Anda di halaman 1dari 20

BAB 6

INTERNATIONAL TRADE THEORY

1
6.1. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa setelah membaca dan mempelajari bab ini
diharapkan mampu memahami dengan baik tentang:
1. Pengertian grand theory perdagangan internasional
2. Teori perdagangan internasional
3. Strategi perdagangan internasional
4. Sistem kurs devisa
5. Argumentasi perlindungan
6. Politik dumping
7. Kebijakan perdagangan internasional

6.1. PENGERTIAN GRAND THEORY


PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Grand theory perdagangan internaional merupakan teori
pertukaran, yaitu teori tentang barter, pertukaran antara barang
dengan barang, pertukaran barang dengan jasa, atau pertukaran
jasa dengan jasa. Pertukaran semacam ini terjadi pada zaman
dahulu kala, yaitu ketika mata uang belum ditemukan. Jika
seseorang membutuhkan suatu barang atau jasa maka dia harus
mencari orang lain yang juga membutuhkan barang atau keahlian
yang dimilikinya agar dapat melakukan pertukaran. Sebagai
contoh, bila seseorang memiliki seekor kambing dan dia
menginginkan kambing itu ditukar dengan 10 ekor ayam maka
pemilik kambing harus mencari seseorang yang memiliki 10 ekor
ayam dan membutuhkan seekor kambing. Jika dia menemukan
seseorang yang memiliki 10 ekor ayam, namun pemilik ayam
tersebut ingin menukarkan ayam miliknya dengan 50 kg beras,
maka transaksi pertukaran antara pemilik kambing dan pemilik
ayam tidak dapat direalisasikan. Jika pemilik beras ternyata juga
tidak membutuhkan 10 ekor ayam, namun dia membutuhkan 50
kg kedelai, transaksi antara pemilik ayam dan pemilik beras juga
tidak dapat direalisasikan.
Seseorang dapat dibayangkan betapa sulitnya jika ingin
menjual barangnya dan ingin membeli barang yang
dibutuhkannya. Perdagangan dengan cara pertukaran atau barter

2
tersebut belum dimediatori oleh mata uang maka dibutuhkan satu
syarat mutlak, yaitu adanya double considence of weants, yaitu
kepentingan kedua belah pihak yang datangnya bersamaan.
Pemilik seekor kambing dengan kata lain, bila memerlukan 10
ekor ayam bertemu dengan seseorang pada tempat dan waktu
yang sama, yang kebetulan orang tersebut memiliki 10 ekor ayam
serta memerlukan seekor kambing. Dalam situasi yang
sedemikian ini, di mana terdapat kesamaan
kepentingan/kebutuhan, maka transaksi pertukaran atau yang
populer disebut barter dapat direalisasikan.
Seseorang dari kesulitan-kesulitan perdagangan tersebut,
orang harus memiliki "sesuatu" atau "something yang menjadi
perantara untuk memperlancar transaksi perdagangan. Sejarah
mata uang mencatat pada awalnya "sesuatu" tersebut ternyata
berbentuk logam-logam mulia seperti emas, platina, dan perak
yang ternyata dapat diterima oleh semua orang. Bukan hanya di
desa tersebut, tetapi diterima oleh setiap orang di pelosok bumi
sebagai alat penukar, sebagai alat pembayaran, sebagai
penghitung nilai, dan sebagai alat pembayar utang. Maka pada
zaman tersebut berlakulah logam mulia sebagai mata uang yang
syah, baik dalam transaksi pasar di dalam negeri maupun dalam
transaksi antamegara. Zaman inilah yang disebut zaman mata
uang berstandar emas (gold standard).
Perdagangan internasional berjalan terus dan
berkembang pesat. Artinya volume perdagangan maupun value
perdagangan semakin meningkat padahal cadangan emas di muka
bumi ini sangatlah terbatas (limited) sehingga alat pembayaran
yang terbuat dari emas tersebut, yang jumlahnya terbatas dan
tidak dapat mengikuti perkembangan volume dan value arus
barang/jasa yang diperdagangkan yang jumlahnya makin berlipat.
Contoh konkretnya, kalau dulu daya angkut kapal hanya 1000 ton
maka dengan adanya kemajuan teknologi daya angkut kapal dapat
mencapai 50.000 ton-80.000 ton sekali angkut. Tentu saja nilai
pembayarannya pun jauh lebih besar dan jumlah emas tidak

