Anda di halaman 1dari 15

KONSEP PERILAKU KONSUMEN DALAM PERSPEKTIF

EKONOMI ISLAM
1
Tia Kartika2 Muhammad Iqbal Fasa3Suharto
123
Ekonomi Syariah, Universitas Islam Raden Intan Lampung

tiakartika107@gmail.com, migbalfasa@radenintan.ac.id, prof.suharto@radenintan.ac.id

ABSTRACT

Consumer behavior is a behavior or activity when an individual or group of


people are directly involved in using a product or service. To recognize consumer
behavior is not easy, consumers do not directly state their needs and wants, but often they
act the other way around. Consumers also often react to change their minds, and at the
last minute finally decide to make a purchase. The results of the study are that marketers
need to study the wants and needs of consumer behavior in shopping. Therefore,
consumer behavior must be in accordance with Islamic sharia, namely the use of an item
should not be excessive or wasteful. The Qur'an and hadith provide clear instructions so
that Islamic consumption or consumer behavior becomes directed. In the view of Islam
satisfaction is based on a concept that is in the form of maslahah. The research method
used in this study is a qualitative method. This research is descriptive and tends to use
analysis.

Keywords: Consumer Behavior, Islam, Maslahah.

ABSTRAK

Perilaku konsumen adalah suatu perilaku atau aktivitas ketika individu atau
sekelompok orang yang secara langsung terlibat untuk mempergunakan suatu barang
atau jasa. Untuk mengenali perilaku konsumen tidaklah mudah, konsumen tidak secara
langsung menyatakan kebutuhan dan keinginannya, tetapi sering pula mereka bertindak
sebaliknya. Konsumen juga sering bereaksi untuk mengubah pikiran, dan pada menit-
menit terakhir akhirnya memutuskan untuk melakukan pembelian. Hasil Penelitian yaitu
para pemasar perlu mempelajari keinginan,dan kebutuhan perilaku konsumen dalam
berbelanja. Oleh karena itu, perilaku konsumen haruslah sesuai syariah Islam yaitu
penggunaan suatu barang janganlah berlebih-lebihan atau boros. Al-Qur’an dan hadist
memberikan petunjuk yang jelas agar perilaku konsumsi ataupun konsumen yang Islam
menjadi terarah. Dalam pandangan Islam kepuasan didasarkan pada suatu konsep yaitu
berupa maslahah. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
kualitatif. Penelitian ini bersifat deskriptif dan cendrung menggunakan analisis.

Kata Kunci: Perilaku konsumen, Islam, Maslahah.


Pendahuluan

Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang diciptakan kan sebagai hamba
dan khalifah. Tujuan utama manusia sebagai hamba tuhan di dunia ini adalah
untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Laki-laki dalam hidupnya
melakukan suatu aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan
manusia sangat beragam. Dalam Islam seorang muslim, memiliki tiga macam
kebutuhan menurut Ghazali itu kebutuhan akan Al-dharuriyah yang merupakan
kebutuhan pokok, kemudian Al- Hajiyyah yaitu kebutuhan akan kesenangan atau
kenyamanan dan penyempurnaan kebutuhan Al- dharuriyyah. Terakhir Al-
tahsiniyyah atau kebutuhan akan kemewahan dan penyempurnaan kebutuhan
sekunder, tujuan konsumsi dalam Islam adalah untuk mewujudkan maslahah
dunia seperti pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, papan dan kesehatan. Serta
juga akhirat adalah pelaksanaan kewajiban agama seperti sholat, untuk mencapai
kesejahteraan hidup (Mahmudah et al., 2018).

Budaya merupakan topik yang didefinisikan dengan perilaku konsumen.


budaya adalah aspek pendefinisian dasar dari keinginan dan perilaku manusia,
pada dasarnya agamalah yang membentuk bagian yang mempengaruhi perilaku
konsumen. Bagian dapat didasarkan pada empat unit, yaitu kelompok kebangsaan,
kelompok Agama, kelompok ras dan wilayah geografis. Dari semua itu, agama
merupakan faktor penting yang mempengaruhi perilaku konsumsi manusia
Menurut Kotler Agama adalah bagian dari budaya yang dapat menentukan
tindakan individu. Ini menggambarkan bahwa individu yang mengikuti suatu
keyakinan memiliki pemikiran yang pasti yang dapat mempengaruhi pilihan
mereka (Kotler & Keller, 2010). Konsumen dalam masyarakat Islam diatur oleh
norma norma Islam yang memberikan arahan dalam kehidupan sehari-hari mereka
(Hassan, 2019).

