Unit Tapung Raya..............................................14
3.2 Indikasi Awal Kecurangan Kasus Bank BRI Unit Tapung Raya...............15
3.3 Kronologi Kasus Fraud Bank BRI Unit Tapung Raya................................16
3.4 Temuan Fraud oleh Internal Auditor............................................................17
3.5 Tindakan Hukum.............................................................................................18
3.6 Analisis dan Pembahasan Kasus Fraud Bank BRI Unit Tapung Raya......19
3.7 Upaya Pencegahan...........................................................................................22
BAB IV............................................................................................................................27
PENUTUP......................................................................................................................27
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................27
4.2 Saran..................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perbankan yaitu lembaga keuangan yang sangat mempengaruhi perekonomian
suatu negara. Bank merupakan lembaga keuangan sebagai tempat menyimpan dan
menyalurkan dana berbagai pihak baik perorangan, perseroan maupun perusahaan.
Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang ditawarkan, bank melayani
kebutuhan pembiayaan dan melancarkan mekanisme pembayaran bagi sektor ekonomi.
Agar perekonomian negara berjalan dengan baik, bank dalam menjalankan
tugasnya harus diawasi oleh beberapa pihak, seperti pihak eksternal maupun internal.
Salah satu nya yaitu audit internal yang bertugas mengawasi kegiatan perbankan.
Kegiatan pengawasan dalam suatu badan usaha seperti bank merupakan tuntutan
atau kebutuhan bagi semua pihak guna melahirkan usaha yang sehat. Fungsi
pengawasan penting karena peran yang diharapkan dari fungsi ini untuk membantu
semua tingkatan manajemen pada bank untuk mengamankan kegiatan operasional bank
yang melibatkan dana dari masyarakat luas.
Menurut Ikatan Auditor Internal “Insititute Of Internal Auditors – IIA” Yang
Dikutip Messier “2005” Internal audit ialah kegiatan yang independen dan objektif
beserta konsultasi yang disusun untuk meningkatkan nilai dan opersional
organisasi/perusahaan. Internal audit dapat mendukung organisasi/perusahaan dalam
pencapaian tujuannya dengan cara pendekatan yang terstruktur dan disiplin, pendekatan
internal audit tersebut dilakukan dengan cara evaluasi dan meningkatkan keefektifan
manajemen resiko, controlling dan proses tata kelola.
Dalam kegiatan nya, internal audit melakukan analisis dan memberikan berbagai
saran dan penilaian. Proses pemeriksaan audit mencakup pengawasan yang sangat
efektif dengan memastikan dapat di pertanggung jawabkan.
Audit memiliki peran besar dalam hal masukan (Input), proses dan hasil
(Output) serta dampak dari suatu tujuan perusahaan, baik yang sudah berjalan maupun
yang sedang berjalan. Misi utama dari internal audit adalah terpenuhinya secara baik
kepentingan baik kepentingan bank dan masyarakat penyimpan dana. Hal ini
ditekankan karena sebagai badan usaha, di dalam bank terdapat berbagai macam
kepentingan dari pihak-pihak terkait, seperti pemilik, manajemen, pegawai, dan nasabah.
Auditor terbagi menjadi dua yaitu auditor internal dan auditor eksternal. Apabila
auditor internal dan auditor eksternal dapat bekerjasama dalam melaksanakan tugasnya,
niscaya kualitas laporan keuangan pada pada lembaga dan perusahaan, mutunya akan
lebih meningkat. Dengan meningkatnya kualitas laporan keuangan pada lembaga dan
perusahaan, berarti akan berkurangnya kecurangan (fraud). Dengan kata lain peranan
auditor internal sangat besar terhadap kualitas laporan keuangan suatu lembaga atau
perusahaan.
Dalam menghadapi risiko kecurangan pada perusahaan, peran utama dari auditor
internal sesuai dengan fungsinya dalam mencegah kecurangan adalah berupaya untuk
menghilangkan atau meminimalisir sebab - sebab timbulnya kecurangan tersebut.
Karena pencegahan pada suatu kecurangan lebih mudah dari pada mengatasi suatu
kecurangan yang sudah terjadi. Kecurangan yang sering terjadi yaitu :
1. Pengendalian internal tidak ada atau lemah atau dilakukan dengan longgar atau tidak
efektif
2. Pegawai diperkerjakan tanpa memikirkan kejujuran dan integritas mereka
3. Pegawai diatur, dieksploitasi dengan tidak baik, disalahgunakan atau di-tempatkan
dengan tekanan yang besar untuk mencapai sasaran dan tujuan keuangan
4. Model manajemen melakukan fraud, tidak efisien dan atau tidak efektif serta tidak
taat pada hukum dan peraturan yang berlaku
5. Pegawai yang dipercaya memiliki masalah pribadi yang harus dipecahkan, masalah
keuangan, masalah kesehatan keluarga, gaya hidup yang berlebihan
6. Industri di mana perusahaan menjadi bagiannya memiliki sejarah atau tradisi
terjadinya kecurangan, Amrizal (2004:3).
Selain itu fungsi audit internal memiliki pengaruh signifikan positif terhadap
kualitas audit yang dihasilkan, karena mekanisme audit internal akan meningkatkan
pengawasan tata kelola perusahaan, yang berdampak pada penurunan praktik
manajemen laba dan meningkatkan kualitas audit. Fungsi audit internal juga memiliki
pengaruh signifikan negatif pada kecenderungan perusahaan untuk menerima opini
audit modified going concern.
Dengan fungsi audit internal yang memadai, mekanisme pengawasan untuk tata
kelola perusahaan dimaksimalkan sehingga meningkatkan transparansi dan efektivitas
kinerja manajemen. Dengan adanya audit internal dan ditambah lagi dengan audit
eksternal, seharusnya tidak banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan pada laporan
keuangan suatu lembaga atau perusahaan.
Namun pada kenyataannya masih banyak terjadi penyimpangan dan kecurangan.
Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang bersifat penyimpangan atau kecurangan,
diharapkan auditor internal dan auditor eksternal meningkatkan kerja sama yang baik
untuk mencegah terjadinya penyimpangan. Kalau terjadi penyimpangan segera diambil
solusinya agar laporan - laporan keuangan yang tidak mengikuti ketetapan yang telah
ditentukan, dapat segera diperbaiki untuk mencegah terjadinya kecurangan.
Salah satu kasus kurangnya tegasnya pengawasan audit internal bank yaitu kasus
PT Bank BRI. Yang merupakan kasus kecurangan pada laporan keuangan yang tidak
sesuai dengan fisiknya. Berikut ini akan kami bahas lebih dalam tentang kasus Bank
BRI.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah yang akan
dibahas dalam paper studi kasus ini yaitu:

1. Bagaimana Awal Kecurangan Kasus Bank BRI Unit Tapung Raya?


2. Bagaimana Kronologi Kasus Bank BRI Unit Tapung Raya?
3. Bagaimana Temuan Fraud oleh Internal Auditor Bank BRI Unit Tapung Raya?
4. Bagaimana Tindakan Hukum pada Bank BRI Unit Tapung Raya?
5. Bagaimana Analisis dan Pembahasan Kaus Fraud Bank BRI Unit Tapung Raya?
6. Bagaimana Upaya Pencegahan Fraud pada Bank BRI Unit Tapung Raya?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan paper studi kasus yang ingin dicapai:
1. Mengetahui Bagaimana Awal Kecurangan Kasus Bank BRI Unit Tapung Raya?
2. Mengetahui Bagaimana Kronologi Kasus Bank BRI Unit Tapung Raya?

3. Mengetahui Bagaimana Temuan Fraud oleh Internal Auditor Bank BRI Unit
Tapung Raya?
4. Mengetahui Bagaimana Tindakan Hukum pada Bank BRI Unit Tapung Raya?
5. Mengetahui Bagaimana Analisis dan Pembahasan Kaus Fraud Bank BRI Unit
Tapung Raya?
6. Mengetahui Bagaimana Upaya Pencegahan Fraud pada Bank BRI Unit Tapung
Raya?

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penulisan paper study kasus ini dapat memberi manfaat antara lain:
1. Bagi Pembaca
Makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk menambah wawasan
dan juga sebagai sumber referensi.mengenai atau terkait internal audit bank.
2. Bagi Masyarakat
Makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi dalam
masyarakat yang dapat bermanfaat dan menambah wawasan.
3. Bagi Perbankan
Makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang dapat
berguna dalam jalannya internal audit dalam sebuah perbankan, agar perbankan
lebih berhati-hati dan meningkatkan kualitas pengawasan.

1.5 Sistematika Penulisan


a. BAB I
BAB I adalah Pendahuluan yang mendeskripsikan Latar Belakang,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Peneliatian dan Sistematika
Penulisan.

b. BAB II

BAB II ini tentang Landasan Teori yang berisi mengenai Pengertian


Audit Internal Bank, Tujuan Audit Internal Bank, Pengertian Auditor, Pengertian
Transfer Fiktif Pengertian Fraud, Jenis-Jenis Fraud, Pengertian Laporan
Keuangan dan Unsur-Unsur Laporan Keuangan.
c. BAB III

Menjelaskan pembahasan dari kasus Fraud pada Bank BRI Riau yang
meliputi Sekilas Tentang Bank BRI Riau, Kronologi Kasus, Upaya dan Langkah
Yang Dilakukan Untuk Menjegah serta Menangani Kasus Tersebut, dan Analisis
serta Pembahasan Dari Kasus Ini.

d. BAB IV
BAB IV menjelaskan kesimpulan yang kami berikan terhadap kasus
fraud pada Bank BRI di Riau dan memberikan saran kami kepada Bank BRI
agar menjadi lebih baik untuk kedepannya.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Audit Internal Bank


2.1.1 Pengertian Audit Internal Bank
Pengertian Audit internal merupakan sebuah penilaian terhadap keyakinan,
independen, obyektif serta juga kegiatan/aktivitas konsultasi yang dibuat ialah sebagai
penambah nilai serta peningkatan operasi organisasi. Audit internal ini bisa sebagai
pendukung suatu organisasi untuk dapat mencapai tujuannya dengan membawa
pendekatan yang sistematis serta disiplin dalam evaluasi serta peningkatan efektivitas
proses manajemen risiko, pengendalian serta tata kelola.

Menurut IIA (Institute of Internal Auditor) yang dikutip oleh Messier (2005)
mendefinisikan Audit Internal adalah suatu kegiatan/aktivitas independen dan objektif
serta konsultasi yang disusun untuk bisa/dapat meningkatkan nilai dan juga operasional
suatu organisasi/perusahaan. Internal audit tersebut dapat mendukung suatu organisasi
atau juga perusahaan guna mencapai tujuan dengan cara pendekatan yang sangat
berstruktur dan juga disiplin. Pendekatan internal audit tersebut dijalankan dengan cara
evaluasi dan juga meningkatan kefektifan manajamene resiko, kontrolling serta proses
tata pengelolalan.

2.1.2 Tujuan Audit Internal Bank


Internal audit memiliki tujuan dalam manajemen organisasi/perusahaan.
Menurut Hiro Tugiman (2006) internal audit memiliki tujuan membantu anggota
organisasi agar dapat menjalankan tugas dengan efektif. Dalam aktivitas internal audit
berusaha melakukan analisis dan memberikan berbagai saran dan penilaian. Proses
pemeriksaan audit meliputi pengawasan yang efektif dengan cost yang normal.
Sedangkan Sukrisno Agoes (2004) mengemukakan bahwa tujuan internal audit adalah
membantu manajemen perusahaan menjalankan tugas melalui analisa, penilaian, dan
pemberian saran dan masukan mengenai kegiatan/program (yang masuk dalam
pemeriksaan).
Menurut Milton Stevens Fonorow mengatakan bahwa internal audit adalah suatu
penilaian yang dilakukan oleh pegawai perusahaan yang terlatih mengenai ketelitian,
dapat dipercaya, efisiensi dan kegunaan dari catatan-catatan akuntansi perusahaan, serta
pengendalian intern yang terdapat dalam perusahaan

Tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh internal auditor adalah untuk membantu
semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggungjawabnya
dengan memberikan analisis, penilaian, saran, dan komentar mengenai kegiatan yang
diperiksanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, internal auditor harus melakukan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

 Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari sistem
pengendalian manajemen, pengendalian intern dan pengendalian operasional
lainnya serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak
terlalu mahal.

 Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana, dan standar operasional


prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen.

 Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan dilindungi


dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan
penyalahgunaan.

 Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat


dipercaya.

 Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan
oleh manajemen.

 Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan


efisiensi dan efektivitas.

2.2 Pengertian Auditor


Pengertian Auditor menurut Arens (1995), Auditor adalah seseorang yang
menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan
hasil usaha dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum di
Indonesia.

Menurut Mulyadi (2002) Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik auditor ialah
pemeriksaan “examination” secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atu
organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil
usaha perusahaan atau organisasi tersebut

2.3 Transfer Fiktif

Pengertian Transfer menurut Lukman Dendawijaya dalam bukunya yang be


rjudulManajemen Perbankan (2001:29) “Transfer adalah jasa yang diberikan ban
k dalam pengiriman uang antar bank atas permintaan pihak ketiga yang ditunj
uk kepada penerima ditempat lain”

Transfer adalah suatu kegiatan jasa bank untuk memindahkan sejumlah dana
tertentu sesuai dengan perintah si pemberi amanat yang ditujukan untuk keuntungan
seseorang yang ditunjuk sebagai penerima transfer. Baik transfer uang keluar atau
masuk akan mengakibatkan adanya hubungan antar cabang yang bersifat timbal balik,
artinya bila satu cabang mendebet cabang lain mengkredit.

Sedangkan Fiktif selalu dikaitkan dengan hal yang mengada-ngada, berbohong.


Fiktif bersifat fiksi, tidak realistis, atau tidak bersifat nyata. Setiap orang yang
mendengar kata fiktif, pasti mempunyai persepsi negatif. Kata fiktif dianggap negatif
lantaran dibebani sesuatu yang tak nyata sehingga kata itu selalu dimaknai dengan
kebohongan.

Sehingga dapat disimpulkan transfer fiktif merupakan transaksi pengiriman uang


dari suatu bank kepada bank lain namun transfer ini tidak disertai dengan fisik uang
yang sebenarnya dikarenakan adanya kebohongan atau kecurangan.

2.4 Fraud
2.4.1 Pengertian Fraud
Fraud atau kecurangan adalah suatu tindakan yang disengaja oleh satu individu atau
lebih dalam manajemen atau pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola, karyawan,
dan pihak ketiga yang melibatkan penggunaan tipu muslihat untuk memperoleh satu
keuntungan secara tidak adil atau melanggar hukum (IAPI, 2013).

Menurut Pusdiklatwas BPKP (2002), fraud adalah suatu perbuatan melawan atau
melanggar hukum yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam atau dari luar organisasi,
dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok secara langsung
atau tidak langsung merugikan pihak lain.

2.4.2 Jenis-jenis Fraud


Menurut The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) merupakan
organisasi profesional bergerak di bidang pemeriksaan atas kecurangan
mengklasifikasikan fraud (kecurangan) dalam tiga tingkatan yang disebut Fraud Tree,
yaitu sebagai berikut (Albrech, 2009):

a. Penyimpangan atas asset (Asset Misappropriation)


Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset atau harta
perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudah
dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat diukur/dihitung (defined value).
b. Pernyataan palsu atau salah pernyataan (Fraudulent Statement)
Fraudulent statement meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau
eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi
keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial
engineering) dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh
keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan istilah window dressing.
c. Korupsi (Corruption)
Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama
dengan pihak lain seperti suap dan korupsi, di mana hal ini merupakan jenis yang
terbanyak terjadi di negara-negara berkembang yang penegakan hukumnya lemah
dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga faktor
integritasnya masih dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi
karena para pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan (simbiosis
mutualisme). Termasuk didalamnya adalah penyalahgunaan wewenang/konflik
kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak
sah/illegal (illegal gratuities), dan pemerasan secara ekonomi (economic
extortion).

2.5 Laporan keuangan


2.5.1 Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2014:7), laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan
kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Menurut
Munawir (2002:56), laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk
memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil operasi
yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.

Menurut Bambang Riyanto (2012:327), Laporan Finansiil (Financial Statement),


memberikan ikhtisar mengenai keadaan finansiil suatu perusahaan, dimana Neraca
(Balance Sheets) mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal sendiri pada suatu saat
tertentu, dan laporan Rugi dan Laba (Income Statement) mencerminkan hasil-hasil
yang dicapai selama periode tertentu, biasanya meliputi periode satu tahun.

Jadi, disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang dapat


menggambarkan kondisi keuangan perusahaan selama periode tertentu yang dapat
berguna pihak-pihak yang membutuhkan laporan keuangan tersebut.

2.5.2 Unsur - Unsur Laporan Keuangan


Menurut Kasmir (2014:28), menyebutkan ada lima yang termasuk ke dalam unsur
atau komponen laporan keuangan diantaranya:

1. Neraca
Neraca adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada
tanggal tertentu (Kasmir, 2014:28). Sedangkan menurut 11 Munawir (2010:13),
neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari
suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.
Elemen-elemen dalam neraca adalah sebagai berikut:
a. Aktiva, tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja, tetapi
juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan atau biaya
yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang, serta
aktiva yang tidak berwujud lainnya.
b. Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang
belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal
perusahaan yang berasal dari kreditor.
c. Modal adalah merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik
perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan
laba yang ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan
terhadap seluruh hutang-hutangnya.
2. Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha
perusahaan dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2014:29). Selisih antara
pendapatan dan biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita
perusahaan. Sedangkan menurut Munawir (2010:26), Laporan laba rugi
merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba
yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Prinsip-prinsip
yang umumnya diterapkan dalam penyusunan laporan laba rugi adalah:
a. Bagian yang pertama menunjukan penghasilan yang diperoleh dari usaha
pokok perusahaan atau lembaga diikuti dengan harga pokok dari barang atau
jasa yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor.
b. Bagian kedua menunjukan biaya-biaya operasional yang terdiri dari biaya
penjualan dan biaya umum atau administrasi.
c. Bagian ketiga menunjukan hasil-hasil yang diperoleh dari operasi pokok
perusahaan, yang diikuti dengan biaya-biaya yang terdiri diluar usaha pokok
perusahaan atau lembaga.
d. Bagian keempat menunjukan laba atau rugi yang insidentil sehingga akhirnya
diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Indikasi Awal Kecurangan Kasus Bank BRI Unit Tapung Raya
Kronologi transfer fiktif ini bermula pada Rabu 23 Februari 2011. Saat tim
pemeriksa internal dari BRI Cabang Bangkinang, Ibukota Kabupaten Kampar
melakukan pemeriksaan ke Unit BRI Tapung, ditemukan kejanggalan transaksi. Hasil
pemeriksaan itu menyebutkan, adanya kejanggalan antara jumlah saldo neraca dengan
kas tidak seimbang.

Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, adanya pembukaan setoran kas


sebanyak Rp1,6 miliar. Uang sebanyak itu diketahui ditransfer dari BRI Unit Pasir
Pangaraian II ke Unit BRITapung. Dalam hal ini tersangka membuat laporan adanya
transaksi Rp1,6 miliar,namun dalam pemeriksaan tim BRI Bangkinang, transfer tersebut
tidak disertai uangnya. Kejanggalan inilah yang akhirnya diperiksa tim pemeriksaan
internal BRI.

Kejanggalan pada dari hasil pemeriksaan antara jumlah saldo neraca dengan kas
tidak seimbang dari transaksi gantung yaitu adanya pembukuan ketekoran kas sebesar
1,6 milyar yang berasal dari BRI Unit Pasir Pengairan II ke BRI Unit Tapung Raya
pada tanggal 14 Februari 2011.

Bank Rakyat Indonesia Unit Tapung Raya yang di nahkodai oleh Masril terbukti
melakukan transaksi transfer antar Unit Kerja ( Uker ) senilai 1,6 milyar den membuat
dokumen pembukuan keuangan ( bukti kas )yang tidak benar atau fiktif. Pada tanggal
23 Februari dikarenakan transaksi yang besar dan janggal di ketahui oleh kantor
Inspeksi ( Kanins ) dengan Resident Auditor ( RAU ) Tommy saat melakukan bukti
audit transaksi senilai 1,6 milyar.

Pembukuan ketekoran kas Rp.1,6 milyar yang berasal dari Unit Pasir Pengairan
II ke BRI Unit Tapung Raya pada tanggal 14 Februari 2011 tidak disertai dengan
pengiriman fisik uangnya. Kepala BRI Unit Tapung Raya ditetapkan sebagai tersangka
dan ditahan di sel Mapolresta Kampar karena transaksi transfer antar Unit kerja dan
membuat dokumen rekayasa laporan pembukuan khusus.
Kepada tersangka dijerat dengan pasal 49 ayat (1) Undang Undang No.10 1998
tentang perubahan atas Undang Undang No 7 tahun 1992 tentang perbankan dengan
ancaman hukuman 10 Tahun. Beberapa bukti dan bukti audit disita oleh kantor Inspeksi
(Kanins) dan Polres dan menahan 6 orang saksi telah diperiksa dan meminta keterangan
ahli. . Dalam kasus ini, tersangka dijerat dengan UU No 10 tahun 1998 tentang
perubahan atas UU No 7 tahun 1992 tentang perbankan. Tersangka diancam hukuman
10 tahun kurungan ditambah denda.

3.2 Kronologi Kasus Fraud Bank BRI Unit Tapung Raya


Pada Kasus Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kecamatan Tapung Raya, Kabupaten
Kampar, Riau ini terjadi tindakan kecurangan atau Fraud. Fraud atau kecurangan adalah
sebuah kerugian yang dialami oleh tiap perusahaan atau organisasi. Fraud dapat
diartikan sebagai kecurangan. Dalam hal ini kecurangan dapat dilakukan oleh siapa saja,
baik oleh sorang karyawan biasa, maupun manajer yang memiliki kedudukan tinggi
dalam sebuah organisasi.

Penyebab terjadinya Fraud atau Kecurangan disebabkan oleh 3 faktor yaitu


Tekanan, Kesempatan, dan Rasionalisasi. Dalam hal ini, Penulis berpendapat Fraud atau
Kecurangan yang terjadi pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kecamatan Tapung Raya,
Kabupaten Kampar, Riau terjadi karena faktor Kesempatan. Dimana dalam hal ini
kesempatan dapat terkait dengan kedudukan seseorang dalam sebuah perusahaan
maupun kemampuan atau skill orang yang dimiliki orang tersebut.

Kepala Unit Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kecamatan Tapung


Raya,Kabupaten Kampar, Riau, Masril, ditahan oleh Kepolisian Resor Kampar karena
melakukan transfer fiktif sebesar Rp1,6 miliar. Kasus transfer fiktif inidilaporkan oleh
Kepala BRI Kabupaten Kampar, Sudarman dan seorang pegawai di BRI Rustian Marta.

Pencatatan palsu dalam pembukuan ataulaporan maupun dokumen kegiatan


usaha. Laporan atau transaksi rekening bank yang dilakukan tersangka sebesar Rp1,6
miliar itu tanpa disertai uangnya.Hanya dalam catatan ada transfer uang, faktanya fiktif.

Kronologi transfer fiktif ini bermula pada Rabu 23 Februari 2011. Saat tim
pemeriksa internal dari BRI Cabang Bangkinang, Ibukota Kabupaten Kampar
melakukan pemeriksaan ke Unit BRI Tapung, ditemukan kejanggalan transaksi. Hasil
pemeriksaan itu menyebutkan, adanya kejanggalan antara jumlah saldo neraca dengan
kas tidak seimbang.

Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, adanya pembukaan setoran kas


sebanyak Rp1,6 miliar. Uang sebanyak itu diketahui ditransfer dari BRI Unit Pasir
Pangaraian II ke Unit BRITapung. Dalam hal ini tersangka membuat laporan adanya
transaksi Rp1,6 miliar,namun dalam pemeriksaan tim BRI Bangkinang, transfer tersebut
tidak disertai uangnya. Kejanggalan inilah yang akhirnya diperiksa tim pemeriksaan
internal BRI.

3.3 Temuan Fraud oleh Internal Auditor


Pada kasus ini Tim Audit Intern BRI Cabang Bankinang menemukan adanya
kejanggalan antara jumlah saldo neraca dengan kas tidak seimbang. Setelah dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut, adanya pembukaan setoran kas sebanyak Rp1,6 miliar.