3
dimiliki oleh negara imporir. Maka timbullah gagasan untuk
membuat mata uang yang terbuat dari bahan yang murah dan
mudah didapat, yaitu kertas. Maka diciptakanlah mata uang
kertas. Setelah dikalkulasi dengan kurs atau nilai tukar uang dari
kedua negara, selanjutnya dihitung jumlah yang harus dibayar
untuk pembelian barang impor yang didatangkan dari negara lain.
Zaman ini disebut zaman mata uang kertas (the paper
money/paper standard).
Mata uang kertas pada zaman sekarang ini ternyata
memiliki banyak kelemahan, terutama menyangkut masalah
keamanan pengangkutannya. Contohnya, bila seseorang hendak
membeli sebuah gedung berlantai 10 dengan harga lima triliun
rupiah maka untuk melakukan pembayarannya pada saat realisasi
transaksi dia harus membawa bertruk-truk uang. Ini tentu akan
mengundang para penjahat atau para perampok. Maka timbul
gagasan untuk menciptakan alat pembayaran dengan cara kredit,
yaitu dengan menggunakan cek dan giro bilyet. Maka untuk
membayar jumlah uang sebesar lima triliun rupiah tersebut cukup
hanya dengan membawa selembar cek atau giro. Zaman ini
disebut dengan the credit money. Dan realisasi pembayarannya
dapat dengan menggunakan traveller cek, kartu credit, transfer
via atm, dan lainnya.

6.3 TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL


Perdagangan internasional timbul karena adanya
perbedaan harga barang di berbagai negara. Harga sangat
ditentukan oleh biaya produksi, yang terdiri dari upah, biaya
modal, sewa tanah, biaya bahan mentah, serta efisiensi dalam
proses produksi. Ongkos produksi untuk menghasilkan suatu jenis
barang tertentu antara satu negara dengan negara lain tentu
berbeda. Dengan demikian, harga hasil produksinya juga berbeda.
Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan jumlah, jenis,
kualitas, serta cara-cara mengombinasikan faktor-faktor produksi
tersebut dalam proses produksi. Perbedaan harga inilah yang

4
menjadi pangkal timbulnya perdagangan inernasional (Nopirin,
1996: 2).
Nations impose restrictions on the free international flow of
goods, services, and factors. Differences in language, customs
and laws also hamper these international flows. In addition,
international flows involve receipts and payments in different
currencies which may change in value in relation to one
another through time. This is to be contrasted with the
interregional flow of goods, services, and factors which face no
such restrictions as tariffs, are conducted in terms of the same
currency, usually in the same language and under basically the
same set of customs and laws (Salvatore, Dominick. 2005)
Negara-negara melakukan perdagangan internasional
karena dua alasan utama, masing-masing alasan menyumbangkan
keuntungan perdagangan (gains from trade) bagi mereka.
Pertama, negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu
sama lain. Bangsa-bangsa, sebagaimana individu-individu, dapat
memperoleh keuntungan dari perbedaan-perbedaan mereka
melalui suatu pengaturan di mana setiap pihak melakukan
sesuaru dengan relatif lebih baik. Kedua, negara-negara
berdagang satu sama lain dengan tujuan mencapai skala ekonomis
(economies of scale) dalam produksi. Maksudnya, jika setiap
negara hanya menghasilkan sejumlah barang tertentu, mereka
dapat menghasilkan barang-barang tersebut dengan skala yang
lebih besar dan karenanya lebih efisien dibandingkan jika negara
tersebut mencoba untuk memproduksi segala jenis barang
(Krugman, Maurice Obstfeld, 1994:15).
The immediate cause of international trade, then, seems to be
the existence of differences in the prices of goods among
countries. Price differences are traceable to differences in
production costs, which, in turn, hinge on relative endowments
of productive factors as well as the degree of efficiency with
which these factors are employed (Ingo Walter Kaj Areskoug,
1991:16).