Perlu dipahami bahwa subjek rasionalisasi konsumsi menempati posisi


penting dalam ekonomi Islam. terdapat faktor yang menentukan atau
mempengaruhi kebutuhan konsumen muslim, tetapi agama diatas faktor- faktor
tersebut. Islam adalah sistem kehidupan yang lengkap untuk mengendalikan
perilaku konsumen muslim dan membatasi untuk mencapai kebahagiaan dan
kepuasan di dunia dan akhirat (Mustafar & Borhan, 2013).

Dari perilaku tersebut konsumen akan termotivasi oleh kebutuhan.


Kebutuhan akan memunculkan perilaku yang diperkirakan memiliki kemungkinan
untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Kebutuhan yang dirasakan akan
diungkapkan dalam perilaku konsumsi. Jadi, dengan kata lain setiap perilaku
seseorang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan, keinginan, atau tujuan tertentu
dalam memperolehnya. Sementara motivasi yang memberi tenaga atau dorongan
untuk menggerakkan seseorang agar berperilaku tertentu. Sehingga perilaku yang
dimunculkan oleh konsumen adalah merupakan perwujudan dari adanya motivasi
dari dalam diri konsumen tersebut.

Perilaku yang dapat diamati oleh pemasar adalah  keputusan   pemilihan sua
tu produk yang dibeli untuk pemenuhan atas kebutuhan dan keingina konsumen.
Keputusan pemilihan suatu produk yang dibeli untuk pemenuhan atas kebutuhan
dan keinginanya. Minat berbelanja termasuk suatu perilaku konsumen. Kosumen
akan merespon suatu yang diberikan dengan suatu tindakan. Seperti harga yang
rendah akan menimbulkan perilaku konsumen yang cenderung meningkatkan
minat yang tinggi. Seperti promosi akan membangkitkan keinginan konsumen
untuk tertarik membeli suatu produk dan tempat yang strategis akan membuat
konsemen ingin berbelanja di tempat tersebut.

Minat akademis untuk memahami hubungan antara Islam dan konsumsi


baru-baru ini berkembang, mengingat statistik menunjukkan peningkatan yang
luar biasa dalam permintaan barang-barang dengan karakter Islami (Akyol and
Kilinc, 2014). Untuk mengenali perilaku konsumen tidaklah mudah, konsumen
tidak selalu terus terang menyatakan kebutuhan dan keinginannya, namun sering
pula mereka bertindak sebaliknya. Konsumen bahkan sering bereaksi untuk
mengubah pikiran, dan konsumen baru pada menit-menit terakhir akhirnya
memutuskan untuk melakukan pembelian. Untuk itulah para Pemasar perlu
mempelajari keinginan, persepsi, prefensi, dan perilakunya dalam berbelanja.
Ajaran Al-Qur'an tentang pemborosan dan pemborosan dapat menjadi landasan
bagi perubahan besar dalam kajian perilaku konsumen (Karoui & Khemakhem,
2019).

Penelitian ini bertujuan untuk memperluas teori perilaku konsumen dan


mengingat wawasan dari Al-Qur'an dan ajaran nabi Muhammad Saw,
dikemukakan dalam literatur hadits yang memberikan beberapa petunjuk normatif
tentang konsumsi. Secara khusus paper ini memiliki tujuan yaitu tentang teori
perilaku konsumen menurut Islam serta memberikan penjelasan tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen. Paper ini berpendapat bahwa
ajaran didalam Al-Qur'an dapat memberikan penjelasan tentang perilaku
konsumen, hal ini bisa menarik bagi siapa saja yang suka mempelajari perilaku
konsumen.
Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode


kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya
tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya dab
berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah
laku manusia dan situasi tertentu menurut perspektif peneliti. Penelitian ini
bersifat deskriptif dan cendrung menggunakan analisis. Metode kualitatif lebih
menekankan pada pengamatan fenomena dan lebih meneliti ke substansi makna
dari fenomena tersebut. Analisis penelitian kualitatif sangat berpengaruh pada
kekuatan kata dan kalimat yang digunakan.
Pembahasan

Landasan Dasar Perilaku Konsumen Islam

Berikut merupakan Landasan dasar Al-Qur’an dan hadits tentang perilaku


konsumen dalam Islam:

Al-Qur'an:

Bermacam tema mengenai persoalan ekonomi sudah ada di dalam Al-


Qur’an. Permasalahan penting dalam ekonomi Islam yaitu mengkonsumsi.
Mengkonsumsi menjadi salah satu bagian yang terutama didalam kegiatan
ekonomi baik tingkat individu maupun kelompok atau suatu negara. Kajian Islam
tentang konsumsi sangatlah penting sebab supaya seseorang lebih bisa berhati-
hati dalam menggunakan kekayaannya ataupun digunakan untuk berbelanja, yang
terpenting dalam konsumsi yaitu cara penggunaannya yang harus diarahkan pada
pilihan-pilihan yang mengandung maslahat baik dari segi manfaat maupun
perolehan.

