Anda di halaman 1dari 6

PERLUNYA MEMPELAJARI PSIKOLOGI KHALAYAK/KONSUMEN

Mempelajari apa yang di inginkan dan di butuhkan oleh konsumen pada saat ini merupakan hal
sangat penting. Karena, memahami konsumen akan menuntun pemasar pada kebijakan
pemasaran yang tepat dan efesien. Dengan bidikan yang focus, maka biaya yang di keluarkan
untuk promosi akan lebih murah dan tepat sasaran. Selain itu, penawaran produk yang berlebih
akan menyebabkan banyak produk yang tidak terjual atau tidak di konsumsi oleh konsumen.

Factor – factor yang mempengaruhi pilihan konsumen, yaitu :

1. Konsumen individual

Artinya, untuk membeli suatu produk dengan merek tertentu di pengaruhi oleh hal – hal yang
ada pada diri konsumen seperti kebutuhan, persepsi terhadap karakteristik merek, sikap,
kondisi demografis, gaya hidup, dan karakteristik kepribadian individu. Hal – hal itu akan
mempengaruhi pilihan individu terhadap berbagai alternative merek yang tersedia.

2. Lingkungan

Seorang melakukan pembelian suatu merek produk, bisa di dasari oleh berbagai pertimbangan.
Mungkin saja dalam membeli suatu produk, seseorang meniru produk – produk yang telah di
beli oleh teman – temannya.

3. Stimuli pemasaran atau strategi pemasaran

Dalam hal ini, pemasar berusaha mempengaruhi konsumen dengan menggunakan stimuli –
stimuli pemasaran seperti iklan dan sejenisnya agar konsumen bersedia memilih merek produk
yang di tawarkan. Berhubungan dengan produk apa yang di tawrakan, penentuan harga jual
produknya, strategi promosinya dan bagaiman melakukan distribusi produk kepada konsumen
adalah strategi yang lazim di kembangkan oleh pemasar.

Untuk selanjutnya, pemasar harus mengevaluasi strategi pemasaran yang di lakukan dengan
melihat respon dari konsumen untuk memperbaiki strategi pemasaran di masa depan.
Sementara itu konsumen individual akan mengevaluasi pembelian yang di lakukannya mampu
memenuhi kebutuhan dan keinginannya, maka di masa selanjutnya akan terjadi pembelian
berulang dan konsumen yang merasa puas akan menyampaikan kepuasannya itu kepada orang
lain.

Untuk memproduksi produk yang sifatnya baru, biasanya para produsen memiliki beragam ide
atau gagasan. Sebelum gagasan itu terrealisasi, biasanya produsen berfikir dan bertanya hal –
hal seperti :
• Kira – kira barang atau produk apa yang saat ini di rasakan sangat di butuhkan

• Dalam bentuk apakah barang tersebut di sajikan agar konsumen dapat mempergunakan
dengan cara yang lebih efesien di bandingkan barang – barang yang lainnya.

• Taget kelas sosial manakah yang kelak menjadi konsumen dari barang tersebut • Strategi iklan
apakah yang hendak di buat

• Strategi harga bagaimanakah yang akan di buat dan cocok dengan produk tersebut

Apabila barang lansung di pasarkan kemungkinan menimbulkan reaksi ketidak puasan oleh
konsumen, sebab apa yang di anggap baik oleh produsen, belum tentu baik oleh konsumen. Di
sinilah letak kesulitan di dalam mengolah data yang bersifat subjektif.

Untuk menghindari hal – hal tersebut maka setelah barang tersebut di produksi, maka perlu
pembuktian perlu pembuktian lebih lanjut di dalam suatu penelitian yang di namakan product
testing. Di situ barang akan di uji apakah memenuhi selera dan sesuai harapan konsumen atau
tidak. Dari test produk ini akan di jadikan sebagai koreksi dan perbaikan beberapa hal oleh para
produsen yang menyangkut kualitas barang secara keseluruhan termasuk penawaran harga
yang di ajukan. Mengembangkan suatu produk bukanlah suatau hal yang sangat mudah.