5
All nations engaged in trade can benefit from trade. If each
nation specialized in (or produced more than it waned to
consume domestically of) the commodity in which it were more
efficient, and exchanged this excess for the commodity in which
it were less efficient, the output of all commodities entering
trade would increase. This increase would be shared by all
nations who voluntarily engaged in trade. Thus, the gains from
trade would arise from specialization in production and trade.
(Salvatore, Dominick, 2005: 7).
Trade also makes possible economical local production of many
goods that would otherwise be prohibitive to produce locally.
This occurs in a variety of ways. For one, technological
indivisibilities can be overcome widi die potential market
widened from the local scene to the world at large. For another,
crucial inputs that are scarce domestically become available
through trade.
An enduring two-way flow of goods must be traced to
systematic international differences in the structure of costs
and prices: some things must be cheaper to produce at home
and will be exported to other countries; some things must be
cheaper to produce abroad and will be imported from other
countries. This generahzation is basic to the theory of foreign
trade, and is known as the principle of comparative advantage.
Stated most preciesly, it asserts that a country will export the
products it can produce at the lowest relative cost.
Perdagangan internasional, dari berbagai pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa berbeda dengan perdagangan
domestik. Perbedaannya antara lain pada penggunaan mata uang
(currencies), perbedaan bahasa (language), perbedaan kedaulatan
pemerintah (government outhority), perbedaan customs, taste,
habits, dan laws. Perdagangan luar negeri yang konkretnya adalah
ekspor mpor sangat dibutuhkan oleh semua negara serta
dikembangkan. Berbagai manfaat dapat dipetik dari adanya
perdagangan internasional ini sebagai dibawah ini:

6
1. Semua negara tidak semua mempunyai alat-alat produksi dan
kondisi-kondisi ekonomi yang sama baik dalam hal kuantitas
ataupun kualitas. Hal tersebut menyebabkan biaya produksi
yang tidak sama antara satu negara dengan negara lainnya.
Oleh karena itu, bagi satu negara impor lebih menguntungkan
daripada perdagangan di dalam negeri.
2. Negara memiliki faktor scarcity atas faktor-faktor produksi
yang yang berbeda. Negara-negara yang memiliki faktor-
faktor produksi berlebih dapat memproduksi dengan cost
rendah, kemudian mengekspor ke luar negeri.
Alasan-alasan tersebut diatas terjadilah ekspor impor
antarnegara, yakni mengalirnya arus barang dan asa dari satu
negara ke negara lainnya. Kecepatan kerja, ketepatan waktu guna
menghindari munculnya waiting time kapal, serta ketepatan
pemadatan palka kapal guna menghindari broken space palka
dalam realisasi ekspor impor, sangat ditentukan oleh keandalan
dan profesionalisme para pelaku bongkar muat kapal di
pelabuhan-pelabuhan samudra. Sebagai contoh untuk Provinsi
Jawa Timur, Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya adalah pelabuhan
samudra utama di samping pelabuhan-pelabuhan lainnya, yakni
Pelabuhan Meneng (Banyuwangi), Pelabuhan Probolinggo,
Pelabuhan Tuban, dan pelabuhan khusus di Gresik.
Hal-hal yang dapat menurunkan impor antara lain:
1. Restriction, baik tarif restriction maupun tarif non-tarif
restriction.
2. Pengalihan teknologi dari luar negeri ke dalam negeri.
3. Tingkat teknologi di dalam negeri lebih tinggi daripada di luar
negeri.
4. Pertumbuhan ekonomi di dalam negeri lebih tinggi daripada
di luar negeri.

6.4. STRATEGI PERDAGANGAN INTERNASIONAL


Strategi perdagangan internasional ada tiga, yaitu:
1. Export Led Economy, di sini yang diutamakan adalah ekspor.

7
Segala daya dan dana dikerahkan untuk meningkatkan
ekspor. Kehidupan ekonomi negara tersebut tergantung pada
ekspornya. Jika ekspor naik maka impor naik, sebaliknya jika
ekspor turun maka impor turun. Perdagangan luar negeri
menjadi faktor dominan bagi kehidupan ekonomi di dalam
negeri. Contoh: Jepang, Singapura, Hongkong.
2. Domestic Demand Led Economy, di sini kehidupan ekonomi
dalam negeri tidak tergantung pada perdagangan luar
negerinya. Perdagangan dalam negeri lebih diutamakan sebab
jika industri di dalam negeri meningkat maka penerimaan
pemerintah dari pajak-pajak meningkat. Perdagangan di
dalam negeri menunjang keidupan ekonomi negara tersebut.
Contoh: USA, Canada, MEE.
3. Trade Led Economy, di sini perdagangan luar negeri
masih dominan. Dengan sangat memprihatinkan terjadi
perubahan pola produksi barang-barang ekspor, yaitu bahan-
bahan mentah, bahan-bahan setengah jadi, barang-barang
jadi. Contoh: negara-negara UDC, antara lain Indonesia.

