Disusun Oleh:
Kelompok 3
YUSRAWATI (201841046)
Dosen Pembimbing:
A. PENDAHULUAN
Pasar sebagai tempat untuk penjual dan pembeli melakukan transaksi jual
beli yang dilakukan dengan membayarkan sejumlah uang untuk ditukar dengan
barang yang diinginkan. Pada zaman dahulu pasar digunakan sebagai tempat untuk
melakukan transaksi barter antara barang yang satu dengan yang lainnya, akan tetapi
pada zaman sekarang pasar tidak lagi menjadi tempat barter akan tetapi menjadi
tempat transaksi jual beli. Yaitu membayarkan sejumlah uang untuk mendapatkan
Pada dewasa ini obyek yang dijadikan transaksi jual beli tidak hanya barang
akan tetapi uang juga menjadi obyek jual beli atau yang disebut dengan perdagangan
mata uang asing (forex/valas). Dalam kegiatan bisnis valas tersebut, tidak sedikit
masyarakat muslim yang terlibat di dalamnya, baik sebagai nasabah maupun sebagai
dilakukan kajian khusus mengenai hukum bisnis valas tersebut dalam perspektif
hukum Islam (muamalat), agar umat Islam mendapatkan jawaban hukum yang jelas
dan tegas.
B. Rumusan Masalah
Kata Valuta asing berasal kata “valas” secara umum dapat diartikan: “sebagai mata
uang yang dapat digunakan dan diterima oleh semua negara dalam perdagangan
Internasional. Suatu mata uang dikatakan sebagai valuta asing tergantung dari siapa yang
melihat. Untuk penduduk di negara yang bukan negara asal mata uang akan menyebut
sebagai valuta asing dan sebaliknya penduduk di negara asal mata uang tidak akan
menyebutnya demikian. Sebagai contoh bagi orang Indonesia mata uang USDollar ialah:
valuta asing, sedang bagi orang Amerika mata uang USDollar bukan valuta asing”. 1
Sedangkan istilah valas dapat disamakan dengan isltilah Al-Sharf secara bahasa
dapat diartikan: “penukaran, penambahan, penghindaran, atau transaksi jual beli”. 2 Jadi, Al-
Sharf ialah: perjanjian jual beli satu valuta dengan valuta lainnya. Valas secara umum dapat
diartikan: “sebagai mata uang yang dikeluarkan dan digunakan sebagai alat pembayaran
Fenomena yang terjadi saat ini mengenai pertukaran valuta asing dilakukan dalam
bentuk transaksi jual-beli valuta asing. Jadi contoh importir Indonesia akan membeli
USDollar di Indonesia, sedangkan pihak Jepang akan menjual USDollar yang didapat dari
Sedangkan Valas selalu dikaitkan dengan: “ pertukaran mata uang sehingga kegiatan
Jadi, valas dapat diartikan Akad jual beli antara valuta satu dengan valuta yang lain.
Valas juga dapat diartikan sebagai mata uang yang digunakan dan dikeluarkan sebagai alat
1
Heli Charisma Berlian, Mengenal Valuta Asing, (Yogyakarta: Gajdah Mada University Press,
2006), hlm. 1-2.
2
Sutan Remy Sjahdiyni, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan
Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1999), hlm 87.
3
Heli charisma berlianta, Mengenal valuta asing (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2005),hlm 4-5.
4
Ibid., hlm. 1-2.
Transaksi yang sah di negara lain. sedangkan Jual beli mata uang merupakan transaksi jual
beli dalam bentuk finansial yang mencakup beberapa hal sebagai berikut: pertukaran mata
uang, pembelian mata uang, dan pembelian barang dengan uang tertentu.
6
Ibid., hlm. 10
setiap saat bisa berubah-ubah tergantung pada kekuatan ekonomi negara masing-
masing. Pencacatan kurs uang dan transaksi jual beli valuta asing diselenggarakan di
Bursa Valutas Asing.Menurut survei BIS (Bank International for Settlement) bank
sentral dunia yang dilakukan pada 2004, nilai transaksi pada pasar valuta asing
mencapai lebih dari USD$1,4 triliun per harinya.
