DISUSUN
OLEH:
90200118043
Persoalan penting yang menjadi fokus perhatian ilmu ekonomi ialah kelangkaan
sumber daya yang dapat dipergunakan oleh masyarakat. Pengalokasian sumber-sumber
potensial yang dapat digunakan manusia ialah masalah utama ekonomi. Analisis perilaku
manusia yang berkaitan dengan barang dan jasa. Pemenuhan kebutuhan, setiap individu
selalu dihadapkan pada berbagai pilihan (prefensi) yang ada di pasar. Membuat sejumah
keputusan bagaimana mengalokasikan sumber daya untuk memenuhi berbagai kebutuhan
dan juga harus memilih penggunaan uang untuk membeli barang atau jasa yang
dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kebutuhan individu terdiri dari kebutuhan primer,sekunder dan tersier. Kebutuhan
primer adalah kebutuhan yang harus atau wajib terpenuhi, artinya apabila kebutuhan
tersebut tidak terpenuhi, maka manusia akan mengalami kesulitan dalam
hidupnya .Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang sifatnya melengkapi kebutuhan
primer dan kebutuhan itu baru terpenuhi setelah kebutuhan primer terpenuhi. Kebutuhan
tersier timbul setelah kebutuhan primer dan sekunder terpenuhi. Pada umumnya,
kebutuhan tersier ini disebut kebutuhan mewah, karena pemenuhan kebutuhannya tertuju
pada barang-barang mewah yang hanya dilakukan oleh orang yang berpenghasilan tinggi.
Menentukan pilihan kebutuhan, harus menyeimbangkan antara kebutuhan, preferensi dan
ketersediaan sumber daya. Fungsi permintaan termasuk salah satu bagian dari kegiatan
masyarakat untuk mengkonsumsi suatau barang.
Menurut ekonomi Konvensional, konsumen diasumsikan selalu bertujuan untuk
memperoleh kepuasan ( utility) dalam 3 kegiatan konsumsinya. Perilaku konsumsi
merujuk pada kegiatan untuk memenuhi kebutuhannya sehingga mencapai kepuasan
yang optimal. Pada dasarnya pandangan tersebut mempelajari tentang upaya manusia
baik sebagai individu maupun masyarakat dalam rangka melakukan pilihan penggunaan
sumber daya yang terbatas guna memenuhi kebutuhan (yang pada dasarnya tidak terbatas)
akan barang dan jasa.
Teori ekonomi konvensional tidak membedakan antara kebutuhan (needs) dan
keinginan (wants). Keduanya dianggap sama, yakni relatif tidak terbatas. Pandangan
konvensional tersebut menunjukkan sifat materialistis. Konsumsi merupakan fungsi dari
keinginan, nafsu, harga barang, pendapatan, dan lain-lain tanpa mempedulikan dimensi
spiritual. Dimensi spiritual dianggap berada di luar otoritas wilayah ilmu ekonomi. Tidak
ada yang dapat menghalangi perilaku homo economicus kecuali kemampuan dananya.
Konsumsi sekarang tidak memiliki sifat peduli terhadap masa depan diri sendiri di dunia,
terlebih untuk masa depan kelak di akhirat. Mengkonsumsi alkohol dan rokok, menguras
minyak bumi, menebangi hutan, serta proses industri yang menimbulkan polusi dan air
merupakan contoh nyata yang bersifat merusak. Bagi ekonomi konvensional yang
terpenting ialah bagaimana cara memuaskan utilitas pribadi.
Menurut ilmu ekonomi, konsumsi merupakan kegiatan menggunakan atau
memakai barang dan jasa secara langsung untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Konsumsi berhubungan erat dengan tingkat pendapatan penggunaan barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan manusia.5 Konsumsi tidak hanya menyangkut perilaku
makan dan minum saja, tetapi juga perilaku ekonomi lainnya seperti membeli dan
memakai baju, membeli dan memakai kendaraan, membeli dan memakai sepatu, dan
sebagainya.