Tugas dan Tanggung Jawab Internal Audit Tugas dan tanggung jawab Internal Audit
yaitu :
1. Merencanakan dan melaksanakan aktivitas internal audit dengan penekanan pada
bidang/aktivitas yang mempunyai risiko tinggi serta mengevaluasi prosedur/control
system yang ada untuk memperoleh keyakinan bahwa tujuan dan sasaran Bank
dapat dicapai secara optimal dan berkesinambungan.
2. Melaksanakan langkah-langkah dalam rangka menggali informasi (investigasi),
melaporkan, dan menyampaikan rekomendasi/kesimpulan atas fraud kepada
Manajemen.
3. Mengembangkan dan menjalankan program untuk mengevaluasi dan
meningkatkan kualitas Internal Audit.
4. Memberikan rekomendasi atas hasil audit dan memonitor tindak lanjut hasil
aktivitas internal audit dan aktivitas investigasi.
5. Bekerja sama dengan Komite Audit dalam melaksanakan fungsi pengawasan.
6. Melakukan koordinasi kegiatannya dengan kegiatan eksternal audit dan
unit/fungsi penyedia assurance lainnya, agar dapat dicapai hasil audit yang
komprehensif dan optimal. Koordinasi dapat dilakukan antara lain melalui
pertemuan secara periodik untuk membicarakan hal-hal yang dianggap penting bagi
kedua belah pihak.
7. Melakukan komunikasi secara langsung dengan Direktur Utama, Dewan
Komisaris, dan/atau Komite Audit serta Komite Tata Kelola Terintegrasi.
Kewenangan Internal Audit Internal Audit memiliki kewenangan sebagai berikut :
1. Melakukan aktivitas internal audit terhadap kegiatan semua unit kerja dalam
organisasi Bank serta Perusahaan Anak dan afiliasinya sesuai governance yang
berlaku.
2. Melakukan komunikasi secara langsung dengan Direktur Utama, Dewan
Komisaris, dan/atau Komite Audit.
3. Melakukan komunikasi dengan pihak eksternal termasuk regulator.
4. Mengadakan rapat secara berkala dan insidentil dengan Direktur Utama, Dewan
Komisaris, dan/atau Komite Audit.
5. Mengakses seluruh informasi, catatan, karyawan, dan termasuk didalamnya namun
tidak terbatas pada rekening/catatan karyawan dan sumber daya serta hal-hal lain
yang dianggap perlu terkait dengan tugas dan fungsinya.
6. Melakukan aktivitas investigasi terhadap kasus/masalah pada setiap aspek dan
unsur kegiatan yang terindikasi fraud dan pelanggaran code of conduct dalam
organisasi Bank, Perusahaan Anak dan afiliasi sesuai governance yang berlaku.
Pada kasus ini terdapat kejanggalan antara jumlah saldo neraca dengan kas yang
tidak seimbang. Setelah dilakukan pemeriksaan, adanya pembukaan setoran kas
sebanyak Rp1,6 miliar. Uang sebanyak itu diketahui ditransfer dari BRI Unit Pasir
Pangaraian II ke Unit BRI Tapung pada tanggal 14 Februari 2011 yang dilakukan
Masril, namun tidak disertai dengan pengiriman fisik uangnya.

3.4 Tindakan Hukum


Dalam Kasus Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kecamatan Tapung Raya, Kabupaten
Kampar, Riau, Masril selaku Kepala Cabang BRI Tapung Raya telah melakukan tindak
pidana membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan atau
laporan maupun dalam dokumen laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau
rekening Bank (TP Perbankan) dan melakukan transfer fiktif dimana terdapat
kejanggalan jumlah saldo neraca dengan kas tidak seimbang dan juga tidak ditemukan
bukti fisik uang. Tersangka dijerat Undang Undang pasal yang disangkakan yakni pasal
49 ayat (1) UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang
Perbankan dangan ancaman hukuman 10 tahun dan juga UU pasal 378 KUHP. "Pasal
49 (1) Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja:

a. Membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan atau dalam
proses laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi
atau rekening suatu bank;
b. Menghilangkan atau tidak memasukkan atau menyebabkan tidak dilakukannya
pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan, maupun dalam dokumen atau laporan
kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank;
c. Mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, menghapus, atau menghilangkan
adanya suatu pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan, maupun dalam
dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank, atau
dengan sengaja mengubah, mengaburkan, menghilangkan, menyembunyikan atau
merusak catatan pembukuan tersebut, diancam dengan pidana penjara sekurang-
kurangnya 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun serta denda sekurang-
kurangnya www.bphn.go.id PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 28 -
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dan paling banyak Rp200.000.000.000,00
(dua ratus miliar rupiah).

3.5 Analisis dan Pembahasan Kasus Fraud Bank BRI Unit Tapung Raya
Dalam kasus yang terjadi di atas bahwa kepala unit bank Indonesia yaitu Masril
telah melakukan hal yang tidak benar dengan membuat pencatatan palsu mengenai
ditransfernya sejumlah uang dari BRI Unit Pasir Pangaraian II ke Unit BRI Tapung.
Seiring perkembangan jaman dan ter exposenya beberapa kasus yang menyangkut nama
baik seorang akuntan dalam suatu perusahaan termasuk kasus yang dilakukan oleh
Masril. Banyak menimbulkan pertanyaan dikalangan masyarakat, apakah seorang
akuntan seperti kepala cabang bank BRI ini telah melakukan kewajibannya dan
mendapatkan haknya dengan baik dan benar.

Aturan Etika Kompartemen Akuntan bersumber dari Prinsip Etika yang ditetapkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam konggresnya tahun 1973, Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) untuk pertama kalinya menetapkan kode etik bagi profesi akuntan
Indonesia, kemudian disempurnakan dalam konggres IAI tahun 1981, 1986,1994, dan
terakhir tahun 1998. Seorang tentunya memiliki Kode Etik atau norma, tak terkecuali
seorang akuntan, Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan
bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di
lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia
pendidikan dalam pemenuhan tanggung-jawab profesional.

Dalam kasus ini, tersangka dijerat dengan UU No 10 tahun 1998 tentang perubahan
atas UU No 7 tahun 1992 tentang perbankan. Tersangka diancam hukuman 10 tahun
kurungan ditambah denda. 'Kita juga masih memeriksa sejumlah saksi dari pihak BRI
sendiri serta tim ahli perbankan. Dengan apa yang dilakukan seorang kepala unit cabang
suatu bank, musril tidak mencerminkan kejujuran dan keberkahan dalam bekerja.

