EKONOMI ISLAM
1
Tia Kartika2 Muhammad Iqbal Fasa3Suharto
123
Ekonomi Syariah, Universitas Islam Raden Intan Lampung
tiakartika107@gmail.com, migbalfasa@radenintan.ac.id, prof.suharto@radenintan.ac.id
ABSTRACT
ABSTRAK
Perilaku konsumen adalah suatu perilaku atau aktivitas ketika individu atau
sekelompok orang yang secara langsung terlibat untuk mempergunakan suatu barang
atau jasa. Untuk mengenali perilaku konsumen tidaklah mudah, konsumen tidak secara
langsung menyatakan kebutuhan dan keinginannya, tetapi sering pula mereka bertindak
sebaliknya. Konsumen juga sering bereaksi untuk mengubah pikiran, dan pada menit-
menit terakhir akhirnya memutuskan untuk melakukan pembelian. Hasil Penelitian yaitu
para pemasar perlu mempelajari keinginan,dan kebutuhan perilaku konsumen dalam
berbelanja. Oleh karena itu, perilaku konsumen haruslah sesuai syariah Islam yaitu
penggunaan suatu barang janganlah berlebih-lebihan atau boros. Al-Qur’an dan hadist
memberikan petunjuk yang jelas agar perilaku konsumsi ataupun konsumen yang Islam
menjadi terarah. Dalam pandangan Islam kepuasan didasarkan pada suatu konsep yaitu
berupa maslahah. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
kualitatif. Penelitian ini bersifat deskriptif dan cendrung menggunakan analisis.
Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang diciptakan kan sebagai hamba
dan khalifah. Tujuan utama manusia sebagai hamba tuhan di dunia ini adalah
untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Laki-laki dalam hidupnya
melakukan suatu aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan
manusia sangat beragam. Dalam Islam seorang muslim, memiliki tiga macam
kebutuhan menurut Ghazali itu kebutuhan akan Al-dharuriyah yang merupakan
kebutuhan pokok, kemudian Al- Hajiyyah yaitu kebutuhan akan kesenangan atau
kenyamanan dan penyempurnaan kebutuhan Al- dharuriyyah. Terakhir Al-
tahsiniyyah atau kebutuhan akan kemewahan dan penyempurnaan kebutuhan
sekunder, tujuan konsumsi dalam Islam adalah untuk mewujudkan maslahah
dunia seperti pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, papan dan kesehatan. Serta
juga akhirat adalah pelaksanaan kewajiban agama seperti sholat, untuk mencapai
kesejahteraan hidup (Mahmudah et al., 2018).
Perilaku yang dapat diamati oleh pemasar adalah keputusan pemilihan sua
tu produk yang dibeli untuk pemenuhan atas kebutuhan dan keingina konsumen.
Keputusan pemilihan suatu produk yang dibeli untuk pemenuhan atas kebutuhan
dan keinginanya. Minat berbelanja termasuk suatu perilaku konsumen. Kosumen
akan merespon suatu yang diberikan dengan suatu tindakan. Seperti harga yang
rendah akan menimbulkan perilaku konsumen yang cenderung meningkatkan
minat yang tinggi. Seperti promosi akan membangkitkan keinginan konsumen
untuk tertarik membeli suatu produk dan tempat yang strategis akan membuat
konsemen ingin berbelanja di tempat tersebut.
Al-Qur'an:
ٗ ُِإ َّن ۡٱل ُمبَ ِّذ ِرينَ َكانُ ٓو ْا ِإ ۡخ ٰ َونَ ٱل َّش ٰيَ ِطي ۖ ِن َو َكانَ ٱل َّش ۡي ٰطَنُ ِل َربِِّۦه َكف
ورا
“ Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan
karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”(QS. Al-
baqarah:168)
Hadits
Jadi, dalam Al-Qur’an dan hadis yang sudah dijelaskan bahwa Allah
memerintahkan manusia untuk memakan makanan yang halal dan baik. Untuk
dapat membedakan makanan yang halal dengan makanan yang diharamkan
tentunya kita perlu belajar untuk memperoleh pemahaman tentang makanan halal
(Hartono & Jamilah, 2016).