Definisi konsumsi menurut para peneliti ekonomi Islam tidak berbeda dengan
definisi tersebut. Akan tetapi kesamaan definisi tidak berarti kesamaan dalam setiap yang
meliputinya. Sebab, barang dan jasa yang dipergunakan dalam memenuhi kebutuhan
seorang muslim dan keinginannya harus halal.
Sebagaimana kebutuhan dan keinginan tersebut juga harus benar sesuai syariah .
Selain itu ajaran yang penting dalam konsumsi, misalnya perlunya memperhatikan orang
lain dan diharamkan juga seorang masyarakat ataupun keluarga hidup dalam serba
berlebihan. Seorang muslim ataupun keluarga yang baik akan lebih mempertimbangkan
mashlahah dari pada utilitas. Menurut ekonomi islam, konsumsi dinilai sebagai sarana
wajib yang seorang muslim tidak dapat mengabaikannya dalam merealisasikan tujuan
yang dikehendaki Allah Ta’ala dalam penciptaan manusia, yaitu merealisasikan
pengabdian sepenuhnya hanya kepada –Nya. Karena itu tidak aneh jika Islam
mewajibkan manusia mengkonsumsi apa yang dapat menghindarkan dari kerusakan
dirinya, dan mampu melaksanakan kewajiban- kewajiban yang di bebankan Allah Ta’ala
kepadanya.
B. Rumusan Masalah
Diharapkan dalam makalah ini bisa menjawab rumusan masalah berikut ini:
1. Apa pengertian dari perilaku konsumen?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen?
3. Bagaimana perilaku konsumsi dalam Ekonomi Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
Perilaku konsumsi adalah bagian dari tindakan konsumsi. Perilaku yaitu tanggapan
atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap), tidak saja badan atau ucapan.
Perilaku didasari oleh berbagai faktor baik dalam diri pribadi secara internal maupun dari
faktor luar. Perilaku yang bersumber dari dalam diri sendiri adalah perilaku yang
memang sudah ada sejak lahir dan Konsumsi adalah menghabiskan atau menggunakan
suatu nilai barang atau jasa. Menurut ilmu ekonomi, konsumsi adalah setiap kegiatan
memanfatkan, menghabiskan kegunaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
dalam upaya menjaga kelangsungan hidup. Jadi dalam hal ini bukan hanya sekedar
mementingkan kesenangan, kepuasan semata melainkan menkonsumsi suatu barang/jasa
karna memang barang tersebut sudah sewajarnya untuk dipenuhi.Perilaku konsumsi
adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan
menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan
menyusuli tindakan ini. Dengan kata lain adalah bisa dikatakan dengan cara melakukan
suatu tindakan konsumsi.
Cara dalam hal ini ada dua kemungkinan yaitu cara yang baik dan cara yang tidak
baik atau tidak dibenarkan. Cara yang baik akan berlandaskan kebenaran dan sesuai
dengan aturan baik secara hukum positif dan aturan syariat Islam. cara yang yang tidak
baik(buruk) hanya akan berlandaskan keinginan semata tanpa batasan aturan yang ada.
Perilaku yang dilakukan antar konsumen tentu akan beragam sesuai dengan kondisi
konsumen, situasi dan kondisi eksternal yang mempengaruhinya. Perilaku seseorang
dalam melakukan tindakan konsumsi tersebut diharapkan dapat tetap sesuai dengan
batasan-batasan yang telah di tetapkan, baik dari segi kesehatan, aturan hukum dan
terutama aturan syariat yang menjadi landasan utama setiap muslim dalam melakukan
suatu tindakan.
Penelitian yang dilakukan oleh Rama Doni 7 tahun 2014 pada penelitiannya yang
berjudul “Tinjauan ekonomi Islam terhadap perilaku konsumen dalam membeli barang di
pasar panorama Zahara Busana Kota Bengkulu” menggunakan metode deskriptif
kualitatif menyimpulkan bahwa tinjauan ekonomi Islam terhadap perilaku konsumen
dalam membeli barang di pasar panorama adalah bahwa itu sesuai dengan aturan yang
harus diteliti oleh seseorang dalam membeli barang dan sesuai dengan prinsip syariat
islam. Seperti dengan cara konsumen dalam membeli barang tidak boleh boros dalam
membeli barang.