Di lihat norma agama Masril sudah melakukan perbuatan yang telah dilarang oleh
Tuhan Yang Maha Esa karena telah melakukan kecurangan dengan memanipulasi
laporan keuangan dan transfer palsu untuk menguntungkan dirinya sendiri. Jika
seseorang mempunyai keyakinan agama yang kuat diharapkan dapat mencegah
perbuatan yang tidak bertanggung jawab ini yaitu penghindaran pajak.

Dalam kasus Fraud Audit yang dilakukan Musril memiliki norma moral karena
tidak bertanggung jawab dengan laporan yang telah dibuat hal tersebut dapat merugikan
dirinya sendiri serta nama baik perusahaan Bank BRI.
Norma kesopanan seorang kepala unit cabang BRI ini sangat mengecewakan karna
telah melakukan Fraud Audit yang memanipulasi laporan keuangan, hal tersebut
mencerminkan tidak adanya nilai kesopanan.

Dalam hal ini tersangka Musril jelas tidak memiliki etika yang baik dalam
membawa nama baik seorang kepala unit cabang. atas apa yang telah ia lakukan dengan
memanipulasi laporan keuangan dengan transfer fiktif yang telah tersangka
lakukan. Yang tergambarkan pada kasus ini bahwa tersangka musril memiliki etika
yang buruk dalam memenuhi kepentikan pribadinya dan melakukan fraud audit seperti
itu. Pluralisme disini adalah mencerminkan kehidupan masyarakat yang majemuk, dapat
dikatakan bahwa peran akuntan yang harusnya dapat bisa menjaga nama baik dengan
bekerja professional.

Sanksi pelanggaran etika pada Skala relatif kecil, dipahami sebagai kesalahan yang
dapat ‘dimaafkan’. Kasus tersangka Musril bukan lagi berada pada hukuman bersanksi
kecil dengan melakukan keruguan sebesar Rp.1.6M. Skala besar, merugikan hak pihak
lain. jelas dapat dilihat segi perusahaan BRI yang di rugikan karna perbuatan salahsatu
karyawan yang telah menjadi tersangka Musril diancam hukuman 10 tahun penjara.
Beberapa Sistem Filsafat Moral.

Di dalam kasus manipulasi laporan keungan transfer fiktif pada bank BRI yang
dilakukan Musril, mengandung tiga sistem filsafat moral yaitu hedonisme,
eudemonisme, dan utilitarianisme. Dikatakan sistem filsafat moral hedonisme karena
Musril sebagai kepala cabang Bank BRI mementingkan kepentingan pribadinya dengan
memanipulasi laporan keungan hanya untuk kesenangan dan kenikmatan pribadinya
sendiri.

Sedangkan adanya sistem filsafat moral eudemonisme karena setiap manusia dalam
membangun perusahaan akan mengejar suatu tujuan akhir yaitu disebut dengan
kebahagiaan. Akan tetapi tersangka Musril mengejar sebuah tujuan yaitu tujuan demi
dirinya sendiri tanpa memikirkan baik-baik bagaimana kelangsungan perusahaan
kedepannya dalam jangka panjang dengan apa yang telah tersangka perbuat.

Selain terdapat sistem filsafat moral hedonisme dan eudimonisme, tersangka Musril
juga tergolong pada sistem filsafat moral utilitarianisme. Dapat dilihat dari kejanggalan
antara saldo neraca dengan kas yang tidak seimbang dan hal tersebut memicu
kecurigaan tim pemeriksa internal Bank BRI Bangkiang karena transfer fiktif yang telah
tersangka lakukan.

Pada kasus ini Tim Audit Intern BRI Cabang Bankinang menemukan adanya
kejanggalan antara jumlah saldo neraca dengan kas tidak seimbang. Setelah dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut, adanya pembukaan setoran kas sebanyak Rp1,6 miliar.
3.6 Upaya Pencegahan
Untuk mencegah hal itu terjadi, Skills Kemampuan yang diberikan harus sesuai
dengan bidang kerja yang ia lakukan.Kemudian kemampuan tersebut dikembangkan
lebih lanjut untuk meningkatkan kontribusi karyawan pada perusahaan. Perusahaan
melakukan pelatihan pendidikan secara periodik kepada karyawan sesuai dengan
perkembangan teknologi yang berkembang.

1. Pembinaan ini sangatlah penting karena setiap karyawan memiliki kepribadian


yang berbeda jadi attitude ini harus ditekankan kepada karyawan. Dalam hal ini
karyawan diharapkan dapat memiliki kepribadian yang baik sehingga dapat
memperkecil resiko terjadinya penyimpangan dari karyawan itu sendiri.
2. Prosedur Otoritas Yang Wajar

a. Harus ada batas transaksi untuk masing-masing teller dan head teller.
b. Penyimpanan uang dalam khasanah harus menggunakan pengawasan ganda.
c. Teller secara pribadi tidak diperkenankan menerima kuasa dalam bentuk
apapundari nasabah untuk melaksanakan transaksi atas nasabah tersebut.
d. Teller secara pribadi dilarang menerima titipan barang atau dokumen
pentingmilik nasabah.
3. Dokumen dan catatan yang cukup
a. Setiap setoran/penarikan tunai harus dihitung dan dicocokan dengan
buktisetoran/ penarikan. Setiap bukti setoran/ penarikan harus diberi cap
identifikasiteller yang memproses.
b. Setiap transaksi harus dibukukan secara baik dan dilengkapi dengan
buktipendukung seperti Daftar Mutasi Kas, Cash Register (daftar persediaan
uangtunai berdasarkan kopurs/masing-masing pecahan)
4. Kontrol fisik atas uang tunai dan catatan
a. Head teller harus memeriksa saldo kas, apakah sesuai dengan yang
dilaporkanoleh teller.
b. Head teller harus menghitung saldo uang tunai pada box teller sebelum
teller yangbersangkutan cuti atau seteleh teller tersebut absen tanpa
pemberitahuan.
c. Setiap selisih harus diindentifikasi, dilaporkan kepada head teller dan
pemimpin cabang, diinvestigasi dan dikoreksi.
d. Selisih uang tunai yang ada pada teller ataupun dalam khasanah harus
dibuatkanberita acara selisih kas.
e. Area teller/counter/khasanah adalah area terbatas dalam arti selain petugas
ataupejabat yang berwenang, tidak diperbolehkan masuk.
f. Teller dilarang membawa tas, makanan, ataupun perlengkapan pribadi ke
counterarea.
5. Pemeriksaan yang dilakukan oleh unit yang independent
a. Setiap hari Unit Kontrol Intern harus memeriksa transaksi-transaksi yang
berasal dari unit kas.
b. Secara periodik saldo fisik harus diperiksa oleh SKAI.
c. Pemimpin Cabang melakukan pemeriksaan kas dadakan.