Perkembangan produk atau product development merupakan suatu hal yang sangat penting.
Karena, jika produk tetap berada dalam keadaan “ begitu – begitu saja “ maka seacara
psikologis dapat membuat konsumen bosan. Jika tidak adanya perbaikan dari keadaan tersebut
yang akan terjadi adalah konsumen merasa “ Frustasi “ yang akan mempengaruhi tingkah laku
membeli barang pesaingnya. Itulah makanya kenapa produsen perlu untuk berkreatif dan
berinovasi dalam menciptakan dan menawarkan produknya. ( Welly Yusup ).
PENGERTIAN PSIKOLOGI KONSUMEN
Psikologi Konsumen Adalah Cabang Ilmu Psikologi Yang Mempelajari Tentang Prilaku Konsumen
Pada Seseorang Atau Manusia Psikologi Konsumen Berakar Pada Psikologi Periklanan Dan
Penjualan Pada Psikologi Konsumen Tercakup Penelitian Tentang Konsumen Sebagai Pembeli
Dan Masingmasing Metode Yang Digunakan Dalam Psikologi Konsumen Memiliki Keluasan
Perbedaan Dalam Hal Disain Eksperimentalnya Subjek Yang Diteliti Prosedur Pengumpulan Data
Dan Instrumen Instrumennya.
Perilaku konsumen
Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya: pendapatan, selera konsumen, dan harga barang, disaat kondisi yang lain
tidak berubah (ceteris paribus). Perilaku konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku
Konsumen yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya,
dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan
apa yang diharapkannya.
Menurut James F. Engel – Roger D. Blackwell – Paul W. Miniard dalam Saladin (2003 : 19)
terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu :
1. Pengaruh lingkungan, terdiri dari budaya, kelas sosial, keluarga dan situasi. Sebagai dasar
utama perilaku konsumen adalah memahami pengaruh lingkungan yang membentuk atau
menghambat individu dalam mengambil keputusan berkonsumsi mereka. Konsumen hidup
dalam lingkungan yang kompleks, dimana perilaku keputusan mereka dipengaruhi oleh
keempat faktor tersebut diatas.
2. Perbedaan dan pengaruh individu, terdiri dari motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap,
kepribadian, gaya hidup, dan demografi. Perbedaan individu merupkan faktor internal
(interpersonal) yang menggerakkan serta mempengaruhi perilaku. Kelima faktor tersebut akan
memperluas pengaruh perilaku konsumen dalam proses keputusannya.
3. Proses psikologis, terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap dan
perilaku. Ketiga faktor tersebut menambah minat utama dari penelitian konsumen sebagai
faktor yang turut mempengaruhi perilaku konsumen dalam penambilan keputusan pembelian.

