Anda di halaman 1dari 8

Makalah Ekonomi Mikro Islam

Teori Perilaku Konsumen

DISUSUN OLEH:

1.HISYAM FITRIANSYAH
2.KHOLIT MUHAMMAD MUKHRON

DOSEN PENGAMPUH:
INDAH PERMATA SARI SIREGAR M.Si

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM SYEKH ALI HASAN


AHMAD ADDARY PADANGSIDIMPUAN
A.Pengertian Perilaku Konsumen

Perilaku Konsumen merupakah salah satu bidang ilmu, dimana


mempelajari terkait cara individu, kelompok, serta organisasi dalam melakukan
pemilihan, pembelian, pemakaian, dan memanfaatkan produk, jasa, gagasan
atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan mereka (Kotler & Keller,
2009). Penngertian lain dari perilaku konsumen adalah ilmu yang mempelajari
tentang unit pembelian (buying unit) dan proses pertukaran yang melibatkan
perolehan, konsumsi dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide.
26 Menurut Sangadji, perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai suatu
studi tentang unit pembelian bisa perorangan, kelompok atau organisasi, unit-
unit tesebut akan membentuk pasar sehingga muncul pasar individu atau pasar
konsumen, unit pembelian kelompok, dan pasar bisnis organisasi.Dalam hal ini
dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen mempelajari di mana, dalam
kondisi macam apa, dan bagaimana kebiasaan seseorang membeli produk
tertentu dengan merk tertentu. Kesemuanya ini sangat membantu manajer
pemasaran di dalam menyusun kebijaksanaan pemasaran perusahaan. Proses
pengambilan keputusan pembelian suatu barang atau jasa akan melibatkan
berbagai pihak, sesuai dengan peran masing-masing.

B. Evaluasi Teori Konsumsi Konvensional

Perilaku konsumen adalah tindakan yang diambil oleh konsumen dalam


mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, dan menghabiskan barang dan jasa.
Perilaku konsumen dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor pribadi,
faktor psikologis, faktor sosial, dan faktor budaya.

Perilaku konsumsi konvensional adalah perilaku konsumen yang didasarkan


pada kebutuhan dan pertimbangan rasional. Konsumen konvensional biasanya
akan membeli barang atau jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhannya, baik kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier. Konsumen
konvensional juga akan mempertimbangkan manfaat, harga, preferensi, faktor
sosial, dan faktor budaya sebelum melakukan pembelian.1

Ciri-ciri Perilaku Konsumsi Konvensional

Berikut adalah beberapa ciri-ciri perilaku konsumsi konvensional:

Berdasarkan kebutuhan: Konsumen konvensional akan membeli barang atau


jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya.

Rasional: Konsumen konvensional akan mempertimbangkan berbagai faktor


sebelum melakukan pembelian, seperti manfaat, harga, preferensi, faktor sosial,
dan faktor budaya.

Efisien: Konsumen konvensional akan berusaha mendapatkan barang atau jasa


yang sesuai dengan kebutuhannya dengan harga yang terjangkau.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumsi Konvensional

Perilaku konsumsi konvensional dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:

Faktor pribadi: Faktor pribadi, seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan,


pendapatan, dan gaya hidup, dapat mempengaruhi perilaku konsumsi
konvensional.

Faktor psikologis: Faktor psikologis, seperti motivasi, persepsi, dan sikap, juga
dapat mempengaruhi perilaku konsumsi konvensional.

Faktor sosial: Faktor sosial, seperti kelompok acuan dan keluarga, juga dapat
mempengaruhi perilaku konsumsi konvensional.

Faktor budaya: Faktor budaya, seperti norma dan nilai-nilai, juga dapat
mempengaruhi perilaku konsumsi konvensional.

1
Jurnal : H.M.Syahrial, M.Sh,Ec PANDANGAN ISLAM TENTANG KONSUMSI (ANALISIS TERHADAP AYAT
DAN HADITS EKONOMI TENTANG KONSUMSI(2017)
Contoh kasus: Kasus 1: Pembelian mobil

Seorang pria berusia 30 tahun bernama sukiman baru saja mendapatkan


pekerjaan baru dengan gaji yang cukup besar. Sukiman memutuskan untuk
membeli mobil baru untuk memudahkan mobilitasnya sukiman melakukan riset
terlebih dahulu untuk mencari mobil yang sesuai dengan kebutuhannya. Setelah
menemukan mobil yang cocok sukimankemudian melakukan perbandingan
harga dari berbagai dealer. sukiman akhirnya memutuskan untuk membeli
mobil tersebut dari dealer yang menawarkan harga paling murah.