Al-Qur’an dan hadis memberikan berbagai petunjuk yang jelas agar


perilaku konsumsi ataupun konsumen menjadi terarah. Perilaku konsumsi yang
sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul akan menjamin kehidupan kita sebagai
manusia menjadi adil dan sejahtera di dunia maupun di akhirat kelak. Allah SWT
berfirman:
ۚ
َ‫ُوا َواَل تُ ۡس ِرفُ ٓو ْا ِإنَّ ۥهُ اَل ي ُِحبُّ ۡٱل ُم ۡس ِرفِين‬ ۡ ‫وا َو‬
ْ ‫ٱش َرب‬ ْ ُ‫وا ِزينَتَ ُكمۡ ِعن َد ُك ِّل َم ۡس ِج ٖد َو ُكل‬
ْ ‫۞ ٰيَبَنِ ٓي َءا َد َم ُخ ُذ‬

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)


mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
(QS. Al-A'raf:31)

ٗ ُ‫ِإ َّن ۡٱل ُمبَ ِّذ ِرينَ َكانُ ٓو ْا ِإ ۡخ ٰ َونَ ٱل َّش ٰيَ ِطي ۖ ِن َو َكانَ ٱل َّش ۡي ٰطَنُ ِل َربِِّۦه َكف‬
‫ورا‬

“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan


dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”(QS. Al-Isra’:27)
(Rosida et al., 2016).

Berdasarkan firman Allah diatas dijelaskan bahwa dalam memenuhi


kebutuhan jangan terlalu berlebihan biasanya kita sebagai manusia seringkali
tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah dinikmati nya terlebih juga
biasanya manusia seringkali bersikap serakah dan pelit. Kemudian kewajiban bagi
setiap muslim untuk mengonsumsi makanan yang baik dan halal sesuai yang
terdapat dalam Al-Qur’an.

ٌ ِ‫ ّو ُّمب‬ٞ ‫ت ٱل َّش ۡي ٰطَ ۚ ِن ِإنَّهۥُ لَ ُكمۡ َع ُد‬


‫ين‬ ْ ‫ض َح ٰلَاٗل طَيِّبٗ ا َواَل تَتَّبِع‬
ِ ‫ُوا ُخطُ ٰ َو‬ ِ ‫وا ِم َّما فِي ٱَأۡل ۡر‬
ْ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلنَّاسُ ُكل‬

“ Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan
karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”(QS. Al-
baqarah:168)

Hadits

Rasulullah SAW bersabda:

“Seandainya seorang anak memiliki satu lembah emas tentu ia


menginginkan dua lembah lainnya dan sama sekali tidak akan memenuhi
mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah
menerima taubat orang-orang yang bertaubat." (Muttafaqun 'alaih. HR.
Bukhari no.6439 dan Muslim no.1048)

Jadi, dalam Al-Qur’an dan hadis yang sudah dijelaskan bahwa Allah
memerintahkan manusia untuk memakan makanan yang halal dan baik. Untuk
dapat membedakan makanan yang halal dengan makanan yang diharamkan
tentunya kita perlu belajar untuk memperoleh pemahaman tentang makanan halal
(Hartono & Jamilah, 2016).

Kebiasaan kita sebagai manusia yaitu jika telah berhasil memiliki dan
menikmati sesuatu pastinya ingin mendapatkan yang lainnya lagi, titik karakter
manusia materialistis seperti inilah yang dikecam dalam Islam titik dalam ilmu
ekonomi karakteristik ini disebut homo economicus. Konsep ini berten tangan
dengan etika ekonomi Islam titik Islam mengajarkan bahwa manusia adalah homo
islamicus bukan homo economicus. Produk atau segala sesuatu yang dikonsumsi
haruslah halal dan Thoyyib (Macmud, 2017).