Kebiasaan kita sebagai manusia yaitu jika telah berhasil memiliki dan
menikmati sesuatu pastinya ingin mendapatkan yang lainnya lagi, titik karakter
manusia materialistis seperti inilah yang dikecam dalam Islam titik dalam ilmu
ekonomi karakteristik ini disebut homo economicus. Konsep ini berten tangan
dengan etika ekonomi Islam titik Islam mengajarkan bahwa manusia adalah homo
islamicus bukan homo economicus. Produk atau segala sesuatu yang dikonsumsi
haruslah halal dan Thoyyib (Macmud, 2017).
Menurut Syafie dan Othman dalam makanan halal adalah segala bentuk
yang dapat dilihat dari proses pemotongan hewan, penyimpanan, penyajian,
penyiapan, kesehatan dan kebersihan. Selain makanan halal, adat hal penting yang
harus menjadi pertimbangan yang bersifat wajib dalam mengonsumsi suatu
makanan yaitu makanan tersebut harus baik (thoyyib). Indikator untuk melihat
apakah makanan tersebut baik (thoyyib) dapat dilihat dari beberapa hal seperti
masa berlaku suatu produk dengan melihat apakah makanan dikonsumsi belum
kedaluarsa, tidak mengandung unsur dan senyawa kimia yang bisa mengancam
kesehatan tubuh, seperti penggunaan pewarna pakaian, dan lainnya. Perilaku
konsumsi dalam ekonomi Islam memiliki sebuah tujuan utama yang hendak
diwujudkan yaitu aspek material dan aspek spiritual dalam konsumsi, kedua aspek
ini bisa tercapai dengan cara menyeimbangkan antara nilai guna total (total
utility) dan nilai guna marginal (marginal utility) dalam konsumsi. Dengan
demikian setiap konsumen muslim akan berusaha memaksimalkan nilai guna pada
setiap barang yang akan dikonsumsi, karena hal itu diyakini mampu membuat kita
sebagai manusia lebih baik dan semakin optimis dalam menjalani aktivitas dan
kehidupan (Sutrisno, 2013).
Menurut Green terdapat tiga faktor yang ditentukan tentang memengaruhi faktor
perilaku yaitu: Faktor prediposisi meliputi banyak aspek antara lain kepercayaan
yang dianut, pendidikan, sosial ekonomi serta hal-hal lain yang terkait dengan
masalah kesehatan.
1. Faktor pendukung sarana serta prasarana kesehatan masyarakat yang tersedia.
2. Faktor penguat seperti sikap, tingkah laku, maupun dukungan dari aparat dan
tokoh masyarakat. Konsumsi adalah bentuk kegiatan seorang konsumen yang
dilakukan dalam rangka membelanjakan ataupun menggunakan nilai guna barang
atau jasa (Furqon, 2018).
Karya dari Ghazali tentang teori hukum shifa al-ghalil dan al-mustasfa min
‘Ilm al-usul menurut ghazali mengenai istilah hukum yaitu kepentingan umum
atau maslahah dan maqashid syariah. Maslahah merupakan hal yang membuat
manfaat atau mencegah adanya bahaya (El-wereny, 2017).
Dharuriyah. Dari kata dharuriyah tersebut tujuannya yaitu itu harus ada dan
mendasar bagi penciptaan kesejahteraan didunia dan diakhirat yang mencakup
terpeliharanya 5 elemen dasar kehidupan yaitu jiwa, keyakinan atau agama, akal
keturunan serta keluarga. Jika tujuan dharuriyah diabaikan maka tidak akan ada
kedamaian yang timbul.
Hajiyyah, yaitu bertujuan memudahkan kehidupan dan menghilangkan
kesempitan titik hukum syariat dalam kategori ini dimaksud untuk memelihara
lima hal pokok yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Tahsiniyyah. Yaitu tentang menghendaki kehidupan yang indah dan nyaman.