C.Perspektif islam terhadap konsumsi

Islam memberikan aturan terhadap semua hal, tidak terkecuali dengan


persoalan konsumsi. Konsumsi merupakan suatu hal yang niscaya dalam
kehidupan sehari-hari manusia, karena ia membutuhkan berbagai konsumsi
untuk dapat mempertahankan hidupnya. Akifitas konsumsi dalam Islam
merupakan salah satu aktifitas ekonomi manusia yang bertujuan untuk
meningkatkan ibadah dan keimanan kepada Allah SWT dalam rangka
mendapatkan kemenangan, kedamaian dan kesejahteraan akhirat (falah), baik
dengan membelanjakan uang atau pendapatannya untuk keperluan dirinya
maupun untuk amal saleh bagi sesamanya. Adapun dalam prespektif
konsvensional, aktifitas konsmusi sangat erat kaitannya dengan maksimalisasi
kepuasan (utility). Keseimbangan konsumsi dalam ekonomi Islam didasarkan
pada prinsip keadilan distribusi. Konsumsi Menurut Ekonomi Islam Menurut
Yusuf al-Qordhawi, konsumsi adalah pemanfaatan hasil produksi yang halal
dengan batas kewajaran untuk menciptakan manusia hidup aman dan sejahtera
yang dimaksud dengan konsumsi disini bukan semata-mata makan dan minum
saja. Konsumsi mencakup segala pemakaian dan pemanfaatan barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Menurut
beliau, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam berkonsumsi,
antaranya: konsumsi barang- barang yang baik (halal), berhemat, tidak
bermewah-mewah, menjauhi hutang, menjauhi kebakhilan dan
kekikiran.Konsumsi berlebih – lebihan, yang merupakan ciri khas masyarakat
yang tidak mengenal Tuhan, dikutuk dalam Islam dan disebut dengan istilah isra
(pemborosan) atau tabzir (menghambur– hamburkan harta tanpa guna). Tabzir
berarti menggunakan barang dengan cara yang salah, yakni, untuk menuju
tujuan – tujuan yang terlarang seperti penyuapan, hal – hal yang melanggar
hukum atau dengan cara yang tanpa aturan. Pemborosan berarti penggunaan
harta secara berlebih – lebihan untuk hal – hal yang melanggar hukumdalam hal
seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, atau bahkan sedekah. Ajaran – ajaran
Islam menganjurkan pada konsumsidan penggunaan harta secara wajar dan
berimbang, yakni pola yang terletak diantara kekikiran dan pemborosan.
Konsumsi diatas dan melampaui tingkat moderat (wajar) dianggap li israf dan
tidak disenangi Islam. Salah satu ciri penting dalam Islam adalah bahwa ia tidak
hanya mengubah nilai – nilai dan kebiasaan – kebiasaan masyarakat tetapi juga
menyajikan kerangka legislatif yang perlu untuk mendukung dan memperkuat
tujuan – tujuan ini dan menghindari penyalahgunaannya. Ciri khas Islam ini
juga memiliki daya aplikatif terhadap kasus orang yang terlibat dalam
pemborosan atau tabzir. Dalam hukum (Fiqh) Islam, orang semacam itu
seharusnya dikenai pembatasan – pembatasan dan, bila dianggap
perlu,dilepaskan dan dibebaskan dari tugas mengurus harta miliknya sendiri.
Dalam pandangan Syari’ah dia seharusnya diperlukan sebagai orang yang tidak
mampu dan orang lain seharusnya ditugaskan untuk mengurus hartanyaselaku
wakilnya. Keseimbangan konsumsi dalam ekonomi Islam didasarkan pada
prinsip keadilan distribusi. Jika tuan A mengalokasikan pendapatannya setahun
hanya untuk kebutuhan materi, dia tidak berlaku adil karena ada pos yang
nbelum dibelanjakan, yaitu konsumsi sosial. Jika demikian, sesungguhnya dia
hanya bertindak untuk jalannya diakhirat nanti. Implementasi perspektif islam
terhadap konsumsi: membeli barang barang yang halal dan membelanjakan
pendapatan terhadap sesuatu yang halal seperti membeli alat alat solat,Al-qur an
dan membantu pembangunan masjid.2