Teori Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen terwujud dari pikiran seseorang yang berperan dalam


penentuan keputusan tentang barang dan jasa apa yang akan dikonsumsi oleh
konsumen tersebut (Murphy & Dweck, 2016). Pada tahun 1967 Ajzen dan Fishbei
mengembangkan teori yang berkenaan tentang perilaku yang diberi nama Theory
of Reasoned Action Tetapi, seiring berjalannya waktu pada tahun 1988 dilakukan
sebuah perubahan yang menambahkan sebuah model baru dikenal dengan
sebutan model reasoned action. Hasil perubahan inipun menghasilkan teori yang
disebut sebagai Theory of Planned Behavior. pada Theory of Planned Behavior
ditambahkan aspek Perceived Behavioral Control, namun tetap menggunakan
tujuan lain nya yaitu sikap dan norma subjektif terhadap perilaku yang terkait
(Huda, 2017). Teori perilaku adalah teori dari hasil interaksi antara respon yang
ditekankan pada tingkah laku manusia. Tingkah laku yaitu reaksi dari seseorang
yang masih merasa tidak puas terhadap sesuatu atau objek (Wardani &
Prianggajati, 2013). Perilaku konsumen merupakan perilaku yang ditunjukkan
konsumen dalam mencari, menggunakan, menilai ataupun mengatur barang atau
jasa yang dianggap mampu memuaskan kebutuhan kita sebagai makhluk hidup.
Perilaku konsumen juga diartikan sebagai cara konsumen mengeluarkan sumber
daya yang terbatas seperti waktu uang serta tenaga untuk mendapatkan barang
yang diinginkan demi memenuhi kepuasan diri. Konsumsi sebagai bagian dalam
aktivitas ekonomi yang memanfaatkan nilai suatu kelompok untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari (Astuti, 2016).

Teori perilaku konsumen (consumer behavior) meneliti dan menguraikan


tentang bagaimana sikap seseorang dalam menentukan pilihan mengenai beberapa
pilihan yang dihadapkan dengan mengoptimalkan sumberdaya yang ada di sekitar
dimana sumber daya tersebut menjadi milik sendiri (Septiana, 2015). Perilaku
konsumen adalah sebuah proses tentang keberadaan transaksi pembelian yang
melakukan beberapa hal, contohnya usaha pencarian, penelitian, dan evaluasi
terhadap produk atau jasa (Firmansyah, 2018). Perilaku konsumsi telah menjadi
hal yang sulit dipisahkan dalam kehidupan masyarakat. Hal ini membuat
penghasilan yang dihasilkan sebagian besar dialokasikan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi (Sitepu, 2016). perilaku konsumen memfokuskan pada
kajian tentang perilaku secara personal, kelompok serta anggota masyarakat atau
komunitas yang secara berkala mengalami perubahan (Suryani, 2013). Perubahan
perilaku konsumen dapat dipengaruhi beberapa hal seperti aspek kultural, sosial,
personal dan karakteristik psikologis dan perubahan-perubahan inilah
memungkinkan terjadi selama transaksi (Huda, 2017). Saat pengambilan
keputusan pembelian oleh konsumen mencoba menguraikan beberapa tahapan
(Dzikriyah, 2020).

a. mengenali kebutuhan. Aktivitas pembelian tentang suatu barang dimulai saat


pembeli mengetahui tentangkeberadaan masalah yang berkenaan dengan
kebutuhan. Konsumen mengetahui bahwa ada perbedaan antara kondisi
sebenarnya dan kondisi yang diharapkan. Hal ini dapat dipicu oleh rangsangan
internal dan eksternal yang ada.
b. penelusuran tentang sebuah informasi. Pada saat konsumen sudah memiliki
ketertarikan suatu barang maka secara langsung akan mencari informasi sebanyak
mungkin seputar produk yang diinginkan. Pada dasarnya konsumen akan
memperoleh informasi dari berbagai sumber informasi yang mudah untuk diakses
dan biasanya bersifat komersial, contohnya iklan TV, pameran, bazar. Selain itu,
informasi juga bisa diperoleh dari orang terdekat seperti dari keluarga, kerabat,
tetangga ataupun orang-orang yang biasa berinteraksi dengan konsumen.
c. Evaluasi alternatif. Setelah mendapatkan informasi seputar merk yang sudah
dipilih, konsumen akan melakukan tahap penilaian yang bersifat sederhana dan
independen.
d. Keputusan membeli. Ada dua faktor yang bisa memberikan pengaruh pada
tujuan yang dimiliki oleh seorang konsumen saat ingin menentuan keputusan
membeli. Yaitu sikap pihak lain.Seberapa besar sikap orang lain mampu dan dapat
mengurangi alternatif pilihan konsumen. Kemudian kondisi dan situasi yang tidak
dapat diprediksi sehingga adanya ketidaksesuaian dengan tujuan pembelian
contohnya tingkat pendapatan yang diinginkan, harga produk yang diharapkan
dan manfaat produk yang dimanfaatkan.
e. Perilaku setelah pembelian. Sesudah pembelian pada sebuah produk yang
dilakukan konsumen akan merasakan tingkat kepuasan dan ketidakpuasan.

