Anda di halaman 1dari 9

NAMA : YUSRAWATI

NIM : 201841046

UNIT :2

JURUSAN : EKONOMI SYARIAH

SOAL :

1. Menurut yang anda ketahui, apa perbedaan antara maslahah dan utilitas ? Buatlah

sebuah contoh dalam kehidupan sehari- hari yang kalian lihat.

JAWAB :

*Maslahah (Arab : ‫ ) المصلحة‬adalah memelihara tujuan syara' dan meraih

manfaat/menghindarkan kemudharatan.

Maslahah adalah mencari manfaat dalam syari'at islam. Ada banyak pendapat mengenai

pengertian maslahah menurut para ulama, akan tetapi inti dari pengertian maslahah ialah mencari
manfaat tapi tetap dalam syari'ah islam, atau tidak keluar dari hukum islam. Seperti berjualan
dengan mengutamakan kejujuran untuk mencapai maslahah atau mencari manfaat tapi tidak
kluar dari jalur hukum islam.

Maslahah juga menjadi tujuan utama dalam ekonomi islam yang mana tujuan ekonomi

islam adalan mencapai maslahah yang artinya segala kegiatan perekonomian islam semua hanya
di tujukan untuk mencapai maslahah.

*Utilitas adalah kemampuan suatu barang atau jasa dalam memberikan manfaat atau

kegunaan atau kepuasan kepada orang yang mengkonsumsinya. Semakin tinggi utilitas suatu
barang atau jasa, semakin diinginkan barang atau jasa itu oleh seseorang. 

Perbedaan Maslahah dan Utilitas:

a)Konsep maslahah dikorelasikan dengan kebutuhan (need), sedangkan kepuasan (utility)


dikorelasikan dengan keinginan (want).
b)Utilitas atau kepuasan bersifat individualistis, maslahah tidak hanya bisa dirasakan
oleh individu tetapi bisa dirasakan pula oleh orang lain atau sekelompok orang lain atau
masyarakat.

c)Maslahah relatif lebih obyektif karena didasarkan pada pertimbangan yang obyektif
(kriteria tentang halal atau baik) sehingga suatu benda ekonomi dapat diputuskan apakah
memiliki maslahah atau tidak. Sementara utilitas mendasarkan pada kriteria yang lebih subyektif,
karenanya dapat berbeda antara individu satu dengan lainnya.

d)Maslahah individu relatif konsisten dengan maslahah sosial. Sebaliknya, utilitas


individu sering berseberangan dengan utilitas sosial.

e)Jika maslahah dijadikan tujuan dari seluruh pelaku ekonomi (konsumen, produsen,
dan distributor), maka semua aktivitas ekonomi masyarakat baik konsumsi, produksi, dan
distribusi akan mencapai tujuan yang sama, yaitu kesejahteraan.

*contoh dalam kehidupan sehari-hari, ketika seseorang mengkonsumsi makanan untuk


menghilangkan rasa lapar, maka ia akan mendapatkan maslahah untuk tubuhnya. Namun akan
berbeda jika seseorang mengkonsumsi makanan dengan alasan hanya untuk mencapai
keinginannya.

Kandungan maslahah terdiri atas manfaat dan berkah. Dalam hal perilaku konsumsi,
seorang konsumen akan mempertimbangkan manfaat dan berkah yang dihasilkan dari kegiatan
konsumsinya. Seorang konsumen akan merasakan adanya manfaat dari kegiatan konsumsi jika
mendapatkan pemenuhan kebutuhan fisik atau psikis bahkan material.

Pada sisi lain, berkah yang diperolehnya ketika mengkonsumsi barang atau jasa yang
dihalalkan oleh syariat islam. Sebab mengkonsumsi yang halal saja merupakan kepatuhan
kepada Allah dan mendapat pahala. Pahala inilah yang kemudian dirasakan sebagai berkah dari
barang/jasa yang telah dikonsumsinya. Oleh karena itu, manfaat dan berkah hanya akan
diperoleh ketika prinsip dan nilai-nilai Islam bersama-sama diterapkan dalam ekonomi Islam.

SOAL :

2. Pemilihan konsumsi dalam islam sangat mementingkan efesiensi. Jelaskan apa yang

dimaksud dengan efesiensi. Berikan contoh!

