Anda di halaman 1dari 7

RANGKUMAN EKONOMI MAKRO ISLAM

“Teori Konsumsi dalam Ekonomi Konvensional dan


Teori Konsumsi dalam Ekonomi Islam ”

Dosen Pengampu :

Dr Tika Widiastuti, SE.,MSi

Kelas E
Disusun Oleh :
Kelompok K

1. NOOR KHAIRIA RAHMAWATI (042111433093)


2. AISAWA OKTIRA RAMADHANI (042111433094)
3. AD'DIEN WIGUNA (042111433095)

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2022
Teori Konsumsi dalam Ekonomi Konvensional

A. Pengertian Teori Konsumsi menurut Ilmuwan Konvensional


1. Suherman Rosyidi
Konsumsi diartikan sebagai penggunaan barang-barang dan jasa-jasa yang
secara langsung akan memenuhi kebutuhan manusia. Konsumsi atau lebih
tepatnya pengeluaran konsumsi pribadi adalah pengeluaran oleh rumah tangga
atas barang-barang akhir dan jasa.
2. N. Gregory Mankiw
Konsumsi merupakan pembelanjaan barang dan jasa oleh rumah tangga.
Barang meliputi pembelanjaan rumah tangga pada barang yang tahan lama
seperti kendaraan, alat rumah tangga, dan barang tidak tahan lama seperti
makanan, pakaian. Jasa meliputi barang yang tidak berwujud seperti potong
rambut, layanan kesehatan.
3. Jhon Maynard Keynes
John Maynard (JM) Keynes berpendapat bahwa pengeluaran masyarakat
untuk konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan. Semakin tinggi tingkat
pendapat
mengakibatkan semakin tinggi pula tingkat konsumsi. Selain itu, pendapatan
juga
berpengaruh terhadap tabungan. Semakin tinggi pendapatan, semakin besar
pula tabungannya karena tabungan merupakan bagian pendapatan yang
tidak dikonsumsi. Walaupun pendapatan penting peranannya dalam
menentukan
konsumsi, peranan faktor-faktor lain tidak boleh diabaikan.
B. Hukum Gossen I dan II
Menurut ahli ekonom Herman Heinrich Gossen kecenderungan seseorang melakukan
konsumsi dengan memperhatikan berbagai macam kebutuhannya dan berusaha
mencapai tingkat kepuasannya yang mendekati sama dari berbagai macam
pemenuhan tersebut. Konsumsi jenis ini merupakan konsumsi horizontal.
Konsumsi yang bersifat vertikal kemudian melahirkan Hukum Gossen I yang
berbunyi: “Jika pemenuhan satu kebutuhan dilakukan secara terus menerus, tingkat
kenikmatan atas pemenuhan itu semakin lama akan semakin berkurang hingga
akhirnya mencapai titik kepuasan tertentu.”
Sedangkan konsumsi yang bersifat horizontal melahirkan Hukum Gossen II
yang berbunyi: “Pada dasarnya, manusia cenderung memenuhi berbagai macam
kebutuhannya sampai pada tingkat intensitas atau kepuasan yang sama.”

C. Tujuan Konsumsi dalam Ekonomi Konvensional


1. Mengurangi Nilai Guna Suatu Barang dan Jasa Secara Bertahap
2. Menghabiskan atau Mengurangi Nilai Guna Suatu Barang Sekaligus
3. Memuaskan Kebutuhan Jasmani dan Rohani
D. Secara teoritis tujuan manusia mengkonsumsi barang atau jasa
1. Untuk memenuhi kebutuhan hidup
2. Mempertahankan status sosial
3. Mempertahankan status keturunan
4. Mendapatkan keseimbangan hidup dann bantuan kepada orang lain (tujuan
sosial)
5. Menjaga keamanan dan kesehatan
6. Keindahan dan seni
7. Memuaskan batin
Teori Konsumsi dalam Ekonomi Islam

A. Pengertian Konsumsi dalam Ekonomi Islam

Ilmu ekonomi merupakan cabang ilmu sosial yang sangat penting untuk membantu
berbagai masalah yang dihadapi manusia saat hidup di dunia, salah satunya keinginan
manusia yang selalu ingin menguasai segala hal yang bersifat materiel yang mengakibatkan
pada distribusi kekayaan yang kurang merata dalam suatu lingkup region sampai pada
lingkup negara. Maka dari itu pula, Fungsi Konsumsi dalam ilmu ekonomi Islam berusaha
untuk mengurangi kebutuhan material yang luar biasa. Pembatasan tersebut adalah salah satu
indikator perbedaan fungsi konsumsi pada ilmu ekonomi konvensional.

Secara pengertian konsumsi adalah menghabiskan nilai guna suatu barang/jasa untuk
memenuhi kebutuhan manusia seperti makanan, pakaian, perumahan, barang-barang
kebutuhan sehari-hari, pendidikan, kesehatan, kebutuhan pribadi, dan sebagainya. Namun,
dalam kenyataannya masih banyak dijumpai sifat serakah manusia yang tak pernah merasa
puas mengingat hal itu, amat perlulah orang berhati-hati dalam mengonsumsi kekayaan. Oleh
karena itu, Islam mengajarkan kesederhanaan, kontrol diri dan kehati-hatian dalam
membelanjakan kekayaan.