3. Fungsi Pasar Valuta Asing (Valas)
a). Transer Daya Beli
Dalam perdagangan internasional hal ini sangatlah diperlukan, karena pada dasarnya
untuk menjual atau membeli sebuah barang di luar negeri harus menggunakan mata
uang yang berlaku di tempat tinggal atau negara suatu pihak.
b). Penyediaan Kredit
Pengiriman barang antar negara dalam perdagangan internasional membutuhkan
waktu, oleh karena itu harus ada suatu cara untuk membiayai barang-barang dalam
perjalanan pengiriman tersebut, termasuk setelah barang sampai ketempat tujuan
yang biasanya memerlukan beberapa waktu untuk sampa pada pembeli.
c). Mengurangi Resiko Valas
Importir menghindari kemungkinan resiko yang tidak diperkirakan seperti perubahan
kurs saat traansaksi. Melalui sistem ini diharapkan untuk tidak memberikan dampak
buruk terhadap besarnya keuntungan yang telah diperkirakan.7
4. Pelaku dan Tujuan Pasar Valuta Asing
a). Pelaku Pasar Valuta Asing
- Dealer (Market Maker)
Berfungsi sebagai pihak yang membuat pasar bergairah di pasar uang.
Pada umunya dealer mengkhususkan pada mata uang tertentu dan menetapkan
tingkat persediaan tertentu pada mata uang tersebut.
- Perusahaan atau Perorangan
Perusahaan atau individu juga dapat melakukan transaksi perdaganga
valuta asing (valas). Pasar valuta asing pada umunya dimanfaatkan untuk
memperlancar transaksi bisnis.
- Spekulan dan Arbitrator
Orang yang mengeksploitasi perbedaan kurs dan valas. Peran spekulan
dan arbitrator semata-mata didorong oleh motif mengejar keuntungan. Mereka
justru menuai laba dari fluktuasi drastis yang terjadi di pasar valas.
7
Ibid., hlm. 20
- Bank Sentral
Pada dasarnya bank sentral melakukan jual beli valuta asing untuk
menstabilkan nilai tukar mata uangya atau juga disebut dengan istilah
kegiatan intervensi.
- Pialang
Bertindak sebagai perantara yang mempertemukan penawaran dan
permintaan terhadap mata uang tertentu. Secara tidak langsung pialang
memiliki akses langsung dengan dealer dan bank seluruh dunia.
- Pemerintah
Adapun tujuan pemerintah melakukan transaksi valuta asing anatar
lain untuk membayar utang luar negeri, menerima pendapatan dari luar negeri
yang harus ditukarkan lagi kedalam uang lokal.
b). Tujuan Pasar Valuta Asing
Ada beberapa tujuan dalam melakukan transaksi valuta asing, diantaranya
sebagai berikut:
- Untuk mempertahankan daya beli
- Sebagai transaksi pembayaran
- Sebagai jalan transaksi ke luar negeri
- Mencari keuntungan
ال تبيعوا الذهب بالذهب إال مثل بمثل وال تشقوا بعضها على بعض وال تبيعوا
وال تبيعوا منها، بالو ِر ْق إال مثل بمثل وال تشقوا بعضها على بعض
َ الو ِر ْق
َ
غائبا ً بناجز
Artinya: Jangan menjual emas dengan emas kecuali sama nilainya.
- Hadits sahih riwayat Muslim
بيعوا الذهب بالفضة كيف شئتم يداً بيد
Artinya: Juallah emas dengan emas sesukamu (asal) serah terima langsung.
إذا اختلفت هذه األجناس فبيعوا كيف شئتم إذا كان يداً بيد
Artinya: Apabila jenisnya berbeda, maka juallah sesukamu asalkan serima terima
langsung (kontan).
Dalam memahami matan teks teks yang menjelaskan permasalahan valas,
ulama bersilang pendapat. Diantaranya adalah kelompok kontekstualis. Aliansi ini
terdiri dari madzhab Hanbaliyyah, Mâlikiyyah, Hanafiyyah. Ketiga madzhab tersebut
masing-masing mempunyai struktur penalaran yang bervariasi yang akan kami
uraikan di bawah ini.
Dalam perspektif Hanbali, terjadi kontradiksi, tetapi menurut pendapat yang
lebih populer (qaul asyhar) dinyatakan bahwa ‘ilat riba dalam emas dan perak adalah
jenis barang yang memakai standar timbangan (mawzûn al-jinsi). Oleh sebab itu,
pintu analogi menjadi terbuka bagi setiap jenis materi yang mempunyai standarisasi
timbangan. Dengan demikian uang kertas tidak termasuk harta ribawi karena
standarnya bukan timbangan.