Konsumsi
Tujuan dari konsumsi adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia dan memperoleh kepuasan
dari pemenuhan tersebut. Sedangkan orang, badan usaha, atau organisasi yang memakai,
menggunakan, mengurangi atau menghabiskan guna ekonomi suatu benda disebut sebagai
konsumen. Dilihat dari arti Ekonomi, konsumsi adalah setiap tindakan untuk mengurangi atau
menghabiskan guna ekonomi suatu benda.
Contoh: memakan makanan, memakai baju, mengendarai sepeda motor, menempati rumah.
Konsumen
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,
baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak
untuk diperdagangkan. Jika tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual kembali (Jawa:
kulakan), maka dia disebut pengecer atau distributor. Pada masa sekarang ini bukan suatu
rahasia lagi bahwa sebenarnya konsumen adalah raja sebenarnya, oleh karena itu produsen
yang memiliki prinsip holistic marketing sudah seharusnya memperhatikan semua yang menjadi
hak-hak konsumen.
Konsumtif
Menurut Lubis (dalam Lina & Rasyid, 1997) mendefinisikan perilaku konsumtif sebagai perilaku
membeli atau memakai yang tidak lagi didasarkan pada pertimbangan yang rasional melainkan
adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi. Adapun pengertian
konsumtif, menurut Yayasan Lembaga Konsumen (YLK), yaitu batasan tentang perilaku
konsumtif yaitu sebagai kecenderungan manusia untuk menggunakan konsumsi tanpa batas.
Definisi konsep perilaku konsumtif sebenarnya amat variatif. Tapi pada intinya perilaku
konsumtif adalah membeli atau mengunakan barang tanpa pertimbangan rasional atau bukan
atas dasar kebutuhan. Istilah konsumtif biasanya digunakan pada masalah yang berkaitan
dengan perilaku konsumen dalam kehidupannya. Dewasa ini salah satu gaya hidup konsumen
yang cenderung terjadi di dalam masyarakat adalah gaya hidup yang menganggap materi
sebagai sesuatu yang bisa mendatangkan kepuasan. Gaya hidup seperti ini dapat menimbulkan
adanya gejala komsumtivisme, sedangkan konsumtivisme untuk membeli barang yang kurang
atau tidak diperlukan (Nissa, 2003). Fromm (1998) mengatakan bahwa manusia sering
dihadapkan pada persoalan untuk memenuhi kebutuhannya dan mempertahankan
kehidupannya. Oleh karena itu, manusia harus melengkapi kebutuhannya tersebut. Pada masa
awal peradaban manusia, segala kebutuhan tersebut langsung dipenuhi sendiri dengan jalan
memproduksi atau menghasilkan berang yang dibutuhkannya secara langsung. Misalnya jika
seseorang membutuhkan sesuatau untuk melindungi tubuhnya dari hawa dingin, maka ia akan
berburu mencari kulit binatang untuk digunakannya sebagai penghangat tubuh. Jadi segala
usaha, jerih payah dan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukannya adalah untuk langsung
mencukupi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Berdasarkan dari beberapa pengertian telah
dikemukakan, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perilaku konsumtif adalah perilaku
individu yang ditunjukan untuk mengkonsumsi secara berlebihan dan tidak terencana terhadap
jasa dan barang yang kurang atau bahkan tidak diperlukan. Perilaku ini lebih banyak
dipengaruhi oleh nafsu yang semata-mata untuk memuaskan kesenangan serta lebih
mementingkan keinginan dari pada kebutuhan. Sehingga tanpa pertimbangan yang matang
seseorang begitu mudah melakukan pengeluaran untuk macam-macam keinginan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan pokoknya sendiri. CONTOH : Seorang remaja putri yang masih duduk
di bangku SMP yang selalu ingin terlihat fashionable sehingga selalu membeli segala sesuatu
aksesoris maupun pakaian yang mahal yang bahkan terkadang tidak terlalu dibutuhkan
olehnya.
Konsumerisme
Konsumerisme adalah paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok
melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi.
Jika dilakukan secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan, hal
tersebut dapat menjadikan manusia menjadi pecandu dari suatu produk, sehingga
ketergantungan tersebut tidak dapat atau susah untuk dihilangkan. Sifat konsumtif yang
ditimbulkan akan menjadikan penyakit jiwa yang tanpa sadar menjangkit manusia dalam
kehidupannya. Konsumerisme adalah kata yang diadopsi dari bahasa asing yaitu consumerism.
Menurut Encyclopedia Britanica, Konsumerisme sebagai gerakan atau kebijaksanaan yang
diarahkan untuk menata metode dan standar kerja produsen, penjual dan pengiklan untuk
kepentingan pihak pembeli. Dari semua defenisi yang ada di atas, nyata bahwa konsumerisme
memiliki nilai luhur yang harus diperjuangkan untuk kepentingan konsumen. Konsumerisme
menjadi bermakna sebuah pola hidup konsumtif berlebihan. CONTOH: Konsumerisme juga
dapat didefinisikan sebagai hak-hak dari konsumen terhadap suatu barang. Produsen haruslah
memastikan bahwa barang yang diproduksinya layak untuk dipasarkan dan dikonsumsi.
Contohnya saja, pihak produsen handphone ahruslah memperhatikan efisiensi para konsumen,
produk yang dihasilkan haruslah memudahkan pihak konsumen dan memiliki banyak
fleksibilitas untuk memudahkan kehidupan sehari-hari.
Pengaruh lingkungan terhadap konsumen
Budaya menjadi sangat penting karena budaya mempengaruhi keseluruhan masyarakat itu
sendiri. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai konsep dasar dari budaya dengan beberapa
penerapan budaya serta pengaruhnya terhadap perilaku konsumen.
Dalam kaitannya dengan perilaku konsumen, budaya dapat didefinisikan sebagai sejumlah total
dari beliefs, values, dan customs yang dipelajari yang ditujukan pada perilaku konsumen dari
anggota masyarakat tertentu.
Labih luas lagi, baik values maupun beliefs merupakan konstruk mental yang mempengaruhi
sikap yang kemudian berpengaruh terhadap kecenderungan seseorang untuk bertindak
terhadap perilaku tertentu.
Misalnya: seorang konsumen memilih antara mobil Volvo dan Jaguar. Ketika memilih, dia akan
menggunakan values dan beliefs yang berupa persepsi terhadap kualitas yang akan didapat dan
persepsi mengenai negara penghasil mobil itu sendiri.
Berbeda dengan values dan beliefs yang menjadi pedoman berperilaku, customs atau kebiasaan
terdiri dari perilaku rutin sehari-hari yang merupakan cara berilaku yang dapat diterima. Contoh
dari customs adalah memberikan gula pada minuman.
Dengan memahami beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu marketer
dalam memprediksi penerimaan konsumen terhadap produk mereka.
Culture Is Shared
Untuk dipertimbangkan oleh masyarakat sebagai karakteristik cultural maka, belief dan value
harus disebarkan kepada masyarakat sehingga kultur secara perlahan dianggap sebagai
kebiasaan suatu kelompok yang berhubungan dengan anggota masyarakat. Dan tentu saja
bahasa adalah komponen yang dapat digunakan untuk menyebarkan value, pengalaman, dan
kebiasaan. Beberapa institusi sosial dalam masyarakat mengirimkan beberapa elemen dari
kultur dan menyebarkan realitas budaya. Dan pemimpin dari berbagai institusi tersebut adalah
keluarga yang berperan sebagai agen primer dari enculturation yang memberikan basic cultural
belief, value, dan kebiasaan kepada anggota sosial baru. Yang termasuk di dalamnya adalah arti
uang, hubungan antara uang denagn kualitas barang, product taste, pilihan atas sesuatu, dan
habit.
Selain kelaurga, institusi lainya yang secara tradisional juga menyebarkan aspek-aspek khusus
dari budaya, yaitu institusi pendidikan dan agama. Pendidikan memberikan siswanya
kemampuan dasar, sejarah, patriotisme, kewarganegaraan, dan technical training yang
dibutuhkan untuk mempersiapkan peran siswa dalam masyarakat. Sedangkan agama
memberikan kesadaran akan beragama, petunjuk spiritual, dan moral training. Walaupun anak-
anak lebih banyak mendapatkan consumer training dari keluarga namun tetap saja sistem
pendidikan dan keagamaan juga berperan dalam memperkuat training ini dengan memberikan
pelajaran ekonomi dan konsep-konsep etika.
Institusi sosial yang berperan besar dalam transfer kultur dalam masyarakat tidak lepas dari
peran mass media baik itu mass media cetak maupun elektronik yang memang menyebarkan
informasi dalam format yang menarik sehingga tidak mengherankan mass media adalah alat
yang tepat dalam memperluas nilai-nilai budaya. Dapat kita lihat dalam berbagai mass media
baik cetak maupun elektronik terdapat berbagai macam ikalan yang menawarkan sesuatu.
Semakin banyaknya iklan ini karena banyaknya jumlah orang yang melihat dan membaca mass
media, yang memudahkan marketer untuk menyebarkan nilai-nilai budaya secara lebih efektif.
Vanity Fair, Wine Spectator, dan Martha Steward Living adalah contoh perusahaan yang
menyebarkan nilainya lewat majalah. Mereka memberikan informasi kepada pelanggan tentang
bagaimana berpakaian, mendekorasi rumah, dan berbagai tips lainnya.