JAWAB :

Efisiensi adalah ukuran tingkat penggunaan sumber daya dalam suatu proses. Semakin
hemat/sedikit penggunaan sumber daya, maka prosesnya dikatakan semakin efisien. Proses yang
efisien ditandai dengan perbaikan proses sehingga menjadi lebih murah dan lebih cepat.
Efesiensi ialah perbandingan terbaik dari usaha(kerja) yang di nilai dari hasil usaha.
Efisiensi bisa dinilai dari segi waktu,biaya dan tenaga.Untuk itu disini saya akan memaparkan
contoh kasus dari 3 hal tesebut :

 Efisiensi Waktu
Contoh Soal

Pada Sebuah perusahaan X di berlakukan aturan jadwal masuk kerja jam 09.00 WIB.
Bagian  management menugaskan 2 karyawannya untuk menuntaskan laporan hasil kerja dan
pekerjaan rutin lainnya dalam ruang lingkup yang sama. 2 karyawan ini mempunyai jarak yang
sama yaitu 5 km untuk menempuh perjalanan ke perusahaan X menggunakan kendaraan dinas
perusahaan.
-Karyawan yang bernama Syaref datang lebih cepat yaitu sekitar jam 07.45. Dan ia telah
menyelesaikan laporan hasil kerjanya,pekerjaan rutin tiap hari serta ia juga telah membaca koran,
berbincang dengan rekan kerja yang lain (bersosialisasi) dan telah membuat rencana kerja
-Karyawan  yang bernama putra datang tepat waktu dan ia telah menyelesaikan laporan hasil
kerjanya dan pekerjaan rutin tiap harinya.

Pembahasan :
Management waktu adalah hal yang penting pada efsiensi kerja. Karyawan yang bernama
syaref bekerja lebih efisiensi dari putra,karena selain menyelesaikan tugas pokoknya.Ia juga
dapat berinteraksi dan membuat rencana kerja esok. Syaref merupakan karyawan yang
memanfaatkan waktu dilihat dari jam ia masuk kerja dan cara ia menghasilkan pekerjaannya dan
hal lain yang dilakukan selama ia berada di kantor. Padahal diantara syaref dan putra memiliki
jarak tempuh dan kendaraan perusahaan yang sama.

 Efesiensi Biaya
Contoh Soal
Seorang dosen mata kuliah PPE menugaskan mahasiswanya untuk mencari contoh kasus
efisiensi Waktu, Biaya, dan Tenaga dengan tempo waktu 2 minggu . Untuk menyelesaikan tugas
ini, berbagai cara di lakukan mahasiswanya. Ada mahasiswa yang menyelesaikan tugas nya
tersebut dengan menggunakan fasilitas internet, buku, dan ada juga yang merupakan hasil
pemikiran sendiri.

Pembahasan :
Mahasiswa yang pintar dan memiliki daya fikir yang mampu di gunakan pada saat yang
tepat ialah mahasiswa yang dapat berfikir sesuai nalarnya sendiri. Mereka tidak akan membuang
uang untuk membeli kuata internet atau memesan kopi untuk memanfaatkan internet. Karena
soal yang di berikan hanya merupakan contoh kasus yang terjadi di sekitar dan sudah di
terangkan sebelumnya. Mahasiswa yang menyelesaikan tugas ini dengan pemikiran sendiri ini
sangat berpengaruh pada Efisiensi biaya.

 Efisiensi Tenaga
Contoh Soal
Sebuah Perusahaan membuka sebuah lowongan pekerjaan di bidang akutansi. Pada tahap
penerimaan, perusahaan akan melakukan tes tulis, hitung dan wawancara. Pada tahap tes
menghitung dipersilahkan untuk 2 pelamar yang berijazah akutansi untuk masuk ke ruang tes
lalu membuat laporan keuangan dengan peralatan yang telah di persiapkan yaitu 2 laptop dengan
fasilitas yang boleh digunakan hanya word dan excel, soal yang sama,  kalkulator dan waktu 30
menit.Hasil kerja yang di berikan yaitu :
      -- Pelamar A telah mampu membuat laporan keuangan sampai 4 bulan dengan hanya
menggunakan fasilitas excel.
    --  Pelamar B hanya mampu membuat laporan keuangan untuk 2 bulan dengan fasilitas yang di
gunakan kalkulator dan microsoft word.

Pembahasan :
Pada kasus ini, jelas Pelamar A sangat efisien dalam menggunakan tenaga nya, ia lebih
banyak menghasilkan laporan karena ia mengerti ilmu akutansi dan excel. Pelamar A tidak
membuang-buang tenaga untuk memencet kalkulator. Pada kasus ini,kita juga dapat menilai
efektifitas pelamar. Ia menggunakan cara atau ilmu yang tepat untuk menyelesaikan
pekerjaannya

SOAL :

3. Bagaimanakah system pengalokasian sumber untuk kebutuhan dalam islam? Jrlaskan,


berikan contoh.