Perilaku Konsumen Muslim

Terdapat pemahaman mendalam tentang agama yang pengaruhnya terhadap


perilaku konsumen yang tentunya menjadi penting untuk pemahaman mendalam
tentang pilihan konsumen dalam konteks tertentu. Keyakinan agama adalah
faktor penting dalam mempengaruhi perilaku konsumsi karena pemahaman
mendalam tentang agama berpengaruhnya terhadap perilaku konsumen yang akan
menjadi penting untuk pemahaman mendalam tentang pilihan konsumen dalam
konteks tertentu (Kharim, 2010).

Menurut Syafie dan Othman dalam makanan halal adalah segala bentuk
yang dapat dilihat dari proses pemotongan hewan, penyimpanan, penyajian,
penyiapan, kesehatan dan kebersihan. Selain makanan halal, adat hal penting yang
harus menjadi pertimbangan yang bersifat wajib dalam mengonsumsi suatu
makanan yaitu makanan tersebut harus baik (thoyyib). Indikator untuk melihat
apakah makanan tersebut baik (thoyyib) dapat dilihat dari beberapa hal seperti
masa berlaku suatu produk dengan melihat apakah makanan dikonsumsi belum
kedaluarsa, tidak mengandung unsur dan senyawa kimia yang bisa mengancam
kesehatan tubuh, seperti penggunaan pewarna pakaian, dan lainnya. Perilaku
konsumsi dalam ekonomi Islam memiliki sebuah tujuan utama yang hendak
diwujudkan yaitu aspek material dan aspek spiritual dalam konsumsi, kedua aspek
ini bisa tercapai dengan cara menyeimbangkan antara nilai guna total (total
utility) dan nilai guna marginal (marginal utility) dalam konsumsi. Dengan
demikian setiap konsumen muslim akan berusaha memaksimalkan nilai guna pada
setiap barang yang akan dikonsumsi, karena hal itu diyakini mampu membuat kita
sebagai manusia lebih baik dan semakin optimis dalam menjalani aktivitas dan
kehidupan (Sutrisno, 2013).

Perintah didalam Islam Sebagai konsumen hendaknya menentukan pikiran


yang sehat serta sebagai konsumen muslim bisa menyesuaikan diri pada penilaian
yang baik dengan lingkungan untuk menghindari pemborosan dan lebih bisa
mengutamakan kebutuhan dari pada keinginan. Didalam Al-Qur’an juga telah
dilarang untuk berlaku berlebihan atau boros (Khan, 2020).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Islam

Menurut Green terdapat tiga faktor yang ditentukan tentang memengaruhi faktor
perilaku yaitu: Faktor prediposisi meliputi banyak aspek antara lain kepercayaan
yang dianut, pendidikan, sosial ekonomi serta hal-hal lain yang terkait dengan
masalah kesehatan.
1. Faktor pendukung sarana serta prasarana kesehatan masyarakat yang tersedia.
2. Faktor penguat seperti sikap, tingkah laku, maupun dukungan dari aparat dan
tokoh masyarakat. Konsumsi adalah bentuk kegiatan seorang konsumen yang
dilakukan dalam rangka membelanjakan ataupun menggunakan nilai guna barang
atau jasa (Furqon, 2018).

Faktor-faktor yang memengaruhi konsumsi terdapat dua bagian, yaitu faktor


internal adalah faktor yang memberikan pengaruh terhadap keputusan konsumsi
yang berasal dari pribadi konsumen seperti motivasi, gaya hidup, tingkat
pendapatan, Kemudian faktor eksternal adalah faktor yang diperoleh dari luar
pribadi konsumen, yaitu pengaruh keluarga, pasangan, lingkungan dan harga
barang atau harga jasa (Heriyanto, et al., 2021).

Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu:

 Faktor eksternal merupakan faktor yang meliputi pengaruh keluarga,


kebudayaan, dan kelas sosial. Kelompok inilah yang mempengaruhi perilaku
seorang konsumen dalam pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh
konsumen dalam bertingkah laku. Sehingga menyebabkan sebagian kalangan
masyarakat mengikuti selera yang tinggi dan menimbulkan keseragaman dalam
perilaku konsumsi di kalangan masyarakat.
 Faktor internal yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu motivasi, gaya
hidup, kepribadian dan belajar. Belajar merupakan perubahan dalam seorang
individu yang bersumber dari pengalaman titik perilaku manusia sering diperoleh
dari mempelajari sesuatu ataupun pengalaman yang didapat (Wibowo & Supriadi,
2013).

Konsep Maslahah Dalam Perilaku Konsumen Islam

Karya dari Ghazali tentang teori hukum shifa al-ghalil dan al-mustasfa min
‘Ilm al-usul menurut ghazali mengenai istilah hukum yaitu kepentingan umum
atau maslahah dan maqashid syariah. Maslahah merupakan hal yang membuat
manfaat atau mencegah adanya bahaya (El-wereny, 2017).

Dalam pandangan Islam kepuasan didasarkan pada suatu konsep yaitu


berupa maslahah. Imam syatibi menggunakan istilah maslahah yang bermakna
lebih luas dari sekedar kepuasan dalam bidang terminologi ekonomi
konvensional. Menurutnya, masalah merupakan sifat atau kemampuan barang
atau jasa yang mendukung elemen dengan tujuan dasar dari kehidupan manusia di
muka bumi.

Adapun sifat-sifat maslahah:

1. Maslahah bersifat subjektif. Setiap individu menjadi penentu bagi dirinya


dalam menentukan apakah suatu perbuatan ialah suatu masalah atau bukan bagi
dirinya. Kriteria maslaha telah ditetapkan oleh syariah dan sifatnya mengikat bagi
semua individu.
2. Maslahat orang perorang akan konsisten dengan masalah orang banyak
dikarenakan sangat berbeda dengan konsep pareto optimum yaitu keadaan
optimal dimana seseorang tidak dapat meningkatkan tingkat kepuasan ataupun
kesejahteraannya tanpa menyebabkan penurunan kepuasan ataupun kesejahteraan
orang lain.
3. Konsep maslahah mendasari semua aktivitas ekonomi dalam masyarakat baik
produksi konsumsi ataupun dalam pertukaran dan distribusi.

Pada tingkat pendapatan tertentu, konsumen muslim memiliki alokasi untuk


hal yang menyangkut akhirat serta mengkonsumsi barang lebih sedikit daripada
non muslim. Hal-hal yang membatasinya yaitu konsep maslahah, tidak semua
barang ataupun jasa memberikan kepuasan yang mengandung maslahat di
dalamnya sehingga tidak semua barang layak dikonsumsi oleh umat Islam. Dalam
membandingkan konsep kepuasan dengan pemenuhan kebutuhan kita perlu
membandingkan tingkatan tujuan hukum Syara'yaitu dharuriyah, tahsiniyyah dan
hajiyyah.

 Dharuriyah. Dari kata dharuriyah tersebut tujuannya yaitu itu harus ada dan
mendasar bagi penciptaan kesejahteraan didunia dan diakhirat yang mencakup
terpeliharanya 5 elemen dasar kehidupan yaitu jiwa, keyakinan atau agama, akal
keturunan serta keluarga. Jika tujuan dharuriyah diabaikan maka tidak akan ada
kedamaian yang timbul.
 Hajiyyah, yaitu bertujuan memudahkan kehidupan dan menghilangkan
kesempitan titik hukum syariat dalam kategori ini dimaksud untuk memelihara
lima hal pokok yang sudah dijelaskan sebelumnya.
 Tahsiniyyah. Yaitu tentang menghendaki kehidupan yang indah dan nyaman.
Seperti menjaga aset yang mapan dan pokok tidak sepatutnya kita sebagai seorang
muslim memperbanyak belanja dengan cara menjual aset. Kemudian tidak hidup
mewah dan boros dikarenakan kenikmatan yang bermegah-megahan sangat
ditentang oleh ajaran Islam. Sikap yang boros selain akan merusak pribadi kita
sebagai manusia juga akan merusak tatanan masyarakat. kemegahan akan
merusak masyarakat karena biasanya terdapat golongan minoritas kaya yang
menindas mayoritas miskin. Dan yang terakhir yaitu kesederhanaan
membelanjakan harta pada kuantitas dan kualitas secukupnya merupakan sikap
terpuji bahkan penghematan yang salah satu langkahnya sangat dianjurkan pada
saat krisis ekonomi terjadi. Sikap sederhana yang dilakukan yaitu semata-mata
menjaga kemaslahatan masyarakat luas (B. Sutrisno & Jaruddin, 2019).