Culture Is Dynamic
Karena masyarakat berkembang dan ilmu pengetahuan berkembang dengan sangat cepat maka
kemungkinan keadaan masyarakat pun berubah. Oleh karena itulah marketer harus memonitor
masyarakat secara lebih seksama dalam usaha untuk menjual produk yang ada lebih efektif
atau mengembangkan dan memproduksi produk baru. Tentu saja ini bukanlah tugas yang
mudah karena ada berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan masyarakat. Misalnya,
banyak wanita Amerika yang meninggalkan peran kewanitaanya karena merasa anak adalah
beban baginya, bentuk tubuhnya pun menjadi jelek, selain itu dengan bekerja ia tidak harus
menunggu suaminya untuk dapat membeli barang-barnag mahal yang diingininya.
Perubahan dalam masyarakat ini berarti marketer harus mempertimbangkan kembali mengapa
konsumen sekarang melakukan hal yang dilakukannya, siapakah yang menggunakan produknya,
kapan mereka berbelanja, bagaimana dan dimana mereka dapat tersenth oleh media, dll.
Marketer yang memonitor cultural changes juga biasanya mendapatkan kesempatan untuk
meningkatkan keuntungan perusahannya.
Content Analysis
Sebagaimana namanya, fokus dari content analysis ini adalah kandungan pesan dalam
komunikasi verbal, tertulis, dan majalah bergambar. Content analysis dapat digunakan sebagai
alat yang relatif objektif dalam menentukan perubahan sosial dan kultural yang telah terjadi
dalam masyarakat tertentu atau sebagai alat untuk membandingkan aspek-aspek dari dua
masyarakat yang berbeda. Content analysis dilakukan pada 263 iklan yang menunjukkan 8 issue
dari majalah Seventeen, 4 issue tentang remaja Jepang dan 4 lagi tentang remaja Amerika. Dan
didapatkan bahwa ada perbedaan antara remaja Jepang denagn remaja Amerika, remaja
Amerika cenderung mandiri dan berketetapan hati sedangkan remaja Jepang lebih ceria,
senang bermain, imagenya seperti childlike girlish.

Consumer Fieldwork
Ketika mempelajari suatu masyarakat, antropolog biasanya masuk dalam lingkungan tersebut
dan hal yang sama dapat dilakukan ketika researcher ingin mempelajari perilaku masyarakat
dengan berinteraksi langsung dengan konsumen atau masuk dalam dunia konsumen yang biasa
disebut dengan consumer fieldwork. Berdasarkan pengamatannya, peneliti dapat mengambil
kesimpulan tentang value, belief, dan kebiasaan yang ada dalam masyarakat yang ditelitinya.
Karakteristik dari field observation adalah mengambil tempat di setting natural, statusnya tidak
disadari oleh subjek penelititan, dan fokusnya adalah pada perilaku konsumen.

Anda mungkin juga menyukai