JAWAB :

Dengan cara salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk hidup dalam
aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) berusaha. Kebutuhan manusia banyak sekali
contohnya : pangan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan dan lain-lain

Dalam dunia ekonomi, terdapat tingkatan terhadap pemenuhan akan kebutuhan barang
dan jasa. Tingkatan tersebut adalah keinginan dan kebutuhan.Keinginan adalah segala kebutuhan
lebih terhadap barang ataupun jasa yang ingin dipenuhi setiap manusia pada sesuatu hal yang
dianggap kurang.Keinginan tidak bersifat mengikat dan tidak memiliki keharusan untuk segera
terpenuhi.

Keinginan lebih bersifat tambahan, ketika kebutuhan pokok telah terpenuhi.kebutuhan


adalah sesuatu yang harus dimiliki manusia karena tingkat keperluan atau urgensinya yang
tinggi. Jika seseorang memiliki kebutuhan terhadap barang atau jasa, biasanya hal paling penting
yang menjadi pertimbangan adalah manfaat yang dapat diambil dari barang atau jasa tersebut
beserta fungsinya.

Keinginan berada di sisi lain, biasanya bersifat subjektif, tidak terlalu berpengaruh pada
kelangsungan hidup seseorang. Pemenuhan terhadap 'keinginan' biasanya bersifat kepuasan
semata dan cenderung menyesuaikan terhadap selera individu.Keinginan bisa bersifat positif jika
pemenuhannya memberi nilai tambah atau memberi dukungan terhadap pemenuhan kebutuhan
yang telah tercapai.

 
.

2. Kebutuhan Menurut Islam (Maslahah)

Menurut Syatibi, maslahah dibedakan menjadi tiga, yaitu :

a. Kebutuhan Dharuriyyah

Daruriyyah adalah sesuatu yang wajib adanya menjadi pokok kebutuhan hidup untuk
menegakkan kemaslahatan manusia. Kebutuhan dharuriyyah dalam pengertian ini berpangkal
daripada pemeliharaan lima hal, yaitu: agama, jiwa, akal, kehormatan, dan harta. Contoh
kebutuhan dharuriyyah :

Pengeluaran untuk mempertahankan jiwa dan raga: pangan, sandang, papan dan kesehatan

Pengeluaran untuk keagamaan: pengeluaran untuk peribadatan, pemeliharaan hasil-hasil


kebudayaan dan dakwah Islam.

Pengeluaran untuk memelihara akal: pengeluaran untuk pendidikan

Pengeluaran untuk memelihara kehormatan: pengeluaran untuk biaya perkawinan dan sejenisnya

Pengeluaran untuk menjaga harta kekayaan, misalnya membeli brankas-brankas yang cocok
untuk menyimpan harta.

b. Kebutuhan Hajiyah

Kebutuhan ini maksudnya untuk memudahkan, menghilangkan kesulitan atau menjadikan


pemeliharaan yang lebih baik terhadap lima unsur pokok kehidupan manusia. Pada dasarnya
jenjang hajiyah ini merupakan pelengkap yang mengokohkan, menguatkan, dan melindungi
jenjang dharuriyyah. Atau lebih spesifiknya lagi bertujuan untuk memudahkan atau
menghilangkan kesulitan manusia di dunia.

c. Kebutuhan Tahsiniyah

Tahsiniyah adalah sesuatu yang diperlukan oleh norma atau tatanan hidup serta perilaku menurut
jalan yang lurus. Hal yang bersifat tahsiniyah berpangkal dari tradisi yang baik dan segala tujuan
perikehidupan manusia menurut jalan yang baik. Secara lebih spesifik tahsiniyah adalah semua
barang yang membuat hidup menjadi lebih mudah dan gampang tanpa berlebih-lebihan atau
bermewahan, seperti makanan yang baik, pakaian yang nyaman, peralatan kecantikan, interior
rumah yang tertata lengkap dan tertata indah, serta semua barang yang menjadikan hidup
manusia menjadi lebih baik.
Barang kebutuhan ini berhubungan dengan hadits nabi:

"Diantara kebahagiaan seseorang adalah tetangga yang baik, kendaraan yang nyaman, dan
rumah yang luas" (HR.Ahmad).

Contoh barang kebutuhan tahsiniyah:

Pengeluaran untuk acara perayaan tertentu yang diperbolehkan oleh syara'

Pengeluaran untuk membeli beberapa perlengkapan yang memudahkan pekerjaan perempuan di


rumah.

Pengeluaran untuk memperindah rumah.