6.5. SISTEM KURS DEVISA


1. Fixed Exchange Rate/kurs devisa tetap, dalam hal ini mata
uang dengan:
a. Sistem Standar Emas Penuh: sistem ini yang melakukan
nilai suatu mata uang adalah isi emas masing-masing mata
uang tersebut. Kurs mata uang ini tidak akan berubah
selama isi emas dari masing-masing mata uang tersebut
tidak berubah. Misal bila 1 Yen berisi ¥2 gram emas
sedangkan US $1 berisi 1 gram emas, maka kurs mata
uang tersebut adalah US $1 = y2.
b. Standar Kertas: adalah sistem devisa dimana negara
menetapkan tingkat kurs mata uang Negara tersebut
dengan mata uang negara-negara lain, dan pemerintah
berusaha mempertahankan kurs tetap tersebut dengan
menerapkan kebijaksanaan-kebijaksanaannya, yaitu:

8
(1) Jika kurs mata uangnya merosot maka pemerintah
melakukan pembehan-pembelian mata uangnya,
dalam perkataan lain men-drop uang asing.
Sebaliknya jika kurs mata uangnya meningkat maka
pemerintah melakukan penjualan-penjualan mata
uangnya, dalam perkataan lain membeli mata uang
asing di domestik market.
(2) Melakukan kejahatan-kejahatan devisa pada tenggat
yang ditentukan (contoh ketika kurs US $1 = Rp
5000,00 devisa diutamakan guna impor sembako).
Segi positif:
(1) Adanya kepastian dan kestabilan kurs sehingga
diharapkan kegiatan-kegiatan ekonomi menjadi lebih
mantap sebab produsen, konsumen, investor dapat
merencanakan kegiatan-kegiatannya secara lebih
pasti.
(2) Terjadinya spekulasi valuta yang berlebihan di pasar
valuta dapat dihindari sebab kurs valuta dijaga tetap
stabil. Spekulasi valuta yang berlebihan akan
menunggu stabilitas moneter dan kegiatan-kegiatan
ekonomi lainnya.

Segi negatif:
Pemerintah jika mempertahankan kurs mata uang
pada tingkat yang tidak realistis, yang artinya kurs
yang ditetapkan sangat berbeda dengan tingkat kurs
keseimbangan yang terjadi di pasar bebas (over
valued exchange rate), akibatnya harga mata uang
asing di pasaran bebas beberapa kali lipat lebih tinggi
daripada kurs resminya. Ini juga akan mengganggu
kegiatan-kegiatan ekonomi.
2. Floating Exchange Rate/Flexible Exchange Rate: yaitu sistem
kurs mata uang di mana kurs suatu mata uang dibiarkan
secara bebas menentukan sendiri keseimbangannya terhadap

9
mata uang-mata uang lain, oleh tarik-menariknya kekuatan
suplai dan permintaan di pasar.
Segi positif:
Tingkat kurs yang berlaku akan selalu sama dengan
tingkat kurs keseimbangan pasar. Dalam sistem ini kurs
devisa mengambang sehingga menghilangkan akibat-
akibat negatif dari adanya pasar gelap.

Gambara 2.1 Sistem Kur Devisa Mengambang


Kurve r’ : aliran devisa masuk, antara lain hasil ekspor
masuknya modal luar negeri, turisme, dll.
Kurve d’ aliran devisa keluar antara lain untuk impor, turis-
turis kita keluar negeri, membayar utang keluar negeri, musim
haji, liburan akhir tahun, dll. Jika impor naik, demand valuta
naik ke d', yang harus diperhatikan adalah bahwa jumlah
devisa yang diperjualbelikan adalah juga jumlah
keseimbangan. Artinya yang diminta persis sama dengan yang
ditawarkan sehingga neraca pembayaran negara tersebut
selalu seimbang.
Perdagangan internasional dalam realisasi atau
konkretnya ekspor impor, salah satu instansi pemerintah yang
berkepentingan erat dengan pemasukan bea masuk dan bea
keluar adalah Instansi Bea dan Cukai. Instansi inilah yang
memonitor, memeriksa, dan menentukan besaran bea masuk atau
bea keluar pada setiap transaksi ekspor impor serta mempunyai
10
kewenangan dalam penerapannya sehingga semua ketentuan dan
peraturan yang berlaku benar-benar dipatuhi oleh pihak eksportir
importir.