Menurut Penulis hal yang perlu dilakukan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI)
Kecamatan Tapung Raya, Kabupaten Kampar, Riau dalam menghadapi kasus ini
adalahjuga harus memperbaiki sistem pengendalian. Dimana mengharuskan perusahaan
memiliki 4 hal yaitu:
1. Menciptakan Lingkungan Pengendalian yang baik
Lingkungan Pengendalian merupakan lingkungan kerja yang diciptakan atau
dibentuk oleh perusahaan bagi para karyawan. Unsur – unsur lingkungan
pengendalian meliputi hal – hal berikut:
a) Peran dan contoh manajemen
b) Komunikasi manajemen
c) Perekrutan yang tepat
d) Struktur organisasi yang jelas
e) Internal audit perusahaan yang efektif
2. Arus komunikasi dan Informasi yang baik
Setiap fraud pasti meliputi tindakan kecurangan, menyembunyikan
kecurangan, dan konversi. Sistem akuntansi yang baik dapat menyediakan jejak
audit yang dapat membantu fraud ditemukan dan mempersulit penyembunyian.
Sistem akuntansi yang baik harus memastikan bahwa transaksi yang tercatat
mencakup kriteria berikut:
a) Sah
b) Diotorisasi dengan benar
c) Lengkap
d) Diklasifikasikan dengan benar
e) Dilaporkan pada periode yang benar
f) Dinilai dengan benar
g) Diikhtisarkan dengan benar
3. Aktivitas atau prosedur pengendalian yang baik
Agar perilaku karyawan sesuai dengan apa yang diinginkan perusahaan, dan
membantu perusahaan dalam mencapai tujuan, diperlukan lima prosedur
pengendalian yang utama:
a) Pemisahan tugas atau pengawasan ganda
b) Sistem otorisasi
c) Pengecekan independen
d) Pengamanan fisik
e) Dokumen dan pencatatan
Setiap setoran/penarikan tunai harus dihitung dan dicocokan dengan
buktisetoran/ penarikan. Setiap bukti setoran/ penarikan harus diberi cap
identifikasiteller yang memproses.
Setiap transaksi harus dibukukan secara baik dan dilengkapi dengan
buktipendukung seperti Daftar Mutasi Kas, Cash Register (daftar persediaan
uangtunai berdasarkan kopurs/masing-masing pecahan)
4. Pengawasan yang baik
Pengawasan yang baik pada setiap bagian dalam perusahaan merupakan hal
yang efektif dalam mengurangi tindakan fraud atau kecurangan. Menurut Penulis
semakin baik sebuah pengawasan maka semakin kecil kemungkinan terjadi
kesalahan-kesalahan dalam sebuah sistem.
Manajemen tentunya memliki program-program yang dirancang untuk
mencegah, mengantisipasi dan mendeeteksi kecurangan. Namun perlu juga
dilakukan pertimbangan oleh auditor apakah program-program antikecurangan
tersebut dapat mengatasi risiko yang ada atau apakah kelemahan dalam
pengendalian telah meningkatkan resiko kecurangan. Dari hal tersebut maka
timbulah respon auditor yang mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Mengubah Keseluruhan Pelaksanaan Audit
Pelaku kecurangan seringkali memiliki pengetahuan yang baik dalam
prosedur audit. Untuk alasan itu maka PSA 70 mengharuskan auditor untuk
menerapkan rencana audit yang tidak dapat diprediksi.
2. Merancang dan Melakukan Prosedur Audit untuk Menghadapi Resiko
Kecurangan
Auditor merancang prosedur audit yang tepat digunakan untuk mengatasi
resiko audit spesifik sesuai dengan akun yang sedang diaudit dan jenis resiko
kecurangan yang teridentifikasi.
3. Merancang dan Melakukan Prosedur-Prosedur untuk mengatasi Dominasi
Manajemen Terhadap Pengendalian.
Risiko Dominasi Manajemen terhadap pengendalian muncul pada hamper
semua pengauditan. Karena seringkali posisi manajemen dijadikan posisi
yang paling efektif untuk melakukan kecurangan melalui manipulasi
pengendalian internal.
Oleh sebab itu auditor harus menjalankan prosedur-prosedur dalam setiap
pengauditan untuk mengatasi resiko dominasi oleh manajemen. Berikut prosedur-
prosedur yang harus dijalankan :
 Memeriksa Ayat-Ayat Junal dan Penyesuaian-Penyesuaian Lainnya sebagai
bukti adannya Kemungkinan Salah Saji yang Disebabkan Oleh Kecurangan
Seringkali kecurangan disebabkan oleh penyesuaian-penyesuaian yang
tidak tepat dalam laporan keuangan sehingga auditor pertama kali harus
mendapatkan pemahaman atas proses pelapran keuangan entitas beserta
pengendalian-pengendaliannya. Setelah itu menanyakan pada pegawai yang
terlibat dalam penyusunan laporan keuangan jika terjadi ketidaktepatan atau
aktivitas yang ganjal dalam pemrosesan ayat jurnal dan penyesuaiannya. Hasil
Tanya jawab ini nantinya akan berpengaruh terhadap keluasan pengujian
terhadap jurnal dan penyesuaian-penyesuaian laporan keuangan.
 Menelaah Estimasi Akuntansi Untuk Setiap Hal yang Tidak Wajar
PSA 70 mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan potensi
ketidakwajaran manajemen ketika menelaah estimasi-estimasi tahun berjalan.
Jadi Auditor diharuskan unutk mereview kembali estimasi-estimasi signifikan
pada periode sebelukmnya untuk mengidentifikasi setiap perubahan dalam
proses perusahaan.
 Mengevaluasi Rasionalitas Bisnis untuk Transaksi-Transaksi yang Tidak Biasa
PSA 70 menempatkan focus yang lebih besar untuk pemahaman atas dasar
rasionalitas bisnis untuk transaksi-transaksi tidak biasa yang signifikan yang
mungkin di luar kebiasaan bisnis perusahaan. Jadi disini auditor harus
mendapatkan pemahaman atas tujuan-tujuan dari setiap transaksi yang
signifkan untuk menilai apakah transaksi tersebut terkait dengan kecurangan
dalam
laporan keuangan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan dari kasus Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kecamatan Tapung
Raya, Kabxupaten Kampar, Riau bahwa kasus ini berawal dari Bank BRI Unit Pasir
Pangaraian II melakukan transfer ke Unit BRI Tapung Raya, Kabupaten Kampar, Riau.
Pada tanggal 23 Februari 2011, Tim Audit Intern BRI Cabang Bangkinang Ibu Kota
Kabupaten Kampar melakukan pemeriksaan di BRI Unit Tapung Raya, Kabupaten
Kampar, Riau. Dari hasil pemeriksaan tersebut Tim Audit Intern BRI Cabang
Bangkinang menemukan transaksi fiktif senilai Rp 1.6 Milyar antar Kantor Cabang BRI
Unit Pasir Pengaraian II ke unit Tapung Raya yang dilakukan oleh Kepala Cabang BRI
Tapung Raya. Tim ini menemukan kejanggalan dari hasil pemeriksaan antara jumlah
saldo neraca dengan kas yang tidak seimbang.