Seperti menjaga aset yang mapan dan pokok tidak sepatutnya kita sebagai seorang
muslim memperbanyak belanja dengan cara menjual aset. Kemudian tidak hidup
mewah dan boros dikarenakan kenikmatan yang bermegah-megahan sangat
ditentang oleh ajaran Islam. Sikap yang boros selain akan merusak pribadi kita
sebagai manusia juga akan merusak tatanan masyarakat. kemegahan akan
merusak masyarakat karena biasanya terdapat golongan minoritas kaya yang
menindas mayoritas miskin. Dan yang terakhir yaitu kesederhanaan
membelanjakan harta pada kuantitas dan kualitas secukupnya merupakan sikap
terpuji bahkan penghematan yang salah satu langkahnya sangat dianjurkan pada
saat krisis ekonomi terjadi. Sikap sederhana yang dilakukan yaitu semata-mata
menjaga kemaslahatan masyarakat luas (B. Sutrisno & Jaruddin, 2019).
Untuk setiap individu sebaiknya dalam memilih barang harus sesuai dengan
kebutuhan dan tidak berlebihan, dikarenakan sebagai seorang muslim kita
diajarkan untuk tidak boros. Sebab, tujuan hidup kita sebagai umat muslim adalah
untuk mencapai kesejahteraan & kebaikan bukan hanya untuk dunia melainkan
juga di akhirat. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Herianto et al.,2021 bahwa
faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen ada faktor eksternal merupakan
faktor yang dipengaruh oleh keluarga, kebudayaan, dan kelas sosial. Dan faktor
internal yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu motivasi, gaya hidup. Maka
dari itu semua telah diatur didalam Al-Qur’an sebagaimana terdapat pada (QS. Al-
A'raf:31) “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” Dari Al-Qur’an ini
dijelaskan bahwa dalam Islam ada pembedaan antara yang halal dan haram,
karena hal tersebut merupakan batasan konsumsi dalam perilaku konsumen
muslim. Jadi, untuk mencapai semua tujuan tersebut seorang muslim harus
mencapai maslahah seoptimal mungkin. Dengan maslahah, maka perilaku kita
sebagai konsumen akan terwujud keseimbangan dalam masyarakat.
Kesimpulan
Akyol, Mevlut, & Ozgur Kilinc. 2014. “Internet And Halal Tourism Marketing.”
Turkish Studies -International Internet and Halal Tourism Marketing 9 (8):
171–86.
Astuti, Rika Pristian Fitri. 2016. “Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua,
Literasi Ekonomi Dan Life Style Terhadap Perilaku Konsumsi.” Jurnal
Edutama 3 (2): 49–58.
Furqon, Imahda Khoiri. 2018. “Teori Konsumsi Dalam Islam.” Jurnal Hukum
Dan Ekonomi Syari’ah 06 (1): 1–18.
Hartono, Nono, & Ambar Jamilah. 2016. “Analisis Perilaku Konsumen Terhadap
Tingkat Kepentingan Label Halal Pada Bahan Pangan.” Syirkatuna 4 (1): 31–
38.
Heriyanto, Andi Ajeng Tenri Lala, & Nurpasila. 2021. “Perilaku Konsumsi
Sebelum Dan Selama Pandemi Covid-19 Di Indonesia: Studi Perbandingan.”
Journal of Islamic Economics and Finance Studies Volume 2 (1): 94–109.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.47700/jiefes.v2i1.2808.
Macmud, Amir. 2017. Ekonomi Islam:Untuk Dunia Yang Lebih Baik. Jakarta:
Salemba Empat.
Mustafar, Mohd Zaid, & Joni Tamkin Borhan. 2013. “Muslim Consumer
Behavior : Emphasis on Ethics from Islamic Perspective.” Middle-East
Journal of Scientific Research 18 (9): 1301–7.
https://doi.org/10.5829/idosi.mejsr.2013.18.9.12113.
Rosida, Rida, Firmansyah Firmansyah, & Juliana Juliana. 2016. “Ayat Dan Hadits
Bertemakan Ekonomi,” 1–128.
Wibowo, Sukarno, & Dedi Supriadi. 2013. Ekonomi Mikro Islam. Bandung: CV
Pustaka Setia.