Daruriyyah wajib dipelihara. Hajiyah boleh ditinggalkan apabila memeliharanya merusak hukum


dharuriyah, dan tahsiniyah boleh ditinggalkan apabila dalam menjaganya merusak hukum
dharuriyyah dan hajiah. Jadi, secara umum barang dan jasa yang memiliki kekuatan untuk
memenuhi kelima elemen pokok (dharuriyah) telah dapat dikatakan memiliki Maslahah bagi
umat manusia.

D. Kebutuhan
Manusia Dalam  Pandangan Ekonomi Kapitalis Dan  Ekonomi  Islam
Dalam Islam, konsumsi tidak dapat dipisahkan dari peranan keimanan, hal ini menjadi tolak ukur
penting karena keimanan memberikan cara pandang yang cenderung mempengaruhi perilaku dan
kepribadian manusia. Keimanan sangat mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi baik
dalam bentuk kepuasan material maupun spiritual, yang kemudian membentuk kecenderungan. 

Prilaku konsumsi di pasar.Ketika keimanan ada pada tingkat yang cukup baik, maka
motifberkonsumsi atau berproduksi akan didominasi oleh tiga motif utama tadi mashlahah,
kebutuhan dan kewajiban.Ketika keimanan ada pada tingkat yang kurang baik, maka motifnya
tidak didominasi hanya oleh tiga hal tadi tapi juga kemudian akan dipengaruhi secara signifikan
oleh ego, rasionalisme, Materialisme dan keinginan-keinganan yang bersifat
individualistis.Ketikake iman ada pada tingkat yang buruk, maka motif berekonomi tentu saja
akan didominasi oleh nilai-nilai individualistis (selfishness)ego, keinginan danrasionalisme.

Pemenuhan kebutuhan manusia dalam pandangan Islam, yaitu senantiasa mengkaitkannya


dengan tujuan utama manusia diciptakan yaitu ibadah.Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka
Allah menghiasi manusia dengan hawa nafsu (Syahwat) dengan adanya hawa nafsu ini maka
muncul keinginan dalam diri manusia.
Batasan konsumsi dalam Islam tidak hanya memperhatikan aspek halal haram saja tetapi
termasuk pula yang diperhatikan adalah yang baik, cocok, bersih, sehat, tidak menjijikan,dan
larangan bermegah-megahan.Begitu pula batasan konsumsi dalam syariah tidak hanya berlaku
pada makanan dan minuman saja, tetapi juga mencakup jenis-jenis komoditi lainya.

Pelarangan atau pengharaman konsumsi untuk suatu komoditi bukan tanpa sebab.Pengharaman
untuk komoditi karena zatnya memiliki kaitan langsung dalam membahayakan moral dan
spiritual.

Misalnya pengharaman terhadap minuman arak karena zat yang terkandungnya dapat merusak
tubuh manusia, walaupun mungkin manusia ada yang mempunyai kebutuhan dan keinginan
untuk mengkonsumsi minuman arak tersebut, tetapi dari segi kesehatan dan manfaat lebih
banyak merusaknya atau lebih banyak mudharatnya dalam pandangan Islam.

Hal ini tentu berbeda jauh dengan prinsip pemenuhan kebutuhan manusia menurut ekonomi
kapitalis yang lebih pada orientasi materi bagaimana memaksimalkan produksi barang dan jasa
guna memenuhi  kebutuhan manusia.landasan filosofi sistem ekonomi kapitalis adalah
sekularisme, yaitu memisahkan hal-hal yang bersifat spiritual dan material (atau agama dan
dunia)secara dikotomis. Segala hal yang berkaitan dengan dunia adalah urusan manusia itu
sendiri sedangkan agama hanyalah mengurusi hubungan antara manusia dengan Tuhannya.
Implikasi dari ini adalah menempatkan manusia sebagai pusat dari segala hal kehidupan
(Antrophosentris) yaiitu manusialah yang berhak menentukan kehidupannya sendiri.

SOAL :

4. Jelaskan perbedaan rasionalitas konsumen dalam ekonomi konvensional dan


ekonomi islam ? tulislah satu ayat yang menunjukan perlunya bersedekah dan
zakat.

JAWAB :

rasionalitas konsumen dalam ekonomi konvensional dalam kajian ekonomi merupakan


suatu perkara yang lebih sering dipakai. Apabila definisi itu dijelaskan biasanya berupa deskripsi
tentang pilihan rasional atau perbuatan rasional. Definisi rasionalitas menjadi membingungkan
ketika dapat berarti banyak, seperti tidak memihak (dispassionate), beralasan (reasonable), logis
(logical)dan mempunyai maksud tertentu (purposeful). 