D.Preferensi dan prioritas konsumsi islam

Pengertian Preferensi Menurut Kotler, preferensi konsumen menunjukan


kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk jasa yang ada. Preferensi juga
diartikan sebagai pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap suatu
produk, baik barang atau jasa yang dikonsumsi.1 Preferensi juga merupakan
istilah untuk menunjukan sejauh mana masyarakat memiliki keinginan untuk
memperoleh kualitas pelayanan maupun transaksi yang lebih baik. Preferensi
merupakan pilihan- pilihan yang dibuat oleh para konsumen atas produk-produk
yang dikonsumsi. Menurut Mustana menyatakan bahwa preferensi adalah
kecenderungan seseorang dalam memilih dua pilihan. Sedangkan menurut
2
Jurnal Suharyono PERILAKU KONSUMEN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (2018)
Kotler berpendapat bahwa preferensi merupakan kesukaan konsumen dari
berbagai pilihan produk atau jasa. Dengan demikian teori preferensi dapat
digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan bagi konsumen.Dalam ekonomi
islam tujuan memilih barang dan jasa yang akan dikonsumsi adalah falah
artinya preferensi konsumsi bertendensi pada kemaslahatan dan kemudharatan
barang dan jasa yang dikonsumsi sehingga barang yang bermaslahah lebih
dipilih dari pada yang tidak ada manfaatnya dan yang mudharat perlu di hindari
atau di jauh tidak perlu dijadikan pilihan konsumsi.

Preferensi islami didasarkan pada asumsi sebagai berikut :

1.Membelanjakan harta dalam kebaikan dan menjauhi sifat kikir. Harta


diberikan Allah kepada manusia seharusnya bisa dimanfaatkan dengan cara
disaving untuk tujuan berjaga-jaga agar hidupnya tidak dalam kesulitan. Jika
sudah dimanfaatkan, maka seseorang wajib berorientasi demi kemaslahatan
yang berorientasi pada ketentuan nilai-nilai Islam. Dalam memilih barang atau
jasa untuk dikonsumsi yang berorientasi pada kemaslahatan diwajibkan dalam
Islam namun sebaliknya Islam melarang boros ataupun kikir sekalipun

2.Tidak Melakukan kemubadziran, Mengkonsumsi barang atau jasa benar-benar


yang bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh setiap
orang muslim. Jangan melakukan konsumsi yang berlebih-lebihan bahkan
pemborosan. Sifat mubazir juga dihindari dalam pembelanjaan publik juga.
Dalam pembelanjaan publik hendaknya menetapkan kriteria prioritas,
Menetapkan kreteria prioritas juga dianjurkan dalam pemunuhan konsumsi agar
tidak terjebak pada sifat boros apalagi biar dianggap orang lain kaya, maka gaya
hidupnya trendi. Oleh karena sikap-sikap memilih barang atau jasa dikonsumsi
hendaknya memperhatikan sikap yakni menjauhi utang, menjaga asset yang
mapan dan pokok, tidak hidup mewah dan boros

3. Kesederhanaan, Dalam konsidi ekonomi krisis dalam memilih konsumsi


bersikap hemat, membelanjakan hartanya pada kuantitas dan kualitas barang
atau jasa secukupnya lebih baik. Dengan kesederhanaan dapat memberikan
dampak positif bagi lingkungan sekitarnya. Preferensi konsumsi
mengedepankan sederhana, maka akan banyak harta yang disaving demi untuk
hari tua yang tidak pasti. Kesederhanaan di sini bukan berarti kikir namun harus
adanya keseimbangan memilih konsumsi barang3

ekonomi harus imbang antara konsumsi duniawi dan konsumsi akherat, yang
berupa zakat infak sodaqoh.

Implementasi Preferensi dan prioritas konsumsi islam: kita memiliki pendapatan


yang banyak, akan tetapi kita lebih memilih untuk membeli barang-barang
sesuai kebutuhan dan bersedeqah karena kita harus menyeimbangkan konsumsi
duniawi dan konsumsi akhirat.

3
Edwin Zusrony, S.E., M.M., M.Kom perilaku konsumen di era modren(2021)
Daftar Pustaka :
1.Jurnal : H.M.Syahrial, M.Sh,Ec PANDANGAN ISLAM TENTANG KONSUMSI
(ANALISIS TERHADAP AYAT DAN HADITS EKONOMI TENTANG
KONSUMSI(2017)

2.Jurnal Suharyono PERILAKU KONSUMEN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI


ISLAM (2018)

3.Edwin Zusrony, S.E., M.M., M.Kom PERILAKU KONSUMEN DI ERA


MODREN(2021)

Anda mungkin juga menyukai