Sementara Mâlikiyyah mempunyai pandangan yang sedikit berbeda, mereka
menegaskan bahwa ‘ilat riba dalam kurensi emas dan perak adalah commodity
money (tsamaniyyah). Dengan demikian keharaman riba juga terdapat pada uang
kertas berdasarkan inferensi-analogis (istinbath-qiyasi). Pandangan ini senada dengan
madzhab Hanafiyyah, tetapi Hanafiyyah lebih memilih pendekatan hermeneutis
dengan cara menelisik konteks historis yang melatari munculnya Hadîts ‘Ubâdah bin
Shâmit. Proses dekontekstualisasi historis tersebut dicanangkan guna menelanjangi
sosio-kultural dan ekonomi yang menyebabkan mengapa teks Hadîts tersebut
berbunyi demikian, yakni teks yang hanya membatasi pada enam jenis harta ribawi.
Ternyata, menurut mereka, pembatasan tersebut mempunyai tali kaitan erat dengan
konteks perekonomian yang dipraktikkan pada saat itu, di mana pada umumnya dunia
perdagangan masih berkisar pada jenis-jenis komoditas tersebut, dan kurensi emas
dan perak merupakan dua komoditas uang yang menjadi alat tukar yang terlaku pada
zaman itu.
Setelah melakukan dekontekstualisasi historis, madzhab Hanafiyyah
melanjutkan kerja penafsirannya dalam rangka membumikan ruh Hadîts tersebut pada
realitas kekinian. Tugas ini oleh Hanafiyyah didasarkan pada analogi kurensi uang
kertas terhadap emas dan perak dengan landasan ‘ilat berupa commodity
money (atsmân al-asyyâ’) dan mempunyai potensi berkembang (nama’). Dengan
demikian, Hanafiyyah memandang bahwa ketentuan harta ribawi juga terlaku dalam
uang kertas.8
Menurut Imam Al-Jaziri dalam kitabnya9, ada syarat-syarat khusus yang harus
dipenuhi dalam melakukan jual beli valas antara dua mata uang yang berbeda. Syarat-
syarat tersebut adalah sebagai berikut:
Kontan (khulul). Hukumnya tidak sah jual beli valas yang tidak kontan
(tertunda).
Transaksi dilakukan dengan serah terima di tempat akad ()التقابض فى المجلس.
Yakni serah terima valas dilakukan secara langsung pada saat transaksi terjadi
Berdasarkan dalil hadits di atas ( )وال تبيعوا منها غائبا ً بناجز. Apabila kedua pihak berpisah
sebelum menerima barang atau valas yang dijual, maka transaksi dianggap batal.
Apabila valuta atau mata uang yang dijual berasal dari mata uang yang sama,
seperti rupiah dengan rupiah, maka nilainya harus sama. Maka tidak boleh menjual
beli 50.000 rupiah dengan 55.000 rupiah Indonesia.
Syarat adanya taqabuq (serah terima) dalam transaksi diatas adalah pendapat para
ulama yang mengatakan bahwa uang dihukumi sebagai nuqud. Tetapi menurut
pendapat ulama’ yang tidak menganggap bahwa mata uang tersebut sebagai nuqud
maka boleh bertransaksi tanpa bersyarat.10
6. Pandangan Islam Mengenai Pasar Uang dan Bursa Valuta Asing
Menurut Masjfuk Zuhdi, jual beli valuta asing dan saham diperbolehkan oleh
islam, baik transaksinya dilakukan di bursa valuta asing dan bursa efek maupun
tempat lain. Karena transaksinya telah memenuhi syarat rukun jual beli menurut
hukum islam,11
D. DD
8
Wahbah az-Zuhayli, Fiqh al-Islami Wa Adillatuhu, Juz 4, (Damaskus: Dar Al-Fikr, 2000), hlm.
676.
9
Abdurrahman Al-Jaziri, Al-fiqhu ‘Ala al-Madzahib Al-Arba’ah, Juz 2, hlm. 5050-506.
10
Muhammad At-Turmusi, Mauhibah Dzil Fadzl, Juz 4, Mesir: Matba’ah Al-‘Amirah Al-
Syarfiyyah, tt., Hlm. 29.
11
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah , (Toko Gunung Agung, Malang, 1987), hlm. 139
1. Pelaksanaa transaksi forex