Serta lebih lanjut keputusan rasional yang dibuat terkadang tidak selalu sesuai yang
diharapkan. Sehingga perbedaan rasionalitas juga terjadi antar sesama ilmuwan social. Dimana
rasionalitas menjadi topic yang controversial dan tidak ada definisi jelas, lugas, serta gambling
yang bisa diterima secara umum oleh semua pihak.

Sedangkan yang dimaksud dengan asumsi rasionalitas adalah anggapan bahwa manusia
berperilaku secara rasional (masuk akal), dan tidak akan secara sengaja membuat keputusan yang
akan menjadikan mereka lebih buruk.[4] yaitu memaksimumkan kepuasan atau keuntungan
senantiasa berdasarkan pada keperluan (need) dan keinginan-keinginan (want) yang digerakkan
oleh akal yang sehat dan tidak akan bertindak secara sengaja membuat keputusan yang bisa
merugikan kepuasan atau keuntungan mereka. 

Bahkan menurutnya, suatu aktivitas atau sikap yang terkadang nampak tidak rasional
akan tetapi seringkali ia memiliki landasan rasionaliti yang kuat, misalnya sikap orang lanjut usia
yang tidak mau belajar teknologi baru, orang yang berpacaran dengan menghabiskan waktu dan
uang, sikap menolong orang fakir miskin dan sebagainya.

Konsep rasionalitas muncul karena adanya keinginan-keinginan konsumen untuk


memaksimalkan utiliti dan produsen ingin memaksimalkan keuntungan, berasaskan pada satu set
constrain. 

Yang dimaksud constrain dalam ekonomi konvensional adalah terbatasnya sumber-sumber dan
pendapatan yang dimiliki oleh manusia dan alam, akan tetapi keinginan manusia pada dasarnya
tidak terbatas.

rasionalitas konsumen dalam ekonomi Islam, tindakan rasional termasuklah kepuasan atau
keuntungan ekonomi dan rohani baik di dunia maupun di akhirat, sedangkan dalam ekonomi
konvensional cakupan tujuannya terbatas hanya pada kepuasan atau keuntungan ekonomi saja. 

Oleh karena itu, dimensi  waktu dalam ekonomi Islam adalah lebih luas dan menjadi perhatian
tersendiri pada tingkat agen-agen ekonomi di dalam Islam. 

Dalam ekonomi Islam, di dalam menjalankan perekonomian tidak hanya berasaskan pada logikal
semata-mata, akan tetapi juga berasaskan pada nilai-nilai moral dan etika serta tetap berpedoman
kepada petunjuk-petunjuk dari Allah SWT.

Manusia perlu bertindak rasional karena ia mempunyai beberapa kelebihan dibanding ciptaan
Allah yang lainnya. Manusia dianggap bertindak rasional apabila .individu tersebut mengarahkan
perilakunya untuk mencapai tahapan maksimum sesuai dengan norma-norma Islam. 

Dalam ekonomi Islam yang dimaksud dengan constrain adalah terbatasnya kemampuan
manusia baik dari segi fisik maupun pengetahuan untuk mencapai atau mendapatkan sesuatu
sumber yang tidak terbatas yang telah disediakan oleh Allah SWT.
Alquran ► Surah Al Hadiid ► Ayat 7
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebahagian
daripada hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya (memberikan
penguasaannya kepada kamu). Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan
menafkahkan (sebahagian) daripada hartanya memperoleh pahala yang besar.”

Tidak sama bersedekah sebelum dan selepas futuh Makkah :


Miskin yang bermaruah :
Alquran ► Surah Al Baqarah ► Ayat 273
“ (Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah;
mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi; orang yang tidak tahu menyangka
mereka orang kaya kerana (mereka) memelihara diri dari pada minta-minta. Kamu
kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang
secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah),
maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.”

Surat Al-Baqarah Ayat 274


َ‫ار ِس ًرّ ا وَ عَ اَل ِن يَة ً َف لَ ُه ْم َأ ْج رُ ُه ْم ِع ْن د‬ َ
ِ ‫الَّ ِذ ينَ ي ُْن ِف ُق ونَ أ مْ وَ الَ ُه ْم ِب اللَّ ْي ِل وَ النَّ َه‬
َ‫رَ ِبّ ِه ْم وَ اَل خَ وْ فٌ عَ لَ ْي ِه ْم وَ اَل ُه ْم ي َْح زَ نُ ون‬

Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan
terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Anda mungkin juga menyukai