B. Prinsip Konsumsi Ekonomi Makro Islam

Ada beberapa prinsip dasar konsumsi dalam ekonomi makro menurut Islam. Prinsip
ini juga merupakan salah satu pembeda dari konsep konsumsi dalam ekonomi makro
konvensional yang lebih mengarah pada untuk mencapai tingkat utilitas atau kepuasan
maksimal dengan pengorbanan tertentu, sementara dalam konsep konsumsi ekonomi islam
lebih mengarah pada pertengahan dalam mengkonsumsi dan juga membagi sumber daya
yang dimiliki untuk masyarakat yang lebih membutuhkan. Maka dari itu, dalam ekonomi
islam terdapat kewajiban untuk zakat dan Infak, Hal tersebut di karena kan untuk
memperkecil gap antara kaum miskin dan kaum kaya. Hal tersebut di dasar kan pada kedua
ayat Al – Qur’an berikut ini:

Allah SWT Tak Suka Orang yang Berlebih-lebihan. "Wahai anak cucu Adam! Pakailah
pakaianmu yang bagus di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan
berlebih-lebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (Al-A'raf
Ayat 31).

Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan
berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi
mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (At – Taubah Ayat 103).

Dalam ayat tersebut semakin diperjelas bahwa konsep konsumsi dalam ekonomi islam
tidak lagi menekankan kepada utilitas/kepuasan maksimum dalam konsumsi tetapi
menekankan pada bagaimana kegiatan konsumsi bisa memberikan manfaat bagi dirinya
ataupun orang lain atau dalam kata lain tujuan konsumsi tersebut adalah untuk
memaksimalkan maslahat (Kebaikan).

Prinsip – Prinsip Konsumsi Ekonomi Makro Islam

● Prinsip Keadilan Mampu mengalokasikan sumber daya yang


dimiliki untuk konsumsi dengan benar dan bijak.

Rasulullah juga bersabda “1/3 adalah udara 1/3


makan dan 1/3 adalah minuman” (Al-Hadis)

● Prinsip Halal Islam memerintahkan untuk makan makanan yang


halal (sah menurut hukum dan diizinkan) dan tidak
mengambil yang haram (tidak sah menurut hukum
dan terlarang)
● Prinsip Pertengahan Prinsip pertengahan dalam konsumsi berarti bahwa
manusia wajib untuk tidak berlebihan dalam
mengkonsumsi sesuatu.

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu


haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah
halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu
melampaui batas. Sesungguh Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas." (QS.
al-Maaidah [5]: 87)

C. Skema Teori Konsumsi Dalam Ekonomi Makro Islam

Kajian ekonomi konvensional pendapatan adalah penjumlahan konsumsi dan


tabungan, atau secara matematis ditulis:

Y=C+S

Sedangkan dalam konsep konsumsi ekonomi makro Islam dijelaskan oleh salah satu Hadits
Rasulullah saw yang maknanya adalah “Yang kamu miliki adalah apa yang telah kamu
makan dan apa yang kamu infakkan.”

Fungsi Konsumsi Muzzaki Fungsi Konsumsi Mustahik

C = a + bYd C = zY + fY

Yd = Y – Z – F atau Yd = Y – zY – fY
(Z dan F satu-satunya sumber)
z = hasrat zakat rata-rata (= Z/Y) Z = zakat

f = hasrat infaq rata-rata (= F/Y) F = infaq

Consume = C Muzzaki + C Mustahik

Dampak zakat dan infak terhadap ekonomi konvensional maupun ekonomi islam
Dalam prinsipnya, zakat memiliki peran untuk meningkatkan dan memeratakan
ekonomi masyarakat di suatu negara. Sebab, zakat diperoleh dari orang-orang yang
berpenghasilan diatas rata-rata untuk disalurkan dan diberikan kepada masyarakat yang
berpenghasilan kurang sehingga terciptanya pemerataan ekonomi. Sama dengan zakat,
infaq juga dapat mempengaruhi pemerataan ekonomi di suatu negara. Tetapi, pemerataan
tersebut tidak terlalu signifikan karena infak tidak bersifat wajib dan seluruh masyarakat
memiliki hak yang sama untuk menginfakkan hartanya atau tidak. Infak juga tidak
tersalurkan langsung kepada masyarakat yang membutuhkan karena kebanyakan infak
yang dilakukan masyarakat ditujukan kepada masjid, panti asuhan, pondok pesantren dan
lainnya. Sedangkan dalam konsepnya, zakat mempengaruhi banyak aspek contohnya :
1. Menyebabkan fungsi konsumsi menjadi lebih landai akibat efek distributif.
2. Meningkatkan daya beli mustahiq yang akan meningkatkan konsumsi otonom
sehingga menggeser fungsi konsumsi keatas.
3. GAP atau kesenjangan antara orang miskin dan orang kaya semakin kecil.
4. Meningkatkan konsumsi agregat.

Anda mungkin juga menyukai