6.6. ARGUMEN PERLINDUNGAN KHUSUS


Setiap orang mengetahui bahwa tingkat upah di masing-
masing negara amatlah berbeda. Tingkat upah di Amerika,
misalnya, adalah dua kali lipat tingkat di Inggris. Bahkan 3 kali
lipat tingkat upah di Itali, mungkin 15 kali lipat di India. Dengan
berdasar pada pertimbangan ini saja, maka wajar jika orang
berpendapat bahwa hasil-hasil produksi di negara-negara "pauper
labour" dapat dijual dengan harga lebih rendah daripada hasil-
hasil produksi "high wage labour. Oleh karena itu, tarif bea masuk
akan dipakai sebagai senjata untuk melindungi "standard of living"
bangsa Amerika atau untuk melindungi buruh-buruh Amerika
dari persaingan buruh-buruh dari negara-negara pauper labour.
Pendapat bahwa suatu high wage country tidak dapat bersaing
dengan suatu low wage country sebetulnya tidaklah benar.
Hasil-hasil produksi berdasarkan fakta-fakta tiap hari,
setiap tahun, dari negara-negara low wage labour dapat terjual di
pasaran internasional dan dapat bersaing dengan barang-barang
hasil produksi negara-negara high wage country hanya dapat
dijelaskan melalui prinsip-prinsip yang mendasari perdagangan
internasional.
Negara dengan hight wage labor dapat bersaing, ada dua
alasan mengapa tanpa mengalami kesulitan dengan negara-
negara low wage labour.
1. Labour bukanlah satu-satunya faktor produksi. Dalam suatu
proses produksi, labor harus dikombinasikan dengan capital
dan natural resources. Tetapi faktor-faktor produksi yang
harus dikombinasikan ini mempunyai proporsi yang sangat
berbeda untuk suatu produk tertentu dan suatu
produk lainnya. Harga faktor-faktor produksi di masing-
masing Negara pun sangat berbeda. Berangkat dari hal-hal

11
tersebut maka memproduksi barang-barang yang
membutuhkan "capital besar" dapat dilakukan produksi
dengan murah (low cost) di negara-negara yang capital-nya
murah (dalam pendapat lain interest rate rendah). Sedangkan
untuk memproduksi barang-barang yang "land intensive",
produksi dapat dilakukan dengan low cost di negara-negara
yang faktor tanahnya melimpah, misal peternakan, pertanian
di negara-negara yang berwilayah luas seperti Amerika,
Australia. Produksi barang-barang yang membutuhkan "labor
intensive" dapat dilakukan dengan produksi low cost di
negara-negara dengan faktor labor murah (kerajinan tangan,
patung-patung, kemeja, tas, tidak dapat diproduksi dengan
mesin-mesin). Sedangkan negara-negara low wage labor akan
memperoleh kesempatan dari produksi barang-barang
dagangan yang harus diproduksi dengan mengombinasikan
faktor buruh yang besar dengan faktor capital atau tanah yang
kecil.
2. Labour adalah satu-satunya faktor produksi, negara-negara
dengan height wage labour harus bersaing dengan hasil-hasil
produksi dari negara-negara low wage labour. Pada umumnya
efficiency/efisiensi produktivitas buruh-buruh di hight wage
country relatif lebih tinggi daripada produktivitas buruh-
buruh di low wage country. Kita dapat mengambil contoh
yang sederhana, misal jika tingkat upah di negara A adalah
tiga kali h'pat di negara B.
X wages adalah 3 kali dari pada di negara-negara Y, tetapi
efficiency of production X - 3x Y.
X – 1 jam : wages = US$ - efficiency production = 5 sepatu
Y - 1 jam : wages = US$ - efficiency production = 1 sepatu
Maka jika ratio efficiency produksi tersebut lebih tinggi
daripada ratio wages, katakanlah 4 atau 5 dibanding 1, maka
cost of production di negara height wage labor akan lebih kecil
daripada cost of production di low wage labor. Superior
efficiency tersebut disebabkan oleh faktor-faktor:

12
(1) Better management
(2) Better educated
(3) More advanced tecnology
(4) Atau faktor-faktor lain yang menyebabkan perbedaan
efficiency produk tersebut (orang asing
kerja sambil merokok; faktor makanan—kangkung,
sambal, dll; faktor disiplin-jam karet, kurang
gizi; standard of living low wage labour lebih kecil daripada
height wage labour).
Produksi yang efficiency inilah yang menjelaskan tingkat
upah buruh yang rata-rata lebih tinggi di negara X tersebut.
Efficiency produksi buruh di negara Y (relatif adalah lebih
tinggi daripada di negara Y). Dengan demikian, cost of
production di negara X relatif lebih rendah daripada di negara
Y.
Sebelum diadakannya preferential tarif antara negara X
dan Y tersebut, bagi negara X lebih efisien dan lebih murah
mengimpor barang x dari negara Z pada px = $9 dengan
menerima reveneu berupa tarif m=$3 per unit, secara realita
barang x tersebut. Dengan demikian, sebenarnya negara X
hanya membayar $6 per unit barang x yang diimpor dari
negara Z dibandingkan jika harus mengimpor dari negara Y
pada px = $12 dengan reveneu dari tarif = $4 per unit.
Itulah pengaruh preferential tarif antara negara X dan Y, yang
telah membelokkan suatu sistem perdagangan dari yang lebih
efisien dengan harga yang lebih murah, suatu sistem
perdagangan yang kurang efisien dengan harga-harga yang
lebih mahal. Dalam hal ini terjadi trade diversion bagi negara
Z.
Misal: Preffrential tarif antara negara-negara di luar
masyarakat ekonomi eropa (MEE) misal Jepang. Negara-
negara MEE mengimpor barang tertentu yang lebih murah
bila didatangkan dari Jepang. Dalam hal ini negara seperti
Jepang memiliki trade diversion.

13
6.7 POLITIK DUMPING
Model persaingan monopolistik membantu kita untuk
memahami bagaimana imbalan yang meningkat mendorong
perdagangan internasional. Namun, sebagaimana kita tekankan
sebelumnya, model ini tidak mempertimbangkan sejumlah
persoalan yang dapat mencuat jika perusahaan-perasahaan
merupakan persaingan tidak sempurna, meskipun model ini
mengakui bahwa persaingan tak sempurna merupakan suatu
konsekuensi logis. Dari skala ekonomi analisis, persaingan
monopolistik tidak memusatkan perhatian pada kemungkinan
konsekuensi dari persaingan tak sempurna itu sendiri terhadap
perdagangan internasional.
Persaingan tidak sempurna dalam kenyataaannya,
menimbulkan sejumlah konsekuensi penting terhadap
perdagangan internasional. Konsekuensi yang paling mencolok
ialah perusahaan-perusahaan tidak perlu mengenakan harga yang
sama untuk barang-barang yang mereka ekspor dengan barang-
barang yang dijual kepada pembeli domestik.

1. Tinjauan Ekonomi Terhadap Dumping


Perusahaan-perusahaan dalam pasar persaingan tidak
sempurna, kadang kala menetapkan satu harga untuk suatu
barang jika barang tersebut diekspor dan harga yang berbeda
untuk barang yang sama jika barang tersebut dijual di pasar
domestik. Secara umum, praktik pengenaan harga yang berbeda
disebut diskriminasi harga (price discrimination). Bentuk paling
umum dari diskriminasi harga dalam perdagangan internasional
ialah dumping, yaitu praktik penetapan harga di mana perusahaan
mengenakan harga.
Dumping dapat terjadi hanya jika kondisi dipenuhi. Pertama,
industri harus berbentuk persaingan tak sempurna sehingga
perusahaan dapat menetapkan harga dan bukan menerima harga
pasar. Kedua, pasar harus tersegmentasi sehingga penduduk

14
domestik tidak dapat dengan mudah membeli barang-barang yang
ditujukan untuk ekspor. Jika keadaan-keadaan ini terpenuhi, suatu
perusahaan monopolistik akan tahu bahwa melakukan dumping
merupakan praktik yang menguntungkan.