Setelah diperiksa lebih lanjut ditemukan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan
atau laporan maupun dokumen kegiatan usaha. Laporan atau transaksi rekening bank
yang dilakukan tersangka sebesar Rp 1,6 miliar itu tanpa disertai uangnya, hanya
terdapat catatan adanya transfer uang tetapi faktanya fiktif. Kepala Unit Bank Rakyat
Indonesia (BRI) Kecamatan Tapung Raya, Kabupaten Kampar, Riau, Masril, ditahan
oleh Kepolisian Resor Kampar karena melakukan tindak pidana yang merugikan Bank
BRI. Dalam hal ini dapat terlihat bentuk fraud yang terjadi dalam kasus ini, seperti
membuat adanya pencatatan palsu dalam pembukuan atau laporan. Fraud atau
kecurangan pada Bank BRI kecamatan Tapung Raya, Riau terjadi karena faktor
kesempatan, dimana hal ini terkait dengan kedudukan yang dimiliki seseorang dalam
sebuah perusahaan.
4.2 Saran
Dalam kasus ini sebaiknya Bank BRI Kecamatan Tapung Raya, Kabupaten
Kampar, Riau agar memperbaiki sistem pengendalian yang meliputi komunikasi
manajemen yang baik, perekrutan yang tepat, struktur organisasi yang jelas dan internal
audit perusahaan yang efektif sehingga kasus transfer fiktif ini tidak akan terjadi.
Adanya arus komunikasi dan informasi yang baik juga dapat menemukan tindak
kecurangan dalam sebuah fraud. Sistem akuntansi yang baik dapat menyediakan jejak
audit yang dapat membantu fraud ditemukan dan mempersulit penyembunyian.
Selanjutnya Bank BRI perlu meningkatkan pengawasan pada setiap bagian dalam
perusahaan karena hal tersebut efektif dalam mengurangi tindakan fraud atau
kecurangan. Selain itu, jika terjadi kesalahan-kesalahan kecil dapat lebih cepat diketahui
dan segera ditangani sehingga dapat meminimalisir tindakan fraud atau kecurangan.
DAFTAR PUSTAKA

Dosen Pendidikan. Pengertian Auditor. Oktober 12, 2020.


https://www.dosenpendidikan.co.id/auditor-adalah/

Ibeng, Parta. (2020). Pengertian Audit Internal, Tujuan, Fungsi, dan Ruang Lingkup.
Oktober 13, 2020.

https://pendidikan.co.id/pengertian-audit-internal-tujuan-fungsi-dan-ruang-lingkup/

Iginasari, Putri. (2017). Kasus Fraud Sektor Perbankan Kasus Fraud Audit Pada Bank

Bri
Unit Tapung Raya. Oktober 13, 2020.
http://ketikanjemariputri.blogspot.com/2017/11/kasus-fraud-sektor-perbankan.html

Isnaeni, Meirisa. Fiktif. Oktober 12, 2020.


https://mediaindonesia.com/read/detail/271997-
fiktif

Laporan Keuangan. Oktober 12, 2020.

http://eprints.polsri.ac.id/682/3/BAB%20II.pdf

Ningtyas, Ema Surya. (2015). Kasus Fraud Audit pada Bank BRI. Oktober 13, 2020.
https://www.kompasiana.com/ema_surya/556c4a38c823bdd4038b456f/kasus-fraud-au
dit-pada-bank-bri

Pengertian Audit Internal: Tujuan, Fungsi, Ruang Lingkup. Oktober 12, 2020.
https://jurnalmanajemen.com/audit-internal/

Polres Kampar Tahan Kepala BRI Terkait Transfer Fiktif Rp 1,6 M. Oktober 13, 2020.
https://news.detik.com/berita/d-1583444/polres-kampar-tahan-kepala-bri-terkait-transf
er-fiktif-rp-16-m

Puspitalia, Ega Okta. (2019). Peran Auditor Internal dalam Mencegah Risiko
Kecurangan Perusahaan. Oktober 14, 2020.
https://www.kompasiana.com/egaoktap/5cdb718d6db84364c5595462/peran-auditor-in
ternal-dalam-mencegah-risiko-kecurangan-perusahaan?page=all#:~:text=Audit%20int
ernal%20merupakan%20suatu%20kegiatan,yang%20seharusnya%20dilakukan%20ole
h%20manajemen

Suryono, Benny Tri. (2017). Bukti Audit dan Kasus Transaksi Gantung Kas 1,6 Milyar.
Oktober 17, 2020.
https://www.academia.edu/31688906/BUKTI_AUDIT_DAN_KASUS_FRAUD_TRA
NSAKSI_GANTUNG_KETEKORAN_KAS_1_6_MILYAR_PADA_BANK_RAKY
AT_INDONESIA_UNIT_TAPUNG_RAYA?auto=download
Wadiyo. (2020). Mengenal Internal Audit: Konsep, Tujuan, dan Struktur Organisasi.
Oktober 13, 2020.

https://manajemenkeuangan.net/internal-audit-efektif/

Wahyu. Pengertian Transfer. Oktober 12, 2020.


https://wahyu410.wordpress.com/2012/06/09/pengertian-transfer/

Anda mungkin juga menyukai