Tawaran Kemashlahatan Perilaku Konsumen

Untuk setiap individu sebaiknya dalam memilih barang harus sesuai dengan
kebutuhan dan tidak berlebihan, dikarenakan sebagai seorang muslim kita
diajarkan untuk tidak boros. Sebab, tujuan hidup kita sebagai umat muslim adalah
untuk mencapai kesejahteraan & kebaikan bukan hanya untuk dunia melainkan
juga di akhirat. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Herianto et al.,2021 bahwa
faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen ada faktor eksternal merupakan
faktor yang dipengaruh oleh keluarga, kebudayaan, dan kelas sosial. Dan faktor
internal yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu motivasi, gaya hidup. Maka
dari itu semua telah diatur didalam Al-Qur’an sebagaimana terdapat pada (QS. Al-
A'raf:31) “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” Dari Al-Qur’an ini
dijelaskan bahwa dalam Islam ada pembedaan antara yang halal dan haram,
karena hal tersebut merupakan batasan konsumsi dalam perilaku konsumen
muslim. Jadi, untuk mencapai semua tujuan tersebut seorang muslim harus
mencapai maslahah seoptimal mungkin. Dengan maslahah, maka perilaku kita
sebagai konsumen akan terwujud keseimbangan dalam masyarakat.
Kesimpulan

Kesimpulan dari konsep perilaku konsumen dalam perspektif ekonomi


islam yaitu dalam Keyakinan agama adalah faktor penting dalam mempengaruhi
perilaku konsumsi karena pemahaman agama berpengaruhnya terhadap perilaku
konsumen tentang pilihan konsumen dalam hal pemilihan barang atau jasa.
Perilaku konsumsi dalam ekonomi Islam memiliki sebuah tujuan utama yang
yaitu dari aspek material dan aspek spiritual dalam konsumsi, kedua aspek ini
bisa tercapai dengan cara menyeimbangkan nilai guna dalam konsumsi. Dengan
demikian setiap konsumen muslim akan berusaha memaksimalkan nilai guna pada
setiap barang yang akan dikonsumsi, perintah Islam sebagai konsumen muslim
hendaknya menentukan pikiran yang sehat dan bisa menyesuaikan diir pada
penilaian yang baik dengan lingkungan untuk menghindari pemborosan dan lebih
bisa mengutamakan kebutuhan dari pada keinginan, didalam Al-Qur’an telah
dilarang untuk berlaku berlebihan ataupun boros.

Konsumen muslim memiliki hal yang menyangkut akhirat serta


mengkonsumsi barang lebih sedikit daripada non muslim. Hal-hal yang
membatasinya yaitu konsep maslahah, tidak semua barang ataupun jasa
memberikan kepuasan yang mengandung maslahat di dalamnya sehingga tidak
semua barang layak dikonsumsi oleh umat Islam.
REFERENSI

Akyol, Mevlut, & Ozgur Kilinc. 2014. “Internet And Halal Tourism Marketing.”
Turkish Studies -International Internet and Halal Tourism Marketing 9 (8):
171–86.

Astuti, Rika Pristian Fitri. 2016. “Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua,
Literasi Ekonomi Dan Life Style Terhadap Perilaku Konsumsi.” Jurnal
Edutama 3 (2): 49–58.

Dzikriyah, Fithri. 2020. “Perilaku Konsumen Muslim Terhadap Konsumsi Food


and Beverage Pada Masa Pandemi Covid-19.” Jurnal Ekonomi Syariah 7 (1):
23–34.

El-wereny, Mahmud. 2017. “The Objectives of Sharia Between Tradition and


Modernity–A Comparative Study.” Journal of Islamic Studies and Culture 5
(1): 33–45. https://doi.org/10.15640/jisc.v5n1a5.

Firmansyah, Muhammad Anang. 2018. Perilaku Konsumen. Pertama. Yogyakarta:


Budi Utama.

Furqon, Imahda Khoiri. 2018. “Teori Konsumsi Dalam Islam.” Jurnal Hukum
Dan Ekonomi Syari’ah 06 (1): 1–18.

Hartono, Nono, & Ambar Jamilah. 2016. “Analisis Perilaku Konsumen Terhadap
Tingkat Kepentingan Label Halal Pada Bahan Pangan.” Syirkatuna 4 (1): 31–
38.