Gambaran 6.2 Tentang Dumping diadaptasi dari ……………

Gambar 6.2. merupakan perdagangan monopolis, yang


menghadapi kurva permintaan D dom untuk penjualan
domestik, tetapi yang dapat pula dijual berapa pun yang
diinginkan pada tingkat harga ekspor P por karena satu unit
tambahan dapat pula dijual pada P por. Perusahaan ini
meningkatkan output sampai biaya marjinal sama dengan p
por out put yang memaksimalkan keuntungan yang
ditunjukkan oleh Q monopoli karena biaya marjinal sama
dengan P por tingkat penjualan domestik, yang menjamin
keuntungan maksimum ditunjukkan oleh Q. dom sisanya, Q
monopoly, Q dom diekspor. Harga yang berlaku pada kuantitas
yang diminta oleh konsumen dalam negeri Q dom adalah P
dom karena P dom P por perusahaan menjual untuk ekspor
dengan harga yang rendah dari harga yang dikenakan kepada
15
konsumen domestik.
Gambar tentang dumping di atas kita asumsikan bahwa
perusahaan dapat meningkatkan ekspor tanpa menurunkan harga
sehingga penerimaan marjinal dan harga saling bersesuaian di
pasaran ekspor. Sebaliknya, di dalam negeri peningkatan
penjualan dilakukan dengan menurunkan harga. Ini adalah contoh
ekstrem dari kondisi umum untuk diskriminasi harga yang
diajarkan dalam makroekonomi: perusahaan akan melakukan
diskriminasi harga bila penjualannya lebih peka terhadap harga di
satu pasar daripada di pasar yang lain (dalam hal ini kita telah
mengasumsikan bahwa permintaan ekspor elastis tak terhinggga).
Deskripsi harga keadaan-keadaan formal ialah bahwa
perusahaan-perusahaan akan menetapkan harga lebih rendah di
pasarnya, di mana mereka menghadapi elastisitas permintaan
yang lebih tinggi, yang mana elastisitas adalah persentase
penurunan penjalan sebagai akibat dari kenaikan harga satu
persen. Perusahaan akan melakukan dumping jika mereka yakin
bahwa elastisitas penjualan ekspor lebih tinggi dari elastisitas
penjualan domestic.
Dumping dalam persaingan internasional secara luas
dipandang sebagai praktik yang curang (unfair). Tidak ada
pembenaran ekonomi yang baik yang secara khusus menganggap
dumping merugikan, tetapi hukum perdagangan Amerika Serikat
melarang perusahaan asing melakukan dumping di pasar mereka,
yang secara otomatis akan dikenakan tarif jika praktik dumping
betul-betul terbukti. Keadaan yang ditunjukkan dalam gambar
tentang dumping jelas merupakan versi ekstrem dari kategori
keadaan-keadaan yang lebih luas, di mana perusahaan
mempunyai dorongan untuk mengekspor dengan harga yang
lebih rendah dari harga yang dikenakan atas konsumen domestik.

2. Reciprocal Dumping
Dumping menunjukkan bahwa diskriminasi harga sebetulnya
dapat meningkatkan perdagangan internasional. Misalkan ada dua

16
monopolis yang masing-masing menghasilkan barang yang sama,
satu di domestik dan satunya lagi di asing. Untuk
menyederhanakan analisis, anggaplah kedua perusahaan memiliki
biaya marjinal yang sama. Anggaplah pula bahwa ada biaya
pengangkutan antara kedua pasar sehingga jika perusahaan
menetapkan harga yang sama tidak akan terjadi perdagangan.
Tanpa perdagangan, setiap monopolis tak menghadapi saingan
sama sekali. Namun jika kita perhitungkan kemungkinan adanya
dumping, perdagangan dapat terjadi. Setiap perusahaan akan
membatasi kuantitas yang dijualnya di pasar domestik masing-
masing. Setiap perusahaan menyadari bahwa jika ia mencoba
menjual lebih banyak, akibatnya adalah menurunkan harga atas
penjualan domestik. Namun, suatu perusahaan dapat menjual ala
kadarnya di pasar lain. la akan meningkatkan keuntungan
perusahaan meskipun harga lebih rendah dibandingkan pasar
domestik karena dampak negatif terhadap harga dari penjualan
yang terjadi kala itu akan ditanggung oleh perusahaan lain, bukan
oleh perusahaan yang bersangkutan. Maka setiap perusahaan
mempunyai dorongan untuk merambah pasar lain, menjual
beberapa unit dengan harga (di luar biaya pengangkutan) lebih
rendah daripada harga di pasar domestik, tetapi tetap di atas
biaya marjinal.
Perdagangan ini, jika kedua perusahaan berbuat hal yang
sama, akan terjadi meskipun pada awalnya tidak ada
(berdasarkan asumsi) perbedaan harga barang kedua negara,
meskipun ada biaya pengangkutan. Lebih spesifik lagi,
perdagangan dua arah untuk produk yang sama akan terjadi.
Misalnya, pabrik semen di negara A dapat menjual semen ke
negara B sementara pabrik semen di negara B menjual ke negara
A. Suatu keadaan dumping yang memungkinkan perdagangan dua
arah untuk produk yang sama dikenal sebagai dumping timbal-
balik (reciprocal dumping)