Dalam Islam, konsumsi tidak dapat dipisahkan dari peranan keimanan. Peranan
keimanan menjadi tolak ukur penting karena keimanan memberikan cara pandang dunia
yang cenderung mempengaruhi kepribadian manusia. Keimanan sangat mempengaruhi
kuantitas dan kualitas dan konsumsi, baik dalam bentuk kepuasan materil maupun
spiritual. Dalam Islam juga sudah sangat jelas dijelaskan tentang aturan dalam
melakukan segala perbuatan, baik buruk, halal haram yang termaktub dalam Alqu’an,
Hadis dan ijma ulama.
Nilai dasar yang menjadi fondasi bagi perilaku konsumsi masyarakat muslim adalah
keyakinan terhadap adanya hari kiamat dan kehidupan akhirat, kebajikan,kebenaran dan
ketakwaan kepada Allah SWT merupakan kunci moralitas Islam. kebajikan dan
kebenaran dapat dicapai dengan perilaku yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan dan
menjauhkan diri dari kejahatan, harta merupakan alat untuk mencapai tuuan hidup jika
diusahakan dan dimanfaatkan dengan benar.
Kebutuhan (need) merupakan konsep yang lebih bernilai dari sekedar keinginan
(want). Want ditetapkan berdasarkan konsep utility yang cenderung lebih condong
terhadap nafsu yang dapat menyesatkan kepada hal-hal yang dilarang syariat. , need
didasarkan atas konsep maslahah selagi itu baik dan mendatangkan mafaat maka itu
diperbolehkan. Tujuan syariah adalah mensejahterahkan manusia (maslahah al’ibad).
dan jasa yang memberikan maslahah bagi penggunanya di sebut dengan kebutuhan
manusia yang secara tidak langsung memang harus di penuhi. Jika kebutuhan tersebut
tidak terpenuhi maka seseorang tersebut akan mengalami kesusahan.
Kebutuhan adalah fitrah setiap manusia yang bersifat obyektif dan mendatangkan
manfaat dan kemaslahatan di samping kepuasan. Pemenuhan kebutuhan ini akan
memberikan manfaat baik secara fisik,spiritual, intelektual maupun materil. Keinginan
berasal dari hasrat manusia yang bersifat subyektif. Jika terpenuhi akan menimbulkan
kepuasan atau manfaat psikis di samping manfaat lainnya.
Ekonomi konvensional
Formulasi dalam maslahah adalah unsur manfaat dan berkah, atau bisa ditulis sebagai
berikut:
B = Berkah
Dimana βi adalah frekuensi kegiatan dan ρ adalah pahala per unit kegiatan. Dengan
mensubtitusikan persamaan
diatas, maka
B = F βiρ............. (4.11)
Dari formulasi diatas dapat ditunjukkan bahwa ketika pahala suatu kegiatan tidak
ada misalnya, ketika mengkonsumsi barang yang haram, maka maslahah yang diperoleh
konsumen adalah hanya sebatas manfaat yang dirasakan di dunia (F). Demikian pula
sebaliknya, jika suatu kegiatan yang sudah tidak memberikan manfaat (di dunia), maka
nilai keberkahannya juga tidak ada sehingga maslahah dari kegiatan tersebut juga tidak
ada. Besarnya keberkahan akan mengkonsumsi suatu barang dan jasa tergantung dengan
frekuensi kegiatan konsumsi yang yang dilakukan. Semakin tinggi frekuensi kegiatan
yang memberikan unsur maslahah maka akan besar pula keberkahan yang akan di dapat.
BAB III
KESIMPULAN
Doni, Rama. 2014. “ Tinjauan Ekonomi Islam Terhadap Perilaku Konsumen dalam Membeli
Barang Di Pasar Panorama Zahara Busana Kota Bengkulu”. skripsi sarjana, Jurusan Ekonomi
Islam Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam.
Misbahul, Munir. 2007. Ajaran-ajaran Ekonomi Rasulullah kajian Hadits Nabi dalam
Perspektif Ekonomi. Malang: Uin Malang Press.
Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid al-syari’ah. Jakarta: Kencana Prenada
Media.