Anda di halaman 1dari 19

IMPLEMENTASI PEMAHAMAN KONSUMSI ISLAM PADA PERILAKU

KONSUMEN MUSLIM
(STUDI KASUS PADA MAHASISWA PRODI EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MUHAMMADIYAH PEKALONGAN)

Nur Kholidah
STIE Muhammadiyah Pekalongan

ABSTRAK

Manusia pada dasarnya membutuhkan konsumsi untuk bertahan hidup. Islam


sebagai rahmatan lil alamin telah memberikan arahan kepada umatnya mengenai
cara-cara berkonsumsi yang baik dan menjamin agar sumberdaya dapat terdistribusi
secara adil. Seorang Muslim membutuhkan sebuah pemahaman yang komprehensif
tentang konsumsi Islam untuk menyesuaikan konsumsi mereka sesuai dengan perilaku
konsumsi Islam. Pemahaman tersebut berimplikasi kepada konsumen muslim untuk
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif
deskriptif. Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada implementasi pemahaman
konsumsi Islam pada perilaku konsumen Muslim studi kasus pada mahasiswa Prodi
Ekonomi Islam Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Pekalongan dan
menjawab bagaimana implementasi pemahaman konsumsi Islam pada perilaku
konsumen Muslim studi kasus pada mahasiswa Prodi Ekonomi Islam Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Pekalongan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan ada empat unsur konsumsi Islam yang
digunakan sebagai pedoman berkonsumsi, yaitu: konsumsi produk halal dan thayyib,
menghindari konsumsi berlebihan (israf), membuat kebutuhan prioritas dan konsumsi
sosial (zakat, infak dan sedekah). Informan merasakan perbedaan pada perilaku
konsumsi mereka saat ini dengan perilaku konsumsi mereka saat belum mengetahui
teori konsumsi Islam

Kata Kunci: Konsumsi Islam, Perilaku Konsumen Muslim

PENDAHULUAN Muslim terbesar di dunia, lebih dari


Manusia pada dasarnya 87% penduduknya adalah umat
membutuhkan konsumsi untuk muslim. Jumlah penduduk yang besar
bertahan hidup dimana semakin tinggi menyebabkan jumlah permintaan yang
kebutuhan, konsumsi juga akan besar pula. Indonesia menjadi Negara
bertambah. Setiap orang mempunyai yang potensial bagi para pelaku bisnis
konsumsi yang berbeda-beda sesuai untuk memasarkan dan menjual
dengan kebutuhan dan tingkat produk-produknya kepada konsumen.
pendapatan. Bahkan beberapa orang Konsumen tersebut dikelompokkan
dengan pendapatan yang sama, menjadi beberapa segmen. Segmen-
konsumsinya dapat berbeda. Indonesia segmen tersebut dikelompokkan
adalah Negara dengan jumlah populasi

1
berdasarkan pendapatan, jenis kelamin keberkahan dan kesejahteraan
dan umur. hidupnya (Muhammad, 2004:161).
Saat ini, banyak perusahaan Konsumsi yang dilakukan oleh
melirik konsumen muda dalam strategi seorang Muslim seharusnya
pemasarannya. Konsumen muda mencerminkan hubungan dirinya
memiliki kecenderungan untuk mudah dengan Allah. Islam tidak mengakui
bosan terhadap suatu produk. kegemaran materialistis semata-mata
Penerimaan sosial dan pengakuan oleh dan pola konsumsi modern. Islam
lingkungan adalah dua hal yang harus berusaha mengurangi kebutuhan
dicapai (Mayasari dan Maharani, material manusia yang luar biasa
2011:84-85). Konsumen muda tertarik sekarang ini. Hal tersebut menjadi
pada produk-produk dengan inovasi pembeda antara rancangan konsumsi
yang terus berkembang sehingga Islam dengan konsumsi ilmu ekonomi
mereka cenderung untuk terus lainnya.
membeli produk-produk terbaru yang Sebagai seorang Muslim tidak
ditawarkan produsen. Terkadang semua makanan boleh dikonsumsi, ada
produk yang dikonsumsi sebenarnya batasan atau aturan yang harus
tidak terlalu mereka butuhkan untuk dipenuhi. Seorang muslim harus
segera diganti dengan produk yang memperhatikan kebaikan (kehalalan)
lebih baru. Fenomena tersebut sesuatu yang akan dikonsumsinya.
membuat konsumen menjadi Halal diyakini bersih, sehat, dan lebih
konsumtif. lezat. Selain halal yang harus
Islam sebagai rahmatan lil diperhatikan adalah thayyib (QS. Al
alamin telah memberikan arahan Baqarah: 172). Sesungguhnya halal dan
kepada umatnya mengenai cara-cara thayyib memberikan kesehatan pada
berkonsumsi yang baik dan menjamin tubuh. Selain itu konsumsi dalam Islam
agar sumberdaya dapat terdistribusi tidak boleh berlebih-lebihan. Dalam
secara adil. Salah satu upaya untuk membelanjakan harta terutama dalam
menjamin keadilan distribusi berkonsumsi harus dilakukan secara
sumberdaya adalah mengatur wajar, karena Allah SWT tidak suka
bagaimana pola konsumsi sesuai dengan sikap mubazir. Sebagaimana
dengan syariah Islam yang telah disebutkan dalam al-Quran Q.S. Al A’raf
ditetapkan dalam Al-Quran dan As- ayat 31:
َْ ُ ََ ُ ُ َ
Sunnah yang membawa manusia ‫َيا َب ِ ين آد َم خذوإ ِزينتك ْم ِعند‬
berguna bagi kemaslahatan hidupnya. َ ُ َ ْْ َ ُ ُ َ ُ
Seluruh aturan Islam mengenai ‫إشبوإ َوَل‬ ‫ك ِّل َم ْس ِج ٍد وكلوإ و‬
َ ُ َّ ُ ْ ُ
aktivitas konsumsi terdapat dalam al- ‫ْسفوإ ۚ ِؤنه َل ُي ِح ُّب‬ ِ ‫ت‬
Qur’an dan as-Sunnah. Jika manusia َ‫ْإل ُم ْْسفي‬
dapat melakukan aktivitas konsumsi ِِ
sesuai dengan ketentuan al-Qur’an dan
as-Sunnah, maka ia akan menjalankan Referensi:
konsumsi yang jauh dari sifat hina. https://tafsirweb.com/2485-
Perilaku konsumsi yang sesuai dengan surat-al-araf-ayat-31.html31.
ketentuan al-Quran dan as-Sunnah ini Hai anak Adam, pakailah
akan membawa pelakunya mencapai pakaianmu yang indah di Setiap

2
(memasuki) mesjid, Makan dan LANDASAN TEORI
minumlah, dan janganlah Pemahaman
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Menurut kamus ilmiah
Allah tidak menyukai orang- popular, pemahaman berasal dari kata
orang yang berlebih-lebihan. faham yang mendapat imbuhan pe-
dan an. Faham menurut bahasa artinya
Fenomena yang terjadi saat ini tanggap, mengerti benar, pandangan,
sangat bertolak belakang dengan ajaran (Paul dan Barry, 2001:172).
bagaimana seharusnya seorang muslim Pemahaman didefinisikan proses
berkonsumsi. Informasi gaya hidup dan berpikir dan belajar. Dikatakan
tren yang sangat mudah untuk diakses demikian karena untuk menuju ke arah
menjadikan konsumen muda kini pemahaman perlu diikuti dengan
memiliki perspektif bahwa trend dan belajar dan berpikir. Pemahaman
gaya hidup tersebut harus diikuti merupakan proses, perbuatan dan cara
sebagai upaya peningkatan prestise memahami (Porwadarminto,
dalam lingkungannya. Cara hidup 1991:636).
konsumen muda berubah mulai dari Definisi pemahaman menurut
cara mereka berpakaian, bersosialisasi, Anas Sudijono adalah “kemampuan
dan berbagai kegiatan lainnya yang seseorang untuk mengerti atau
dapat mempengaruhi tingkat memahami sesuatu setelah sesuatu itu
kehidupan yang dianggap modern, diketahui dan diingat. Dengan kata lain,
gaul, keren oleh orang lain. memahami adalah mengetahui tentang
Konsumerisme dalam kehidupan sesuatu dan dapat melihatnya dari
modern menjelma menjadi sesuatu berbagai segi. Pemahaman merupakan
yang harus segera dipenuhi dan jenjang kemampuan berpikir yang
dipuaskan kebutuhannya. setingkat lebih tinggi dari ingatan dan
Mahasiswa adalah komponen hafalan” (Sudiyono, 1996:50).
masyarakat yang diharapkan dapat Sedangkan menurut Yusuf Anas, yang
perpikir kritis terhadap apa yang terjadi dimaksud dengan pemahaman adalah
di lingkungannya. Mahasiswa yang kemampuan untuk menggunakan
mempunyai pemahaman tentang pengetahuan yang sudah diingat lebih
konsumsi Islam, tentu memahami kurang sama dengan yang sudah
bahwa tuntutan islam dalam diajarkan dan sesuai dengan maksud
berkonsumsi harus didasari dengan penggunaannya (Anas, 2009:151).
motivasi untuk mencapai maslahah Dari berbagai pendapat di
bukan untuk maksimalisasi utility. atas, indikator pemahaman pada
Sebagai akademisi, mahasiswa wajib dasarnya sama, yaitu dengan
menerapkan teori yang telah mereka memahami sesuatu berarti seseorang
dapatkan di dalam perkuliahan untuk dapat mempertahankan ,
diterapkan dalam kehidupan sehari- membedakan ,menduga, menerangkan,
hari. Dalam hal ini, mahasiswa memiliki menafsirkan, memperkirakan,
kewajiban untuk menerapkan ilmu menentukan, memperluas,
ekonomi Islam dalam kehidupannya, menyimpulkan, menganalisis, memberi
salah satunya mempraktikkan teori contoh, menulis kembali,
konsumsi yang sesuai dengan Islam. mengklasifikasikan dan

3
mengikhtisarkan. Indikator tersebut Referensi:
menunjukkan bahwa pemahaman https://tafsirweb.com/660-
mengandung makna lebih luas atau surat-al-baqarah-ayat-
lebih dalam dari pengetahuan. Dengan 173.html173. Sesungguhnya
pengetahuan seseorang belum tentu Allah hanya mengharamkan
memahami sesuatu dari yang dipelajari. bagimu bangkai, darah, daging
Sedangkan dengan pemahaman babi, dan binatang yang (ketika
seseorang tidak hanya sekedar disembelih) disebut (nama)
menghapal sesuatu yang dipelajari, selain Allah[108]. tetapi
tetapi juga mempunyai kemampuan Barangsiapa dalam Keadaan
untuk menangkap makna dari yang terpaksa (memakannya) sedang
dipelajari secara lebih mendalam, dam Dia tidak menginginkannya dan
mampu memahami konsep dari tidak (pula) melampaui batas,
pelajaran tersebut. Maka tidak ada dosa baginya.
Teori Konsumsi Islami Sesungguhnya Allah Maha
Islam berpandangan bahwa Pengampun lagi Maha
hal terpenting yang harus dicapai Penyayang.
dalam aktifitas konsumsi adalah Ajaran syariah dalam bentuk
maslahah. “Maslahah adalah segala konsumsi yaitu mengkonsumsi halal
bentuk keadaan, baik material maupun dan haram, pelarangan terhadap ishraf
non material, yang mampu (berlebihan) yaitu bermewah-mewahan
meningkatkan kedudukan manusia dan bermegah-megahan, konsumsi
sebagai makhluk yang paling mulia” sosial, dan aspek-aspek normatif
(P3EI, 2011:43). Maslahah memiliki dua lainnya. Seorang konsumen Muslim
kandungan, yaitu manfaat dan berkah. harus memperhatikan produk-produk
Maslahah hanya bisa didapatkan oleh yang dikonsumsi agar terhindar dari
konsumen saat mengkonsumsi barang hal-hal yang diharamkan oleh Allah
yang halal saja. serta tidak berlebihan.
Halal adalah tindakan yang Keimanan seorang Muslim
dibenarkan untuk dilakukan oleh syara dapat diukur dengan bagaimana
(Sholihin, 2010:301). Halal dibagi seorang Muslim menjalani
menjadi tiga yaitu halal menurut sifat kehidupannya sehari-hari sesuai
zat, cara memperolehnya, dan cara dengan tuntunan Al Qur’an dan hadits.
pengolahannya. Allah SWT berfirman Dalam konteks ekonomi, seorang
dalam Q.S. Al Baqarah:173 Muslim diwajibkan untuk
ََ ْ ُ َ َّ
‫ِؤن َما َح َّر َم َعل ْيك ُم إل َم ْيتة‬ mengkonsumsi hal-hal yang baik saja.
ْ ْ َ َّ Yaitu halal baik halal menurut sifat zat,
‫ُ َوإلد َم َول ْح َم إل ِخ ِن ِير َو َما‬ cara pemrosesan, dan cara
َ ‫َْ ه‬
‫إَّلل ۖ ف َم ِن‬
ِ ‫أ ِه َّل ِب ِه ِلغ ِن‬ mendapatkannya. Mengkonsumsi
ََ َ َ ُ ْ
‫إضط َّر غ ْ َن َب ٍاغ َوَل َع ٍاد فَل‬
barang dan jasa yang halal saja
merupakan bentuk kepatuhan manusia
ٌ ‫إَّلل َغ ُف‬َ ‫ؤ ْث َم َع َل ْيه ۚ ؤ َّن ه‬ kepada Allah SWT, sebagai balasannya,
‫ور‬ ِ ِ ِ manusia akan mendapatkan pahala
ٌ‫َرحيم‬
ِ sebagai bentuk berkah dari barang dan
jasa yang dikonsumsi (P3EI, 2011:129).

4
Teori konsumsi Islam dharuriyat dan hajjiyat terpenuhi lebih
mengajarkan untuk membuat prioritas dulu (Muflih, 2006: 66-70).
dalam pemenuhan kebutuhan. “Urutan Sepintas, prioritas pemenuhan
prioritas kebutuhan tersebut adalah: kebutuhan tersebut tidak berbeda
dharuriyat (primer), hajjiyat (sekunder), dengan prioritas pemenuhan
dan tahsiniyat (tersier)” (Muflih, kebutuhan yang ada di dalam teori
2006:66-70). Kebutuhan dharuriyat konsumsi ekonomi sekuler, namun jika
mencakup: agama (din), kehidupan diperhatikan lagi, kebutuhan dharuriyat
(nafs), pendidikan (‘aql), keturunan (primer) mengandung unsur-unsur
(nasl), dan harta (mal). Kebutuhan yang berbeda dengan kebutuhan
hajiyat adalah segala sesuatu yang oleh primer yang ada di teori konsumsi
hokum syara tidak dimaksudkan untuk ekonomi sekuler. Perbedaan tersebut
memelihara lima hal pokok keperluan adalah kebutuhan seseorang untuk
manusia di atas, akan tetapi beribadah. Teori konsumsi ekonomi
dimaksudkan untuk menghilangkan sekuler hanya mencakup kebutuhan
kesempitan (musyaqat) atau berhati- sandang, pangan, papan, dan
hati (ihtiyah) terhadap lima hal pendidikan. Islam mengajarkan
tersebut. Tingkatan kebutuhan umatnya untuk hidup selaras, yaitu
selanjutnya adalah tahsiniyat. dengan terpenuhinya kebutuhan
Tingkatan kebutuhan ini memiliki fungsi duniawi dan ukhrawi. Sehingga
sebagai penambah keindahan dan kebutuhan untuk beribadah termasuk
kesenangan hidup. Urusan tahsiniyah dalam kebutuhan dharuriyat (primer).
dalam konsumsi bisa dengan Terdapat dua hal yang
memberikan sedekah kepada orang mendasari seseorang dalam
yang sangat membutuhkan, sebagai berkonsumsi, yaitu kebutuhan dan
bentuk kepedulian, bersopan santun keinginan. Pemenuhan terhadap
dalam melakukan makan dan minum, sesuatu yang dibutuhkan akan
konsumsi segala sesuatu yang bersih, memberikan tambahan manfaat fisik,
tidak mengandung penyakit, dan lain spiritual, intelektual ataupun material,
sebagainya. Kebutuhan tahsiniya hanya sedangkan pemenuhan keinginan akan
boleh dipenuhi setelah kebutuhan menambah kepuasan psikis di samping
manfaat lainnya (P3EI, 2011:130).

Tabel 1
Karakteristik Kebutuhan dan Keinginan

Karakteristik Kebutuhan Keinginan


Sumber Fitrah manusi Hasrat (nafsu) manusia
Hasil Manfaat dari berkah Kepuasan
Ukuran Fungsi Preferensi/selera
Sifat Objektif Subjektif
Tuntunan Islam Dipenuhi Dibatasi/dikendalikan

Pemahaman Konsumen Muslim pemahaman seorang muslim terhadap


Dalam penelitian ini, teori konsumsi Islam (sebagai bagian
pemahaman yang dimaksud adalah dari ajaran agama Islam). Pemahaman

5
konsumsi Islam tidak terlepas dari 5. Mendahukan kebutuhan yang
pemahaman seorang Muslim mengenai lebih prioritas
ajaran agama Islam itu sendiri (Zulfikar Perilaku konsumsi seorang
dan Meri, 2014:741). Pemahaman muslim harus didasarkan pada
konsumsi Islam dalam kehidupan ketentuan Allah dan Rasul-Nya agar
sehari-hari yaitu Menjalankan perintah tercipta kehidupan manusia yang lebih
Allah SWT, menjauhi larangan Allah sejahtera. Menurut Amiruddin (2013:
SWT, mendirikan shalat, Menafkahkan 121-122), seorang muslim dalam
sebagian hartanya di jalan Allah. berkonsumsi didasarkan atas beberapa
pertimbangan yaitu:
Perilaku Konsumen Muslim 1. Manusia tidak kuat sepenuhnya
Perilaku konsumen Islami mengatur detail permasalahan
didasarkan atas rasionalitas yang ekonomi masyarakat atau
disempurnakan dan mengintegrasikan negara. Keberlangsungan hidup
keyakinan dan kebenaran yang manusia diatur oleh Allah.
melampaui rasionalitas manusia yang Seorang muslim akan yakin
sangat terbatas berdasarkan Al-quran bahwa Allah swt. akan memenuhi
dan Sunnah. Islam memberikan konsep segala kebutuhan hidupnya
pemenuhan kebutuhan disertai sebagaimana firman Allah dalam
kekuatan moral, ketiadaan tekanan Surat an-Nahl ayat 11 yang
batin dan adanya keharmonisan menjelaskan bahwasanya Allah-
hubungan antar sesama. Ekonomi Islam lah yang telah menurunkan air
bukan hanya berbicara tentang dari langit, diantaranya untuk
pemuasan materi yang bersifat fisik, dikonsumsi manusia dan
tapi juga berbicara cukup luas tentang tumbuhan yang ada di bumi, dan
pemuasan materi yang bersifat abstrak, Allah menumbuhkan tanaman
pemuasan yang lebih berkaitan dengan dengan air itu yang darinya
posisi manusia sebagai hamba Allah tumbuh bermacam-macam buah.
Swt. 2. Dalam konsep Islam kebutuhan
Konsumsi merupakan cara yang membentuk pola konsumsi
penggunaan yang harus diarahkan pada seorang muslim. Dimana batas-
pilihan-pilihan yang baik dan tepat agar batas fisik merefleksikan pola
kekayaan bisa dimanfaatkan kepada yang digunakan seorang muslim
jalan yang sebaik mungkin untuk untuk melakukan aktivitas
masyarakat banyak. Perilaku konsumen konsumsi, bukan disebabkan
Muslim yang harus diperhatikan adalah pengaruh referensi semata yang
(Said, 2008:60) : mempengaruhi pola konsumsi
1. Penggunaan barang-barang yang seorang muslim.
bersih, baik, dan bermanfaat 3. Perilaku berkonsumsi seorang
2. Kewajaran dalam membelanjakan muslim diatur perannya sebagai
harta makhluk sosial. Maka, dalam
3. Sikap sederhana dan adil berperilaku dikondisikan untuk
4. Sikap kemurahan hati dan saling menghargai dan
moralitas yang tinggi menghormati orang lain, yang
perannya sama sebagai makhluk

6
yang mempunyai kepentingan Menyesuaikan antara pemasukan
guna memenuhi kebutuhan. dan pengeluaran juga merupakan
Perilaku konsumsi dalam perwujudan prinsip kuantitas
pandangan Islam akan melihat dalam konsumsi.
bagaimana suasana psikologi 3. Prinsip prioritas; yaitu membuat
orang lain. prioritas kebutuhan mulai dari
kebutuhan mulai dari kebutuhan
Prinsip Dasar Perilaku Konsumen primer, sekunder dan tersier.
Islami 4. Prinsip sosial; yaitu
Menurut Jaribah dan Al-Fiqh memperhatikan lingkungan sosial
(2010: 182-185) prinsip dasar perilaku di sekitarnya sehingga tercipta
konsumen Islami diantaranya: keharmonisan hidup dalam
1. Prinsip syariah; yaitu menyangkut masyarakat, di antaranya: (1)
dasar syariat yang harus kepentingan umat, yaitu saling
terpenuhi dalam melakukan menanggung dan menolong
konsumsi di mana terdiri dari: (a) sehingga Islam mewajibkan
Prinsip akidah, yaitu hakikat zakat bagi yang mampu juga
konsumsi adalah sebagai sarana menganjurkan shadaqah, infaq
untuk ketaatan untuk beribadah. dan wakaf; (2) keteladanan, yaitu
(b) Prinsip ilmu, yaitu seseorang memberikan contoh yang baik
ketika akan mengkonsumsi harus dalam berkonsumsi baik dalam
mengetahui ilmu tentang barang keluarga atau masyarakat; dan (3)
yang akan dikonsumsi dan tidak membahayakan/merugikan
hukum-hukum yang berkaitan dirinya sendiri dan orang lain
dengannya apakah merupakan dalam mengkonsumsi sehingga
sesuatu yang halal atau haram tidak menimbulkan
baik ditinjau dari zat, proses, kemudharatan.
maupun tujuannya. (c) Prinsip 5. Kaidah lingkungan; yaitu dalam
‘amaliyah, seseorang dituntut mengkonsumsi harus sesuai
untuk menjalankan apa yang dengan kondisi potensi daya
sudah diketahui, maka dia akan dukung sumber daya alam dan
mengkonsumsi hanya yang halal keberlanjutannya atau tidak
serta menjauhi yang haram dan merusak lingkungan. Seorang
syubhat. muslim dalam penggunaan
2. Prinsip kuantitas; yaitu sesuai penghasilannya memiliki dua sisi,
dengan batas-batas kuantitas yaitu pertama untuk memenuhi
yang telah dijelaskan dalam kebutuhan diri dan keluarganya
syariat Islam. Salah satu bentuk dan sebagiannya lagi untuk
prinsip kuantitas ini adalah dibelanjakan di jalan Allah.
kesederhanaan, yaitu
mengkonsumsi secara Proposisi
proporsional tanpa Implementasi pemahaman
menghamburkan harta, konsumsi Islam pada diri seorang
bermewah-mewah, mubadzir, konsumen muslim akan berdampak
namun tidak juga pelit. pada perilaku konsumen yang sesuai

7
dengan prinsip dasar perilaku secara proporsional (tidak berlebihan),
konsumen Islami, yaitu: konsumsi membuat prioritas kebutuhan dan
produk halal dan thayyib, berkonsumsi konsumsi sosial.

Kerangka Berfikir

Al Quran
&
Hadits

Teori Konsumsi Islam

Produk Halal Berkonsumsi Membuat Konsumsi


dan Proporsional Prioritas Sosial
Thayyib (tidak berlebihan) Kebutuhan

Pemahaman
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Konsumsi Islam
Sumber: Zulfikar dan Meri, 2014:745
Pemahaman
Konsumsi Islam

Kerangka berpikir di atas Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi


menunjukkan bahwa Al Qur’an dan Muhammadiyah Pekalongan).
hadits merupakan dasar teori konsumsi Pendekatan yang digunakan
Islam yang harus dipahami oleh setiap dalam penelitian ini adalah pendekatan
Muslim. Implementasi pemahaman kualitatif. Penelitian kualitatif ini dapat
konsumsi Islam pada konsumen muslim digunakan untuk memahami interaksi
akan berdampak pada perilaku sosial, misalnya dengan wawancara
konsumen seorang Muslim. Seorang mendalam sehingga akan ditemukan
Muslim yang taat akan selalu pola-pola yang jelas. Dalam penelitian
menyesuaikan semua aktifitasnya ini digunakan metode kualitatif dengan
dengan ajaran Islam, termasuk dalam desain deskriptif, yaitu penelitian yang
aktivitas berkonsumsi. memberi gambaran secara cermat
mengenai individu atau kelompok
METODE PENELITIAN tertentu tentang keadaan dan gejala
Pendekatan Penelitian yang terjadi (Koentjaraningrat,
Penelitian ini dilaksanakan untuk 1993:89).
menjawab rumusan masalah yaitu
bagaimana implementasi pemahaman Ruang Lingkup Penelitian
konsumsi Islam pada perilaku Ruang lingkup penelitian ini
konsumen Muslim (studi kasus pada terbatas pada implementasi
mahasiswa Prodi Ekonomi Islam pemahaman konsumsi Islam pada
perilaku konsumen Muslim studi kasus

8
pada mahasiswa Prodi Ekonomi Islam Proses memasuki lokasi wawancara
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi objek penelitian
Muhammadiyah Pekalongan. Peneliti mengumpulkan data
Penelitian yang dimaksud adalah melalui tanya jawab secara langsung
dalam rangka menjawab rumusan dan mendalam kepada objek
masalah penelitian yaitu bagaimana penelitian. Pertanyaan dapat
implementasi pemahaman konsumsi berkembang sesuai dengan
Islam pada perilaku konsumen Muslim perkembangan topik wawancara yang
studi kasus pada mahasiswa Prodi dilakukan namun tetap berada dalam
Ekonomi Islam Sekolah Tinggi Ilmu ruang lingkup penelitian. Waktu
Ekonomi Muhammadiyah Pekalongan. wawancara disesuaikan dengan
kesepakatan yang dilakukan peneliti
Jenis dan Sumber Data dengan objek penelitian. Tempat
Data dalam penelitian kualitatif wawancara sebagian besar dilakukan di
dibagi menjadi dua yaitu data utama kampus STIE Muhammadiyah
dan data penunjang atau tambahan. Pekalongan.
Data utama yang dibutuhkan dalam
penelitian ini merupakan data primer Saat pengumpulan data
yang berasal dari hasil wawancara dan Peneliti akan merekam dan
observasi langsung dari lapangan mencatat semua percakapan yang
sehingga datanya adalah kata-kata dan berlangsung selama wawancara.
tindakan dari obyek penelitian atau Kemudian hasil rekaman dan catatan
dalam hal ini mahasiswa Prodi Ekonomi tersebut akan diinterpretasikan
Islam Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi sehingga dapat dijadikan hasil
Muhammadiyah Pekalongan. pembahasan dan simpulan dalam
Data penunjang merupakan data penelitian ini.
sekunder yang berasal dari sumber
tertulis dapat dibagi atas sumber buku, Teknik Analisis Data
majalah ilmiah, internet yang berkaitan Teknik analisis data dilakukan
dengan permasalahan. setelah proses pengumpulan data
dengan menggunakan pendekatan
Prosedur Pengumpulan Data tersebut diatas. Menurut Bogdan
Persiapan Awal dalam Sugiyono (2012:244) “analisis
Pada tahap ini peneliti akan data adalah proses mencari dan
memilih mahasiswa Program Studi menyusun secara sistematis data yang
Ekonomi Islam STIE Muhammadiyah diperoleh dari hasil wawancara, catatan
Pekalongan yang telah menempuh lapangan, dan bahan-bahan lain,
mata kuliah pengantar ekonomi Islam, sehingga dapat mudah difahami, dan
dan ekonomi mikro Islam, Kemudian temuannya dapat diinformasikan
peneliti akan membuat kesepakatan kepada orang lain.”
waktu wawancara dengan objek Pembahasan dilakukan dengan
penelitian. cara mengobservasi serta mencari tahu
bagaimana implementasi konsumsi
Islami mahasiswa Program Studi
Ekonomi Islam STIE Muhammadiyah

9
Pekalongan. Indikator yang digunakan diimplementasikan dalam kehidupan
adalah pemahaman dan penerapan sehari-hari.
konsumsi Islami dalam kehidupan Pemahaman yang dimaksud
sehari-hari dan juga pembekalan ilmu dalam penelitian ini adalah
ekonomi mikro islami selama kuliah. pemahaman teori konsumsi Islam yang
Indikator tersebut dapat dijadikan mengandung lima unsur penting, yaitu:
acuan keberhasilan mahasiswa dalam pemahaman mengenai konsumsi
berperilaku konsumsi secara Islami. barang halal dan thayyib, pemahaman
Apabila indikator tersebut dilaksanakan mengenai konsumsi yang proporsional
dengan baik, berarti mahasiswa (menjauhi israf), pemahaman
Program Studi Ekonomi Islam STIE mengenai prioritas kebutuhan,
Muhammadiyah Pekalongan berhasil pemahaman mengenai konsumsi sosial
mengimplementasikan pola konsumsi (pelaksanaan zakat/infak/sedekah) dan
Islami dengan baik, dan sebaliknya jika pemahaman mengenai kaidah
tidak dilaksanakan dengan baik, berarti lingkungan. Berikut ini adalah
mahasiswa Program Studi Ekonomi pemahaman para informan mengenai
Islam STIE Muhammadiyah Pekalongan kelima unsur tersebut:
tidak berhasil mengimplementasikan 1. Halal dan Thayyib
pola konsumsi Islami dengan baik. Mengonsumsi yang halal dan baik
(thayyib) merupakan manivestasi
Penentuan Informan dan investasi dari ketaatan dan
Informan dipilih sesuai spesifikasi ketaqwaan kepada Allah SWT (Al-
peneliti guna mendapatkan informasi Maidah, 3: 88). Memakan yang
yang dibutuhkan oleh peneliti. Kriteria halal dan thayyib merupakan
informan pada penelitian ini adalah perintah dari Allah SWT yang
mahasiswa aktif Program Studi harus dilaksanakan oleh setiap
Ekonomi Islam STIE Muhammadiyah manusia yang beriman. Halal
Pekalongan dan bersedia di tidak hanya dinilai dari sifat zat
wawancara, selain itu mahasiswa nya, namun juga bagaimana cara
tersebut telah belajar Mata Kuliah produk/barang tersebut
Pengantar Ekonomi Mikro Syariah. diperoleh, diproses, dan
Peneliti memilih delapan mahasiswa dipergunakan. Barang yang halal
dikarenakan jawaban hasil wawancara tidak dapat dikonsumsi sebanyak
dari delapan informan tersebut sudah yang diinginkan, harus dibatasi
mewakili pertanyaan peneliti. sebatas cukupnya (keperluan),
demi menghindari kemewahan,
PEMBAHASAN berlebih-lebihan dan
Pemahaman Konsumsi Islam kemubadziran. Manusia secara
Menurut Partowisastro (1983: 22- umum dan muslim secara khusus
24), pemahaman adalah kemampuan untuk senantiasa menjaga unsur
seseorang dalam mengerti atau ke-halal- an dan ke-ṭayyiban-an
mengetahui suatu hal dengan benar. dalam konsumsi sebagai langkah
Pemahaman dibutuhkan agar apa yang untuk menjaga kesehatan
dipelajari oleh seseorang dapat jasmani dan rohani. Konsumsi
produk/barang halal akan

10
menimbulkan manfaat lain yang muslim mengkonsumsinya, yaitu
hanya diperoleh jika seorang keberkahan.

Tabel 2
Pemahaman Halal Oleh Informan

Informan Unsur-unsur Konsumsi Islam yang Dipahami Informan


Halal dan Thayyib
1 Halal adalah sesuatu yang diperbolehkan oleh syariat untuk
dikonsumsi dan akan membawa keberkahan hidup. Thayyib adalah
tidak mengandung najis dan juga tidak haram dikonsumsi.
2 Halal adalah segala hal yang diperbolehkan oleh Islam, tidak ada unsur
yang membahayakan dan bukan dengan hasil muamalah yang
dilarang. Thayyib adalah sesuatu yang layak dikonsumsi.
3 Halal adalah segala hal yang sesuai syariat Islam, yang mendatangkan
berkah saat mengkonsumsinya.Thayyib adalah makanan yang
dikonsumsi baik bagi tubuh dan tidak menimbulkan sesuatu yang
membahayakan.
4 Halal itu sesuatu yang diridhoi oleh allah SWT, sedangkan thoyyib itu
sesuatu yang halal dan bermanfaat. Dalam mengkonsumsi harus
memperhatikan kehalalannya dan manfaatnya.
5 Halal adalah semua hal yang diperbolehkan oleh islam dalam
berkonsumsi disertai perhatian cara memperolehnya, bukan dengan
muamalah yang dilarang. Thayyib adalah baik bagi tubuh dan tidak
membawa dampak negatif saat mengkonsumsinya.
6 Halal adalah segala hal yang tidak mengandung bahan yang haram
atau dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, baik dari zat barangnya
maupun proses pengolahnnya harus sesuai hokum Islam. Thayyib
adalah sesuatu yang baik bagi tubuh, menghindari syubhat dan
membawa kemaslahatan
7 Halal adalah segala sesuatu yang dapat dikonsumsi dan membawa
keberkahan bagi yang mengkonsumsinya. Thayyib adalah sesuatu yang
membawa manfaat atau kebaikan dan tidak berefek buruk terhadap
konsumen.
8 Halal adalah semua hal yang diperbolehkan dalam Islam, baik dari sifat
zatnya dan cara mendapatkannya. Thayyib adalah baik untuk badan,
tidak menjijihkan dan menyehatkan jasmani rohani.
Sumber: Diolah Penulis
Berdasarkan ayait inilah maka
2. Konsumsi yang Proporsional sikap mengurangi kemubadziran,
Islam mengajarkan umatnya sifat sok pamer, mengkonsumsi
untuk berkonsumsi secara wajar, barang-barang yang tidak perlu,
tidak bermewah-mewah dan dalam bahasa ekonomi perilaku
tidak berlebihan. Jika manusia konsumsi islami yang tidak
dilarang untuk berlebih-lebihan berlebihan. Maka pola konsumsi
itu berarti manusia sebaiknya Islam lebih didorong oleh fakta
melakukan konsumsi seperlunya kebutuhan (needs) daripada
saja. (QS. Al-A’raf: 31) keinginan (wants).
11
Tabel 3
Pemahaman Proporsional dalam Berkonsumsi oleh Informan

Informan Unsur-unsur Konsumsi Islam yang Dipahami Informan


Proporsional dalam Berkonsumsi
1 Tidak melebihi dari kebutuhan yang wajar dan tidak terlalu memenuhi
hawa nafsu serta tidak terlampau kikir.
2 Menggunakan harta secara wajar dan berimbang dalam pemenuhan
kebutuhan dan keinginan serta tidak mengkonsumsi barang-barang
yang tidak perlu.
3 Dalam mengkonsumsi harus disesuaikan dengan kemampuan yang
dimiliki, bukan besar pengeluaran daripada pendapatan.
4 Kebutuhan harus didahulukan daripada keinginan. Kebutuhan wajib
dipenuhi sedangkan keinginan merupakan dorongan hawa nafsu.
5 Kebutuhan merupakan segala hal dasar di dalam hidup manusia yang
wajib terpenuhi daripada keinginan. Keinginan adalah dorongan hawa
nafsu dan menjadikan seseorang boros.
6 Kebutuhan harus segera dipenuhi, keinginan dapat ditunda setelah
terpenuhinya kebutuhan.
7 Pemenuhan kebutuhan harus didahulukan daripada keinginan karena
pemenuhan kebutuhan merupakan hal utama dalam kehidupan
seseorang, sedangkan keinginan tidak harus dipenuhi.
8 Konsumsinya harus sesuai kebutuhan dan tidak mementingkan
keinginan. Lebih mementingkan kebutuhan agar berkah, karena
sebagai muslim harus mementingkan mashlahah yaitu pemenuhan
kebutuhan di dunia dan sebagai bekal di akhirat.
Sumber: Diolah Penulis
manusia yang sifatnya senantiasa
3. Prioritas Kebutuhan tidak terbatas.
Perilaku konsumsi semestinya Sepintas susunan tersebut tidak
dapat memperhatikan aspek- berbeda dengan susunan
aspek yang tergolong kebutuhan kebutuhan manusia dalam
primer (dharuriyat) kemudian ekonomi sekuler. Namun
sekunder (hajjiyat) dan trisier sebenarnya terdapat hal yang
(tahsiniyat) sesuai dengan membedakan kebutuhan primer
semangat al-maqashid asy- dalam ekonomi Islam dengan
syari’ah, sehingga dalam ekonomi sekuler. Kebutuhan
memenuhi kebutuhan seorang primer dalam ekonomi Islam
konsumen lebih mengedepankan mencakup: agama, kehidupan,
aspek kebutuhan dari pada aspek pendidikan, keturunan, dan harta
keingingan demi membatasi (Muflih, 2006: 66).
kebutuhan dan kengingan

12
Tabel 4
Pemahaman Proporsional dalam Berkonsumsi oleh Informan

Informan Unsur-unsur Konsumsi Islam yang Dipahami Informan


Proporsional dalam Berkonsumsi
1 Semua informan berpendapat bahwa terdapat terdapat perbedaan
2 pada susunan kebutuhan primer dalam ekonomi Islam dengan
3 ekonomi sekuler. Dalam ekonomi Islam kebutuhan akan ibadah,
4 kebutuhan sosialisasi, dan pendidikan merupakan kebutuhan pokok
5 selain kebutuhan pangan, sandang, papan bagi seorang muslim.
6 Semua informan juga mengaku bahwa pembuatan skala prioritas
7 membantu mereka dalam berhemat, tidak boros, lebih tertata dalam
8 pengeluaran keuangan dan lebih bijak dalam membelanjakan uang
yang dimiliki serta menjadikan mereka tidak ingin berlebihan dalam
konsumsi.
Sumber: Diolah Penulis
untuk juga memperhatikan
4. Konsumsi Sosial saudara sesama muslim yang lain.
Nikmat konsumsi yang Firman Allah SWT:
didapatkan seseorang adalah atas Dan pada harta-harta
anugerah Allah SWT. Oleh karena mereka ada hak untuk
itu hendaknya seseorang tidak orang miskin yang
lupa untuk selalu bersyukur meminta dan orang
kepadaNya. Adapun cara untuk miskin yang tidak
bersyukur adalah dengan selalu mendapat bagian.
mengagungkanNya dan berbagi
kepada sesama dengan bentuk Konsumsi sosial mendapat
zakat dan sedekah. Kenikmatan perhatian penting dalam Islam
yang diterima sesorang muslim karena konsumsi tersebut dapat
dalam Islam juga tidak bisa kontribusinya secara langsung
dinikmati sendiri. Fitrah manusia membantu dalam memenuhi
sebagai makhluk sosial adalah kebutuhan sarana dan prasarana
sesuai dengan tuntunan Islam fisik (Muflih, 2006:17).

Tabel 5
Pemahaman Konsumsi Sosial oleh Informan

Informan Unsur-unsur Konsumsi Islam yang Dipahami Informan


Konsumsi Sosial
1 Mengkonsumsi sesuatu yang bermanfaat juga untuk orang lain,
apapun yang kita lakukan sebaiknya bermanfaat untuk kita sendiri dan
orang lain.
2 Terdapat hak fakir miskin pada harta yang dimilikinya sehingga harus
disalurkan melalui infak dan sedekah agar membawa berkah dan
manfaat.

13
3 Mengedepankan potensi kemanusiaan sehingga dengan konsumsi
social mengedepankan adanya jaminan hidup yang lebih baik.
4 Konsumen muslim akan membelanjakan pendapatannya untuk
duniawi dan ukhrawi sehingga harus mengalokasikan pendapatnnya
yang halal untuk zakat, infaq dan sedekah sebagai bukti ketaatan
kepada Allah.
5 Terdapat hak dhuafa dalam harta yang dimiliki konsumen sehingga
harus disalurkan dalam bentuk zakat-zakat wajib, diikuti sedekah dan
infak.
6 Harta yang dimiliki akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat
kelak, sehingga perlu didistribusikan untuk kepentingan agama.
7 Terdapat hak orang lain pada harta yang dimiliki sehingga perlu
mengeluarkan zakat, infak maupun sedekah sehingga dapat
membersihkan harta dari segala noda syubhat.
8 Harta yang dimiliki hanya titipan dari Allah dan kelak akan dimintai
pertanggungjawaban sehingga harus menyalurkan harta tersebut
melalui zakat, infak maupun sedekah. Melalui konsumsi sosial
tersebut dapat mensucikan hati.

Sumber: Diolah Penulis

Implementasi Pemahaman Konsumsi Islam Sebagai Dasar Perilaku Konsumen


Muslim
Halal dan Thayyib
Tabel 6
Implementasi Pemahaman Halal dan Thayyib oleh Informan

Informan Unsur-unsur Konsumsi Islam yang Dipahami Informan


Halal dan Thayyib
1 Informan harus memperhatikan bahwa makanan yang dikonsumsi halal dan
baik sehingga membawa manfaat bagi kesehatan. Dalam memilih makanan
harus diperhatikan sumber didapatkannya makanan tersebut, jika sumbernya
tidak halal makanan tersebut menjadi tidak halal. Harus memperhatikan
bahan yang digunakan, logo halal pada kemasan, masa berlaku, dan
sebagainya. Kemudian ada makanan yang perlu dijauhi seperti daging anjing,
babi dan makanan yang terlihat menjijihkan.
2 Sebelum membeli atau mengkonsumsi suatu makanan, informan melihat
label halal pada kemasan produk, apabila tidak ada logo halalnya informan
cenderung ragu-ragu akan kebaikan manfaat yang didapat dan menghindari
produk tersebut.
3 Informan mengetahui kehalalan suatu produk melalui logo halal pada
kemasan produk makanan yang dikonsumsinya. Apabila dikemasan tidak ada
logo halalnya, informan langsung menanyakan kepada penjual mengenai
kehalalan produk tersebut dan memastikan bahwa makanan tersebut baik
untuk dikonsumsi.

14
4 Informan menghindari produk-produk yang tidak jelas kondisi kehalalannya.
Misalnya produk impor dari luar negeri yang belum jelas bahan dan
kehalalannya. Misalpun banyak pembelinya dan makanan tersebut sedang
ngetrand dan hits di masyarakat tetapi informan tidak terpengaruh untuk
membelinya dan justru menghindari makanan tersebut karena ragu-ragu
akan kehalalannya. Informan hanya akan membeli produk makanan yang
telah diketahui kehalalannya dan baik untuk badan.
5 Informan mengetahui kehalalan suatu produk dengan melihat label halal dan
komposisi pada kemasan produk yang akan dikonsumsinya, sehingga tidak
hanya ketenangan jiwa yang didapat tapi juga mengetahui nahwa makanan
yang dikonsumsi baik untuk badan dan tidak berdampak buruk untuk
kesehatan.
6 Informan melihat bahan yang digunakan dalam membuat produk, dilihat logo
halal pada kemasannya dan juga rekomendasi dari teman bahwa produk yang
dikonsumsi memang halal.
7 Informan menggunakan rekomendasi atau informasi dari teman-temannya
untuk mengetahui kehalalan suatu produk terutama pada produk yang tidak
mencantumkan logo halal. Dengan mendapatkan dan mengkonsumsi
makanan yang baik akan berdampak pada sifat kita sehari-hari.
8 Informan langsung mengamati bahan yang digunakan, proses pembuatan
dan penyajiannya apabila mengkonsumsi makanan di pinggir jalan yang tidak
ada logo halalnya. Informan juga menanyakan kepada penjual terkait
kehalalan dan kehigienisan produk tersebut.
Sumber: Diolah Penulis

Konsumsi yang Proporsional


Tabel 7
Implementasi Pemahaman Konsumsi yang Proporsional oleh Informan

Informan Unsur-unsur Konsumsi Islam yang Dipahami Informan


Konsumsi yang Proporsional
1
2
3 Semua informan mengatakan bahwa mereka menggunakan uang yang diterimanya
4 tiap bulan dengan membuat skala prioritas. Dengan membuat skala prioritas
5 informan bisa mendahulukan kebutuhan dan keperluan yang paling penting serta
6 menjadi tidak asal-asalan dalam memenuhi kebutuhan serta keinginan.
7
8
Sumber: Diolah Penulis

15
Prioritas Kebutuhan
Tabel 8
Implementasi Pemahaman Prioritas Kebutuhan oleh Informan

Informan Unsur-unsur Konsumsi Islam yang Dipahami Informan


Prioritas Kebutuhan
1 Informan membagi pengeluarannya tiap bulan menjadi beberapa pos pengeluaran.
Dimulai dari pengeluaran yang paling utama yaitu: kebutuhan kuliah, pembelian
pengeluaran keperluan kuliah, dana cadangan, dan infak/sedekah.
2 Informan membagi pengeluarannya tiap bulan menjadi empat pos pengeluaran
untuk rencana konsumsinya, yaitu: kebutuhan pokok (kebutuhan kuliah, makan,
transportasi), konsumsi sosial, dan kegiatan rekreatif.
3 Informan tidak membuat pos pengeluaran tertentu pada pengeluarannya tiap bulan.
Informan mendahulukan kebutuhan untuk infak/sedekah ke fakir miskin, untuk uang
saku adik ke sekolah dan biaya kuliah informan. Selanjutnya uang yang tersisa
digunakan untuk dana cadangan.
4 Informan mendahulukan kebutuhan kuliah, kebutuhan makan saat di lingkungan
kampus, kemudian kebutuhan konsumsi social dan menabung. Informan menyusun
prioritas tersebut sebagai acuan, pada praktiknya prioritas tersebut dapat berubah
sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan setiap bulannya oleh informan.
5 Informan tidak membuat pos-pos tertentu dalam rencana pengeluarannya tiap
bulan, namun informan membuat skala prioritas dalam pengeluarannya yaitu
menempatkan kebutuhan kuliah sebagai prioritas utama. Sisanya digunakan untuk
konsumsi sosial dan ditabung.
6 Informan membuat tiga pos pengeluaran untuk rencana konsumsinya, yaitu
kebutuhan pokok (kebutuhan kuliah, makan, dan transportasi), untuk konsumsi
sosial dan kegiatan rekreatif.
7 Informan tidak membuat pos pengeluaran tertentu pada pengeluarannya tiap bulan,
namun informan mendahulukan kebutuhan untuk kuliah dan konsumsi sosial pada
pada pengeluarannya. Sisanya diberikan kepada orang tua dan untuk dana
cadangan.
8 Informan mendahulukan kebutuhan untuk biaya kuliah sebagai prioritas utama
kemudian infak/sedekah, dana cadangan dan sisanya ditabung.
Sumber: Diolah Penulis

Konsumsi Sosial
Tabel 9
Implementasi Pemahaman Konsumsi Sosial oleh Informan

Informan Unsur-unsur Konsumsi Islam yang Dipahami Informan


Konsumsi Sosial
1 Informan tidak membuat prosentase tertentu tiap bulan untuk konsumsi sosial,
namun informan tetap melaksanakan infak/sedekah dengan jumlah uang yang tidak
tetap setiap bulannya.
2 Informan menyisihkan 2,5% uang yang diterima setiap bulan dari orang tuanya
untuk disalurkan kepada fakir miskin melalui LAZ.
3 Informan tidak membuat prosentase jumlah uang yang akan digunakan untuk
konsumsi sosial. Informan menyalurkan zakat/infak di berbagai kesempatan,