17
6.8 KEBIJAKSANAAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

I. ECONOMIC DEVELOPMENT EXPOR DRIVE


DECREASING IMPOR NON ESSENTIAL
INFANT INDUSTRIES ARGUMENT

II. PROTECTION

II. 1. TARIF
PROTECTION

SISTEM TARIF SINGLE COLUMN TARIFF


DOUBLE COLUMN TARIFF AKIBATNYA
PREFFERENTIAL TARIFF  TRADE DIVERSION
 TRADE CREATION

TEKNIS TARIF ADVOLOREM TAX


SPECIFIC TAX BENTUKNYA
SPECIFIC ADVOLOREM  UNI TARIF
 INTEGRASI TARIF

TUJUAN TARIF GOVERMENT


REVENUE PROTECTION
VESTED INTERENT

JENIS TARIF EXPOR DUTIES

EFFECT PRICE EFFECT


TARIF
CONSUMTION EFFECT
IMPORT SUBSTITUTION EFFECT
REDISTRIBUTION EFFECT

ARGUMENTASI TOP PROTECT DOMESTIC LABOR AGAINS FOREIGN LABOR


TARIF
MAKE EQUAL THE COST OF PRODUCTION
REDUCE DOMESTIC UNION OF LABOR
EFFECT
CURE A DEFICIT IN THE BOB
IMPROVE T.O.T / TERM OF TRADE
PROTECT DOMESTIC PRODUCERS AGAINS DUMPING

ARGUMENTASI POLICY INFANT INDUSTRY ARGUMENT


PROTECT DOMESTIC INDUSTRIES FOR NATIONAL DEFENCE

II. 2 NON TARIF QUOTA  5 (FIVE)


PROTECTION HEALT REGULATION
POLUTION STANDARD REGULATION
LABELLING & PACKAGING REGULATION

DEVALUASI
II. 3. IMPROVING
DEVISIT BOP X<M DEPRECIATI
IMBALANCE B.O.P
18
SURPLUS BOP X<M REVALUASI
APRECIATE
RANGKUMAN
Grand theory perdagangan internasional adalah teori
pertukaran, yaitu teori tentang barter; pertukaran antara barang
dengan barang, pertukaran barang dengan jasa, atau pertukaran
jasa dengan jasa. Pertukaran semacam ini terjadi pada zaman
dahulu kala, yaitu ketika mata uang belum ditemukan. Jika
seseorang membutuhkan suatu barang atau jasa maka dia harus
mencari orang lain yang juga membutuhkan barang atau keahlian
yang dimilikinya agar dapat melakukan pertukaran. Sebagai
contoh, bila seseorang memiliki seekor kambing dan dia
menginginkan kambing itu ditukar dengan 10 ekor ayam maka
pemilik kambing harus mencari seseorang yang memiliki 10 ekor
ayam dan membutuhkan seekor kambing. Jika dia menemukan
seseorang yang memiliki 10 ekor ayam, namun pemilik ayam
tersebut ingin menukarkan ayam miliknya dengan 50 kg beras,
maka transaksi pertukaran antara pemilik kambing dan pemilik
ayam tidak dapat direalisasikan. Jika pemilik beras ternyata juga
tidak membutuhkan 10 ekor ayam, namun dia membutuhkan 50
kg kedelai, transaksi antara pemilik ayam dan pemilik beras juga
tidak dapat direalisasikan.
Perdagangan internasional berjalan terus dan berkembang
pesat. Artinya volume perdagangan maupun value perdagangan
semakin meningkat padahal cadangan emas di muka bumi ini
sangatlah terbatas (limited) sehingga alat pembayaran yang
terbuat dari emas tersebut, yang jumlahnya terbatas dan tidak
dapat mengikuti perkembangan volume dan value arus
barang/jasa yang diperdagangkan yang jumlahnya makin berlipat.
Perdagangan internasional timbul karena adanya perbedaan
harga barang di berbagai negara. Harga sangat ditentukan oleh
biaya produksi, yang terdiri dari upah, biaya modal, sewa tanah,
biaya bahan mentah, serta efisiensi dalam proses produksi.

19
PERTANYAAN
1. Jelaskan pengertian grand theory perdagangan internasional?
2. Sebut dan jelaskan teori perdagangan internasional!
3. Jelskan sistem perdagangan internasional?
4. Sebut dan jelaskan ata yang Saudara ketahui tentang sistem
kurs devisa?
5. Apa yang dimaksud argumentasi perlindungan dalam
dumping?
6. Jelaskan apa yang dimaksud Politik Dumping
7. Bagaimana kebijakan perdagangan internasional Indonesia?

20

Anda mungkin juga menyukai