dengan perilaku makan dan minum. Dalam ilmu ekonomi konsumsi adalah
1
Imamudin Yuliadi, Ekonomi Islam Sebuah Pengantar (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2001), 178.
2
Dede Nurohman, Memahami Dasar-Dasar Ekonomi Islam (Yogyakarta: Teras, 2011),
95.
20
21
Dengan konsumsi, seseorang dapat terhindar dari kesulitan dan problem yang
bisa diteruskan.3
kita dapatkan sifat kikir dalam memenuhinya, baik untuk dirinya ataupun
keluarganya.4
1. „Umar r.a. sangat antusias dalam memenuhi tingkat konsumsi yang layak
ketika Umar r.a. pergi ke negeri Syam, dan beliau mengetahui kondisi
dan carilah untuk putrimu apa yang dicari oleh orang-orang untuk putri
mereka.”
tujuan ibadah. Diantara riwayat tentang sikap tegas beliau dalam hal
dari kaum menjauhkan diri, maka „Umar berkata, “Mengapa dia? Mereka
5
Lukman Hakim, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam (Jakarta : Erlangga, 2012), 87-88.
24
dan manfaat atas barang dan jasa yang dikonsumsi. Sebuah konsep
tentang cita rasa dan referensi seseorang sepanjang barang dan jasa untuk
yang ada. Tingkat utility yang diterima konsumen atas barang dan jasa
yang berbeda, akan mengalami perbedaan. Namun sampai saat ini, utility
komoditas tertentu.7
seterusnya. Karena itu, ada tiga unsur yang dapat mempengaruhi perilaku
6
Said Sa‟ad, Ekonomi Islam, 72.
7
Ibid., 73.
25
dan utility.8
1. Rasionalitas
paling agung adalah kenikmatan akal dan nalar. Kedua elemen otak
Tuhan) yang telah dibawa oleh para rasul dan dituliskan dalam kitab
2. Kebebasan Berekonomi
8
Ibid., 73-74.
9
Ibid., 74-75.
26
barang yang baik (halal) dan bermanfaat serta melarang untuk hidup boros
dan melakukan kegiatan konsumsi untuk hal-hal yang tidak penting, al-
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu.”12
sesuatu di dunia ini terbatas pada barang atau jasa yang baik dan halal yang
Ibid., 81.
10
27
Ibid., 82.
11
12
Al-Qur‟an, 2:168.
28
telah disediakan oleh Allah kepada mereka. Mereka juga diperintahkan agar
karunia Allah swt harus dilakukan secara adil dan seimbang sesuai dengan
karunia kehidupan dunia yang diberikan oleh Allah swt, seperti dalam
(membelanjakan) harta, tidak berlebihan dan juga tidak kikir atau pelit,
29
karena sifat berlebih-lebihan merupakan sifat yang akan merusak jiwa, harta,
13
Lilik Nurjannah, “Analisis Terhadap Pemikiran Yusuf Qardawi dan Afzalur Rahman
tentang Konsep Konsumsi Dalam Islam” (Skripsi Strata Satu, STAIN Ponorogo, 2011), 19-20.
14
Al-Qur‟an, 7:32.
30
dan juga memberikan efek negatif terhadap masyarakat. Sedangkan kikir atau
pelit merupakan sikap yang dapat menahan harta untuk tidak dikeluarkan
meskipun untuk kebutuhan yang penting. Seperti dalam firman Allah surat al-
Dalam soal makanan dan minuman, yang terlarang adalah darah, daging
binatang yang telah mati sendiri, daging babi, daging binatang, daging
yang sempit berarti barang dikonsumsi harus bersih dan sehat (bebas dari
31
15
Al-Qur‟an, 25:67.
Ibid., 45.
16
32
penyakit) yang bisa diindera secara konkrit. Makna yang luas berarti
…
harus tetap tunduk pada norma-norma yang berlaku dalam Islam yang
spiritual.18
Al-Qur‟an, 7:31.
17
Muhammad Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam (Yogyakarta: Bhakti
18
33
Wakaf, 1997), 9.
34
Islam telah mengatur jalan hidup manusia lewat al-1ur‟an dan al-Hadits,
konsumsinya.19
tersebut”.20
19
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Ekonisia,
2002), 151.
20
Waffiyyatusholiha, “Analisis Perilaku Santri Dalam Penggunaan Jasa Laundry Di
Tata Usaha Laundry Pondok Pesantren Walisongo Ngabar Ponorogo” (Skripsi Strata Satu,
STAIN Ponorogo, 2015), 34.
35
perilaku makan dan minum saja, tetapi juga perilaku ekonomi lainnya
pertimbangan:
21
Anwar Prabu Mangkunegara, Perilaku Konsumen Edisi Revisi, (Bandung: PT. Refika
Aditama, 2005), 3.
22
Ibid., 4.
23
Imamudin Yuliadi, Ekonomi Islam Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Lembaga
Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI), 2001), 178-179
36
Al-Qur‟an, 56:68-69.
24
38
….
…
unsur-unsur yang kotor dan najis tetapi juga suci dan bersih dari
hasil atau proses yang tidak sesuai aturan Islam dalam hal
minuman keras.27
seperti
memasukkan bara api neraka ke dalam perutnya. Hadith ini bisa kita
maknai secara harfiah, bahwa kelak di akhirat orang yang suka dan
kekuatan dari dalam diri manusia (inner power) yang bersifat pribadi,
dan karenanya seringkali berbeda dari satu orang dengan orang lain
kualitasnya. Kekuatan dari dalam ini disebut jiwa atau hawa nafsu (nafs)
Ibid., 183.
28
42
berasal dari hasrat manusia yang bersifat subjektif. Bila keinginan itu
29
Hendrie Anto, Pengantar Ekonomika Mikro Islami (Yogyakarta: Ekonisia, 2003), 124.
30
Ibid., 124-125.
31
Mustafa Edwin Nasution, dkk., Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam,(Jakarta: Kencana,
2010), 69.
43
segera harus dipenuhi (al- jjah al- ah); (2) Kebutuhan sekunder
Ha} D}aru>riy>
yang bertujuan meningkatkan efektifitas (al-H}ajjah al- jji ah); dan (3)
Ha} y>
32
Ely Masykuroh, Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Pada Teori Ekonomi Mikro
44
kepuasan dari sebuah perilaku konsumsi sebagaimana yang dianut dalam ilmu
menurut Islam harus berlandaskan pada tuntunan ajaran Islam itu sendiri.
yang mengalir.”37
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997),
37
133.
47
syariah dan
Ibid., 77-78.
38
48
Ibid., 78.
39
40
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997),
133.
Ibid., 79.
41
49
menurut syariah. Dalam arti, barang dan jasa tersebut masuk dalam
kategori t}ayi> bah (baik lagi bermanfaat). Selain itu, kebutuhan yang
Ibid., 80.
42
Ibid., 81.
43