16
misalnya dalam penggalangan dana bantuan kemanusiaan ataupun informan
memberikan sedekah/infak tersebut kepada orang yang berhak menerimanya.
4 Informan tidak membuat prosentase tertentu mengenai jumlah uang yang
digunakan untuk konsumsi sosial. Jumlah yang dikeluarkan untuk konsumsi sosial
bervariasi setiap bulan, tergantung dari besarnya pengeluaran kebutuhan yang
harus dipenuhi.
5 Informan menganggarkan uang bulanan dari gaji yang diterimanya setiap bulan
sebanyak 2,5% untuk disalurkan melalui infak di masjid pada saat pelaksanaan shalat
fardhu dan sedekah pada dhuafa yang ditemuinya di jalanan.
6 Informan tidak membuat prosentase tertentu tiap bulan untuk konsumsi sosial,
namun informan tetap mengeluarkan konsumsi sosial melalui kotak amal yang
disediakan di masjid saat shalat berjamaah dan nominal yang disedekahkan
berbeda-beda jumlahnya.
7 Informan menganggarkan uang bulanan yang diterimanya dari gajinya sebagai
pegawai di perusahaan swasta ±5% untuk disalurkan melalui sedekah pada para
dhuafa melalui LAZ.
8 Informan tidak membuat prosentase tertentu mengenai jumlah uang yang
digunakannya untuk sedekah/infak. Tergantung dari besarnya uang yang diberikan
orang tua dan besarnya kebutuhan yang dipenuhi, setelah itu sisanya untuk
sedekah.
Sumber: Diolah Penulis
berupa sifat zat, cara pengolahan
KESIMPULAN produk, dan cara memperolehnya.
Kesimpulan yang dapat diambil Kemudian proporsional dalam
dari hasil penelitian ini adalah sebagai berkonsumsi, yakni mendahulukan
berikut: kebutuhan daripada keinginan yang
1. Mahasiswa Program Studi Ekonomi didorong oleh kepuasan hawa nafsu.
Islam STIE Muhammadiyah Penyusunan prioritas juga dilakukan
Pekalongan yang memiliki oleh mahasiswa agar dapat
pemahaman konsumsi Islam telah menentukan kebutuhan utama yang
mengimplementasikan pemahaman harus segera terpenuhi. Perbedaan
tersebut pada perilaku konsumsinya terakhir yaitu mahasiswa menyadari
dalam kehidupan sehari-hari. pentingnya konsumsi sosial untuk
2. Secara umum, mahasiswa Program mereka yang membutuhkan karena
Studi Ekonomi Islam STIE fitrah manusia sebagai makhluk
Muhammadiyah Pekalongan sosial adalah sesuai dengan
merasakan perbedaan pada perilaku tuntunan Islam untuk juga
konsumsi mereka saat ini dengan memperhatikan saudara sesama
perilaku konsumsi mereka saat muslim yang lain.
belum mengetahui teori konsumsi 3. Implementasi pemahaman unsur
Islam, yakni dalam konsumsi, halal dan thayyib dalam konsumsi
seorang muslim harus Islam oleh para mahasiswa
memperhatikan kehalalan dan diwujudkan melalui pemeriksaan
kebaikan (halalan Thoyyib) terhadap label halal pada kemasan produk
sesuatu yang akan di konsumsinya. yang akan dikonsumsi, rekomendasi
Lebih memperhatikan kehalalan dari teman atau saudara yang telah
produk yang akan dikonsumsi baik mengkonsumsi produk tersebut,

17
menanyakan langsung kepada bentuk pelaksanaan sedekah/infak
penjual terkait kehalalan dan yang direncakan tiap awal bulan
kehigienisan produk tersebut dan setelah mendapatkan uang bulanan
memastikan bahwa makanan dari orang tua. Beberapa mahasiswa
tersebut baik untuk dikonsumsi yang sudah bekerja bahkan
sehingga tidak berdampak buruk membuat prosentase tertentu untuk
untuk kesehatan. konsumsi sosialnya.
4. Implementasi pemahaman unsur
proporsional dalam berkonsumsi DAFTAR PUSTAKA
oleh para mahasiswa diwujudkan
melalui pembuatan skala prioritas Al-Haritsi, Jaribah bin Ahmad. 2006. Al-
konsumsi. Dengan membuat skala Fiqh AI-Iqtishadi Li Amiril
prioritas informan bisa mukminin Umar Ibn Al-
mendahulukan kebutuhan dan Khaththab. diterjemahkan oleh
keperluan yang paling penting serta Asmuni Solihan Zamakhsyari:
menjadi tidak asal-asalan dalam Fikih Ekonomi Umar bin AI-
memenuhi kebutuhan serta Kathab. Jakarta: Khalifa.
keinginan.
5. Implementasi pemahaman unsur Amiruddin K. 2013. Ekonomi Mikro
prioritas kebutuhan dalam (Suatu Perbandingan Ekonomi
berkonsumsi oleh para mahasiswa Islam dan Ekonomi
diwujudkan dalam bentuk Konvensional). Cet. I: Alauddin
pembuatan pos-pos pengeluaran University Press.
yang telah diatur sedemekian rupa.
Pembuatan skala prioritas Anas Sudiyono. Pengantar Evaluasi
membantu mereka dalam berhemat, Pendidikan,. Jakarta: Raja
tidak boros, lebih tertata dalam Grafindo Persada.
pengeluaran keuangan dan lebih
bijak dalam membelanjakan uang Anas, Yusuf. 2009. Managemen
yang dimiliki serta menjadikan Pembelajaran dan Instruksi
mereka tidak ingin berlebihan dalam Pendidikan. Jogja: IRCiSoD.
konsumsi. Semua informan
berpendapat bahwa terdapat Koentjaraningrat. 1993. Metode-
terdapat perbedaan pada susunan metode Penelitian Masyarakat.
kebutuhan primer dalam ekonomi Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Islam dengan ekonomi sekuler. Utama.
Dalam ekonomi Islam kebutuhan
akan ibadah, kebutuhan sosialisasi, Mayasari, Iin & Anita Maharani. 2011.
dan pendidikan merupakan Idealisme versus Relativisme
kebutuhan pokok selain kebutuhan Generasi Y Terhadap Iklan
pangan, sandang, papan bagi dengan Tema Sexual Appeal.
seorang muslim. Karisma. V (2): 84-93.
6. Implementasi pemahaman unsur
konsumsi sosial oleh para Muflih, Muhammad. 2006. Perilaku
mahasiswa diwujudkan dalam Konsumen Dalam Prespektif

18
Ilmu Ekonomi Islami. Jakarta: Said, Syihabudin & Ma’zumi, M. 2008.
RajaGrafindo Persada. Falsafah dan Perilaku Ekonomi
Islam. Jakarta: Diadit Media.
Muhammad.2004. Ekonomi Mikro
dalam Perspektif Islam. Sholihin, Ahmad Ifham. 2010. Buku
Yogyakarta : BPFE. Pintar Ekonomi Syariah. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Partowisastro, K. 1983. Dinamika
Psikologi Sosial. Jakarta: Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Erlangga. Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Paul A Partanto dan M. Dahlan Al Barry.
2001. kamus ilmiah W.J.S. Porwadarminto. 1991. Kamus
popular.Surabaya: Arloka. Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan
Ekonomi Islam (P3EI). 2011. Zulfikar dan Meri. 2014. Implementasi
Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali Pemahaman Konsumsi Islam
Pers. pada Perilaku Konsumen
Muslim. Jurnal JESTT Vol. 1 No.
10 Oktober 2014.

19

Anda mungkin juga menyukai