Hassan, Rumman. 2019. “Is Religiosity an Important Consideration in Muslim


Consumer Behavior: Exploratory Study in the Context of Western Imported
Food in Pakistan Journal of Islamic Marketing Journal of Islamic Marketing
Article Information :” Journal of Islamic Marketing, 1–22.
https://doi.org/10.1108/JIMA-01-2018-0006.

Heriyanto, Andi Ajeng Tenri Lala, & Nurpasila. 2021. “Perilaku Konsumsi
Sebelum Dan Selama Pandemi Covid-19 Di Indonesia: Studi Perbandingan.”
Journal of Islamic Economics and Finance Studies Volume 2 (1): 94–109.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.47700/jiefes.v2i1.2808.

Huda, Nurul. 2017. “Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumsi Produk


Halal Pada Kalangan Mahasiswa Muslim.” Jurnal Ekonomi Dan Keuanga3n
2 (2): 247–70. https://doi.org/10.24034/j25485024.y2018.v2.i2.3944.
Karoui, Sedki, & Romdhane Khemakhem. 2019. “Factors Affecting the Islamic
Purchasing Behavior – a Qualitative Study.” Journal of Islamic Marketing,
1–25. https://doi.org/10.1108/JIMA-12-2017-0145.

Khan, Muhammad Akhram. 2020. “Theory of Consumer Behavior: An Islamic


Perspective.” MPRA, no. 104208.

Kharim, Hamza. 2010. “Measuring Religiosity in Consumer Research From an


Islamic Perspective.” Journal of Economic & Administrative Sciences 26 (1):
52–78. https://doi.org/10.24034/j25485024.y2018.v2.i2.3944.

Kotler, Philip, & Kevin Lane Keller. 2010. Marketing Management.

Macmud, Amir. 2017. Ekonomi Islam:Untuk Dunia Yang Lebih Baik. Jakarta:
Salemba Empat.

Mahmudah, Siti Nur, Tika Widiastuti, % Achsania Hendratmi. 2018. “Impact Of


Income On Consumption Behavior Of Urban Muslim Community In Kediri
City (Case Study at Bandar Kidul Village Kecamatan Mojoroto Kediri).”
Jurnal Ekonomi Islam 9 (1): 13–26. http://journal.uhamka.ac.id/index.php/jei
%0AINTRODUCTION.

Murphy, Mary C, and Carol S Dweck. 2016. “Mindsets Shape Consumer


Behavior.” Journal of Consumer Psychology 26 (1): 127–36.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1016/j.jcps.2015.06.005.

Mustafar, Mohd Zaid, & Joni Tamkin Borhan. 2013. “Muslim Consumer
Behavior : Emphasis on Ethics from Islamic Perspective.” Middle-East
Journal of Scientific Research 18 (9): 1301–7.
https://doi.org/10.5829/idosi.mejsr.2013.18.9.12113.

Rosida, Rida, Firmansyah Firmansyah, & Juliana Juliana. 2016. “Ayat Dan Hadits
Bertemakan Ekonomi,” 1–128.

Septiana, Aldila. 2015. “Analisis Perilaku Konsumsi.” Dinar 1 (2): 1–18.

Sitepu, Novi Indriyani. 2016. “Perilaku Konsumsi Islam Di Indonesia.” Jurnal


Perspektif Ekonomi Darussalam 2 (1): 91–106.

Suryani, Tatik. 2013. Perilaku Konsumen Di Era Internet Implikasinya Pada


Strategi Pemasaran. 1st ed. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sutrisno, Bambang, & Jaruddin. 2019. Pengantar Ekonomi Islam. Edited by


Muhammad Masykur. Jakarta: Salemba Diniyah.
Sutrisno, Rivan. 2013. “Perilaku Konsumen Muslim: Persepsi Religiusitas Dan
Persepsi Atribut Produk Minuman Berlabel Halal Di Kalangan Mahasiswa
Muslim Di Bandung.” Sigma-Mu 5 (2): 18–36.

Wardani, Ratna, & Yuan Prianggajati. 2013. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Perilaku Ibu Dalam Memilih Makanan Sehari–Hari Dalam Keluarga Di Rt
25 Rw 09 Lingkungan Tirtoudan Kelurahan Tosaren.” Jurnal Eduhealth 3
(2): 97–102.

Wibowo, Sukarno, & Dedi Supriadi. 2013. Ekonomi Mikro Islam. Bandung: CV
Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai